Oleh
Mengetahui, Menyetujui,
PGS Kasubdep Gizi Instruktur Klinik
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan dan hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan penulisan Laporan
Penelitian dengan judul : Laporan Studi Kasus Penatalaksanaan Diet Pada
Pasien DM Nefropati dengan Hemodialisis di Bagian Penyakit Dalam Pav. B2
Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya. Tujuan dari penulisan
Laporan ini sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan program PKL
Manajemen Asuhan Gizi Klinik Diploma III Gizi. Sehubungan dengan selesainya
laporan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak I Wayan Dwija K. selaku Kepala Sub. Departemen Gizi Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya.
2. Ibu Hestiningtyas Sri P. selaku Pelaksana Teknis Harian Kepala Sub.
Departemen Gizi Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
3. Ibu Suzanna Primadona selaku Koordinator PKL.
4. Ibu Esti Veronika selaku pembimbing
5. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan studi kasus
ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan
penelitian.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 20
A. Identitas Pasien ................................................................................. 20
B. Penilaian Status Gizi .......................................................................... 20
1. Antopometri ................................................................................... 20
2. Biokimia ........................................................................................ 21
3. Fisik-Klinis ..................................................................................... 22
4. Riwayat Gizi .................................................................................. 22
5. Riwayat Personal .......................................................................... 24
C. Diagnosis Gizi .................................................................................... 25
1. Klinik ............................................................................................. 25
2. Behavior ........................................................................................ 25
D. Intervensi Gizi .................................................................................... 25
1. Terapi Diet .................................................................................... 25
2. Terapi Edukasi .............................................................................. 27
E. Monitoring dan Evaluasi ..................................................................... 28
1. Antopometri ................................................................................... 28
2. Biokimia ........................................................................................ 28
3. Fisik Klinis ..................................................................................... 29
4. Riwayat Gizi .................................................................................. 30
5. Edukasi dan Motivasi .................................................................... 37
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 39
A. Kesimpulan ........................................................................................ 39
B. Saran ................................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 42
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nefropati diabetik merupakan komplikasi penyakit diabetes mellitus yang
termasuk dalam komplikasi mikrovaskuler. Hal ini dikarenakan terjadi kerusakan
pada pembuluh darah halus di ginjal, menimbulkan kerusakan glomerulus yang
berfungsi sebagai penyaring darah. (Hendromartono, 2007).
Keadaan yang sama juga sudah mulai terlihat di Indonesia. Berdasarkan
data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi diabetes
melitus (DM) pada daerah pedesaan meningkat menjadi 6,8% dibanding tahun
2007 yang menduduki ranking ke-6 dengan 5,8%. Sedangkan pada tahun 2013 di
daerah perkotaan 7%, jumlah ini menurun dibanding hasil Riskesdas tahun 2007
bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun
di daerah perkotaan yaitu 14,7% yang saat itu menduduki ranking ke-2.
Menurut Askandar (2006), nefropati diabetik adalah manifestasi
penyempitan pembuluh darah dalam ginjal. Berdasarkan pengalaman, pemberian
insulin akan dapat meningkatkan proses anabolic (pembentukan protein). Tetapi,
sering kali kebutuhan insulin menurun pada nefropati diabetik dengan gagal ginjal
kronik, bahkan kadang kadang didapatkan hipoglikemia. Salah satu bentuk
terapi diet yang diberikan bagi pasien nefropati diabetik adalah diet B2. Diet B2
diberikan kepada pasien nefropati diabetik dengan gagal ginjal kronik sedang,
yang belum menjalani cuci darah. Sedangkan nefropati diabetik dengan HD
(hemodialisis) reguler stadium V diberikan diet Be, penderita diberikan makanan
yang tinggi protein (1 g/kg berat badan/hari). Penderita boleh minum glukosa dan
rasa manis lain tetapi harus diberikan suntikan insulin. Aturan makan tetap tiga kali
sehari makanan utama dan tiga kali makanan kecil, interval tiga jam dengan kalori
lebih dari 2000 kal/hari.
Tujuan penatalaksanaan diet pada pasien nefropati diabetik adalah untuk
mencegah progresivitas kerusakan ginjal, mempertahankan status gizi optimal,
mengendalikan kadar glukosa darah, mengendalikan kadar lipida darah,
mengendalikan tekanan darah, serta mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit. (Almatsier, 2004)
Subdep Gizi Rumkital Dr. Ramelan Surabaya melakukan kegiatan
Manajemen Asuhan Gizi Klinik bagi seluruh pasien, salah satunya untuk pasien
1
dengan diagnosis DM Nefropati serta Hemodialisis, intervensi yang dilberikan ialah
melalui terapi diet dengan pemberian makanan berupa Diet DMBE dan terapi
edukasi melalui konseling gizi kepada pasien dan keluargnya mengenai prinsip
diet DM Nefropati dengan Hemodialisis.
B. Tujuan
1. Umum
Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan Manajemen Asuhan
Gizi Klinik pada pasien DM Nefropati dengan Hemodialisis di bagian Penyakit
Dalam Paviliun B2 Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya.
2. Khusus
a. Melakukan kegiatan skrining gizi awal pada pasien.
b. Melakukan kegiatan assesment gizi pada pasien.
c. Mampu mendiagnosa gizi sesuai identifikasi masalah.
d. Melakukan intervensi gizi pada pasien.
e. Melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi pada pasien.
C. Manfaat
1. Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit
khususnya untuk diet pasien
2. Bagi Mahasiswa
Melatih diri dalam melakukan skrining gizi pasien, melakukan perencanaan
dan mengimplementasikan rencana asuhan gizi, menentukan diagnosa gizi serta
memperluas wawasan tentang ilmu gizi klinik.
3. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien
Sebagai sarana untuk memberikan pengetahuan bagi pasien dan keluarga
tentang pemberian diet yang sesuai dengan kondisi pasien.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DM Nefropati
1. Definisi Penyakit
DM Nefropati atau Nefropati Diabetik didefinisikan sebagai sindrom klinis
pada pasien diabetes melitus yang ditandai dengan albuminuria menetap (300
mg/24 jam atau >200 ig/menit) pada minimal dua kali pemeriksaan dalam kurun
waktu 2 sampai 6 bulan (Hendromartono, 2007). Sedangkan menurut Ganong
(2011), Nefropati diabetik secara klinis didefinisikan oleh adanya protein urine lebih
dari 300 500 mg per hari, suatu jumlah yang dapat dideteksi oleh urinalisis. Pada
nefropati diabetik, (tidak seperti penyakit ginjal lain), proteinuria terus meningkat
seiring dengan menurunnya fungsi ginjal.
2. Klasifikasi
Perjalanan penyakit serta kelainan ginjal pada diabetes melitus lebih
banyak dipelajari pada diabetes melitus tipe 1 dari pada tipe 2, dan oleh Mogensen
dalam Hendromartono, (2007) dibagi menjadi 5 tahapan.
Hipertrofi
1 N N Reversibel
Hiperfungsi
Mungkin
2 Kelainan stuktur N /N
reversibel
Kesintasan
<10
5 Uremia Tinggi/rendah Hipertensi 2 tahun +
ml/menit
50%
3
Tahap 1. Terjadi hipertrofi dan hipertensi pada saat diagnosis ditegakkan. Laju
filtrasi glomerulus dan laju ekskresi albumin dalam urin meningkat.
Tahap 2. Secara klinis belum tampak kelainan yang berarti, laju filtrasi glomerulus
tetap meningkat, ekskresi albumin dalam urin dan tekanan darah normal. Terdapat
perubahan histologis awal berupa penebalan membrana basalis yang tidak
spesifik. Terdapat pula peningkatan volume mesangium fraksional (dengan
peningkatan matriks mesangium).
Tahap 3. Pada tahap ini ditemukan mikSroalbuminuria atau nefropati insipien. Laju
filtrasi glomerulus meningkat atau dapat menurun sampai derajat normal. Laju
ekskresi albumin dalam urin adalah 20 200ig/menit (30-300mg/24jam). Tekanan
darah mulai meningkat. Secara histologis, didapatkan peningkatan ketebalan
membrana basalis dan volume mesangium fraksional dalam glomerulus.
Tahap 4. Merupakan tahap nefropati yang sudah lanjut. Perubahan histologis lebih
jelas, juga timbul hipertensi pada sebagian besar pasien. Sindroma nefrotik sering
ditemukan pada tahap ini. Laju filtrasi glomerulus menurun, sekitar 10
ml/menit/tahun dan kecepatan penurunan ini berhubungan dengan tingginya
tekanan darah.
Tahap 5. Timbulnya gagal ginjal terminal.
3. Etiologi
Menurut Hendromartono, (2007) secara ringkas, faktor faktor etiologis
timbulnya penyakit ginjal diabetik adalah:
- Kurang terkendalinya kadar gula darah (gula darah puasa >140-160 mg/dl [7,7-
8,8 mmol/l]); A1C >7-8%
- Faktor faktor genetis
- Kelainan hemodinamik (peningkatan aliran darah ginjal dan laju filtrasi
glomerulus, peningkatan tekanan intraglomerulus)
- Hipertensi sistemik
- Sindrom resistensi insulin (sindroma metabolik)
- Keradangan
- Perubahan permeabilitas pembuluh darah
- Asupan protein berlebih
- Gangguan metabolik (kelainan metabolisme polyol, pembentukan advanced
glycation end products, peningkatan produksi sitokin)
- Pelepasan growth factors
- Kelainan metabolisme karbohidrat / lemak / protein
4
- Kelainan struktural (hipertrofi glomerulus, ekspansi mesangium, penebalan
membrana basalis glomerulus)
- Gangguan ion pumps (peningkatan Na+-H+ pump dan penurunan Ca2+-ATPase
pump)
- Hiperlipidemia (hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia)
- Aktivasi protein kinase C
4. Patofisiologi
Nefropati diabetik terutama disebabkan oleh gangguan fungsi glomerulus.
Perubahan histologis di glomerulus pada diabetes tipe 1 dan tipe 2 tidak dapat
dibedakan dan sedikit banyak daripada sebagian besar orang. Membran basal
kapiler glomerulus menebal dan dapat melenyapkan pembuluh; mensangium yang
mengelilingi pembuluh glomerulus meningkat akibat pengendapan material yang
mirip membran basal dan dapat menggerogoti pembuluh glomerulus; arteri
glomerulus aferen dan eferen juga mengalami sklerosis (Stephen J. Dan William
F., 2010).
