Anda di halaman 1dari 12

Ikatan

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia


Simposium Nasional dan Kongres X
Jakarta, 12 14 November 2008
Makalah Profesional

IATMI 08-027

STUDI LABORATORIUM
UNTUK REAKTIVASI LAPANGAN-X DENGAN INJEKSI KIMIA
Oleh :
Hestuti Eni, Suwartiningsih, Sugihardjo
PPPTMGB LEMIGAS
Jl. Ciledug Raya , Kav. 109, Cipulir - Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12230
Telp. (021)7394422-Ext.1431 , Fax. (021)7222978
e-mail : hestuti@lemigas.esdm.go.id

Abstrak surfaktan terbaik yang telah dilakukan pada uji


sebelumnya.
Studi laboratorium untuk penentuan rancangan Dari hasil screening terhadap surfaktan dan
fluida injeksi kimia diperlukan sebelum polimer, campuran surfaktan S-A2 dan polimer
implementasinya di lapangan minyak. Untuk P-MC menunjukkan performa terbaik. Oleh
mereaktivasi suatu lapangan minyak tua karena itu, core flooding dilakukan
(lapangan-X) telah dilakukan serangkaian studi menggunakan campuran keduanya. Recovery
yang meliputi beberapa tahap pekerjaan, seperti minyak hasil core flooding menunjukkan
screening surfaktan, screening polimer, kenaikan yang cukup signifikan, hampir
pencampuran surfaktan-polimer dan core mencapai 25% OOIP.
flooding.
Screening surfaktan dilakukan untuk Kata kunci : kompatibilitas, IFT, thermal stability,
memastikan kandidat surfaktan yang digunakan filtrasi, rheologi, injeksi (core flooding)
cocok (compatible) dengan air formasi. Dalam
penelitian ini, screening dilakukan terhadap 4
jenis surfaktan, yaitu S-F1, S-F2, S-A1, S-A2. Pendahuluan
Pada masing-masing surfaktan dilakukan
serangkaian uji dengan perlakuan sama. Meningkatnya kebutuhan terhadap energi,
Rangkaian uji tersebut adalah uji kompatibilitas, melambungnya harga minyak mentah mencapai
pengukuran IFT (interfacial tension), uji US$100 per barrel dan banyaknya lapangan-
kestabilan terhadap panas, uji filtrasi dan uji lapangan minyak tua di Indonesia , menjadi
adsorpsi. Dari keempat jenis surfaktan, diambil alasan utama mengapa peningkatan
2 jenis surfaktan yang terbaik untuk dilakukan uji pengurasan minyak tahap lanjut (EOR) sangat
pencampuran dengan polimer. perlu untuk dilakukan. Selain itu, adanya
Screening polimer dilakukan terhadap 3 jenis peraturan dari pemerintah melalui Peraturan
polimer, yaitu P-MA, P-MB dan P-MC. Polimer Menteri ESDM No. 1 tahun 2008 tentang
diperlukan untuk memperbaiki mobilitas rasio Pedoman Pengusahaan Pertambangan minyak
selama pendesakan. Adapun jenis-jenis uji yang bumi pada sumur tua, dan kebijakan
dilakukan adalah uji rheologi, uji kestabilan pemerintah yang terdapat pada Pedoman dan
terhadap panas, uji filtrasi dan uji adsorpsi. Pola Tetap Pengembangan Industri Minyak dan
Selain screening polimer, pada ketiga jenis Gas Bumi Nasional 2005-2020 tentang adanya
polimer juga dilakukan serangkaian uji paket insentif untuk pengembangan lapangan
laboratorium setelah dicampur dengan 2 jenis marjinal dan lapangan minyak tua (brownfield),

