Anda di halaman 1dari 23

Tuberculosis Paru pada Anak

Giovanni Reynaldo
10.2011.139
Kelompok F2
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6
Email: gioreynaldo@yahoo.com

Pendahuluan

Anak yang masih kecil umumnya sangat rentan terhadap penyakit, terutama dengan
kondisi lingkungan tempat tinggal yang kurang baik, kebersihan diri yang kurang dan kurangnya
pemahaman dan didikan dari orang tua untuk menjadikan anak seorang pribadi yang bersih
mengakibatkan banyak nya kasus dan penyakit yang timbul pada anak-anak terutama
tuberculosis anak, tidak hanya karena lingkungan rumah yang kurang pencahayaan dan
kebersihan saja yang dapat mengakibatkan tertularnya seorang anak dengan tuberculosis ini,
anak dapat tertular dari orang tua atau saudara dekat dan pengasuh yang sering berdekatan
dengan anak tersebut, dimana bakteri tahan asam dari tuberculosis menyebar melalui udara dan
droplet. Orang dewasa yang terkena TBC seharusnya mendapat pengobatan dan tidak secara
langsung bermain bebas dengan anak-anak karena dapat menularkan virus tersebut. Daya tahan
tubuh juga sangat penting untuk mencegah penyakit ini, dengan cara menjaga kebersihan, makan
makanan yang bergizi tinggi sudah cukup untuk menjauhkan diri dari berbagai penyakit terutama
tuberculosis ini.
Anatomi

Paru-paru berperan penting dalam sistem pernapasan manusia. Paru pada bayi waktu lahir
berwarna merah muda, sedangkan pada orang dewasa tampak bercak dan berwarna kelabu.
Semakin berusia lanjut bercak ini menjadi hitam, karena granul dengan kandungan bahan karbon
yang dihirup.

Paru-paru di bagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fissura. Paru-paru kanan mempunyai
tiga lobus dan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Sebuah
pipa bronkhial kecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin ia bercabang, semakin menjadi
tipis dan akhirnya berakhir menjadi kantong kecil-kecil, yang merupakan kantong-kantong udara
paru-paru. Jaringan paru-paru adalah elastik, berpori dan seperti spon. Di dalam air paru-paru
mengapung karena udara yang ada didalamnya.1

Gambar 1. Kedudukan Paru-paru di Dalam Thorax

Paru kanan terbagi menjadi lobus superior, medius, dan inferior oleh dua fissura. Fissura
obliqua memisahkan lobus inferior dari lobus medius dan lobus superior. Fissura obliqua
mempunyai fissura obliqua kiri, tetapi agak ventrikel memotong tepi inferior paru, disebelah
dorsal ujung anteriornya.Pada tepi posterior, fissura ini mulai setinggi vertebra thoracal 4 atau
sedikit lebih rendah. Fissura horizontal yang pendek memisahkan lobus superior dan lobus
medius. Kadang-kadang bagian medial lobus superior terbagi sebagian oleh fissura yang

2
bervariasi kedalamannya, yang berisi bagian terminal vena azgos, membentuk lobus vena
azygos.1

Paru kiri dibagi menjadi lobus superior dan inferior oleh fissura obliqua. Dimulai pada
bagian posterosuperior hilus, fissura obliqua naik serong ke belakang, melintasi tepi posterior
dibawah apex. Kemudian turun ke muka, menyeberangi permukaan costal, mencapai tepi bawah
hampir pada ujung anteriornya. Akhirnya, naik pada permukaan medial menuju bagian bawah
hilus. Lobus superior berada di sebelah anterosuperior terhadap fissura obliqua. Dekat ujung
bawah tepi anterior lobus superior terdapat incisura cardiaca, karena dari arah mediastinum
medius jantung berproyeksi ke dalam cavum pleurae kiri.3 Biasanya ujung bawah incisura
cardiaca lobus superiot ini memiliki sebuah taju kecil, yakni lingula. Lobus inferior, yang lebih
besar, berada postero-inferior terhadap fissura obliqua.1

Pada respirasi dangkal, tepi inferior paru ditarik mulai dari proyeksi ujung caudal tepi
anterior menuju/menyilang iga ke enam pada linea midclavicularis, costa kedelapan pada linea
midaxillaris, dlanjutkan kearah medial belakang. Dari garis midclavicularis dan mengelilingi
dinding thorax menuju columna vertebralis, jadi pada margo inferior dapat diproyeksikan oleh
sebuah garis yang melintasi costa 6, costa 8, dan vertebra thoracal 10. Tidak semua daerah paru
bergerak dengan setara pada respirasi. Pada pernapasan dangkal bagian sekitar hilus paru hampir
tidak bergerak. Bagian paru yang sedikit bergerak dijumpai pada daerah pusat, permukaan
mediastinal, tepi posterior dan apex. Bagian-bagian diaphragmatik dan costomediastinal paru
merupakan daerah yang banyak bergerak.1,2

Pleura dibentuk oleh jaringan yang berasal dari mesodermal. Pembungkus ini dapat dibedakan
menjadi:

Pleura viseralis yang melapisi paru


Pleura parietalis yang melapisi dinding dalam hemitoraks.