Sampai saat ini, hiperfiltrasi masih dianggap sebagai awal dari mekanisme
patogenik dalam laju kerusakan ginjal. Hiperfiltrasi yang terjadi pada sisa nefron
yang sehat lambat laun akan menyebabkan sclerosis dari nefron tersebut.
Mekanisme terjadinya peningkatan laju filtrasi glomerulus pada nefropati diabetik
ini masih belum jelas benar, tetapi kemungkinan disebabkan oleh dilatasi arteriol
aferen oleh efek yang tergantung glukosa, yang diperantarai hormone vasoaktif,
IDF-1, Nitric Oxide, prostaglandin, dan glucagon. Efek langsung dari hiperglikemia
adalah rangsangan hipertrofi sel, sintesis matriks ekstraseluler, serta produksi
TDF- yang diperantarai oleh aktivasi protein kinase-C (PKC) yang termasuk
dalam serine threonine kinase yang memiliki pada vascular seperti kontraktilitas,
alran darah, proliferasi sel, dan permeabilitas kapiler. Hiperglikema kronk dapat
menyebabkan terjadinya glikasi nonenzimatik asam amino dan protein (reaksi
Mallard dan Browning) (Hendromartono, 2007).
5
Gambar 1. Patogenesis nefropati diabetik. (Disadur dari Cooper ME, Gilbert RE:
Pathogenesis, Prevention, and Treatment of Diabetic Nephrophaty, 2003 dalam
Hendromartono, (2007))
6
- Kurang nafsu makan
- Pembengkakan kaki
- Pembengkakan, biasanya di sekitar mata di pagi hari; pembengkakan tubuh
secara umum dapat terjadi dengan penyakit stadium akhir
- Penambahan berat badan yang tiba-tiba (dari cairan yang dibuat)
Sedangkan menurut Lestariningsih, (2004) untuk pemeriksaan
laboratorium, proteinuria yang persisten selama 2 kali pemeriksaan dengan
interval 2 minggu tanpa ditemukan penyebab proteinuria yang lain atau proteinuria
satu kali pemeriksaan plus kadar kreatinin serum > 2,5 mg/dl). Selain itu, tes yang
dapat dilakukan meliputi:
- BUN
- Serum kreatinin
Tingkat tes ini akan meningkat dengan kerusakan ginjal semakin buruk. Tes
laboratorium lain yang dapat dilakukan meliputi:
- 24-jam protein urine
- Kadar fosfor, kalsium, bikarbonat, dan kalium dalam darah
- Hemoglobin
- Hematokrit
- Protein elektroforesis urin
- Hitung sel darah merah (RBC)
6. Penatalaksanaan
Menurut Harun R. L. (2007), tatalaksana nefropati diabetik tergantung pada
tahapan tahapan apakah masih mikroalbuminuria, tetapi pada prinsipnya,
pendekatan utama tatalaksana nefropati diabetik adalah melalui:
- Pengendalian gula darah (olahraga, diet, obat anti diabetes)
- Pengendalian tekanan darah (diet rendah garam, obat antihipertensi)
- Perbaikan fungsi ginjal
Tanda klinik bagi setiap tahap terutama adalah hiperglikemia, hipertensi,
dan selalu dijumpai hiperlipidemia. Terapi dasar adalah kendali gula darah,
kendali tekanan darah dan kendali kadar lemak darah.Terapi non farmakologis
nefropati diabetik berupa gaya hidup yang sehat meliputi olah raga rutin, diet,
menghentikan merokok serta membatasi konsumsi alcohol. Olah raga rutin yang
dianjurkan ADA adalah berjalan 3 5 km/hari dengan kecepatan sekitar 10 12
menit/km, 4 sampai 5 kali seminggu. Pembatasan asupan garam adalah 4 5
g/hari (atau 68 85 meq/hari) serta asupan protein hingga 0,8 g/kg BB ideal/ hari
7
7. Komplikasi
Menurut Tandra (2007), nefropati pada diabetes biasanya tidak berjalan
sendiri. Bila pasien telah mengidap nefropati, kemungkinan juga mengalami
komplikasi lain, yang timbulnya bisa lebih lambat atau lebih cepat. Komplikasi
tersebut, antara lain :
- Kerusakan mata
Gagal ginjal berat atau disebut end-stage renal disease selalu dibarengi dengan
retinopati. Begitu ginjal makin memburuk, retinopati akan makin bertambah.
- Kerusakan saraf
Gangguan ginjal pada penderita diabetes juga terkait dengan neuropati atau
kerusakan saraf, meskipun hubungan ini tidak seerat seperti pada kerusakan
mata.Kurang dari 50% penderita nefropati diabetik mengalami gangguan pada
sarafnya.
- Tekanan darah tinggi
Hipertensi sangat berperan terhadap memburuknya keadaan ginjal. Bila urine
menunjukkan adanya protein (proteinuria), sebagian besar akan terkena
tekanan darah tinggi. Apabila ureum dan kreatinin darah mulai naik, hampir
pasti akan muncul hipertensi.
- Bengkak atau edema
Bila kebocoran protein di urine mencapai 1 sampai 2 gram per hari, kadar
protein (albumin dan globulin) dalam darah akan berkurang. Akibatnya, terjadi
penimbunan air pada kaki dan tungkai bawah, serta timbul bengkak atau
edema.
Sedangkan menurut American Diabetes Assosiation, (2009) kemungkinan
komplikasi meliputi : anemia, gagal ginjal kronis (cepat bertambah buruk), dialisis
komplikasi, penyakit ginjal stadium akhir, hiperkalemia, hipertensi berat,
hipoglikemia, infeksi, transplantasi ginjal komplikasi, peritonitis (jika peritoneal
dialysis digunakan).
B. Hemodialisis
1. Definisi
Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan
biokimiawi darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan
dengan menggunakan mesin hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah satu
bentuk terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy/RRT) dan hanya
8
menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi ginjal. Hemodialisis dilakukan pada
penderita PGK stadium V dan pada pasien dengan AKI (Acute Kidney Injury) yang
memerlukan terapi pengganti ginjal. Menurut prosedur yang dilakukan HD
dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: HD darurat/emergency, HD
persiapan/preparative, dan HD kronik/reguler (Daurgirdas et al.,2007).
2. Indikasi
Indikasi HD dibedakan menjadi HD emergency atau HD segera dan
HD kronik. Hemodialis segera adalah HD yang harus segera dilakukan
(Daurgirdas et al.,2007)
HD Segera
a. Klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi
b. Oligouria (produksi urine <200 ml/12 jam)
c. Anuria (produksi urine <50 ml/12 jam)
d. Hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan ECG, biasanya (K >6,5
mmol/L)
e. Asidosis berat ( pH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/l)
f. Uremia ( BUN >150 mg/dL)
g. Ensefalopati uremikum
h. Neuropati/miopati uremikum
i. Perikarditis uremikum
j. Disnatremia berat (Na >160 atau <115 mmol/L)
k. Hipertermia
l. Keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran dialisis.
HD Kronik
Hemodialisis kronik adalah hemodialisis yang dikerjakan berkelanjutan
seumur hidup penderita dengan menggunakan mesin hemodialisis.
Menurut K/DOQI dialisis dimulai jika GFR <15 ml/mnt. Keadaan pasien yang
mempunyai GFR <15ml/menit tidak selalu sama, sehingga dialisis dianggap baru
perlu dimulai jika dijumpai salah satu dari hal tersebut di bawah ini
(Daurgirdas et al.,2007):
a. GFR <15 ml/menit, tergantung gejala klinis
b. Gejala uremia meliputi; lethargy, anoreksia, nausea, mual dan muntah.
c. Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.
d. Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.
e. Komplikasi metabolik yang refrakter.
9
C. Asidosis Metabolik
1. Definisi
Asidosis metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman
melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring
dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat
sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan
cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha
mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak
asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika
tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis
berat dan berakhir dengan keadaan koma
2. Etiologi
Penyebab mendasar asidosis metabolika adalah penambahan asam
terfiksasi (nonkarbonat), kegagalan ginjal untuk mengekskresi beban asam harian,
atau kehilangan bikarbonat basa. Peyebab asidosis metabolik umumnya dibagi
dalam dua kelompok berdasarkan selisih anion yang normal atau meningkat.
Selisih anion dihitung dengan mengurangi kadar Na+ dengan jumlah dari kadar Cl-
dan HCO3- plasma. Nilai normalnya adalah 12. Penyebab asidosis metabolik
dengan selisih anion yang tinggi adalah peningkatan anion yang tak terukur seperti
asam sulfas, asam fosfat, asam laktat dan asam asam organik lainnya. Apabila
asidosis disebabkan oleh hilngnya bikarbonat (seperti pada diare) maka selisih
anion akan normal. Sebaliknya jika asidosis metabolik disebabkan oleh
peningkatan produksi asam organik (seperti asam laktat pada syok sirkulasi) atau
retensi asam sulfas dan asam fosfat (seperti pada gagal ginjal), maka kadar anion
tak terukur (selisih anion) akan meningkat.
Asidosis metabolik merupakan akumulasi asam yang berasal dari
peningkatan produksi asam, berkurangnya ekskresi asam; atau hilangnya HCO3
ginjal atau gastrointestinal. Acidemia ( pH darah arteri < 7.35) yang terjadi
merupakan beban asam yang terakumulasi dari kompensasi pernapasan.
Penyebab academia diklasifikasikan berdasarkan pengaruhnya terhadap selisih.
10
3. Patofisiologi
Metabolisme sel menghasilkan karbon dioksida (CO2). Oleh suatu proses
intraseluler yang reversible, CO2 bergabung dengan air membentuk asam arang
(H2CO3-). Asam karbon dapat terurai menjadi ion ion hydrogen dan ion ion
HCO3- secara reversible. Acidemia merupakan tahap dimana terjadi peningkatan
konsentrasi H+ dan diukur dalam unit pH. Sel memiliki rentang perubahan pH yang
sempit untuk berfungsi secara optimal.
