Anda di halaman 1dari 9

Definisi

Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan


oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-
anak yang disebut rickets) pada orang dewasa.
Osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi
tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa
pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit).( Smeltzer. 2001 ).
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan
tidakmemadainya mineralisasi tulang. Pada orang dewasa,osteomalasia bersifat
kronis dan deformitas skeletalnya tidak seberat pada anak karena pertumbuhan
skeletal telah selesai.pada pasien ini, sejumlah besar osteosid atau remodelling
tulang baru tidak mengalami kalsifikasi. (Suratun,Heriyati,Santa manurung,Een
raenah. 2008).
Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh
gagalnya pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh.Istilah lain dari
osteomalasia adalah soft bone atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan
rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada lempeng
epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang dewasa sudah
tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.
Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi
tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di
bawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil
akhirnya ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang.
Etiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami osteomalasia
yaitu:
1. Anak kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan
kalsium akan mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian
juga apabila ia kekurangan vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D
berfungsi membantu penyerapan kalsium di dalam tubuh. Jika kedua
unsur ini tidak terpenuhi dalam makanan tulang-tulang anak menjadi
lunak dan mudah patah. Proses mineralisasi adalah proses - proses
terakhir pembentukan tulang. Jika kebutuhan kalsium anak tercukupi
maka otomatis proses mineralisasi dalam tubuhnya akan berlangsung
dengan baik.
Kebutuhan Kalsium Per Hari pada anak:
Umur Kebutuhan Kalsium
Usia 0 - 6 bulan Kalsium 210 Mg/ hari
Usia 6 bulan - 1 tahun Kalsium 270 Mg/ hari
Usia 1 - 3 tahun Kalsium 500 Mg/ hari
Usia 4 -8 tahun Kalsium 800 Mg/ hari

2. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ
hatinya tak mampu memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi
tidak terjadi.
3. Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan
kalsium akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan
terhambat.
4. Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus tertentu, efek
pemakaian obat seperti streroid dalam jangka waktu yang panjang rentan
terhadap penyakit ini.
5. Gangguan malabsorbsi