Di antara kedua pleura tadi, terbentuk ruang yang disebut "rongga" pleura yang
sebenarnya tidak berupa rongga tetapi merupakan ruang potensial. Pada keadaan normal,
"rongga" pleura berisi cairan pleura dalam jumlah yang sangat sedikit (0,1-0,2 mL/kg.BB), jadi
hanya berupa lapisan cairan pleura (film) setebal 10-20 nm yang menyelaputi kedua belah

3
pleura. Meskipun sangat tipis, cairan ini telah dapat memisahkan lapisan pleura viseralis dengan
pleura parietalis agar tidak saling bersinggungan atau berlengketan.2

Fungsi fisiologis paru

Paru memiliki struktur yang ideal untuk pertukaran gas. Menurut hukum difusi fick
semakin pendek jarak yang harus ditempuh oleh difusi ,semakin besar laju difusi. Juga semakin
besar luas permukaan tempat difusi berlangsung semakin besar laju difusi.3

Alveolus adalah kelompok-kelompok kantung mirip anggur yang berdinding tipis dan
dapat mengembang di ujung cabang saluran napas penghantar. Dinding alveolus terdiri dari satu
lapisan. Sel alveolus tipe I yang gepeng. Dinding anyaman padat kapiler paru yang mengelilingi
setiap alveolus juga memiliki ketebalan hanya satu sel. Ruang interstitium antara sebuah alveolus
dan anyaman kapiler di sekitarnya membentuk sawar yang sangat tipis,dengan ketebalan hanya
0,5 mikrometer yang memisahkan udara di alveolus dari darah di kapiler paru (satu lembar kertas
memiliki ketebalan 50 kali daripada sawar darah udara ini). Tipisnya sawar darah ini
mempermudah pertukaran gas.3

Selain itu pertemuan udara alveolus dengan darah memiliki luas yang sangat besar bagi
pertukaran gas. Paru memiliki sekitar 300 juta alveolus ,masing masing bergaris tengah 300
mikrometer . Sedemikian padatnya anyaman kapiler paru sehingga setiap alveolus dikelilingi
oleh lembaran darah yang hampir kontinyu. Karena itu luas permukaan total yang terpajan antara
udara alveolus dan udara alveolus dan darah kapiler paru sebesar 75m2 (seukuran lapangan tenis)
. Sebaliknya jika paru terdiri dari hanya satu organ beronga dengan dimensi yang sama dan tidak
dibagi-bagi menjadi unit-unit alveolus yang sangat banyak maka luas permukaan total hanya
akan mencapai 0,01 m.3

Terdapat dua buah paru . masing-masing dibagi menjadi beberapa lobus dan masing-
masing mendapat satu bronkus . Jaringan paru itu sendiri sendiri dari serangkaian saluran napas
yang sangat bercabang-cabang. Alveolus, pembuluh darah paru, dan sejumlah besar jaringan ikat
elastik . satu-satunya otot di dalam paru adalah otot polos di dinding arteriol dan dinding
bronkiolus dimana keduanya berada dibawah kontrol. Tidak terdapat otot di dalam dinding
alveolus untuk mengembangkan atau mengempiskan alveolus selama pernapasan. Perubahan

4
volume paru ditimbulkan oleh perubahan dalam dimensi rongga thoraks. Paru menempati
sebagian besar volume rongga thorax dan struktur-struktur lain di dada adalah jantung dan
pembuluh-pembuluh terkaitnya. Esofagus,timus , dan beberapa saraf. Dinding dada luar dibentuk
oleh 12 pasang iga melengkung,yang berhubungan dengan sternum di anterior dan vertebra
thorakalis di posterior. Sangkar iga merupakan tulang protektif bagi paru dan jantung. Diafragma
yang membentuk lantai rongga thoraks, adalah suatu lembaran otot rangka yang lebar,berbentuk
kubah, dan memisahkan secara total rongga thorax dari rongga abdomen. Otot ini ditembus
hanya oleh esofagus dan pembuluh darah yang melintasi rongga thorax dan abdomen. Di leher
otot dan jaringan ikat menutup rongga thoraks . Satu-satunya komunikasi antara thoraks dan
atmosfer adalah melalui saluran napas ke dalam alveolus. Seperti paru, dinding dada
mengandung banyak jaringan ikat elastik.3

Mekanika pernapasan

Udara cenderung bergerak dari daerah dengan tekanan tinggi ke daerah dengan tekanan
rendah. Yaitu menuruni gradien tekanan. Udara mengalir masuk dan keluar paru selama tindakan
bernapas karena berpindah mengikuti gradien tekanan antara alveolus dan atmosfer yang
berbalik arah secara bergantian dan ditimbulkan oleh aktivitas siklik otot pernapasan . terdapat
tiga tekanan yang berperan penting dalam ventilasi.3

1. Tekanan atmosfer ( barometrik )


Adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer pada benda di
permukaan bumi. Pada ketinggian permukaan laut tekanan sama dengan 760mm Hg .
tekanan atmosfer berkurang seiring dengan penambahan ketinggian di atas permukaan
laut karena lapisan lapisan udara di atas permukaan bumi juga semakin meipis. Pada
setiap ketinggian terjadi perubahan minor tekanan atmosfer karena perubahan kondisi
cuaca (yaitu tekanan barometrik naik dan turun).3

2. Tekanan intra alveolus


Yang juga dikenal sebagai tekanan intraparu adalah tekanan di dalam alveolus
karena alveolus berhubungan dengan atmosfer melalui saluran napas penghantar, udara
cepat mengalir menuruni gradien tekanannya setiap tekanan intra alveolus berbeda

5
dengan tekanan atmosfer , udara terus mengalir sampai kedua tekanan itu seimbang
(equilibrium).3
3. Tekanan intra pleura
Adalah tekanan di dalam kantung pleura . tekanan ini yang juga dikenal sebagai
tekanan intrathoraks ,adalah tekanan yang ditimbulkan diluar paru di dalam rongga
thoraks. Tekanan intrapleura biasanya lebih rendah daripada tekanan atmosfer ,rerata
756mmHg saat istirahat. Seperti tekanan darah yang dicatat dengan menggunakan
tekanan atmosfer sebagai titik referensi (yaitu tekanan darah sistolik 120mmHg adalah
120 mm Hg lebih besar daripada tekanan atmosfer 760 mmHg atau dalam kenyataan
880mm Hg). 756mmHg biasanya disebut sebagai tekanan -4mmhg namun sebenarnya
tidak ada tekanan negatif absolut. Tekanan -44mm Hg menjadi negatif karena
dibandingkan dengan tekanan atmosfer normal sebesar 760mmHg.3