Terdapat dua mekanisme utama bagi sel untuk mempertahankan
konsentrasi H+ yang konstan. Sistem penyangga dari CO2 HCO3- berperan
penting. Respon utama terhadap asidosis metabolik adalah peningkatan ventilasi,
hasilnya berupa peningkatan ekskresi CO2 melalui proses difusi di paru. Namun
hal ini mengakibatkan pH darah menurun. Selain itu kelebihan H+ dapat
dikeluarkan melalui konversi ke CO2. Formula untuk sistem penyangga yaitu H+ +
HCO3- H2CO3- CO2 + H2O. Mekanisme kedua untuk mempertahankan
pH adalah dua respon bertahap dari ginjal. Pertama, ion H+ diekskresikan dalam
tubulus proksimal, dimana ion H+ tersebut bergabung dengan HCO3- untuk
membentuk asam arang (H2CO3-). Pada perbatasan tubular sel, asam arang
diubah menjadi CO2 dan Air, lalu diabsorsi kembali. Kedua, Bikarbonat dapat
dibentuk kembali melalui proses reverse dari sistem penyangga di paru (CO2 +
H2O H2CO3 H+ + HCO3-). Oleh karena itu asidosis metabilok dapat terjadi
ketika kedua respon kompensasi ini gagal atau tidak berjalan.
11
a. Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling
sering digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan
mineral pada tulang (Supariasa, 2001). Berat badan seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain : umur, jenis kelmain, dan aktifitas fisik.
b. Tinggi badan
Tinggi badan merupakan parameter yang terpenting bagi keadaan gizi
yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat.
(Supariasa,2001).
c. Tinggi Lutut
Pengukuran tinggi badan estimasi menggunakan tinggi lutut digunakan
untuk pasien yang tidak dapat berdiri dengan tegak seperti lansia ataupun yang
sedang bed rest sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukannya pengukuran
tinggi badan secara normal. Adapun langkah-langkah pengukurannya sebagai
berikut :
Pasien terlentang pada tempat tidur dengan posisi tempat tidur rata
Paha dan betis kiri membentuk sudut siku-siku (90 derajat). Hal ini dapat
dibantu dengan diberikan penyangga diantara paha dan betis pasien
Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki bagian tumit dan lutut. Jika tidak
ada dapat menggunakan meteran
Baca dan catat hasil pengukuran tersebut
Hitung hasil pengukuran Tinggi Lutut untuk menentukan tinggi estimasi dengan
rumus:
TB pria = 64,19 (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut dalam cm)
TB wanita = 84,88 (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut dalam cm)
12
Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan
menggunakan pita lila atau meteran lila perhatikan titik nolnya.
Lingkarkan pita lila sesuai tanda pulpen di sekeliling lengan responden sesuai
tanda (di pertengahan antara pangkal bahu dan siku).
Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita lila
Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar.
Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA (kearah angka
yang lebih besar).
Kriteria LLA:
>120% : Gizi Obesitas
110 120% : Gizi Overweight
90 - 110 % : Gizi Normal
60 90% : Gizi Kurang
<60% : Gizi Buruk
- Biokimia
Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang
berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ yang
berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Pengambilan kesimpulan dari data
laboratorium terkait masalah gizi harus selaras dengan data assesmen gizi lainnya
13
seperti riwayat gizi yang lengkap termasuk penggunaan suplemen, pemeriksaan
fisik, dan sebagainya.
- Pemeriksaan Fisik/Klinik
Pemeriksaan fisik (edema, sesak nafas, tekanan darah tinggi, nafsu makan
turun, kulit kering dan gatal, Respiratory Rate, suhu tubuh, keadaan umum dan
lain lain) dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berkaitan
dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi (Kemenkes RI,
2013). Pemeriksaan fisik terkait gizi merupakan kombinasi dari tanda-tanda vital
dan antropometri yang dapat dikumpulkan dari catatan medik pasien serta
wawancara.
14
Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Konsumsi Energi dan zat gizi menurut Depkes RI
tahun 1999
b. Food Record
Food record merupakan catatan responden mengenai jenis dan jumlah
makanan dan minuman dalam satu periodewaktu, biasanya 1 sampai 7 hari dan
dapat dikuantifikasikan denganestimasi menggunakan ukuran rumah tangga
(estimated food record) atau menimbang (weighed food record).
Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Konsumsi Energi dan zat gizi menurut Depkes RI
tahun 1999
15
4. Penimbangan makanan (Food Weighing)
Metode penimbangan makanan dilakukan dengan cara menimbang
makanan disertai dengan mencatat seluruh makanan dan minuman yang
dikonsumsi responden selama satu hari. Persiapan pembuatan makanan,
penjelasan mengenai bahan-bahan yang digunakan dan merk makanan (jika ada)
sebaiknya harus diketahui (Gibson, 2005).
2. Penatalaksanaan Diet
- Terapi Diet DM Nefropati dengan Hemodialisis
a. Tujuan Diet
Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki
status gizi, agar pasien dapat melakukan aktivitas normal.
Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolisme tidak berlebihan dan
memperberat kerja ginjal.
b. Prinsip Diet
3J
Tepat Jumlah
Jumlah makanan yang dikonsumsi harus sesuai dengan kebutuhan
Energi dan zat gizi pasien.
Tepat Jenis
Jenis bahan makanan yang diberikan sesuai dengan bahan makanan
yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan.
16
Tabel 5. Tabel daftar jenis bahan makanan yang dianjrkan dan tidak dianjurkan
Tepat Jadwal
Waktu makan pasien harus teratur (Interval makan tiap 3 jam)
c. Syarat Diet
Syarat diet bagi pasien yang menderita DM Nefropati dengan Hemodialisis
ialah :
Energi cukup yaitu 35 kkal/kg BB ideal/hari pada pasien Hemodialisis.
Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan
mengganti asam amino yang hilang selama dialisis, yaitu 1 1,2 g/kg
BB Ideal/hari pada pasien Hemodialisis. 50% Protein hendaknya bernilai
biologis tinggi.
17
Karbohidrat cukup, yaitu 55 75% dari kebutuhan Energi total.
Lemak Normal, yaitu 15 30% dari kebutuhan Energi total.
Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu:
1 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk setiap
liter urin
Kalium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu:
2 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk setiap 1
liter urin
Kalsium tinggi, yaitu 1000 mg/hari
Fosfor dibatasi, yaitu < 17 mg/kg BB ideal/hari
Cairan dibatasi, yaitu jumlah urin yang keluar/24 jam ditambah 500
750 ml
Suplemen vitamin bila diperlukan, terutama vitamin larut air seperti B6,
asam flat, dan vitamin C
Bila nafsu makan kurang berikan suplemen enteral yang mengandung
energi dan protein tinggi
- Terapi Edukasi
Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi
dua arah yang dilaksanakan oleh Ahli Gizi/Dietisien untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan
mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan
dilakukannya (Kemenkes RI, 2013).
Edukasi dan konseling gizi ini sangat penting untuk meningkatkan motivasi
pasien agar taat diet sehingga mencapai keberhasilan diet. Konseling ini tidak
hanya ditujukan kepada pasien saja tetapi diperuntukkan pada keluarga pasien
juga karena motivasi yang diberikan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap
kepatuhan diet yang diberikan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
18
diharapkan oleh klien maupun tim. Kegiatan yang berkaitan dengan monitor
perkembangan, antara lain :
Evaluasi hasil
Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan di atas, akan didapatkan 4 jenis hasil,
yaitu :
- Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman, perilaku,
akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh pada asupan
makanan dan zat gizi.
- Dampak asupan makanan dan zat gizi dari berbagai sumber, misalnya
makanan, minuman, suplemen, dan melalui rute enteral maupun parenteral.
- Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu pengukuran yang
terkait dengan antropometri, biokimia, dan parameter pemeriksaan fisik/klinis.
- Dampak pada pasien/klien terhadap intervensi gizi yang diberikan pada kualitas
hidupnya (Kemenkes RI, 2013).
19
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Pasien
Tanggal MRS : 13 April 2015
Jenis Pasien : Purnawirawan (BPJS)
No RM : 00-00-29-32-42
Nama : Tuan S
Usia : 51 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : TNI pangkat Sersan Mayor
Diagnosis Medis : CKD, SOB, HD Rutin (2x/Minggu), Asidosis Metabolik
20
Dari perhitungan tersebut dapat dilakukan penilaian status gizi pasien
menurut antopometri dengan metode LLA mendapatkan skor %LLA dengan nilai
74% yang berarti Gizi Kurang.
2. Biokimia
Pengambilan data Biokimia pasien dapat dilihat dari buku rekam medis
pasien untuk melihat keadaan gizi pasien dari segi biokimia agar dapat
menentukan keadaan kekurangan gizi pasien yang lebih spesifik lagi, dengan
hasil:
Penilaian status gizi menurut hasil biokimia didapatkan hasil bahwa nilai
pH darah pasien berada dibawah nilai normal sehingga dapat dikatakan terjadi
keadaan asidosis metabolik pada pasien dan terlihat nilai BUN dan Kreatinin
pasien berada diatas nilai Normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
kemungkinan terjadinya gangguan pada fungsi ginjal.
21
3. Fisik-Klinis
Pemeriksaan Fisik-Klinis pasien dapat kita lihat pada buku rekam medis
pasien maupun dengan pengamatan secara langsung pada keadaan fisik pasien.
Data Fisik yang diamati saat studi kasus berupa keadaan umum pasien, kembung,
mual, sesak nafas, odema. Sedangkan untuk data Klinis berupa Tensi, RR, Nadi,
dan Suhu, dan Urin tampung.
4. Riwayat Gizi
Data Riwayat Gizi Pasien didapatkan dari hasil menggali data terhadap
pasien melalui metode Recall, Frekuensi Makanan, dan Comstock makanan mulai
dari asupan makan sebelum masuk rumah sakit dan saat pasien berada di rumah
sakit.
Riwayat Gizi Dahulu
- Sebelum masuk rumah sakit pasien masih menyukai minum teh tiap pagi
menggunakan gula pasir (@1 sdm)
- Pasien suka mengkonsumsi buah-buahan (pisang, melon, semangka, pepaya,
dan lain-lain) jika sedang tidak dapat dinasehati pasien dapat mengkonsumsi
buah pepaya dalam 1 hari
- Pasien terbiasa makan makanan utama 3x sehari
(nasi + lauk hewani + lauk nabati (1x sehari) + sayur)
22
FFQ (sebelum MRS)
MP = Nasi 3x sehari (@ 100 gram)
LH = Ayam 2x seminggu (@ 50 gram)
Putih Telur 3x seminggu (@ 25 gram)
Ikan Kutuk 2x seminggu (@ 50 gram)
LN = Tahu 3x seminggu (@ 50 gram)
Syr = Sawi putih 3x seminggu (@50 gram)
Wortel 4x seminggu (@50 gram)
Kangkung 3x Minggu (@50 gram)
Rata-rata asupan harian :
E = 1037 Kalori (53%) Defisit tingkat berat
P = 56,5 g (85%) Defisit tingkat ringan
L = 36,9 g (68%) Defisit tingkat berat
KH = 117,1 g (42%) Defisit tingkat berat
- Istri pasien mendapatkan informasi dari tempat HD bahwa suaminya tidak
diperbolehkan mengkonsumsi buah-buahan. Sehingga istri pasien tidak
memperbolehkan suaminya mengkonsumsi buah-buahan sama sekali.