IATMI 08-027 2
Ikatan
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

menjadi faktor pendorong diaplikasinya EOR di apabila ditambahkan ke suatu cairan pada
Indonesia. konsentrasi rendah, dapat merubah karakteristik
Ada beberapa teknologi pengurasan tahap tegangan permukaan dan antarmuka cairan
lanjut (EOR) yang sudah dikembangkan para tersebut.
peneliti, disamping penemuan-penemuan baru Untuk meningkatkan recovery minyak secara
yang terus berlanjut seperti injeksi mikroba dan optimum, sejumlah uji terhadap surfaktan
fibro-seismik yang masih terus dikembangkan. dilakukan di laboratorium seperti uji
Beberapa teknologi pengurasan tahap lanjut kompatibilitas, uji pengukuran IFT, uji kestabilan
yang sudah dikembangkan meliputi beberapa terhadap panas, uji filtrasi dan uji adsorpsi
jenis, yaitu: injeksi gas, injeksi panas, injeksi sebelum implementasi injeksi surfaktan di
kimia, dan beberapa kombinasi darinya seperti lapangan. Screening dilakukan pada empat
WAG (water alternating gas), foam dan jenis surfaktan, yaitu : S-F1, S-F2, S-A1 dan S-
sebagainya. A2.
Injeksi kimia merupakan teknologi EOR yang
sangat menjanjikan, terutama pada lapangan- Uji Kompatibilitas
lapangan dangkal yang tidak mungkin dilakukan
injeksi gas CO2 atau N2 karena tekanan Uji kompatibilitas merupakan uji screening
rekahnya yang rendah. Data-data lapangan paling awal untuk mengetahui apakah suatu
membuktikan injeksi kimia sebagai cara efektif jenis surfaktan compatible dengan air formasi
untuk me-recover minyak yang masih tersisa. dari reservoar tertentu.
Hasil evaluasi penelitian laboratorium secara Keempat jenis surfaktan tersebut dilarutkan
mendetail juga mendukung kelayakan injeksi dalam air formasi dengan konsentrasi 0,1%,
kimia. Apalagi, chemical yang digunakan 0,2% dan 0,3%. Kemudian masing-masing
sekarang ini terbukti mampu bekerja lebih efektif larutan dimasukkan dalam tabung, dan
pada konsentrasi 10 kali lipat lebih rendah dilakukan pengamatan tiap waktu tertentu. Hasil
dibanding chemical hasil penemuan terdahulu. lengkap tertera pada Tabel 1.
Tentu saja ini menjadi hal yang penting karena Pada larutan surfaktan S-F1 sudah terlihat
berarti chemical cost menjadi lebih rendah. warna putih susu (milky color) dan keruh sejak
Injeksi kimia dilakukan dengan menginjeksikan hari pertama dibuat. Ini mengindikasikan adanya
chemical seperti surfaktan, polimer dan alkali presipitasi yang berarti tidak kompatibel dengan
baik secara sendiri, gabungan atau air formasi Pengamatan yang hampir sama juga
berkelanjutan pada sumur-sumur tua yang terlihat pada surfaktan S-A1. Sedangkan larutan
diyakini masih mengandung minyak potensial. surfaktan S-F2 dan S-A2 terlihat jernih dari awal
Material tersebut menyebabkan perubahan sampai akhir pengamatan. Gambar 1
pada interaksi batuan dengan fluida dan menunjukkan hasil uji kompatibilitas surfaktan
meningkatkan recovery factor meningkat pada S-F1 dan S-F2 hari ke-1.
daerah kontak reservoir. Uji Tegangan Antarmuka
Sebelum implementasi injeksi kimia Tegangan antar muka antara minyak/air dengan
dilaksanakan di lapangan, perlu dilakukan mikroemulsi merupakan salah satu parameter
beberapa tahap studi laboratorium. Pada utama dalam EOR. Pengukuran nilai tegangan
penelitian ini, chemical yang digunakan adalah antarmuka menggunakan alat Spinning Drop
gabungan surfaktan dan polimer. Oleh karena Tensiometer pada suhu sekitar 60oC. Indikasi
itu, tahapan studi yang dilakukan adalah dari kinerja surfaktan adalah menurunnya
screening surfaktan, screening polimer, tegangan antarmuka minyak-air, semakin
pencampuran surfaktan dan polimer, dan yang rendah semakin baik. Nilai IFT yang sekarang
terakhir dilakukan untuk mengetahui seberapa ini diyakini bagus agar surfaktan disebut layak
besar kinerja chemical yang digunakan adalah untuk diinjeksikan adalah sekitar 10-3 Dyne/cm.
core flooding. Hasil pengukuran tegangan antarmuka untuk
Sampel fluida dan batuan berasal dari ketiga jenis surfaktan tertera pada Tabel 2.
Lapangan-X dengan viskositas minyak 4,20 cP Berdasarkan seluruh hasil pengukuran
dan temperature reservoir 85 oC. tegangan antar muka menunjukkan surfaktan S-
A2 dengan konsentrasi 0.3% mempunyai harga
SCREENING SURFAKTAN IFT yang paling kecil yaitu sebesar 3,46.10-3
Dyne/cm.
Surfaktan adalah senyawa organik yang dalam
molekulnya memiliki sedikitnya satu gugus
hidrofilik dan satu gugus hidrofobik dimana