Transport Gas dalam Darah

Transpor oksigen

Sekitar 97 oksigen dalam darah dibawa melalui eritrosit yang telah berikatan dengan
hemoglobin. 3% sisanya larut dalam plasma. Setiap molekul dalam keempat molekul besi dalam
hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigen untuk membentuk oksihemoglobin berwarna
merah tua. Ikatan ini tidak kuat dan reversibel.Hemoglobin tereduksi berwarna merah kebiruan.3

Kapasitas oksigen

Adalah volume maksimum oksigen yang dapat berikatan dengan sejumlah hemoglobin
dalam darah. Setiap sel darah merah mengandung 280jt molekul hemoglobin . Setiap gram
hemoglobin dapat mengikat 1.34ml oksigen. 100ml darah rata-rata mengandung15 gram
hemoglobin untuk maksimum 20ml O2 per 100 ml darah (15x1,34) konsentrasi hemoglobin ini
biasanya dinyatakan sebagai persentase volume dan merupakan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh.3

Transpor karbon dioksida

Karbon dioksida yang berdifusi ke dalam darah dari jaringan dibawa ke paru-paru melalui cara-
cara berikut ini:3

6
1. Sejumlah kecil karbon dioksida tetap terlarut dalam plasma
2. Karbon dioksida yang tersisa bergerak ke dalam sel darah merah. Dimana 25% nya
bergabung dalam bentuk reversibel yang tidak kuat dengan gugus amino di bagian globin
pada hemoglobin untuk membentuk karbaminohemoglobin.
3. Sebagian besar karbon dioksida dibawa dalam bentuk bikarbonat,terutama dalam plasma.
a. Karbondioksida dalam sel darah merah berikatan dengan air untuk membentuk asam
karbonat dalam reaksi bolak balik yang dikatalisis oleh enzim karbonat anhidrase.
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3
b. Reaksi diatas berlaku dua arah bergantung konsentrasi senyawa. Jika konsentrasi
CO2 lebih tinggi.seperti dalam jaringan,reaksi berlangsung ke kanan sehingga lebih
banyak yang terbentuk ion hidrogen dan bikarbonat. Dalam paru yang konsentrasi
CO2 nya lebih rendah,reaksi berlangsung ke kiri dan melepaskan karbon dioksida.
4. Pergeseran klorida . ion bikarbonat bermuatan negatif yang terbentuk dalam sel darah
merah berdifusi ke dalam plasma dan hanya menyisakan ion bermuatan positif
berlebihan.
a. Untuk mempertahankan netralitas elektrokimia ion bermuatan negatif lain yang
sebagian besar ion klorida,bergerak ke dalam sel darah merah untuk memulihkan
ekuilibrium ion.inilah yang disebut pergeseran klorida.
b. Kandungan klorida dalam sel darah merah di vena yang memiliki konsentrasi karbon
dioksida lebih tinggi akan lebih besar dibandingkan dengan darah arteri

Ion hidrogen bermuatan positif yang terlepas akibat disosiasi asam karbonat. Berikatan
dengan hemoglobin dalam sel darah merah untuk meminimisasi perubahan PH.

Anamnesis

Untuk mendapatkan diagnosis terhadap suatu penyakit, yang harus dilakukan adalah
menganamnesis pasien. Anamnesis harus dilakukan dengan sangat teliti dikarenakan dengan
anamnesis maka diagnosis dapat tercapai hampir 80%. Pada pasien anak kecil biasanya
dilakukan alloanamnesis yaitu anamnesis dilakukan melalui orang tua pasien atau pengasuh dari
pasien.

7
Anamnesis dimulai dengan menanyakan identitas diri pasien berupa:

Nama
Alamat
Usia
Pekerjaan
Pekerjaan penting untuk diketahui karena pada beberapa penyakit ada
yang memiliki resiko besar tertular suatu penyakit dari pekerjaan yang
dilakukannya. d. Tempat tinggal. Tempat tinggal dapat membantu mengarahkan
kemungkinan yang dialami oleh pasien karena beberapa daerah banyak yang
menjadi endemi terhadap suatu penyakit.4

Riwayat penyakit dahulu merupakan bagian dari anamnesis yang penting karena dengan
diketahuinya riwayat penyakit dahulu maka dapat diperkirakan apakah penyakit yang dialaminya
merupakan penyakit baru atau kekambuhan. Hal ini dikarenakan pada beberapa penyakit,
penatalaksanaan yang diberikan untuk infeksi yang baru dengan infeksi yang merupakan
kekambuhan memiliki perbedaan.4

Riwayat penyakit keluarga dan lingkungan harus diketahui untuk menghentikan


penyebaran penyakit yang semakin luas. Jika pasien mengalami penyakit karena tertular dari
keluarga atau tetangganya, maka keluarga atau tetangganya tersebut harus mendapat
penatalaksanaan. Sehingga, penyebaran penyakitnya berkurang dan tidak menyebabkan
terjadinya endemi pada suatu daerah.4

Riwayat imunisasi juga dapat ditanyakan bagi pasien anak kecil, pentingnya info akan
riwayat imunisasi bagi seorang dokter , sehingga dapat membantu mendiagnosa penyakit yang
dialami dengan lebih baik dan akurat. Misal pada kasus ini seorang dokter mendiagnosa
Tuberculosis paru pada anak , maka harus ditanyakan apakah anak tersebut pernah mendapatkan
imunisasi BCG(Bacillus Calmette Guerin) suatu virus hidup yang dilemahkan dan biasanya
diberikan pada usia 2 bulan.4