23
Penilaian status gizi menurut riwayat gizi pasien saat sebelum masuk
rumah sakit, asupan Energi dan zat gizi pasien berada di kategori defisit tingkat
berat, namun untuk nilai protein pasien berada di kategori defisit tingkat ringan.
Hal tersebut dikarenakan keadaan pasien yang tidak mengetahui pola makan yang
seharusnya dia makan menurut keadaan penyakitnya dan pasien cenderung lebih
memperbanyak porsi lauk Hewani pada saat makan.
Penilaian status gizi menurut riwayat gizi pasien saat berada di rumah
sakit, asupan Energi dan zat gizi pasien masih berada di kategori defisit tingkat
berat. Hal tersebut dikarenakan keadaan pasien yang masih mengalami kembung
dan juga mual sehingga nafsu makan pasien menjadi menurun yang berakibat
pasien tidak dapat menghabiskan makanan yang ada di rumah sakit. Selain itu
pasien juga tidak mengkonsumsi makanan yang dibawa dari luar rumah sakit.
5. Riwayat Personal
Data Riwayat Personal Pasien didapatkan dengan membaca buku rekam
medis pasien mengenai diagnosis medis, riwayat penyakit pasien, dan tindakan
medis yang pernah dilakukan pasien dan untuk data sosial ekonomi pasien
didapatkan dengan cara wawancara terhadap pasien.
Diagnosis Medis
CKD, SOB, HD reguler (2x/Minggu), Asidosis Metabolik
Sosial Ekonomi
Pasien seorang purnawirawan TNI
Pasien tinggal bersama istri dan ketiga orang anaknya.
Riwayat penyakit pasien dahulu ialah Diabetes Mellitus yang kini sudah
mengalami komplikasi hingga tahap CKD dengan Hemodialisis sehingga perlu
dilakukan perencanan asuhan gizi pasien yang lebih mendalam agar dapat
membantu keadaan pasien menjadi lebih baik dari segi gizi.
24
C. Diagnosis Gizi
1. Klinik
NC 2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi disebabkan adanya disfungsi
ginjal dan endokrin yang ditandai dari hasil nilai laboratorium BUN 61 mg/dl dan
Kreatini 8,6 mg/dl, keadaan fisik-klinis pasien berupa odem, mual, dan nafas
pendek, serta adanya diagnosis medis CKD dan Diabetes.
2. Behavior
NB 1.5 Gangguan pola makan disebabkan kurangnya pengetahuan mengenai
diet yang sesuai dengan keadaan penyakit pasien yang berasal dari keluarga
dan lingkungan sosial pasien dan ditandai dengan keyakinan terhadap
informasi gizi yang salah.
D. Intervensi Gizi
1. Terapi Diet
a. Tujuan Diet
- Meningkatkan asupan makan secara bertahap dan memberikan
makanan sesuai dengan kondisi pasien
b. Prinsip Diet
3J
- Tepat Jumlah
Jumlah makanan yang dikonsumsi harus sesuai dengan kebutuhan
Energi dan zat gizi pasien.
Tinggi Protein dikarenakan pasien melakukan hemodialisis
Rendah Garam (diet RG 1) dikarenakan keadaan pasien (tensi tinggi)
- Tepat Jenis
Kelompok bahan makanan yang dikonsumsi harus sesuai dengan
bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi keadaan
pasien.
- Tepat Jadwal
Jadwal makan atau waktu makan pasien harus teratur dengan interval
tiap 3 jam yaitu 3x makan utama dan 2x snack.
25
c. Syarat Diet
- Energi cukup 35 kkal/BBI untuk memenuhi kebutuhan Energi harian
pasien
- Protein diberikan tinggi untuk pasien CKD sebesar 1,2 g/BBI untuk
mengganti protein yang hilang akibat Hemodialisis
- Lemak diberikan cukup sebesar 30% Energi Total
- Karbohidrat diberikan cukup sebesar sisa dari Energi Protein dan
Energi Lemak
- Natrium diberikan rendah yaitu sebesar 200 400 mg (Diet RG I) untuk
menormalkan tensi pasien
- Kalium diberikan 2 gram + urin tampung (1L = 1g Kalium)
- Cairan dibatasi yaitu urin yang keluar/24 jam dijumlah 500 hingga 700
ml air.
- Frekuensi Pemberian = 3x makan utama, 2x snack
- Route melalui Oral
- Bentuk makanan Lunak
d. Perhitungan Kebutuhan Energi dan zat Gizi
E = 35 kkal/BBI
= 35 X 55 = 1925 kkal
P = 1,2 gr/BBI
= 1,2 X 55 = 66 g (13%)
L = 30% E Total
= 30% X 1925 = 54,16 g (30%)
KH = (E Total (Energi dari Protein +.Energi dari emak)) X Energi Total
= (100% (13%+30%)) X Energi Total
= (100% - 43%) X Energi. Total
= 57% X 1925 = 274 g (57%)
Na = 200 400 mg (Diet RG 1)
K = 2 gram + (urin tampung (ml)/1000 ml X 1g)
= 2 gram + (250/1000 X 1)
= 2 gram + 0,25 gram = 2,25 gram
Cairan = 250 + 500 = 750 ml
250 + 750 = 950 ml (750 950 ml/hari)
26
e. Pemesanan Diet
NT DMBE 1900 kkal (66 gram protein) RG
f. Perencanaan Pemberian Makan Pasien Secara Bertahap sebesar 70%
dari kebutuhan Energi dan zat gizi pasien
Energi = 1349 kkal
Protein = 43,8 gram
Lemak = 44,9 gram
Karbohidrat = 192 gram
Natrium = 200 400 mg
Kalium = 2250 mg
Cairan = 750 950 ml/hari
2. Terapi Edukasi
a. Tujuan Terapi Edukasi
- Pasien mampu meningkatkan asupan makannya secara bertahap
- Pasien dan keluarga mengerti akan diet untuk pasien (DM Nefropati
dengan Hemodialisis)
- Pasien dan keluarga mengerti dan memahami prinsip diet dan pola
makan yang sesuai untuk keadaan pasien
b. Sasaran
Pasien dan Keluarga
c. Waktu
15 menit
d. Tempat
Ruang Rawat Inap pasien di Paviliun B2 kamar 3A
e. Metode
Konsultasi Gizi dan Tanya Jawab
f. Alat Peraga
- Leaflet DM Nefropati dengan Hemodialisis
- Leaflet Padaan Bahan Makanan
27
g. Kegiatan
h. Materi
Diet untuk penderita DM Nefropati dengan HD rutin (lampiran 2)
2. Biokimia
Hasil Laboratorium pra HD Tanggal 15 April 2015
Nilai Suhu
Satuan Nilai Normal Hasil
Laboratorium 360 C 370 C
pH 7,292 7,292 - 7,305-7,450
pCO2 39 40,8 mmHg 32-45 N
pO2 94,9 100,8 mmHg 75-100 N
28
Hasil Laboratorium pasien pada saat sehari sebelum melakukan
Hemodialisis nila pH darah masih berada dibawah nilai normal yang
mengindikasikan pasien masih mengalami keadaan asidosis metabolik. Nilai Na
dan K walaupun masih dalam batas Normal tapi masih berada di ambang batas
atas.
3. Fisik Klinis
Fisik-Klinis
Tanggal
Fisik Satuan
15/04/2015 16/04/2015 17/04/2015
k/u Lemah Lemah lemah -
Kembung + - - -
Mual + + - -
Sesak Nafas +++ +++ ++ -
Odema pada tungkai
+++ ++++ +++ -
kaki (kanan dan kiri)
Klinis 15/04/2015 16/04/2015 17/04/2015
Tensi 160/50 160/90 190/90 mmHg
RR 20 20 20 x/menit
Nadi 80 76 80 x/menit
0
Suhu 36 36,1 36,5 C
Urin Tampung 250 250 250 cc/24 jam
29
kiri) mengalami pembengkakan hingga 2x lipat pada hari ke 2 hal tersebut
menandakan adanya ketidak seimbangan cairan pada tubuh pasien.
Hasil pengamatan keadaan klinis pasien pada pengamatan hari pertama hingga
ketiga, terlihat keadaan tekanan darah pasien masih tetap tinggi, bahkan pada hari
ke 3 tensi pasien sangat tinggi hingga 190/90. Nilai nadi, RR, dan suhu tubuh
pasien masih dalam keadaan Normal dari pengamatan pertama hingga ke tiga.
4. Riwayat Gizi
Konsumsi energi dan zat gizi pasien dari hari pertama sampai dengan
pengamatan hari ketiga mengalami peningkatan namun masih banyak yang
masuk dalam kategori defisit tingkat berat.
30
Tabel 19. Rata-rata asupan Energi dan zat gizi selama 3 hari
a. Energi
Grafik 1. Grafik Asupan Energi
Asupan Energi
2000
1925 1925 1925 1925
1800
Energi (gram)
1600
1400 1349 1349 1349 1349
Dari grafik diatas dapat terlihat asupan Energi pasien masih berada
dibawah standar kebutuhan Energi pasien per hari. Rata-rata asupan
Energi selama pengamatan 3 hari pada pasien adalah 68% yang masuk
dalam kategori defisit tingkat berat. Hal tersebut dikarenakan keadaan
umum pasien yang lemah disertai adanya keluhan mual dan kembung
pada hari pertama yang berdampak pada nafsu makan pasien menjadi
menurun, sehingga pasien tidak dapat menghabiskan makanannya. Infus
yang digunakan oleh pasien adalah NS 500 cc yang tidak mengandung
Energi di dalamnya, sehingga asupan Energi pasien tidak ada yang
disumbang dari penggunaan infus. Selain itu, pasien tidak mengkonsumsi
31
makanan dari luar rumah sakit, yang mengakibatkan pemenuhan Energi
pasien hanya didapat dari makanan yang disajikan oleh rumah sakit.
