Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Tata Negara merupakan salah satu cabang dari ilmu hukum yang menjadi disiplin ilmu
tersendiri yang berkonsentrasi dalam ketatanegaraan dalam menjaga keteraturan hokum yang
berjalan di suatu Negara.

Pemikiran Negara hukum dimulai sejak Plato dengan konsepnya bahwa penyelenggaraan
Negara yang baik ialah yang didasarkan pada pengaturan-pengaturan (hukum) yang baik disebut
dengan istilah nomoi, kemudian ide tentang pemikiran Negara hukum popular pada abad ke 17
sebagai akibat dari situasi politik di Eropa yang didominasi oleh absolutism.

Ada beberapa pembagian didalam asas-asas hukum tata Negara, yang meliputi : asas
pembagian kekuasaan; asas Negara pancasila dipandang sebagai dasar Negara Indonesia, karena
didalamnya mengandung 5 asas sebagai berikut : asas ketuhanan Yang Maha Esa, asas
perikemanusiaan; asas kebangsaan; asas kedaulatan rakyat; dan asas keadiln sosial.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Hukum Tata Negara?

2. Apa asas-asas Hukum Tata Negara Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Hukum Tata Negara

2. Untuk mengetahui asas-asas Hukum Tata Negara Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Asas-asas Hukum Tata Negara Indonesia[4]

1. Asas Negara Hukum

Pemikiran Negara hujum dimulai sejak Plato dengan konsepnya bahwa penyelenggaraan
Negara yang baik adalah yang didasarkan pada pengaturan (hokum) yang baik yang disebut
dengan istilah nomoi konsep Negara hukum tersebut selanjutnya berkembang dalam dua
sistem hukum, yaitu sistem Eropa Kontinental dengan istilah Rechtstaat dan Anglo-Saxon dengan
istilah Rule of Law.
Konsep Negara hokum Eropa Kontinental Rechtstaat dipelopori oleh Immanue Kant dan
Frederich Julius Stahl. Sedangkan konsep Negara hokum Anglo-Saxon Rule of Law dipelopori oleh
A.V. Dicey (Inggris). Indonesia secara formal sudah sejak tahun 1945 (UUD NRI 1945 pra
amandemen) mendeklarasikan diri sebagai Negara hokum terbukti dalam penjelasan UUD NRI
1945 pernah dinyatakan, Indonesia adalah Negara yang berlandaskan hokum dan bukan Negara
yang berdasarkan kekuasaan belaka. Konsep Negara hokum Indonesia dipertegas UUD NRI 1945
hasil amandemen dalam pasal 1 Ayat 3 yang menetapkan Negara Indonesia adalah Negara
Hukum.

Berdasarkan uraian konsep tentang Negara hukum tersebut ada dua dua substansi dasar,
yaitu : 1) adanya paham kontitusi : memiliki makna bahwa pemerintahan berdasarkan atas
hukum dasar (konstitusi), tidak berdasarkan kekuasaan belaka, dan 2) sistem demokrasi atau
kedaulatan rakyat : secara harfiah identik dengan makna kedaulatan rakyat yang berarti
pemerintahan yang seluruh rakyatnya turutnserta memerintah (pemerintahan rakyat).

2. Asas Pembagian Kekuasaan

Secara umum, suatu sistem kenegaraan membagi kekuasaan pemerintahan kedalam


trichotomy yang terdiri dari ekskutif, legislatif, dan yudikatif dan biasa disebut dengan trias
politika. Asas pembagian kekuasaan yang dianut Indonesia adalah UUD NRI 1945 pra-
amandemen tidak memberikan ketentuan yang tegas tentang pembagian kekuasaan.

Teori Ivor Jenning dapat dilihat bahwa pemisahan kekuasaan dalam arti materiil dalam arti
pembagian kekuasaan itu dipertahankan dengan prinsipil dalam fungsi-fungsi kenegaraan yang
secara karakteristik memperlihatkan adanya pemisahan itu kepada tiga bagian dan tidak dianut
oleh UUD NRI 1945. UUD NRI 1945 hanya mengenal pemisahan kekuasaan dalam arti formal,
oleh karena itu pemisahan kekuasaan itu tidak dapat dipertahankan secara prinsipil. Dengan kata
lain, UUD NRI 1945 hanya mengenal pembagian kekuasaan bukan pemisahan kekuasaan.