8
Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum dimulai dengan penilaian keadaan umum pasien yang mencakup 1. Kesan
keadaan sakit. 2. Kesadaran pasien. 3. Status gizi pasien. Dengan penilaian keadaan umum maka
dapat diperoleh kesan apakah pasien dalam keadaan akut yang memerlukan perolongan segera
atau pasien dalam keadaan relatif stabil sehingga dapat dilakukan anamnesis secara lengkap baru
dilakukan pertolongan.4

Kesan keadaan sakit dinilai dengan melihat apakah pasien tampak tidak sakit, sakit ringan,
sakit sedang, atau sakit berat. Kesan tersebut diambil dengan penilaian penampakan pasien
secara keseluruhan. Kesan keadaan sakit tidak selalu identik dengan keparahan penyakit yang
diderita. Wajah pasien harus diperhatikan karena dari wajah tersebut dapat memberikan
informasi tentang keadaan klinis pasien. Selain itu, posisi pasien serta aktivitasnya harus dinilai
dengan baik. Apakah pasien datang berjalan, duduk, tiduran aktif, tiduran pasif, atau mengambil
posisi abnormal tertentu. Melalui posisi dan aktivitas tersebut dapat diketahui kelainan atau
keparahan penyakit yang diderita oleh pasien.4

Kesadaran dapat diperiksa jika pasien dalam keadaan sadar. Penilaian kesadaran terdiri
dari 1. Komposmentis yaitu pasien sadar sepenuhnya dan memberi respon adekuat terhadap
semua stimulus yang diberikan. 2. Apatik yaitu pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak acuh
terhadap keadaan sekitarnya dan baru memberikan respon ketika diberikan stimulus. 3.
Somnolen yaitu pasien tampak mengantuk, selalu ingin tidur, tidak responsif terhadap stimulus
ringan tetapi masih memberikan respon terhadap stimulus yang agak keras tetapi kemudian
tertidur lagi. 4. Sopor yaitu pasien tidak memberikan respon ringan maupun sedang tetapi masih
memberikan sedikit respon terhadap stimulus yang kuat, reflek pupil terhadap cahaya masih
kuat.. 5. Koma yaitu pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun. 6. Delirium yaitu
kesadaran yang menurun secara kacau, biasanya disertai dengan disorientasi, iritatif, dan salah
persepsi terhadap rangsangan sensorik hingga sering terjadi halusinasi.4

Antropometri : dalam antropologi fisik merujuk pada pengukuran individu manusia untuk
mengetahui variasi fisik manusia.4,5

9
Kini, antropometri berperan penting dalam bidang perancangan industri, perancangan
pakaian, ergonomik, dan arsitektur. Dalam bidang-bidang tersebut, data statistik tentang
distribusi dimensi tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang
optimal. Perubahan dalam gaya kehidupan sehari-hari, nutrisi, dan komposisi etnis dari
masyarakat dapat membuat perubahan dalam distribusi ukuran tubuh (misalnya dalam bentuk
epidemik kegemukan), dan membuat perlunya penyesuaian berkala dari koleksi data
antropometrik. PSG dengan metode antropometri adalah menjadikan ukuran tubuh manusia
sebagai alat menentukan status gizi manusia. Konsep dasar yang harus dipahami dalam
menggunakan antropometri secara antropometri adalah Konsep Dasar Pertumbuhan.4,5

Status gizi pasien secara klinis dilakukan terutama dengan inspeksi dan palpasi. Melalui
inspeksi dapat dinilai postur tubuh pasien. Selain status gizi, pasien juga harus diperiksa tanda-
tanda vital yang mencakup nadi, tekanan darah, pernafasan, dan suhu. Dalam melakukan
pemeriksaan terhadap nadi, pemeriksaan mencakup a. Frekuensi atau laju nadi. Penghitungan
nadi harus disertai dengan penghitungan laju jantung untuk menyingkirkan kemungkinan
terdapatnyaa pulsus defisit. Pada orang demam dengan kenaikan suhu badan 1C diikuti oleh
kenaikan denyut nadi sebanyak 15-20x/menit. Akan tetapi, kenaikan denyut nadi tersebut
tergantung pada penyakit yang diderita oleh pasien. b. Irama nadi. Dalam keadaan normal, irama
nadi adalah teratur. Jika terjadi aritmia yaitu ketidakteraturan nadi, denyut nadi teraba lebih cepat
pada waktu inspirasi dan lebih lambat pada waktu ekspirasi. Akan tetapi, keadaan tersebut
merupakan keadaan normal yang menunjukkan adanya cadangan jantung. Dapat pula dijumpai
keadaan yang disebut sebagai ketidakteraturan yang teratur seperti nadi yanng teraba sepasang-
sepasang atau teraba sebagai kelompok tiga. c. Isi atau kualitas nadi. Dalam pemeriksaan kualitas
nadi dapat dijumpaiadanya nadi yang teraba sangat kuat dan turun dengan cepat akibat tekanan
nadi yang besar. d. Ekualitas nadi. Dalam keadaan normal, isi nadi teraba sama pada keempat
ekstremitas. Melalui pemeriksaan tanda-tanda vital, dapat diketahui kelainan-kelainan yang
mungkin di derita oleh pasien.4,5
Pengukuran tekanan darah yang dilakukan pada satu ekstremitas, yang umumnya
dipergunakan adalah lengan kanan atas untuk menghindari kesalahan akibat terdapatnya
koarktasio aorta sebelah proksimal dari arteri subklavia kiri yang menyebabkan tekanan darah
pada lengan kanan tinggi dan tempat lain rendah. Ketika melakukan pengukuran tekanan darah