Porsi makanan pokok yaitu nasi tim yang dihabiskan pasien rata-
rata hanya dari porsi yang sudah direncanakan, hal tersebut dikarenakan
keadaan pasien yang masih merasa sesak nafas membuat nafsu
makannya menjadi menurun sehingga pasien mengurangi konsumsi nasi
timnya. Lauk hewani yang dikonsumsi pasien selama pengamatan 3 hari
selalu dihabiskan, hal tersebut dikarenakan pasien menyukai ragam menu
lauk hewani yang disajikan oleh rumah sakit, untuk lauk nabati tidak
diberikan dikarenakan standar diet untuk penyakit pasien tidak ada
pemberian untuk lauk nabati, hal tersebut juga dilakukan karena nilai
laboratorium BUN dan Kreatinin pasien yang masih tinggi sehingga perlu
dilakukannya pengurangan asupan protein dari lauk nabati. Sayuran yang
disajikan oleh pihak rumah sakit selalu dihabiskan oleh pasien, hal tersebut
dikarenakan pasien memang menyukai semua jenis sayur-sayuran. Buah
yang diberikan pada pasien tidak pernah dikonsumsi, karena istri pasien
pernah mendapatkan informasi yang salah mengenai konsumsi buah-
buahan sama sekali tidak diperbolehkan untuk pasien dikarenakan akan
membuat penyakit pasien menjadi makin parah.
b. Protein
Grafik 2. Grafik Asupan Protein
Asupan Protein
70 66 66 66 66
65
Protein (gram)
60
55
50
43,8 43,8 43,8 43,8
45
40 43,5 42,6 42
35 40,06
30
recall Hari 1 Hari 2 Hari 3
Pengamatan
Dari grafik diatas dapat terlihat asupan Protein pasien masih berada
dibawah standar kebutuhan Protein pasien per hari. Rata-rata asupan
32
selama pengamatan 3 hari pada pasien adalah 62% yang masuk dalam
kategori defisit tingkat berat, hal tersebut dikarenakan asupan protein
pasien hanya didapat dari lauk hewani saja, tanpa ada tambahan dari lauk
nabati karena kondisi penyakit pasien yang mengharuskan adanya
pembatasan asupan protein yang berasal dari lauk nabati, hal tersebut
didukung pula oleh hasil laboratorium BUN dan Kreatinin pasien yang
masih tinggi, sehingga perlu adanya pembatasan asupan protein yang
bernilai biologis rendah (lauk nabati). Selain itu, tidak mungkin dilakukan
penambahan porsi lauk hewani untuk pasien menjadi dua kali lipat
dikarenakan adanya standar ukuran dari lauk hewani yang disajikan untuk
pasien. Faktor lain yang mengakibatkan asupan protein pasien masih
rendah adalah karena pasien tidak mengkonsumsi makanan yang dibawa
dari luar rumah sakit.
c. Lemak
Grafik 3. Grafik Asupan Lemak
Asupan Lemak
60
54,16 54,16 54,16 54,16
50
Lemak (gram)
20 21,3
10
recall Hari 1 Hari 2 Hari 3
Pengamatan
Dari grafik diatas dapat terlihat asupan Lemak pasien masih berada
dibawah standar kebutuhan Lemak pasien per hari. Rata-rata asupan
selama pengamatan 3 hari pada pasien adalah 62% yang masuk dalam
kategori defisit tingkat berat.
Dari grafik diatas dapat terlihat perkembangan asupan lemak
pasien pada saat hari pertama hingga ke tiga mengalami kenaikan secara
bertahap, dikarenakan pasien sudah mau menghabiskan makanan yang
disediakan oleh pihak rumah sakit, khususnya untuk lauk dan juga sayuran
yang mengandung lemak cukup tinggi seperti pada saat hari ke dua dan
33
ketiga pengamatan menu makanan yang cukup tinggi akan kandungan
lemaknya seperti burger daging, ayam bacem, gulai bayam, telur bumbu
tauco, omlet, serta snack kolak kacang hijau pasien mau menghabiskan
makanaannya. Faktor lain yang dapat mengakibatkan adanya kenaikan
asupan makan pasien ialah dari segi fisik-klinis pasien yaitu sudah tidak
ada keluhan akan mual dan kembung yang dampaknya nafsu makan
pasien menjadi lebih baik.
d. Karbohidrat
Grafik 4. Grafik Asupan Karbohidrat
Asupan Karbohidrat
290 274 274 274 274
Karbohidrat (gram)
270
250
230
210 192 192 192 192
190
190
170 177 176
158,1
150
recall Hari 1 Hari 2 Hari 3
Pengamatan
34
e. Natrium
Grafik 5. Grafik Asupan Natrium
Asupan Natrium
450 400 400 400
400
400
Natrium (mg) 350
399,5 398,1
378,8
300
250
200 168,3
150
recall Hari 1 Hari 2 Hari 3
Pengamatan
asupan kebutuhan
Asupan Kalium
2500 2250 2250 2250 2250
2000
Natrium (mg)
1500 1299
970,7
1000 730,6
521,2
500
0
recall Hari 1 Hari 2 Hari 3
Pengamatan
asupan kebutuhan
35
Dari grafik diatas dapat terlihat asupan Kalium pasien masih berada
di bawah tingkat kebutuhan Kalium pasien per hari. Rata-rata asupan
Kalium selama pengamatan 3 hari pada pasien adalah 44% yang masuk
dalam kategori Defisit tingkat berat.
Asupan kalium pasien masih berada dibawah kebutuhan kalium per
hari hal tersebut dikarenakan, pasien tidak pernah mengkonsumsi bahan
makanan yang mengandung banyak kalium yang sudah disajikan oleh
pihak rumah sakit berupa buah-buahan seperti pepaya dan semangka
karena adanya larangan dari istri pasien untuk mengkonsumsi buah-
buahan. Walaupun sudah diberikan edukasi kepada pasien dan keluarga
pasien mengenai anggapan yang salah tentang informasi tersebut,
keluarga pasien tetap bersikukuh untuk tidak memberikan buah-buahan
kepada pasien karena takut akan membuat keadaan pasien semakin
parah.
g. Cairan
Grafik 7. Grafik Asupan Cairan
Asupan Cairan
2500
2000 2000
2000 1665
Cairan (ml)
1500
950 950 950 950
1000 750
500
0
recall Hari 1 Hari 2 Hari 3
Pengamatan
asupan kebutuhan
Dari grafik diatas dapat terlihat asupan Cairan pasien berada di atas
tingkat kebutuhan Cairan pasien per hari. Rata-rata asupan Cairan pasien
selama pengamatan 3 hari pada pasien adalah 166% yang masuk dalam
kelebihan asupan cairan.
Kelebihan asupan cairan tersebut tidak hanya disebabkan oleh
faktor asupan dari makanan dan minuman saja, hal tersebut juga bisa
dikarenakan pasien menggunakan infus ketika di rawat di rumah sakit, di
mana asupan cairan dari infus juga turut menyumbang adanya keadaan
36
kelebihan cairan pada pasien, dalam sehari pasien mendapatkan asupan
cairan dari infus 1500 ml/24 jam, ditambahkan rata-rata asupan cairan
dari makanan dan minuman 500 ml dalam 1 hari, sedangkan kebutuhan
cairan pasien hanya 950 ml/hari baik dari infus, makanan maupun
minuman.
Adanya keadaan kelebihan cairan tersebut juga dikarenakan faktor
lain berupa kesulitan dalam perencanaan pemenuhan kebutuhan cairan
pasien dalam satu hari, dikarenakan pasien tidak mau menggunakn kateter
sehingga tidak dapat diamati berapa cairan yang keluar dari tubuh pasien.
37
- Menekankan pentingnya peran - Keluarga pasien ikut
serta dukungan keluarga memonitoring jumlah
terhadap kesembuhan pasien makanan yang
dihabiskan pasien.
- Pemberian motivasi untuk - Asupan Energi pada
menghabiskan makanan yang hari kedua pengamatan
disediakan oleh rumah sakit. meningkat menjadi
(1329 kkal)
17/04/2015 - Memberikan penyuluhan - Pasien dan keluarganya
kepada pasien mengenai memahami akan pola
kebutuhan Energi dan zat gizi makan yang dapat
pasien dan diterjemahkan ke mereka terapkan pada
dalam menu harian yang dapat saat pasien sudah
diterapkan di rumah. keluar rumah sakit.
Namun untuk
pemeberian buah-
buahan, istri pasien
tetap bersikukuh untuk
tidak memperbolehkan
suaminya untuk
mengkonsumsi buah-
buahan
38
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Studi Kasus di Paviliun B2 Kamar 3A dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Hasil Penilaian Status Gizi Pasien melalui Skrining Gizi Pasien mendapatkan
skor B yang masuk kategori Malnutrisi Ringan-Sedang.
2. Hasil Assesment Gizi
- Antopometri : TL = 49 cm
LILA = 24 cm
%LLA = 74% (Kategori : Status Gizi Kurang)
- Biokimia : Nilai BUN dan Kreatinin pasien melebihi nilai normal yaitu
61 mg/dl dan 8,6 mg/dl yang menandakan adanya
kerusakan pada fungsi ginjal pasien.
- Fisik-Klinis : Fisik = k/u somnolen, terdapat odem pada kedua tungkai
kaki, mual, sesak nafas kembung, dan urin
tampung pasien sedikit.
Klinis = tensi pasien tinggi (190/90 mmHg), RR pasien
Tinggi (24x/menit), Nadi normal, dan suhu tubuh
Normal.
- Riwayat Gizi : Hasil recall 24 jam terhadap pasien didapatkan
Energi = 999 kkal (51%) Defisit tingkat berat
Protein = 43,5 g (65%) Defisit tingkat berat
Lemak = 21,3 g (39%) Defisit tingkat berat
Karbohidrat = 158,1 g (57%) Defisit tingkat berat
Natrium = 168,3 mg (32%) Defisit tingkat berat
Kalium = 521,2 mg (30%) Defisit tingkat berat
Cairan = 1665 ml (175%) Kelebihan cairan
- Personal : RPD = Diabetes Mellitus
RPK = Diabetes Mellitus dan Hipertensi
Diagnosis Gizi = CKD, SOB, HD reguler, Asidosis
Metabolik
3. Diagnosa gizi yang ditegakkan
NC 2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi disebabkan adanya disfungsi
ginjal dan endokrin yang ditandai dari hasil nilai laboratorium BUN 61 mg/dl dan
39
Kreatini 8,6 mg/dl, keadaan fisik-klinis pasien berupa odem, mual, dan nafas
pendek, serta adanya diagnosis medis CKD dan Diabetes.