IATMI 08-027 3
Ikatan
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Uji Thermal Stability adsorpsi dinamik, sebaliknya, surfaktan


diinjeksikan pada core. Kemudian diukur
Uji thermal stability dilakukan untuk mengetahui konsentrasinya. Jika konsentrasi setelah proses
ketahanan surfaktan terhadap panas. Surfaktan adsorpsi berkurang banyak, maka jelas akan
yang bagus, kinerjanya akan tetap stabil oleh sangat mengurangi kinerja surfaktan dalam
pengaruh panas. menurunkan tegangan antarmuka minyak dan
Uji ini dilakukan dengan cara memasukkan batuan.Karena berarti chemical loss yang tinggi.
larutan pada botol borosilikat yang tertutup rapat Hasil uji adsorpsi baik statik maupun dinamik
kemudian diletakkan pada oven pada ditampilkan pada Tabel 5. Pada surfaktan S-F2
temperatur reservoir, yaitu 85oC. Tiap waktu tidak dilakukan uji adsorpsi karena dari
tertentu dilakukan pengamatan dan pengukuran serangkaian uji sebelumnya, surfaktan ini
IFT. Diharapkan hasil pengukuran IFT stabil menunjukkan performance yang kurang bagus.
yang berarti surfaktan tidak rusak oleh panas. Surfaktan S-A2 menunjukkan adsorpsi terkecil
Hasil pangamatan ditunjukkan pada Tabel 3 dan dibanding lainnya.
hasil pengukuran IFT pada Tabel 4. Dari semua uji yang sudah dilakukan terhadap
Sampai waktu 1 minggu, surfaktan S-F2 dan S- surfaktan, surfaktan S-F1 dan S-A2 dianggap
A2 menunjukkan performance yang bagus, lebih bagus dibanding lainnya dan pada
dimana tidak terjadi perubahan signifikan yang keduanya akan dilakukan uji lebih lanjut dengan
menunjukkan tidak adanya kerusakan pada dicampur polimer.
surfaktan secara kasat mata. Tapi pada minggu
kedua, sudah mulai tampak adanya perubahan. SCREENING POLIMER
Pada larutan surfaktan S-F2 terbentuk sedikit
endapan. Keberadaan endapan sangat tidak Selain surfaktan, polimer juga diperlukan untuk
diharapkan. Walaupun endapan ini jumlahnya proses chemical flooding, yaitu sebagai fluida
sangat sedikit, tapi ini juga berpotensi pendorong minyak untuk memperbaiki mobilitas
menyumbat pori batuan jika dilakukan flooding. rasio. Pada kajian ini, beberapa uji screening
Sedangkan perubahan yang terjadi pada larutan seperti rheologi polimer, uji thermal stability, uji
surfaktan S-A2 masih bisa ditoleran karena tidak filtrasi dan uji adsorpsi dilakukan terhadap 3
menunjukkan adanya perubahan yang (tiga) jenis polimer, yaitu P-MA, P-MB dan P-
signifikan. MC.
Pada pengukuran IFT sebagai rangkaian uji
thermal stability untuk semua jenis surfaktan Rheologi Polimer
terlihat bahwa surfaktan S-F2 dan S-A2 lebih
stabil dibanding yang lain. Namun demikian, Uji rheologi polimer bertujuan untuk
seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa nilai menentukan konsentrasi polimer yang optimal
IFT yang dianggap bagus adalah pada kisaran untuk core flooding, yaitu konsentrasi dimana
10-3 Dyne/cm. Jadi, surfaktan S-F2 dianggap viskositas larutan polimer sedikit lebih tinggi di
kurang bagus. atas minyak , sehingga proses pendesakan
Uji Filtrasi minyak menjadi efektif.
Uji filtrasi dilakukan dengan melewatkan 500 ml Injeksi larutan polimer sebagai salah satu
larutan surfaktan melalui membran saring metode EOR dimaksudkan untuk menghindari
ukuran 0,22 mikron dengan diberi tekanan. fingering yang kadang terjadi pada injeksi air.
Setiap 50 ml larutan surfaktan yang yang Fingering terjadi karena viskositas air sebagai
melewati kertas saring, dicatat waktunya. fluida pendesak lebih rendah dibanding fluida
Kemudian dibuat grafik volume (ml) versus minyak yang didesak. Efektifitas penyapuan
waktu (detik). dapat ditingkatkan dengan penambahan polimer
Semua larutan surfaktan, kecuali S-F2 ke dalam air injeksi agar mobilitas air injeksi
menunjukkan garis lurus (Gambar 2), yang mengecil.
berarti laju alir konstan yang mengindikasikan Pada ketiga jenis polimer dibuat larutan masing-
tidak adanya penyumbatan pada saat melewati masing dengan konsentrasi 800, 1000, 1500,
membran saring. Hasil ini harus dipenuhi agar dan 2500 ppm. Pengukuran viskositas dilakukan
suatu jenis surfaktan dinyatakan layak untuk pada suhu reservoar, yaitu 85oC dan shear rate
diinjeksikan ke dalam batuan. 7 s-1 . Diasumsikan fluida dalam reservoir
Uji Adsorpsi mengalir pada shear rate tersebut.
Ada 2 tipe uji adsorpsi, yaitu adsorpsi statik dan Hasil pengukuran viskositas ditampilkan pada
dinamik. Sebagaimana namanya, adsorpsi statik Tabel 6. Pertimbangan dalam menentukan
dilakukan pada keadaan statik/diam, sedangkan