10
hendaknya dicatat keadaan pasien ketika melakukan pemeriksaan karena keadaan tersebut dapat
mempengaruhi hasil dan penilaiannya. Pernafasan yang harus diperiksa pada pernafasan pasien
mencakup a. Laju pernafasan. b. Irama atau keteraturan. c. Kedalaman. d. Tipe atau pola
pernafasan.4,5
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila, mulut pada bawah lidah, dan rektum. Jika
dari hasil pemeriksaan suhu tubuh di dapatkan hasil diatas normal yaitu diatas 37C maka pasien
harus ditangani dengan segera begitupun jika didapatkan hasil dibawah 37C.4,5

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang sangat dibutuhkan dalam memberikan diagnosa pasti terhadap


suatu penyakit. Untuk itu seorang dokter harus menganamnesis secara tepat sebelum melakukan
pemeriksaan penunjang dikarenakan tidak mungkin jika harus memeriksa segala sesuatu, selain
karena biaya, juga karena waktu, untuk memeriksa segala sesuatu memakan waktu yang sangat
lama dan tentu nya waktu yang terbuang itu dapat berguna jika sudah dilakukan terapi yang
tepat.

Mantoux Test ( Tes Tuberkulin)

Tes tuberculin digunakan untuk mendeteksi invasi dan berkembangnya Mycobacterium


Tuberculosa. Tes tuberkulin ini merupakan pemeriksaan diagnostik dengan menyuntikan
Purified Protein Derivative (PPD) Secara intradermal.6

Sebelum melakukan tes ini, alat yang perlu disiapkan adalah PPD, spuit tuberculin
dengan jarum nomor 25, sarung tangan, dan kapas alkohol. Adapun prosedur nya sebagai
berikut:6

1. Tanyakan pada pasien apakah pernah menjalani tuberkulin tes dan apakah hasilnya
positif atau pernah mendapat vaksin BCG.
Rasional: Seseorang yang pernah tes tuberkulin atau divaksinasi BCG, hasil tes nya akan
lebih sering positif. Oleh karena itu riwayat pernah menjalani tes tuberkulin dan vaksin
BCG ini penting dikaji untuk keakuratan pembacaan hasil.
2. Tanyakan pada pasien apakah ia mendapat vaksinasi/penyakit akibat virus pada empat
minggu terakhir.

11
Rasional:Vaksinasi dan penyakit akibat virus dapat menekan sistem imun tubuh sehingga
reaksi tes tuberculin dapat terganggu.
3. Kenakan sarung tangan
4. Pilih tempat tes pada permukaan ventral anterior lengan bawah.
Rasional: area ini bebas dari pembuluh darah, tahi lalat, bulu atau tanda lainnya.
5. Dengan gerakan melingkar bersihkan daerah tersebut menggunakan alkohol.
6. Dengan tangan dominan ambil spuit dan pegang spuit sehingga membentuk sudut 10-15
terhadap kulit pasien dengan bagian bevel jarum menghadap keatas. Perlahan tapi pasti
tusukan jarum ke dalam lapisan kulit atas sampai mulut bevel tersumbat kulit dan
terdapat benjolan pada area kulit yang disuntik.
7. Buang semua peralatan kotor ke tempat sampah khusus medis.
8. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan untuk mengurangi transmisi mikroorganisme
9. Instruksikan kepada pasien untuk kembali dalam 48-72 jam guna evaluasi terakhir.
10. Setelah 48-72 jam ukur indurasi yang terbentuk pada tempat penyuntikan.
11. Jelaskan hasilnya kepada pasien.
12. Jika tes menunjukan hasil positif, buat rujukan atau skrining/ pengobatan lebih lanjut.
13. Catat tes tuberkulin dan hasilnya pada catatan klien.

Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan sputum diperlukan jika terduga terdapat penyakit paru-paru. Membran


mukosa saluran pernapasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi
yang sering mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.6

Pemeriksaan sputum mencakup jenis pemeriksaan:6

Pewarnaan gram
Pemeriksaan dengan pewarnaan gram dapat memberikan informasi tentang jenis
mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumatif.
Kultur sputum
Pemeriksaan kultur sputum dilakukan untuk mengidentifikasi organisme spesifik guna
menegakkan diagnosis definitif.
Sensitivitas

12
Pemeriksaan sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan
mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat dalam
sputum.
Basil Tahan Asam (BTA)
Pemeriksaan BTA dilakukan untuk menentukan adanya mycobacterium tuberculosa.
Sitologi
Pemeriksaan sitologi ditujukan untuk mengidentifikasi adanya keganasan pada paru-paru.
Tes kuantitatif
Pemeriksaan tes kuantitatif yaitu pengumpulan sputum selama 24-72 jam.

Sebelum dilakukan pemeriksaan sputum sebaiknya klien diinformasikan tentang


pemeriksaan ini , sehingga dikumpulkan sputum yang benar-benar sesuai untuk pemeriksaan
ini.Instruksikan pasien untuk mengumpulkan hanya sputum yang benar-benar dari paru-paru
terutama sputum yang timbul pada pagi hari.6

Foto Rontgen thorax

Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan radiologis. Secara rutin
dilakukan foto rontgen paru dan atas indikasi juga dibuat fotorontgen alat tubuh lain,misalnya
foto tulang punggung pada spondilitis. Gambaran radiologis paru yang biasanya dijumpai pada
tuberkulosis paru ialah :6
Kompleks primer dengan atau tanpa perkapuran
pembesaran kelenjar paratrakeal
Penyebaran milier
Atelektasis
Pleuritis dengan efusi.
Pemeriksaan radiologis paru saja tidak dapat digunakan untuk membuat diagnosis
tuberkulosis,tetapi harus disertai data klinis lainnya6
Dengan adanya ketiga pemeriksaan ini seharusnya sudah dapat didiagnosa dengan cukup
spesifik, namun untuk pemeriksaan sputum pada anak terkadang sulit dilakukan dan diagnosa
dapat dilakukan dengan lebih pasti dengan cara foto rontgen dan tes mantoux.6

13
Working Diagnosis

Working diagnosis yang diambil dari skenario yang saya dapatkan adalah Tuberculosis
paru pada anak, dikarenakan adanya beberapa gejala yang patut dicurigai seperti batuk yang
tidak kunjung sembuh sejak 2 minggu yang lalu dengan keluhan demam ringan terutama pada
malam hari disertai dengan berat badan yang menurun.