Adapun dalam pandangan Soepomo, bahwa UUD NRI 1945 mempunyai sistem tersendiri, yaitu
berdasarkan pembagian kekuasaan. Walaupun dalam pembagian kekuasaan itu setiap lembaga
Negara sudah mempunyai tugas tertentu, namun dalam sistem ini dimungkinkan adanya
kerjasama antarlembaga Negara.

UUD NRI 1945 hasil amandemen menetapkan 4 kekuasaan dan 7 lembaga Negara sebagai
berikut :

a. Kekuasaan Eksaminatif, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

b. Kekuasaan legislatif, yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang tersusun atas
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

c. Kekuasaan Pemerintahan Negara (Eksekutif), yaitu Presiden dan wakil presiden

d. Kekuasaan Kehakiman, yaitu Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK)
e. Lembaga Negara Bantu, yaitu Komisi Yudisial (KY).

3. Asas Negara Pancasila

Pancasila sering disebut dengan falsafah Negara dan ideoloi. Negara. Namun, dalam hal ini
Pancasila digunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan Negara. Atau dengan kata lain
Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan Negara. Pancasila sebagai
dasar Negara, hal ini berarti setiap tindakan rakyat dan Negara Indonesia harus sesuai dengan
Pancasila yang sudah ditetapkan sebagai dasar Negara.

Pancasila dipandang sebagai dasar Negara Indonesia karena didalamnya mengandung


beberapa asas (lima asas) yaitu :

a) Asas Ketuhanan Yang Maha Esa

Realisasi dari asas Ketuhanan Yang Maha Esa tercermin dalam tiga bidang ketatanegaraan
Republik Indonesia antara lain : dalam bidang eksekutif (dengan adanya Departemen Agama dan
segala bagian yang mengatur segala soal yang menyangkut dengan agama di Indonesia), dalam
bidang legislatif tercermin pelaksanaannya dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang UU Perkawinan,
dalam bidang yudikatif tertuang dalam UU No. 14 Tahun 1970 yang telah diubah melalui UU No.
4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.

b) Asas Perikemanusiaan

Asas perikemanusiaan adalah asas yang mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan, juga mengakui persamaan derajat, persamaan
hak dan kewajiban asasi manusia tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, ras, warna
kulit, kedudukan sosial, dll. Dari segi legislatif dapat dilihat dari lahirnya UU Perburuhan yang
menghilangkan prinsip pengisapan manusia oleh manusia. Dalam bidang eksekutif terbentuknya
Departemen Sosial yang menangani masalah-masalah kemanusiaan.

c) Asas Kebangsaan

Dalam asas kebangsaan setiap warga mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
Asas ini menunjukkan, bahwa Indonesia bebas untuk menunjukkan, bahwa bangsa Indonesia
bebas untuk menentukan nasibnya sendiri, dan berdaulat yang berarti pulabahwa bangsa
Indonesia tidak memperbolehkan adanya campur tangan (intervensi) dari bangsa lain dalam hal
mengenai urusan dalam negeri. Asas kebangsaan tertuang pula dalam simbol atau lambang
Negara RI, yaitu Garuda Pancasila (Pasal 36A), bendera Kebangsaan, yaitu Sang Saka Merah Putih
(Pasal 35), bahasa persatuan Bahasa Indonesia (Pasal 36), lagu kebangsaan Indonesia Raya
(Pasal 36B), dan lambang persatuan dan kesatuan Bhinneka Tunggal Ika (Pasal 36A). selain itu
asas kebangsaan termuat dalam Pembukaan alenia pertama dan pasal-pasal UUD NRI 1945.
Dibidang legislative asas ini terlihat dengan lahirnya UU Kewarganegaraan (UU No. 12 Tahun
2006) dan UU Agraria (UU No. 5 Tahun 1960) yang berkaitan langsung dengan kepentingan
rakyat. Aplikasi asas kebangsaan dalam pengadilan berupa keputusan.

