Anda di halaman 1dari 3

Samsung merupakan produsen barang elektronik dan ponsel terbesar didunia.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Strategy Analytics, Samsung


mengalahkan Nokia untuk menjadi produsen ponsel terbesar di dunia pada
tahun 2012, dan melaporkan laba kuartalan tertinggi sejak 2008 sebesar $ 4,5
miliar pada laba bersih, naik 81% dari tahun sebelumnya.

Pada tahun 2012, Samsung mendapat kritik dari sebuah kelompok hak asasi
manusia bahwa menggunakan praktik perburuhan ilegal di pabrik China mereka.
Tuduhan kasus ini adalah bahwa mereka mempekerjakan karyawan di bawah
usia pekerja yang sah.

Namun, apakah etis untuk memperkerjakan karyawan secara overtime dan


dibawah umur? Apakah secara moral baik atau buruk? Itu akan menjadi
pertanyaan moral untuk kasus ini yang akan dibahas di bawah ini.

Thesis statement
Saya mengklaim bahwa tindakan untuk memperkerjakan secara overtime dan
anak dibawah umur secara moral salah. Ini diklasifikasikan sebagai tindakan
tidak etis dalam bisnis sebab pihak Samsung untuk memaksimalkan keuntungan
bagi pemilik dan pemegang saham mereka mempekerjakan karyawan yang lebih
muda dan lebih banyak menggunakan lembur. Apalagi, aksi bisnis yang tidak
menggangap kebahagiaan terbesar baik karyawan maupun pengusaha serta
menggunakan karyawan secara overtime dan di bawah umur untuk
mendapatkan keuntungan adalah pelanggaran terhadap teori utilitarianisme dan
categorical imperative.

Discussion

Saya menganalisis bahwa tindakan Samsung untuk memperkerjakan karyawan


secara overtime dan dibawah umur dapat dianggap sebagai pelanggaran
terhadap beberapa teori etika yang merupakan deontology dan utilitarianisme.

Deontological/ Categorical Imperative


Menurut Imannuel Kant, kita seharusnya tidak menggunakan orang sebagai alat
untuk memberi keuntungan bagi kita sendiri(). Saat Samsung memutuskan
untuk memperkerjakan secara overtime dengan upah rendah serta
memperkerjakan anak dibawah umur untuk meningkatkan keuntungan
perusahaan, maka diklasifikasikan sebagai pelanggaran terhadap teori
categorical imperative, terutama dalam mengikuti tentang kemanusiaan. Dalam
hal ini Samsung memotivasi tindakan mereka adalah memaksimalkan
keuntungan mereka untuk keuntungan pribadi, memperlakukan karyawan
mereka sebagai sarana untuk meningkatkan keuntungan mereka dengan tidak
mengikuti perumusan kemanusiaan.
Utilitarianisme
Samsung tidak menerapkan prinsip utilitarian pada keputusan bisnis mereka
dengan tidak mempertimbangkan kebahagiaan maksimum bagi para pekerja
dalam waktu jangka panjang. Dimana para karyawan bekerja melebihi aturan
jam kerja, dibayar rendah dan kurang dihargai. Namun, dalam perspektif
Samsung, dengan cara ini mereka bisa memaksimalkan keuntungan bagi pemilik
dan pemegang saham. Dimana, pabrik Samsung di China berusaha mengurangi
biaya dan memaksimalkan keuntungan mereka dengan mempekerjakan
karyawan yang lebih muda dan lebih banyak menggunakan para kerja dengan
overtime. Dengan demikian, Samsung gagal mengikuti teori aturan
Utilitarianisme yang menyarankan kita untuk hidup dengan peraturan yang
cenderung menghasilkan kebaikan terbesar untuk suatu jumlah terbesar. Aturan
utilitarianisme memberi tahu kita untuk menahan diri dari tindakan kepuasan
yang dicapai dalam jangka pendek dan mengikuti aturan yang
mengmaksimalkan kepuasaan dalam jangka panjang.

Conclusion
Dari pembahasan kasus tersebut, saya dapat menyimpulkan bahwa tindakan
yang dilakukan Samsung untuk mempekerjakan secara overtime dan dibawah
umur untuk mengurangi biaya dan memaksimalkan keuntungan para
perusahaan sangat tidak etis dan buruk secara moral, karena bertentang dengan
teori utilitarianisme dan categorical imperative . Sangat terlihat bahwa Samsung
tidak bertindak etis, ketika mereka memperkerjakan karyawan mereka di pabrik
China, mereka tidak menganggap aturan kemanusiaan dan menggunakan
karyawan sebagai alat untuk membuat keuntungan para pemilik. Selain itu,
Samsung memperkerjakan karyawan secara melebihi aturan batas kerja
seseorang dalam sehari serta pemberiaan upah dengan rendah untuk para
pekerja serta Dengan demikian, ini memperkuat pernyataan tesis saya yang
merupakan tindakan yang tidak etis dan buruk secara moral.

Namun, menurut teori individualisme Friedman, mereka bertindak secara etis


sebab satu-satunya tujuan mereka adalah menghasilkan keuntungan secara
maksimal bagi pemilik dan pemegang saham. Menurut pendapat saya, tidak ada
pembenaran mengenai mengapa Samsung harus memperkerjakan karyawan
secara overtime dan dibawah umur.

Teori pilihan saya berdasarkan kasus ini memiliki beberapa kelemahan. Yang
pertama, kebanyakan perusahaan mungkin melanggar aturan kemanusiaan,
karena hampir setiap bisnis memerlukan perlakuan orang sebagai sarana bukan
sebagi tujuan. Karena tujuan dari perusahaan adalah untuk menghasilkan
keuntungan, perusahaan membutuhkan pekerja sebagai sarana untuk
mengoperasikan dan menghasilkan uang untuk mereka. Salah satu contohnya
adalah Samsung. Namun, selama karyawan terdapat fasilitas dan upah yang
sesuai, saya pikir bisa ditolerir. Kedua, subjektif utilitarianisme dalam
menentukan kebahagian terbesar bisa berbeda sebab tidak ada pengukuran
yang tepat dalam hal kebahagiaan. Dimana, pihak Samsung dapat mengklaim
bahwa tindakan yang ia lakukan benar, tetapi disisi lain tindakan yang dilakukan
Samsung tidak benar. Dengan demikian, bisa dikatakan sulit untuk menerapkan
semua teori dalam kenyataan.

Anda mungkin juga menyukai