Epidemiologi

Penyakit tuberkulosis adalah penyakit yang sangat epidemik karena kuman


Mycobacterium tuberkulosa telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Program
penanggulangan secara terpadu baru dilakukan pada tahun 1995 melalui strategi DOTS (directly
observed treatment shortcourse chemoterapy), meskipun sejak tahun 1993 telah dicanangkan
kedaruratan global penyakit tuberkulosis. Kegelisahan global ini didasarkan pada fakta bahwa
pada sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis tidak terkendali, hal ini disebabkan
banyak penderita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita menular (BTA positif).7
Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar sembilan juta penderita, dengan
kematian tiga juta orang (WHO, 1997). Di negara-negara berkembang kematian karena penyakit
ini merupakan 25 % dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95 %
penyakit tuberkulosis berada di negara berkembang, 75 % adalah kelompok usia produktif (15-
50 tahun). Tuberkulosis juga telah menyebabkan kematian lebih banyak terhadap wanita
dibandingkan dengan kasus kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas. 7
Di Indonesia pada tahun yang sama, hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) menunjukkan
bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung
dan penyakit infeksi saluran pernapasan pada semua kelompok usia, dan nomor satu dari
golongan penyakit infeksi. WHO memperkirakan setiap tahun menjadi 583.000 kasus baru
tuberkulosis dengan kematian sekitar 140.000. secara kasar diperkirakan setiap 100.000
penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru tuberkulosis dengan BTA positif. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan juga terdapat lebih dari 250.000 anak menderita TB dan
100.000 di antaranya meninggal dunia. Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan
masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan
Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan pada

14
tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus
TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk.7

Etiologi

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis dan Micobacterium bovis (sangat jarang disebabkan oleh Micobacterium avium).
Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882. Basil tuberkulosis
dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati
pada suhu 60C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberculosis menyebabkan nekrosis
jaringan sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor penyebab
terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. Basil Mycobacterium tuberculosis
tidak membentuk toksin (baik endotoksin maupun eksotoksin). 7

Penularan Mycobacterium tuberculosis biasanya melalui udara hingga sebagian besar


fokus primer tuberculosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat peroral
misalnya minum susu yang mengandung basil tuberculosis, biasanya Mycobacterium bovis.
Dapat juga terjadi dengan kontak langsung misalnya melalui luka atau lecet di kulit.
Tuberculosis kongenital sangat jarang dijumpai. Selain Mycobacterium tuberculosis perlu juga
dikenal golongan Mycobacterium lain yang dapat menyebabkan kelainan yang menyerupai
tuberculosis. Golongan ini disebut Mycobacterium atipic atau disebut juga unclassified
Mycobacterium.7

Resiko Infeksi TBC


Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah endemis,
penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta lingkungan yang tidak sehat. Pajanan terhadap
orang dewasa yang infeksius. Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan
lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat
luas pada lobus atas atau kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat
serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat, terutama sirkulasi udara yang tidak baik.
Pasien TBC anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa disekitarnya,
karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini disebabkan karena kuman TBC sangat jarang

15
ditemukan pada sekret endotracheal, dan jarang terdapat batuk. Walaupun terdapat batuk tetapi
jarang menghasilkan sputum. Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya
terdapat dalam konsentrasi yang rendah pada sekret endobrokial anak .7

Resiko Penyakit TBC


Anak 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit
TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna (imatur). Namun, resiko
sakit TBC ini akan berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun
yang terinfeksi TBC, 43% nya akan menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun,
yang menjadi sakit hanya 24%, pada usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%. Anak < 5 tahun
memiliki resiko lebih tinggi mengalami TBC diseminata dengan angka kesakitan dan kematian
yang tinggi. Konversi tes tuberkulin dalam 1- 2 tahun terakhir, malnutrisi, keadaan
imunokompromis, diabetes melitus, gagal ginjal kronik dan silikosis. Status sosial ekonomi yang
rendah, penghasilan yang kurang,kepadatan hunian, pengangguran, dan pendidikan yang
rendah.7

Patofisiologi

Masuknya basil tuberkulosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit. Terjadinya
infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta daya tahan tubuh
manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Ghon dan Kudlich (1930) menemukan
bahwa 95,93% dari 2114 kasus, mereka mempunyai fokus primer di dalam paru. Hal ini
disebabkan karena penularan sebagian besar melalui udara dan mungkin juga karena jaringan
paru mudah kena infeksi tuberkulosis (susceptible).7

Gejala Klinis

Tuberkulosis paru-paru merupakan masalah klinik yang harus segera diberikan


penanganan, yang selalu perlu kita pertimbangkan pada setiap penderita yang memperlihatkan
manifestasi infeksi paru-paru. Batuk yang menghasilkan sputum yang mukopurulen, kadang
kadang disertai hemoptisis dan perasaan berat dan ketat pada dada sering ditemukan. Demam
dapat terjadi pada tengah malam atau disertai timbulnya keringat pada malam hari. Tanda-tanda

16
fisik infeksi bronkopulmoner, efusi pleura atau keduanya. Kavitas paling sering ditemukan pada
lobus atas disertai rale, penurunan fremitus dan redup pada perkusi. Dapat pula ditemukan
eritema nodosum.8

