Anda di halaman 1dari 3

PATOFISIOLOGI INFEKSI OTOT

Terdapat tiga mekanisme dasar terjadinya osteomielitis.

Osteomielitis hematogen biasanya terjadi pada tulang panjang anak-

anak, jarang pada orang dewasa, kecuali bila melibatkan tulang

belakang. Osteomielitis dari insufisiensi vaskuler sering terjadi pada

diabetes melitus. Contiguous osteomielitis paling sering terjadi setelah

terjadi cedera pada ekstremitas. Berbeda dari osteomielitis hematogen,

kedua yang terakhir biasanya dengan infeksi polimikroba, sering

Staphylococcus aureus bercampur dengan patogen lain (Swiontkowski

dkk, 1999).
Infected nonunion dan osteomielitis post trauma disebabkan oleh karena
kontaminasi mikroba setelah suatu patah tulang terbuka atau pembedahan pada
patah tulang tertutup. Pembentukan biofilm merupakan kunci dari
perkembangan infeksi. Biofilm merupakan suatu kumpulan koloni

mikroba yang ditutupi matriks polisakarida ekstraseluler

(glycocalyx) yang melekat pada permukaan implan atau tulang mati

(Patzakis dkk, 2005).

Fokus primer dari osteomielitis akut pada anak-anak

terdapat pada metafise. Bila tidak ditangani, terjadi peningkatan

tekanan intramedula dan eksudat menyebar melalui korteks

metafise yang tipis menjadi abses subperiosteal. Abses

subperiosteal dapat menyebar dan mengangkat periosteum

sepanjang diafise. Nekrosis tulang terjadi karena kehilangan aliran

darah akibat dari peningkatan tekanan intramedulari dan kehilangan

suplai darah dari periosteal. Bagian yang avaskular dari tulang yang

dikenal sebagai sequestrum, dan seluruh panjang dari tulang dapat

menjadi sequestrum. Fragmen ini menjadi tempat berkumpulnya

mikroorganisme dan dapat terjadi episode infeksi klinis yang

berulang. Abses dapat keluar melalui kulit, membentuk sinus.

Respon pasien dibentuk oleh periosteum sebagai usaha memagari

atau menyerap fragmen ini dan mengembalikan stabilitas, disebut

involucrum (Song dkk, 2001, Spiegel & Penny, 2005, Salomon dkk,

2010).
Infeksi bakteri ke tulang dapat terjadi karena inokulasi langsung, penyebaran
hematogen atau invasi lokal dari tempat infeksi lain. Fisis yang avaskuler
membatasi penyebaran infeksi ke epifise kecuali pada neonatus dan bayi.
Pembuluh darah menyebrang fisis hingga umur 15 hingga 18 bulan, berpotensi
terjadinya septic arthritis. Hal ini dapat terjadi sekitar 75% dari kasus
osteomielitis neonatus (Song dkk, 2001).

Bakteri dapat muncul dalam bentuk biofilm atau planktonik.

Biofilm memberikan proteksi, kerangka, yang dapat memfasilitasi

aktivitas metabolik dan bahkan komunikasi antara anggotanya.

Pada bentuk planktonik, tidak terdapat struktur organisasi antara

sel-sel, demikian juga tidak terbentuk lapisan kimia. Bakteri

dalam bentuk planktonik memudahkan penyebaran infeksi ke

tempat lain (bacteremia atau sepsis); namun lebih rentan diserang

oleh sistem imun atau antibiotik (Arnold, 2013).

Setelah terinfeksi, osteomielitis melunakan tulang secara

progresif dan terjadi nekrosis tulang sehingga terbentuknya

sequestrum. Pada stadium ini, debridemen dengan pembedahan

menjadi pilihan terapi. Adanya implant pada lokasi infeksi dapat

menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat pengobatan yang

sukses (Eid & Berbari, 2012).

Anda mungkin juga menyukai