Penyebab utama osteomalasia yang terjadi setelah masa anak-anak


ialah:
1. Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit
mukosa usus halus proksimal dan penyakit ileum.
2. Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang menyebabkan
peningkatan kerja enzim-enzim oksidase hati.
3. Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat (acquired),
renal tubular acidosis yang disertai disproteinemia kronik.
4. Gangguan hormon, hormon yang mempengaruhi pertumbuhan tulang
antara lain :
a. Hormon somatotrof (growth stimulating hormane) : Hormon ini
berfungsi dalam menstimulasi pertumbuhan tubuh terutama pada bagian
epifisis tulang panjang. Hormon pertumbuhan ini disekresi terutama
selama masa pertumbuhan, tetapi kemudian berkurang pada waktu
pubertas.
Somatotropin berperan dalam mengendalikan pertumbuhan tulang,
otot dan organ serta memengaruhi kecepatan pertumbuhan tubuh
dengan memberikan stimulasi kepada hati untuk mensekresi hormon
somatomedin, sebuah hormon perkembangan yang memberikan
stimulasi lebih lanjut terhadap sel untuk berkembangbiak.
Setelah pubertas, sekresi berlangsung dengan kecepatan hampir sama
seperti waktu anak-anak. Selanjutnya kecepatan sekresi meningkat
atau menurun dalam keadaan seseorang stres, gerak badan, gelisah,
dan trauma.
Kekurangan hormon ini pada usia dini menyebabkan berhentinya
pertumbuhan sehingga menjadi kerdil (dwarfisme), sedangkan kelebihan
hormon ini akan menyebabkan pertumbuhan menjadi bertambah secara
abnormal sehingga tubuh menjadi sangat tinggi (gigantisme). Jika
kelebihan hormon ini terjadi setelah dewasa, yaitu ketika pertumbuhan
tulang dan cakram epifise sudah bergabung, maka keadaan ini disebut
akromegali. Akromegali ditandai dengan pertumbuhan tak seimbang pada
tulang rahang, jari, tangan, kaki, dan hidung.
b. Hormone paratiroid
Kelenjar paratiroid adalah sebuah
kelenjarendokrin di leher yang
memproduksi hormon
paratiroid.Manusia biasanya
mempunyai empat kelenjar paratiroid,
yang biasanya terdapat di bagian
belakang daripada kelenjar tiroid atau kelenjar yang dekat dengan
kelenjar tiroid sehingga disebebut dengan "paratiroid".
Hormon paratiroid mengontrol jumlah kalsium di darah dan di
dalam tulang. Hormon Paratiroid bisa menurun sangat rendah pada
pasien post operasi pengangkatan kelenjar tiroid karena ikut
terangkatnya kelenjar paratiroid yang akibatnya adalah penurunan
kadar kalsium dalam darah hipokalsemia.
Hormon Paratiroidmengakibatkan : peningkatan resorpsi kalsium
dari tulang, peningkatan reabsorbsi kalsium di ginjal, peningkatan
absorbsi kalsium di Saluran cerna oleh Vitamin D. Namun,
Peningkatan kadar hormon paratiroid juga mengakibatkan
penurunan kadar fosfat dalam darah, karena hormon ini
meningkatkan sekresi fosfat dalam darah.
c. Hormon Kalsitoninadalah hormon yang diproduksi oleh sel
parafolikular dari kelenjar tiroid. Kalsitonin dapat mengurangi kadar
kalsium dalam aliran darah dengan menghambat aksi perombakan
sel tulang oleh osteoklas, sel-sel yang menghancurkan matrix
ekstraseluler. Sekresi hormone kalsitonin mengontrol umpan balik
negative.
Ketika kalsium dalam darah tinggi, kalsitonin menurunkan kalsium
dan fosfat dalam darah dengan menghambat resorbsi tulang
(pemecahan/penghancuran matrix extraseluler tulang) oleh osteoklas
dan meningkatkan uptake kalsium dan fosfat ke dalam matrix
ekstraseluler tulang.Miacalcin, sebuah ekstak kalsitonin dari ikan
salmon sepuluh kali lebih manjur daripada kalsitonin hasil sekresi
dari tubuh manusia, ini dapat menjadi resep untuk mencegah
osteoporosis.
Kalsitonin diproduksi oleh sel C kelenjar tiroid, juga memiliki
pengaruh pada kadar kalsium plasma. Seperti PTH, kalsitonin
memiliki dua efek pada tulang, tetapi dalam hal ini kedua efek
menurunkan kadar kalsium plasma. Pertama dalam jangka pendek
kalsitonin menurunkan perpindahan kalsium dari cairan tulang ke
dalam plasma. Kedua, dalam jangka panjang kalsitonin menurunkan
resorpsi tulang menurunkan kadar fosfat serta mengurangi
konsentrasi kalsium plasma. Efek hipokalsemik dan hipofosfatemik
kalsitonin seluruhnya disebabkan oleh efek hormon ini pada
tulang.Hormon ini tidak berefek pada ginjal atau usus.
Patofisiologi