d) Asas Kedaulatan Rakyat

Asa kedaulatan rakyat dalam bidang legislatif merupakan perwujudan dari kedaulatan rakyat ada
wewenang yang dimiliki DPR. Sedangkan dalam Yudikatif terlihat bahwa hakim-hakim baru dapat
diangkat setelah ada pengusulan dari Komisi Yudisial kepada anggota DPR untuk mendapat
penetapan selanjutnya diangkat oleh Presiden. Asas kedaulatan rakyat menghendaki agar setiap
tindakan dari pemerintah harus berdasarkan kemauan rakyat, yang pada akhirnya semua
tindakan pemerintah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat melalui wakil-wakilnya.

e) Asas Keadilan Sosial

Dalam bidang legislatif, asas keadilan sosial pelaksanaannya tertuang dalam rangka mewujudkan
undang-undang tentang jaminan sosial. Dalam bidang yudikatif terlihat bahwa setiap keputusan
hakim senantiasa berpedoman kepada keadilan sosial. Adapun dalam bentuk lembaga terlihat
adanya lembaga Negara yang bergerak dibidang sosial yang menyelenggarakan masalah-masalah
sosial dalam Negara.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara hakiki, hukum tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasi kekuasaan yang
disebut Negara beserta seluk-beluk yang ada didalamnya. Berdasarkan pendapat-pendapat
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Hukum Tata Negara adalah sekumpulan peraturan
(baik tertulis maupun tidak tertulis) yang mengatur mekanisme pembentukan, fungsi dan
wewenang dari alat-alat perlengkapan Negara serta hubungan antar alat-alat perlengkapan
Negara tersebut.

Asas-asas Hukum Tata Negara Indonesia

a. Asas Negara Hukum

Pemikiran Negara hukum dimulai sejak Plato dengan konsepnya bahwa penyelenggaraan
Negara yang baik adalah yang didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebut
dengan istilah nomoi konsep Negara hukum tersebut selanjutnya berkembang dalam dua
sistem hukum, yaitu sistem Eropa Kontinental dengan istilah Rechtstaat dan Anglo-Saxon dengan
istilah Rule of Law.

b. Asas Pembagian Kekuasaan

Secara umum, suatu sistem kenegaraan membagi kekuasaan pemerintahan kedalam


trichotomy yang terdiri dari ekskutif, legislative, dan yudikatif dan biasa disebut dengan trias
politika. Asas pembagian kekuasaan yang dianut Indonesia adalah UUD NRI 1945 pra-
amandemen tidak memberikan ketentuan yang tegas tentang pembagian kekuasaan.

c. Asas Negara Pancasila

Pancasila sering disebu dengan falsafah Negara dan ideology Negara. Namun, dalam hal ini
Pancasila digunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan Negara. Atau dengan kata lain
Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan Negara. Pancasila
dipandang sebagai dasar Negara Indonesia karena didalamnya mengandung beberapa asas (lima
asas) yaitu :

a) Asas Ketuhanan Yang Maha Esa

b) Asas Perikemanusiaan

c) Asas Kebangsaan

d) Asas Kedaulatan Rakyat

e) Asas Keadilan Sosial

DAFTAR PUSTAKA

Assiddiqie, Jimly, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013

Handoyo, B. Hestu Cipto, Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia,
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2003

Tutik, Triwulan Tiitik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD
1945, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010

[1] Titik Triwulan Tutik, S.H., M.H, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Amandemen UUD 1945, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010)21
[2] Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada, 2013)22

[3] B. hestu Cipto Handoyo, S.H, M.Hum, Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan dan
Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2003)19

[4] Titik Triwulan Tutik, S.H., M.H, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Amandemen UUD 1945, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010)21

Anda mungkin juga menyukai