NB 1.5 Gangguan pola makan disebabkan kurangnya pengetahuan mengenai
diet yang sesuai dengan keadaan penyakit pasien yang berasal dari keluarga
dan lingkungan sosial pasien dan ditandai dengan keyakinan terhadap
informasi gizi yang salah.
4. Intervensi Gizi
- Terapi Diet
NT DMBE 1900 kkal (66 gram protein) RG
- Terapi Edukasi
Edukasi yang diberikan berupa pola makan yang sesuai untuk pasien DM
Nefropati dengan Hemodialisis, Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan, dan Padaan bahan makanan.
Motivasi kepada pasien untuk menghabiskan makanan yang berasal dari
rumah sakit secara bertahap.
40
- Edukasi
Setelah diberikan pemberian edukasi motivasi pada pasien dan keluaganya,
ada perubahan pada Asupan Energi dan zat gizi pasien selama 3 hari.
Akan tetapi, istri pasien walaupun sudah diberikan edukasi mengenai buah-
buahan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk pasien, istri pasien tetap
berkeyakinan pada informasi gizi yang dia peroleh jika buah sama sekali
tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh suaminya.
B. Saran
Tetap memberikan edukasi dan motivasi kepada pasien agar pasien dapat
melaksanakan dietnya dengan baik
41
DAFTAR PUSTAKA
Harun R. L. 2007. Penyakit Ginjal Diabetik. Di dalam : Aru W. S., Dkk (ed). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Hal :534. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Hendromartono. 2007. Nefropati Diabetik. Di dalam : Aru W. S., Dkk (ed). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Hal :430. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 1990. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
http://gudangardhy.blogspot.com/2012/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html Diakses
pada 20 Januari2014
42
Lampiran 1. Skrining Gizi
2 5 1
43
1900 Buah Melon 100 gram 1 ptg
66
54,16
75 5 sdm
274
55 1 btr
750
-
50 gls
5 sdm
75 5 sdm
55 1 btr
-
Tn. Sukadi
50 gls
51
Lampiran 2. Leaflet DM Nefropati dengan HD
5 sdm
161
Kue Pukis 100 gram 1 buah 55
Sidoarjo
75 5 sdm
35 1 btr
-
50 gls
5 sdm
44
45
Lampiran 3. Leaflet Padaan Bahan Makanan
Tn. Sukadi
Sidoarjo
161
51
55
46
47
Lampiran 3. Proses Asuhan Gizi Terstandar
48
Kreatinin 11 mg/dl (0,5-1,5) Kreatinin memenuhi kebutuhan Ruang Rawat Inap pasien di pCO2, dan pO2,
Energi harian pasien Kav. B2 kamar 3A K, Na)
Hemodialisis Tanggal 13 April 2015 - Protein diberikan tinggi
Suhu = 360C Suhu = 370C untuk pasien ggk Metode:
pH = 7,213 pH = 7,200 (7,350- pH darah sebesar 1,2 g/BBI untuk Konsultasi Gizi dan Tanya
7,450) mengganti protein yang Jawab
pCO2= 33,7 mmHg pCO2= 35,2 mmHg (32- hilang akibat
45) N Hemodialisis Alat Peraga:
pO2= 73 mmHg pO2= 78 mmHg (75- - Lemak diberikan cukup - Leaflet DM Nefropati
100) N sebesar 30% Energi dengan Hemodialisis.
K= = 4,17 mmol/L (3,5 5 mmol/L) N Total - Leaflet Padaan Bahan
Cl-- = 95 mmol/L (95 108 mmol/L) N BUN - Karbohidrat diberikan Makanan
Kreatinin cukup sebesar sisa dari
Sebelum HD Setelah HD Energi Protein dan Materi
BUN 85 61 (10-24) mg/dl Energi Lemak - Tujuan Diet
- Natrium diberikan Mencegah defisiensi zat
Kreatinin 10,8 8,6 (0,5-1,5) mg/dl rendah yaitu sebesar gizi serta
200 400 mg (Diet RG mempertahankan dan
Data Fisik-Klinis I) untuk menormalkan memperbaiki status gizi Fisik
Tanggal 13 April 2015 tensi pasien agar pasien dapat Perubahan
k/u = somnolen (CM) Kesadaran - Kalium diberikan 2 gram melakukan aktivitas fisik-klinik
Tensi = 190/90 mmHg ( Tensi + urin tampung (1L = 1g normal meliputi
RR = 24x/menit (20x/menit) RR Kalium. Sehingga = 0,25 Menjaga keseimbangan kenampakan
Nadi = 100x/menit (70-80x/menit) Nadi g) cairan dan elektrolit lemah,
Suhu = 360C (360 C - 370C) N 2,25 gram Menjaga agar akumulasi keadaan
- Kembung (++) Kembung - Cairan dibatasi yaitu produk sisa metabolisme kembung,
- Mual (++) Mual urin yang keluar/24 jam tidak berlebihan mual, suhu
- Sesak nafas (++++) Sesak + 500 hingga 700 ml tubuh dan
- Odema pada tungkai kaki (kanan dan kiri) Odema - Frekuensi Pemberian = - Syarat Diet odema
- Urin tampung = 250 cc / 24 jam Urin 3x makan utama, 2x E dan KH cukup Klinik
(pasien tidak mau menggunakan kateter snack Protein Tekanan darah,
sehingga menggunakan pempers) - Route = Oral Lemak Normal RR, nadi, suhu
- Bentuk = Lunak Na dan K sesuai jumlah tubuh, dan urin
urin 1 hari tampung
Data Riwayat Gizi Perhitungan Kebutuhan Cairan dibatasi Dietary
1. Riwayat Gizi Dahulu Gizi Asupan makan
- Sebelum sakit, pasien hampir setiap hari E = 35kkal/BBI Dianjurkan Tidak setiap hari
selalu mengkonsumsi minuman yang manis-
49
manis seperti : softdrink, es buah, es campur Konsumsi = 35 X 55 = 1925 kkal Dianjurkan Asupan cairan
(minimal 1 hari 1 x) minuman P = 1,2 gr/BBI KH setiap hari
- Setelah sakit, pasien tidak dapat mengontrol Kandungan Gula = 1,2 X 55 = 66 g (13%) KH KH
keinginannya untuk mengkonsumsi buah- L = 30% E Total kompleks Sederhana Edukasi
buahan yang ia sukai seperti pisang, melon, Tidak mampu = 30% X 1925 = 54,16 g Protein Menanyakan
semangka, pepaya secara berlebihan. merubah makanan (30%) Telur, Tempe, kembali
terkait perilaku KH = (E Tot (E. P. +.E Daging, Tahu, tentang materi
Pasien terbiasa makan makanan utama 3x L.)) X E Tot Ayam, Olahan yang telah
sehari = (100% Ikan, All Tempe, disampaikan
(nasi + lauk hewani + lauk nabati (1x sehari) + (13%+30%)) X E Tot Tahu,
sayur) = (100% - 43%) X E. Kacang-
FFQ (sudah sakit) Tot kacangan
MP = Nasi 3x sehari (@ 100 gram) = 57% X 1925 = 274 g Lemak
LH = Ayam 2x seminggu (@ 50 gram) (57%) Minyak Kelapa,
Putih Telur 3x seminggu (@ 25 gram) Na = 400 mg jagung, santan, dll
Ikan Kutuk 2x seminggu (@ 50 gram) K = 2250 mg kacang
Ikan Gurame 2x seminggu (@ 50 gram) Cairan = 250 + 500 = 750 tanah,
LN = Tahu 3x seminggu (@ 50 gram) ml kelapa
Syr = Sawi putih 3x seminggu (@ 50 gram) 250 + 750 = 950 sawit, dll
Wortel 4x seminggu (@ 50 gram) ml Sayuran
Kangkung 3x Minggu (@ 50 gram) Rendah Tinggi
Rata-rata asupan harian : Pemesanan Diet
Kalium: Kalium:
E = 1037 Kalori (53%) Defisit tkt. Berat E (Defisit tkt. Berat) NT DMBE 1900 kkal (66 g
Kangkung, Tomat,
P = 56,5 g (85%) Defisit tkt Ringan P (Defisit tkt protein) RG
Sawi, Kol,
L = 36,9 g (68%) Defisit tkt. Berat Ringan) Wortel, dll Bayam,
KH = 117,1 g (42%) Defisit tkt. Berat L (Defisit tkt. Berat) Perencanaan menu 70% Buncis, All
KH (Defisit tkt. E = 1349 kkal
Buah
- Istri pasien mendapatkan informasi dari Berat) P = 43,8 gram
Rendah Tinggi
tempat HD bahwa suaminya tidak L =44,9 gram
Kalium : Kalium:
diperbolehkan mengkonsumsi buah-buahan. Pengetahuan yang KH = 192,23 gram
Jambu, Anggur,
Sehingga istri pasien tidak memperbolehkan tidak
Semangka Arbei,
suaminya mengkonsumsi buah-buahan sama akuran/lengkap
, Mangga Pisang,
sekali.