Ada berbagai macam penyebab dari osteomalasia yang umumnya


menyebabkan gangguan metabolisme mineral. Faktor yang berbahaya untuk
perkembangan osteomalasia diantaranya kesalahan diet, malabsorbsi,
gastrectomy, gagal ginjal kronik, terapi anticonvulsan jangka lama
(phenyton, phenobarbital) dan insufisiensi vitamin D (diet, sinar matahari).
Tipe malnutrisi (defisiensi vitamin D sering digolongkan dalam hal
kekurangan calsium) terutama gangguan fungsi menuju kerusakan, tetapi
faktor makanan dan kurangnya pengetahuan tentang nutrisi yang juga dapat
menjadi faktor pencetus hal itu terjadi dengan frekuensi tersering dimana
kandungan vitamin D dalam makanan kurang dan adanya kesalahan diet
serta kurangnya sinar matahari.
Osteomalasia kemungkinan terjadi sebagai akibat dari kegagalan
dari absorbsi calsium atau kekurangan calsium dari tubuh. Gangguan
gastrointestinal dimana kurangnya absorbsi lemak menyebabkan
osteomalasia. Kekurangan lain selain vitamin D (semua vitamin yang larut
dalam lemak) dan kalsium. Ekskresi yang paling terakhir terdapat dalam
faeces bercampur dengan asam lemak (fatty acid). Sebagai contoh dapat
terjadi gangguan diantaranya celiac disease, obstruksi sistem pencernaan
kronik, pankreatitis kronis dan reseksi perut yang kecil. Lagi pula penyakit
hati dan ginjal dapat menyebabkan kekurangan vitamin D, karenanya organ-
organ tersebut mengubah vitamin D ke dalam bentuk aktif. Terakhir,
hyperparatiroid menunjang terjadinya kekurangan pembentukan calsium,
dengan demikian osteomalasia menyebabkan kenaikan ekskresi fosfat dalam
urine.
2.1. WOC

Gangguan Fungsi Usus Gagal Ginjal Kronis Kekurangan Asupan Vitamin


Halus Sirosis Hepatis D dan Ca2+

Gangguan Penyerapan Kegagalan Perubahan Vit.D Kadar Ca2+& Vit.D


Ca2+& Vit.D di Usus menjadi Bentuk Aktif Berkurang dalam Tubuh

Kegagalan Mineralisasi
Struktur Tulang

Proses Kalsifikasi
Terhambat

Kepadatan Tulang

Terjadi Perlunakan dan


Perlemahan Kerangka Tulang

OSTEOMALASIA

Terjadi kompresi pada Penipisan tulang dan


BB kelemahan otot

Kelainan bentuk tulang Deformitas

Tulang melengkung
Resiko Gg. Mobilitas
Cedera Fisik
Ggn cara berjalan,
kifosis, pemendekan
tinggi badan

Gg. body image


2.6 Manifestasi Klinis

Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :


1. Nyeri tulang dan kelemahan.
2. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot,
3. Pasien kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara berjalan
loyo/lemah..
4. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang
dan paha
5. Kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang),
6. Vertebra menjadi tertekan,
7. Pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).
8. Penurunan berat badan
9. Anoreksia

Pada anak anak


1. Munculnya tonjolan tulang pada sambungan antara tulang iga dan tulang
rawan di bagian dada.
2. Tulang terasa lunak dan jika disenduh akan merasakan nyeri mengigit
3. Sakit pada seluruh tulang tubuhnya
4. Mengalami gangguan motorik karena kurang beraktivitas dan menjadi
pasif.
5. Merasakan sakit saat duduk&mengalami kesulitan bangun dari posisi
duduk ke posisi berdiri.
6. Mudah Sekali mengalami patah tulang. Terutama di bagian tulang panjang
seperti tulang lengan atau tulang kaki.
Defenisi Fraktur

Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan


tulang yang ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2000).
Fraktur merupakan setiap retak atau patah pada tulang yang utuh
(Reeves, Roux, Lockhart, 2001).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer,
2000). Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur
yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada
daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,
mengakibatkan penderita jatuh dalam syok (FKUI, 1995). Fraktur dapat terjadi
pada semua tingkat umur, yang beresiko tinggi untuk terjadinya fraktur
adalah orang yang lanjut usia, orang yang bekerja yang membutuhkan
kesimbangan, masalah gerakan, pekerjaan-pekerjaan yang beresiko tinggi
(tukang besi, supir, pembalap mobil, orang dengan penyakit degeneratif
atau neoplasma) (Reeves, Roux, Lockhart, 2001).

Manifestasi Klinis

manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,


pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna
yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen


tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan
bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.

b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan


cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran
fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat
maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan
membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada
integritasnya tulang tempat melekatnya otot.

c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya


karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1
sampai 2 inci).

d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik


tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan
lunak yang lebih berat.

e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai


akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi
setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.

Anda mungkin juga menyukai