Anda di halaman 1dari 3

Livia Ellen 1606887560

Dasar Regulasi dan Kebijakan Publik TIK

Notes on Guest Lecture Dr. Rolly Purnomo

Kamis, 2 November 2017

Kuliah diberikan oleh dosen tamu yaitu , alumni Departemen Teknik Elektro Universitas
Indonesia. Pembicara memberi kuliah mengenai Policy Cycle (pengulangan suatu kebijakan).
Topik yang diangkat yaitu regulasi pengulangan registrasi jasa telekomunikasi.

Policy Cycle memiliki komponen-komponen penting yang saling mempengaruhi satu sama
lain agar terjadinya kebijakan tersebut. Komponen-komponen tersebut saling berkaitan dalam
urutan yang saling mempengharuhi keberlangsungan komponen lainnya. Di antaranya yaitu
Agenda Setting, Policy Formulation, Policy Adoption, Policy Implementation, dan Policy
Evaluation. Berikut komponen-komponen tersebut dalam diagram.

Agenda Setting

Revision Policy
Policy Evaluation
Revision Formulation
Revision
Revision

Policy
Policy Adoption
Implementation

Agenda Setting merupakan tahap pertama dimana pemangku kuasa memulai untuk
fokus pada suatu isu yang akan dibahas.
Policy Formulation, Pembuat kebijakan berunding untuk memnyusun suatu strategi
dan hal-hal yang diatur dalam perumusan kebijakan tersebut.
Policy Adoption, Pembuat kebijakan menetukan solusi berdasarkan folmulasi
kebijakan yang terlah dibuat agar terciptanya aturan yang akan bdiberlakukan.
Livia Ellen 1606887560
Dasar Regulasi dan Kebijakan Publik TIK

Policy Implementation, Pemangku kekuasaan mengimplementasikan aturan tersebut


pada masyarakat dan pelaksana aturan. Hal yang dapat dilakukan adalah sosialisasi
kepada masyarakat mengenai aturan tersebut, melalui media, panduan buku dan lain-
lain.
Policy Evaluation, Setelah hukum berlaku di masyarakat. Pemerintah menganalisa
keefektifani kebijakan yang telah berlaku tersebut di masyarakat. Baik buruknya
outcome dari kebijakan tersebut akan menjadi dasar jika akan ada perubahan kebijakan
yang disebabkan oleh faktorfaktor lain dalam usaha pembuatan kebijakan di suatu
lingkup masyarakat.

Policy Cycle yang sedang berlaku di Indonesia adalah pengulangan registrasi bagi pengguna
jasa telekomunikasi. Isu ini sangat penting bagi bidang telekomunikasi karena menyangkut
aspek keamanan dan kenyamanan data valid pengguna bagi penyedia jasa telekomunikasi dan
pemerintah sebagai penegak hukum.

Isu tersebut juga amat relevan karena mulai 31 Oktober 2017 lalu sudah diberlakukan bahwa
pengguna jasa telekomunikasi baik yang baru mendaftar maupun telah menggunakan perlu
memvalidasi data registrasi yang diberikan kepada operator penyedia jasa. Pengguna lama juga
diharuskan memvalidasi ulang dengan cara registrasi ulang ke layanan operator yang
digunakan oleh pengguna.

Belakangan ini, banyak kasus kejahatan yang terjadi melalui bidang telekomunikasi. Dengan
diberlakukan kebijakan ini, diharapkan penegak hukum dapat melacak dan meminimalisir
kejahatan melalui telekomunikasi karena informasi yang menyangkut data pelaku penipuan
dimiliki oleh penyedia jasa layanan komunikasi.

Di Indonesia, regulasi mengenai registrasi pelanggan jasa telekomunikasi telah diberlakukan


sejak dikeluarkan peraturan yang telah diatur dalam perundang-undangan, yaitu sebagai
berikut:

Peraturan Menteri kominfo nomor 23 tahun 2005. Pelaksaan dari peraturan tersebut
tidak berjalan secara efektif (masih saja terdapat data tidak valid) karena tidak adanya
validasi. Akibatnya masih banyak penyalahgunaan jasa telekomunikasi seperti
penipuan dan terorisme.

Tindak lanjut permasalahan diatas, dikeluarkan peraturan berikutnya 159/BRTI/2015


yang mengatur proses registrasi sehingga diharapkan data yang masuk valid. Registrasi
tidak dilakukan oleh konsumen, namun hanya dilakukan oleh gerai. Pemerintah
mengatur batas waktu selama 2 bulan untuk masalah teknis pada server registrasi
pelanggan (server 4444).

239/BRTI/VII/2015 tentang evaluasi mekanisme registrasi pelanggan. Disusul oleh


peraturan 326/BRTI/IX/2015 dimana registrasi dapat dilakukan oleh agen dengan ID
yang terdaftar dan ter-verifikasi oleh operator.

Evaluasi oleh 457/BRTI/XII/2015, masih terdapat operator yang menggunakan


mekanisme lama. BRTI secara tegas memberikan deadline dengan konsekuensi
mendapatkan surat peringatan apabila melewati waktu tersebut.
Livia Ellen 1606887560
Dasar Regulasi dan Kebijakan Publik TIK

Pada tahun 2016 melalui permen 12/2016, registrasi dapat menggunakan NIK dari
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebagi proses validasi. Mekanismenya adalah
operator memberikan paket dengan informasi tersebut ke server disdukcapil, dan server
akan memberikan respon berupa status data valid atau tidak beserta beberapa informasi
tambahan.

Permen 14/2017 mengevaluasi peraturan sebelumnya dengan isi tanggal implementasi


dimundurkan dalam 6 bulan. Kesempatan diperlunak dengan adanya surat menyetujui
secara digital bahwa informasi yang dimasukan adalah benar dan memiliki kekuatan
hukum.

Permen 21/2017 meniadakan nama ibu dalam informasi yang dimasukan oleh
pelanggan.

Permen 21/2017 menjadi peraturan terbaru yang telah diberlakukan oleh pemerintah di
Indonesia. Saat ini, per 31 Oktober 2017 seluruh pengguna jasa telekomunikasi di
Indonesia diharuskan untuk daftar ulang dan mevalidasi data berupa nama lengkap, nomor
NIK, dan nomor KK. Jika tidak memvalidasi sampai jangka yang ditentukan, akan ada
sanksi berupa pemberhentian hak akses pengguna untuk mengirim pesan maupun
menelepon, sampai pemblokiran kartu perdana pengguna.

Anda mungkin juga menyukai