Pepaya,
Jeruk, dll
2. Riwayat Gizi Sekarang
Hasil Recall 24 Jam
Pemorsian Makan 1 hari
E = 999 kkal (51%)
P = 43,5 g (65%)
50
L = 21,3 g (39%) E (Defisit tkt. Berat) Pagi
KH = 158,1 g (57%) P (Defisit tkt. Berat) MP : 75 g
Na = 168,3 mg (%) L (Defisit tkt. Berat) LH : 50 g
K = 521,2 mg (32%) KH (Defisit tkt. LN : -
Cairandari makan+minum+infus=100+65+1500 Berat) Sayur : 100 g
=1665ml
Infus Snack Pagi
Nabic 100 mcq dalam NS 250 cc habis dalam 4 Asupan cairan Kue 1 potong
jam
1 hari = 1500 cc SIang
Tiap 500 cc infus NS (Nacl 4,5 gram) MP : 75 g
(2,25 gram Na) (2,25 gram Cl) LH : 50 g
Na = 2,25 gram X 3 = 6,75 gram LN : -
Cl = 2,25 gram X 3 = 6,75 gram Sayur : 100 g
- Pasien sebelumnya tidak pernah
mendapatkan konsultasi gizi Snack Sore
Kurang informasi Buah 1 potong
- Setelah diberikan informasi mengenai buah- mengenai gizi
buahan yang dapat dikonsumsi oleh pasien, Malam
istri pasien tetap merasa pasien tidak perlu Kurang dukungan MP : 75 g
untuk mengkonsumsi buah-buahan padahal sosial dan keluarga LH : 50 g
pasien sendiri ingin makan buah. LN : -
Saur : 100 g
3. Pantangan Makanan/ Alergi Makanan
Pasien tidak memiliki pantangan makanan
Pasien memiliki alergi kepiting
Data Riwayat Personal
1. Diagnosis Medis
CKD, SOB, HD Reguler, Asidosis Metabolik CKD
2. Riwayat Penyakit SOB
a. Sekarang HD Reguler
Pasien MRS karena merasakan tubuhnya Asidosis Metabolik
lemas dan nafas yang sesak
Pasien rutin melakukan Hemodialisis(1
minggu 2x) setiap hari senin dan kamis
b. Dahulu
Pasien sudah 9 kali dirawat di rumah sakit
12 th yang lalu pasien didiagnosis DM
51
3. Sosial Ekonomi
Pasien seorang purnawirawan TNI, pasien
tinggal bersama istri dan ketiga orang anaknya
52
RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan Evaluasi
Hari/Tanggal Antopometri Biokimia Fisik/Klinis Dietary Edukasi Identifikasi Rencana
Masalah Tindak
Baru Lanjut
Rabu Suhu = k/u = lemah E = 1283 kkal (66%) Defisit tkt Berat - Menekankan - -
15 April 360C Suhu Tensi = 160/50 mmHg P = 40,06 g (60%) Defisit tkt Berat pentingnya
2015 = 370C () L = 35,7 g (65%) Defisit tkt Berat peran serta
pH = 7,292 RR = 20x/menit KH = 199 g (72%) Defisit tkt Sedang dukungan
pH = 7,292 (N) Na = 399,5 mg keluarga
- pCO 2 = 39 Nadi = 80x/menit K = 970,7 mg terhadap
pCO 2 = (N) Cairan = 500 ml Kelebihan cairan kesembuhan
40,8 Suhu = 360 C Infus = 1500 ml pasien
pO2 = 94,9 (N)
pO2 = 100,8 - Pemberian
- Kembung (+) motivas iakan
Natrium = - Mual (+) pentingnya
142 - Sesak nafas (+++) menghabiskan
Kalium = - Odema (+++) diet yang telah
- Urin tampung = 250 cc / diberikan
4,62
24 jam
Cl = 100
Nilai
Normal
pH (7,350-
7,450)
pCO2 (32-
45 mmHg)
pO2 (75-
100 mmHg)
53
Na (135
145
mmol/L)
K (3,5 5
mmol/L)
Cl (95
108
mmol/L)
Kamis Pre HD k/u = lemah E = 1330 kkal (69%) Defisit tkt Berat - Memberikan Kelebihan Perawat:
16 April Post HD Tensi = 160/90 mmHg P = 42,6 g (64%) Defisit tkt Berat edukasi dan Vol. Pembatasan
2015 BUN = 66 () L = 49,6 g (91%) Normal motivasi Cairan asupan
BUN = 53 RR = 20x/menit KH = 177 g (64%) Defisit tkt Berat kepada pasien cairan
Kreatinin = (N) Na = 623,1 mg dan keluarga (NS 250 cc
- 8,8 Nadi = 76x/menit K = 1299 mg akan habis dalam
Kreatinin = (N) Cairan = 500 ml Kelebihan cairan pentingnya 24 jam)
pembatasan
7,3 Suhu = 36,10C Infus = 1500 ml
cairan
Natrium = (N)
- Menekankan
97,8 Ahli Gizi:
pentingya
Natrium = - Kembung (-) peran serta Mengedukasi
90,4 - Mual (+) pasien
dukungan
Kalium = - Sesak nafas (+++) mengenai
keluarga
3,42 - Odema (++++) pembatasan
Kadua tungkai kaki pasien terhadap
Kalium = kesembuhan cairan yang
membesar hampir 2x lipat
3,4 dari odema biasanya. pasien pasien
Cl = 70,1 - Urin tampung = 250 cc / konsumsi
Cl = 106 24 jam
Nilai
Normal
BUN = 10-
24 mg/dl
54
Kreatinin =
0,5-1,5
mg/dl
Natrium =
135 - 145
mmol/L
Kalium =
3,5 5
mmol/L
Jumat k/u = lemah E = 1329 kkal (69%) Defisit tkt Berat Memberikan - -
17 April Tensi = 190/90 mmHg P = 42 g (63%) Defisit tkt Berat penyuluhan
2015 () L = 49,3 g (91%) Normal kepada pasien
RR = 20x/menit KH = 176 g (64%) Defisit tkt Berat mengenai
(N) Na = 206,8 mg kebutuhan
- - Nadi = 80x/menit K = 730,6 mg Energi dan zat
(N) Cairan = 500 Cairan Normal gizi pasien dan
Suhu = 36,50C Infus = 250 ml diterjemahkan ke
(N) dalam menu
harian yang
- Kembung (-) dapat diterapkan
- Mual (-) di rumah.
- Sesak nafas (++)
- Odema (+++)
- Urin tampung = 250 cc /
24 jam
55
Lampiran 5. Hasil Pengamatan Asupan Makanan selama 3 hari
PENGAMATAN HARI 1
Keterangan:
Diagnosa Medis : CKD, SOB, HD Reguler, Asidosis Metabolik
Bentuk Makanan : Lunak
Diet : DM BE 1900 kkal (protein 66 gram) RG
Nama: Tn. S Jenis Kelamin: Laki-laki Umur: 51 tahun BBI: 55 kg TB Estimasi: 161 cm
Protein (gr) Vit. Vit.
Waktu Menu Bahan Brt ENERGI LMK HA Ca F Fe Vit. A
B1 C
Na K Chols Serat
( gr ) Kal Hwn Nbt (gr) (gr) (mg) (mg) (mg) (SI) (mg) (mg) ( mg ) ( mg ) (mg) (gr)
Nasi Tim Beras giling 75 270 0 5,1 0,53 59,2 4,5 105 0,6 0 0,09 0 3,75 75 0 1,5
Fillet Ikan Ungkep Kakap 50 46 10 0 0,35 0 10 100 0,5 15 0,025 0 38 208 0 0
Siang Panggang
Minyak kelapa sawit 2,5 22,55 0 0 2,5 0 0 0 0 1500 0 0 0 0 0 0
Sayur Asem Kangkung 25 7,25 0 0,75 0,08 1,35 18,3 12,5 0,63 1575 0,018 0,75 16,25 19,5 0 0,295
Minyak kelapa sawit 1,3 11,275 0 0 1,25 0 0 0 0 750 0 0 0 0 0 0
Sub Total 357,08 10 5,85 4,7 60,5 32,8 218 1,73 3840 0,133 0,75 58 302,5 0 1,795
Tepung terigu 15 54,75 0 1,34 0,2 11,6 2,4 15,9 0,18 0 0,018 0 0,3 60 0 0,225
Snack Kue Bolu Telur ayam 5 8,1 0,64 0 0,58 0,04 2,7 9 0,14 45 0,005 0 7,9 8,9 27,5 0
Mentega 5 36,25 0,025 0 4,08 0,07 0,75 0,8 0,06 165 0 0 49,35 0,75 12,5 0
Gula pasir 10 36,4 0 0 0 9,4 0,5 0,1 0,01 0 0 0 0,03 0,05 0 0
Sub Total 135,5 0,665 1,34 4,85 21,1 6,35 25,8 0,38 210 0,023 0 57,58 69,7 40 0,225
Malam Nasi Tim Beras giling 50 180 0 3,4 0,35 39,5 3 70 0,4 0 0,06 0 2,5 50 0 1
Telur ayam 50 40,5 3,2 0 2,88 0,18 13,5 45 0,68 225 0,025 0 39,5 44,5 137,5 0
Tomat masak 2,5 0,5 0 0,03 0,01 0,11 0,13 0,68 0,01 37,5 0,002 1 0,1 5,875 0 0,188
Telur Bb Bali
Cabe merah besar(
segar ) 2,5 0,775 0 0,03 0,01 0,18 0,73 0,6 0,01 11,75 0,001 0,45 0 0 0 0
Minyak kelapa sawit 2,5 22,55 0 0 2,5 0 0 0 0 1500 0 0 0 0 0 0
Sayur Bobor Bayam 30 10,8 0 1,05 0,15 1,95 80,1 20,1 1,17 1827 0,024 24 1,2 124,8 0 1,05
56
Labu waluh 20 5,8 0 0,22 0,06 1,32 9 12,8 0,28 36 0,016 10,4 0 0 0 0
Santan peras, dengan air 10 12,2 0 0,2 1 0,76 2,5 3 0,01 0 0 0,2 0,4 32,4 0 0
Minyak kelapa sawit 2,5 22,55 0 0 2,5 0 0 0 0 1500 0 0 0 0 0 0
Sub Total 295,68 3,2 4,92 9,45 43,9 109 152 2,56 5137,3 0,128 36,1 43,7 257,6 137,5 2,238
Nasi Tim Beras giling 50 180 0 3,4 0,35 39,5 3 70 0,4 0 0,06 0 2,5 50 0 1