Tuberkulosis ekstrapulmoner dapat menyerang sistem limfatik, tulang, sendi, sistem


genitourinalius, perikardium, mening atau usus dan peritoneum, atau dapat tersebar ke seluruh
tubuh (tuberkulosis milier). Limfadenitis tuberkulosa (skrofula) kelenjar getah bening leher,
kadang-kadang masih dapat ditemukan.8

Komplikasi

Pada infeksi primer , infeksi lokal menyebar secara lokal dan menuju kelenjar getah
bening yang secara bersama-sama membentuk kompleks primer. Sebagian besar lesi ini
menyembuh secara perlahan-lahan dengan membentuk jaringan fibrotik dan dapat berkalsifikasi.
Proses ini memakan waktu selama 12-18 bulan . Komplikasi dapat timbul dari progresi lokal
kompleks maupun primer, khususnya di paru-paru terjadi bronkopneumonia, atau pembesaran
kelenjar hilus yang akan menyebabkan obstruksi bronkus yang kadang-kadang disertai ruptur
kelenjar ke dalam bronkus. Efusi pleura terjadi pada anak yang lebih besar sebagai suatu reaksi
hipersensitivitas, empiema , perkejuan dan kavitasi lebih sering ditemukan pada anak dengan
malnutrisi di negara-negara berkembang.9

Differential Diagnosis
Diagnosis banding yang dapat diambil dari skenario kali ini adalah pneumonia dan
bronchitis paru dikarenakan ada beberapa kemiripan gejala klinis tetapi tidak seluruhnya
sehingga kelompok kami menjadikan nya sebagai diagnosis banding.8

Pneumonia
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru , biasanya
disebabkan oleh masuknya kuman, bakteri yang ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi
dan disertai napas cepat maupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Dalam pelaksanan
pemberantasan penyakit ISPA , semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun
bronchopneumonia disebut pneumonia ( Depkes RI, 2002).8

17
Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri, virus ,
mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa.
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran pernapasan atas
akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam , menggigil, suhu tubuh meningkat
mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang
dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti
nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.8

Bronchitis paru

Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus) (saluran udara ke
paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna.
Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau
penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.8

Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme yang menyerupai
bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia). Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada
perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan menahun. Infeksi berulang
bisa merupakan akibat dari:8
Sinusitis kronis
Bronkiektasis
Alergi
Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.

Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh:8


Berbagai jenis debu
Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida, sulfur
dioksida dan bromin
Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida
Tembakau dan rokok lainnya.

18
Gejalanya bronchitis berupa:8

batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)


sesak napas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
sering menderita infeksi pernapasan (misalnya flu)
bengek
lelah
pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
pipi tampak kemerahan
sakit kepala
gangguan penglihatan.

Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler,
lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan.8

Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak
berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning.
Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau. Pada bronkitis berat,
setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan
batuk bisa menetap selama beberapa minggu. Sesak napas terjadi jika saluran udara tersumbat.
Sering ditemukan bunyi napas mengi, terutama setelah batuk. Bisa terjadi pneumonia.8

Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya lendir. Pada
pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi ronki atau bunyi pernapasan
yang abnormal.8

Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindarkan anak dari bakteri mycobacterium
tuberculosa dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti menjaga lingkungan rumah dengan
baik dan tetap ada sirkulasi udara dan jika memungkinkan terkena sinar matahari dengan baik

19
agar keadaan rumah tidak lembab dan tetap sehat. Cara kedua adalah dengan pemberian
imunisasi dengan baik sesuai aturan yang dianjurkan.10

Imunisasi BCG
Imunisasi BCG ada prosedur memasukan vaksin BCG yang bertujuan memberi
kekebalan tubuh terhadap kuman mycobacterium tuberculosis dengan cara menghambat
penyebaran kuman. Biasa digunakan spuit tuberkulin dengan jarum ukuran 25-27 panjang 10
mm dan vaksin biasanya dicampurkan dengan ampul berisi NaCl 0,9% baru diinjeksi kan .
Vaksin berhasil jika timbul benjolan di kulit dengan kulit kelihatan pucat dan pori-pori tampak
jelas.10

Tatalaksana

Kemoterapi : Pemberian terapi pada tuberkulosis didasarkan pada 3 karakteristik basil,


yaitu basil yang berkembang cepat ditempat yang kaya akan oksigen, basil yang hidup di tempat
yang kurang oksigen berkembang lambat dan dorman hingga beberapa tahun, dan basil yang
mengalami mutasi sehingga resisten terhadap obat. Isoniazid (INH) bekerja sebagai bakterisidal
terhadap basil yang tumbuh aktif, diberikan selama 12-18 bulan, dosis 10-20 mg/kgBB/hari
melalui oral. Selanjutnya kombinasi antara INH dan pyrazinamid (PZA) diberikan selama 6
bulan. Selama 2 bulan pertama obat diberikan setiap hari, selanjutnya obat diberikan dua kali
dalam 1 minggu. Pada TB berat dan ekstrapulmonal biasanya pengobatan dimulai dengan
kombinasi 4-5 obat selama 2 bulan (ditambah EMB dan streptomisin), dilanjutkan dengan INH
dan RIF selama 4-10 bulan sesuai perkembangan klinis. Pada meningitis TB, perikarditis, TB
milier, dan efusi pleura diberikan kortikosteroid yaitu prednison 1-2 mg/kgBB/hari selama 2
minggu, diturunkan perlahan (tapering off) sampai 2-6 minggu bersamaan dengan pemberian
obat anti tuberkulosis. Obat tambahan antara lain streptomycin (diberikan intramuscular) dan
ethambutol.7
Selain itu juga, kita jangan melupakan terapi pemberian nutrisi yang adekuat, untuk
menjaga daya tahan tubuh klien agar tidak terjadi penyebaran infeksi ke organ tubuh yang
lainnya. Ada juga terapi pembedahan. Terapi ini dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil.
Dilakukan dengan mengangkat jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki

20
kelainan tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip granulornatosa tuberkulosis untuk jaringan
paru yang rusak. Pencegahan adalah dengan menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi
basil tuberculosis, mempertahankan status kesehatan dengan intake nutrisi yang adekuat,
meminum susu yang sudah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat
bakteri hingga dilakukan kemoterapi, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberculosis virulen.7
Non Medikamenosa. Pendekatan DOTS Hal yang paling penting pada tatalaksana TBC
adalah keteraturan minum obat. Pasien TBC biasanya telah menunjukkan perbaikan beberapa
minggu setelah pengobatan sehingga merasa sembuh dan tidak melanjutkan pengobatan.
Lingkungan sosial dan pengertian yang kurang mengenai TBC dari pasien serta keluarganya
tidak menunjang keteraturan pasien untuk minum obat. Kepatuhan pasien dikatakan baik jika
pasien meminum obat sesuai dengan dosis yang ditentukan dalam panduan pengobatan.
Kepatuhan pasien ini menjamin keberhasilan pengobatan dan mencegah resistensi. Salah satu
upaya untuk meningkatkan kepatuhan pasien adalah dengan melakukan pengawasan langsung
terhadap pengobatan. DOTS ( Directly Observed Treatment Shortcourse) adalah strategi yang
telah direkomendasi oleh WHO dalam pelaksanaan program penanggulangan TBC. Strategi ini
dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1995. Penanggulangan dengan strategi DOTS dapat
memberikan angka kesembuhan yang tinggi.7

Sesuai dengan rekomendasi WHO, strategi DOTS terdiri atas 5 komponen, yaitu :
Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana. Diagnosis TBC
dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis, Pengobatan dengan panduan Obat Anti TBC
(OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh pengawas menelan obat,
Kesinambungan penyedian OAT jangka pendek dengan matu terjamin, Pencatatan dan pelaporan
secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TBC.7
Orang yang dapat menjadi pengawas minum obat adalah : Petugas kesehatan, Keluarga
pasien, Kader, Pasien yang sudah sembuh, Tokoh masyarakat, Guru. Tugas pengawas minum
obat adalah : Mengawasi pasien agar minum obat secara teratur sampai selesai pengobatan,
Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur, Mengingatkan kepada pasien untuk
periksa dahak ulang (pasien dewasa) dan Memberi penyuluhan kepada anggota keluarga pasien
TBC yang mempunyai gejala-gejala tersangka TBC untuk segera memeriksakan diri ke unit

21
pelayanan kesehatan. Pada anak kuman M. TBC sulit ditemukan, baik pada biakan, lebih-lebih
pada pemeriksaan mikroskopis langsung. Oleh karena itu pada anak diagnosis tidak dapat dibuat
berdasarkan pemeriksaan mikroskopis yang dianjurkan dalam strategi DOTS. Maka diperlukan
strategi diagnostik lain yaitu dengan menggunakan sistem skoring.7
Kemoprofilaksis. Kemoprofilaksis primer diberikan pada anak yang belum terinfeksi (uji
Tuberculin negatif), tetapi kontak dengan penderita TB aktif, obat yang digunakan adalah INH 5-
10 mg/kgBB/hari selama 2-3 bulan. Kemoprofilaksis sekunder diberikan pada anak dengan uji
tuberculin positif, tanpa gejala klinis, dan foto paru normal, tetapi memiliki faktor menjadi TB
aktif. Golongan ini adalah balita, anak yang mendapat pengobatan kortikosteroid atau
imunosupresan lain, penderita penyakit keganassan, terinfeksi virus (HIV, morbili), gizi buruk,
masa akil balik, atau infeksi baru TB, konfersi uji tuberculin kurang dari 12 bulan. Obat yang
digunakan adalah INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 6-12 bulan.7

Prognosis

Prognosis pada kasus tuberkulosis anak tergantng dari virulensi kuman ( type gravis
punya fatality rate tertinggi) , usia pasien , status imunisasi , tempat infeksi dan kecepatan
pemberian antitoksin. Namun dengan perawatan yang baik dan teratur pasien umumnya dapat
ditangani dengan baik. Namun bila ditangani dengan lambat prognosis umumnya buruk.

Kesimpulan

Pasien yang didapatkan dari skenario kali ini seorang anak berusia 5 tahun menderita
tuberkulosis paru yang ditunjang dengan gejala klinis seperti batuk selama 2minggu yang tidak
kunjung sembuh dan disertai demam tidak terlalu tinggi dan penurunan berat badan yang dapat
diakibatkan berkurangnya nafsu makan adalah gejalan yang sangat mendekati gejala-gejala yang
dimiliki oleh seorang yang terinfeksi mycobacterium tuberculosa.

22
Daftar Pustaka

1. Pearce RC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Penerbit PT Gramedia;
2005.h.216-20.
2. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta:Balai penerbit FKUI;2007.h.9-13.
3. Lauralee S. Fisiologi manusia:dari sel ke sistem. Jakarta:EGC;2009.h.500.
4. Bickley Lynn S. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Edisi ke-5.
Jakarta: EGC.2008.h.155-8.
5. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Lecture notes kedokteran klinik. Edisi ke-6. Jakarta:
EGC;2005.h.53-61.
6. Asmadi. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar pasien.Jakarta:Salemba
Medika;2008.h.25-8.
7. Tim Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2: Cetakan Ke-11.
Jakarta :Infomedika;2007.h.35.
8. Delp, Manning. Major diagnosis fisik.Jakarta:EGC;2003.h.257-8.
9. Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatri.Edisi-3.Jakarta:EGC;2008.h.102.
10. Hidayat AA.Asuhan Neonatus,bayi dan balita.Jakarta:EGC;2009.h.98

23

Anda mungkin juga menyukai