Daging sapi 40 82,8 7,2 0 5,6 0 4,4 68 1,12 12 0,032 0 37,2 195,6 28 0
Empal Daging
Gula pasir 5 18,2 0 0 0 4,7 0,25 0,05 0,01 0 0 0 0,015 0,025 0 0
Minyak kelapa sawit 5 45,1 0 0 5 0 0 0 0 3000 0 0 0 0 0 0
Rawon Labu Labu siam 50 13 0 0,3 0,05 3,35 7 12,5 0,25 10 0,01 9 0 0 0 1,5
Siam
Kecap 5 2,3 0 0,29 0,07 0,45 6,15 4,8 0,29 0 0 0 200 25 0 0
Minyak kelapa sawit 2,5 45,1 0 0 5 0 0 0 0 3000 0 0 0 0 0 0
Teh' 3 3,96 0 0,59 0,02 2,03 21,5 7,95 0,35 0,0629 0,4 0 0,3 54 0 0
Teh Gula pasir (tropicana
Pagi slim) 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sub Total 426,86 7,2 4,57 16,1 59,4 42,8 163 2,42 6022,1 0,102 9 240 324,7 28 2,5
Kolak Kacang Kacang ijo 10 34,5 0 2,22 0,12 6,29 12,5 32 0,67 15,7 0,064 0,6 0 0 0 3,75
Snack Hijau
Gula pasir 7,5 27,3 0 0 0 7,05 0,38 0,08 0,01 0 0 0 0,023 0,038 0 0
Santan peras, dengan air 5 6,1 0 0,1 0,5 0,38 1,25 1,5 0,01 0 0 0,1 0,2 16,2 0 0
Sub Total 67,9 0 2,32 0,62 13,7 14,1 33,6 0,68 15,7 0,064 0,7 0,223 16,24 0 3,75
Total 1283 40,06 35,7 199 205 592 7,77 15225 0,45 46,5 399,5 970,7 205,5 10,51
57
PENGAMATAN HARI 2
Keterangan:
Diagnosa Medis : CKD, SOB, HD Reguler, Asidosis Metabolik
Bentuk Makanan : Lunak
Diet : DM BE 1900 kkal (protein 66 gram) RG
Nama: Tn. S Jenis Kelamin: Laki-laki Umur: 51 tahun BBI: 55 kg TB Estimasi: 161 cm
Protein (gr)
Waktu Menu Bahan Brt ENERGI LMK HA Ca F Fe Vit. A Vit. B1 Vit. C Na K Chols Serat
( gr ) Kal Hwn Nbt (gr) (gr) (mg) (mg) (mg) (SI) (mg) (mg) ( mg ) ( mg ) (mg) (gr)
Nasi Tim Beras giling 75 270 0 5,1 0,53 59,2 4,5 105 0,6 0 0,09 0 3,75 75 0 1,5
Daging sapi 30 82,8 7,2 0 5,6 0 4,4 68 1,12 12 0,032 0 37,2 195,6 28 0
Burger Daging Tepung panir 10 35,3 0 0,07 0,02 8,47 1,1 1,3 0,15 0 0,001 0 0 0 0 0,05
Siang Telur ayam 10 24,3 1,92 0 1,73 0,11 8,1 27 0,41 135 0,015 0 23,7 26,7 82,5 0
Minyak kelapa sawit 2,5 22,55 0 0 2,5 0 0 0 0 1500 0 0 0 0 0 0
Wortel 20 8,4 0 0,24 0,06 1,86 7,8 7,4 0,16 2400 0,012 1,2 14 49 0 1
Sayur Kimlo Jamur kuping segar 20 3 0 0,76 0,12 0,18 0,6 18,8 0,34 0 0,02 1 0 0 0 1
Bihun 10 36 0 0,47 0,01 8,21 0,16 3,5 0,18 0 0 0 1,3 19,7 0 0
Santan peras, dengan air 10 12,2 0 0,2 1 0,76 2,5 3 0,01 0 0 0,2 0,4 32,4 0 0
Minyak kelapa sawit 2,5 22,55 0 0 2,5 0 0 0 0 1500 0 0 0 0 0 0
Sub Total 539,65 9,12 6,84 16,6 78,8 29,2 234 2,97 7047 0,17 2,4 80,35 398,4 110,5 3,55
Nasi Tim Beras giling 50 180 0 3,4 0,35 39,5 3 70 0,4 0 0,06 0 2,5 50 0 1
Ayam 50 151 9,1 0 12,5 0 7 100 0,75 405 0,04 0 50 175 30 0
Malam Ayam Bacem
Kecap 5 4,6 0 0,57 0,13 0,9 12,3 9,6 0,57 0 0 0 200 50 0 0
Minyak kelapa 5 43,5 0 0,05 4,9 0 0,15 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Bayam 50 18 0 1,75 0,25 3,25 134 33,5 1,95 3045 0,04 40 2 208 0 1,75
Gulai Bayam
Santan peras, dengan air 10 12,2 0 0,2 1 0,76 2,5 3 0,01 0 0 0,2 0,4 32,4 0 0
Minyak kelapa sawit 2,5 3,05 0 0,05 0,25 0,19 0,63 0,75 0 0 0 0,05 0,1 8,1 0 0
Sub Total 412,35 9,1 6,02 19,4 44,6 159 217 3,68 3450 0,14 40,3 455 523,5 30 2,75
Pagi Nasi Tim Beras giling 50 180 0 3,4 0,35 39,5 3 70 0,4 0 0,06 0 2,5 50 0 1
58
Telur ayam 50 81 6,4 0 5,75 0,35 27 90 1,35 450 0,05 0 79 89 275 0
Tauco 3 5,6 0 0,56 0,01 2,01 19,5 8,95 0,35 0,0629 04 0 0,3 54 0 0
Telur Bb. Tauco
Minyak kelapa 5 43,5 0 0,05 4,9 0 0,15 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SGB Sawi Putih Sawi 50 11 0 1,15 0,15 2 110 19 1,45 3230 0,045 51 5,87 183,7 0 1,955
Minyak kelapa sawit 2,5 22,55 0 0 2,5 0 0 0 0 1500 0 0 0 0 0 0
Teh' 3 3,96 0 0,59 0,02 2,03 21,5 7,95 0,35 0,0629 04 0 0,3 54 0 0
Teh
Gula pasir (Tropicana Slim) 2 36,4 0 0 0 9,4 0,5 0,1 0,01 0 0 0 0,03 0,05 0 0
Sub Total 378,41 6,4 5,19 13,7 53,2 162 187 3,56 5180,1 0,155 51 87,7 376,8 275 2,955
Total 1330,4 42,665 40,5 177 350 638 10,2 15677 0,465 93,7 398,1 1299 415,5 9,255
59
PENGAMATAN HARI 3
Keterangan:
Diagnosa Medis : CKD, SOB, HD Reguler, Asidosis Metabolik
Bentuk Makanan : Lunak
Diet : DM BE 1900 kkal (protein 66 gram) RG
Nama: Tn. S Jenis Kelamin: Laki-laki Umur: 51 tahun BBI: 55 kg TB Estimasi: 161 cm
Protein (gr) Vit. Vit.
Waktu Menu Bahan Brt ENERGI LMK HA Ca F Fe Vit. A
B1 C
Na K Chols Serat
( gr ) Kal Hwn Nbt (gr) (gr) (mg) (mg) (mg) (SI) (mg) (mg) ( mg ) ( mg ) (mg) (gr)
Nasi Tim Beras giling 50 180 0 3,4 0,35 39,5 3 70 0,4 0 0,06 0 2,5 50 0 1
Ayam 50 151 9,1 0 12,5 0 7 100 0,75 405 0,04 0 50 175 30 0
Ayam Ungkep Panggang
Pagi Minyak kelapa sawit 2,5 45,1 0 0 5 0 0 0 0 3000 0 0 0 0 0 0
Wortel 20 8,4 0 0,24 0,06 1,86 7,8 7,4 0,16 2400 0,012 1,2 14 49 0 1
Sayur Cap-cay Sawi 10 2,2 0 0,23 0,03 0,4 22 3,8 0,29 646 0,009 10,2 1,174 36,74 0 0,391
Tepung maizena 7,5 26,625 0 0,69 0,29 5,53 0,75 19,2 0,18 38,25 0,029 0 0 0 0 0
Minyak kelapa sawit 1,3 11,275 0 0 1,25 0 0 0 0 750 0 0 0 0 0 0
Sub Total 424,6 9,1 4,56 19,5 47,2 40,6 200 1,78 7239,3 0,15 11,4 67,67 310,7 30 2,391
Nasi Tim Beras giling 50 180 0 3,4 0,35 39,5 3 70 0,4 0 0,06 0 2,5 50 0 1
Daging sapi 30 62,1 5,4 0 4,2 0 3,3 51 0,84 9 0,024 0 27,9 146,7 21 0
Malam Rolade Daging Telur ayam 10 16,2 1,28 0 1,15 0,07 5,4 18 0,27 90 0,01 0 15,8 17,8 55 0
Tepung jagung kuning 15 53,25 0 1,38 0,59 11,1 1,5 38,4 0,36 76,5 0,057 0 0 0 0 0
Minyak kelapa sawit 5 45,1 0 0 5 0 0 0 0 3000 0 0 0 0 0 0
Buncis 25 8,75 0 0,6 0,05 1,93 16,3 11 0,28 157,5 0,02 4,75 8,8 19,43 0 2,375
Asem-asem Buncis
Minyak kelapa sawit 2,5 22,55 0 0 2,5 0 0 0 0 1500 0 0 0 0 0 0
Sub Total 387,95 6,68 5,38 13,8 52,5 29,5 188 2,15 4833 0,171 4,75 55 233,9 76 3,375
Pagi Nasi Tim Beras giling 75 270 0 5,1 0,53 59,2 4,5 105 0,6 0 0,09 0 3,75 75 0 1,5
Telur ayam 50 81 6,4 0 5,75 0,35 27 90 1,35 450 0,05 0 79 89 275 0
Omelet
Minyak kelapa 5 43,5 0 0,05 4,9 0 0,15 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sayur Brongkos Kacang panjang 25 11 0 0,68 0,08 1,95 12,3 86,8 0,18 83,75 0,033 5,25 1,3 13,86 0 1,7
60
Labu siam 25 6,5 0 0,15 0,03 1,68 3,5 6,25 0,13 5 0,005 4,5 0 0 0 0,75
Santan, peras tanpa air 10 32,4 0 0,42 3,43 0,56 1,4 4,5 0,19 0 0,002 0,2 0 0 0 0
Minyak kelapa sawit 2,5 8,1 0 0,11 0,86 0,14 0,35 1,13 0,05 0 04 0,05 0 0 0 0
Sub Total 452,5 6,4 6,5 15,6 63,9 49,2 294 2,49 538,75 0,18 10 84,05 177,9 275 3,95
Kacang ijo 10 34,5 0 2,22 0,12 6,29 12,5 32 0,67 15,7 0,064 0,6 0 0 0 3,75
Snack Kolak Kacang Hijau Labu waluh 15 51,75 0 3,33 0,18 9,44 18,8 48 1,01 23,55 0,096 0,9 0 0 0 5,625
dan Labu Kuning
Gula pasir 2,5 9,1 0 0 0 2,35 0,13 0,03 0 0 0 0 0,008 0,013 0 0
Santan peras, dengan air 2,5 3,05 0 0,05 0,25 0,19 0,63 0,75 0 0 0 0,05 0,1 8,1 0 0
Sub Total 63,9 0 3,38 0,43 12 19,5 48,8 1,01 23,55 0,096 0,95 0,108 8,113 0 5,625
Total 1329 42 42,2 176 139 731 7,42 12635 0,597 27,1 378,8 730,6 381 15,34
61
1