IATMI 08-027 4
Ikatan
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

konsentrasi optimum polimer selain harus lebih PENCAMPURAN SURFAKTAN-


tinggi dari viskositas minyak, juga harus POLIMER (SP)
diperhatikan cost dari polimer itu sendiri, yang
tentunya semakin tinggi konsentrasi, semakin
tinggi pula cost polimer. Untuk mengoptimalkan recovery minyak,
polimer ditambahkan pada surfaktan. 2 jenis
surfaktan yang lolos screening adalah S-F1 dan
Uji Thermal Stability
S-A2. Pada keduanya akan dilakukan
serangkaian uji dengan pencampuran dengan 3
Salah satu faktor yang mempengaruhi jenis polimer. Surfaktan masing-masing dengan
efektivitas larutan polimer selama mengalir konsentrasi 0,3% dan polimer masing-masing
dalam media berpori adalah degradasi polimer, 1000 ppm.
yaitu terputusnya rantai molekul polimer
menjadi unit-unit yang lebih kecil. Ini merupakan
Uji Kompatibilitas
fenomena kehilangan berat molekul polimer
yang tentunya akan menyebabkan pengurangan
Hasil Uji kompatibilitas campuran surfaktan-
viskositas.
polimer ( SP ) ditunjukkan pada Tabel 9. Pada
Salah satu jenis degradasi polimer adalah
pencampuran semua jenis polimer dengan
degradasi thermal yang disebabkan oleh suhu
surfaktan S-F1, terbentuk larutan milky (warna
yang tinggi. Oleh sebab itu, dalam kajian ini,
susu) dan terbentuk gumpalan di atas.
perlu dilakukan uji thermal stability. Uji ini
Sedangkan pencampuran polimer dengan
dilakukan untuk mengetahui kestabilan
surfaktan S-A2 menunjukkan warna jernih dari
viskositas larutan polimer, jika dipanaskan
hari pertama sampai pengamatan berakhir (
sampai pada suhu tertentu, dalam hal ini suhu
Gambar 4 ).
reservoar.
Untuk uji ini, diambil data harga viskositas
polimer sebelum dan sesudah dipanaskan Uji Tegangan Antarmuka
(Tabel 7). Terlihat bahwa polimer P-MA dan P-
MC cukup stabil dengan penurunan viskositas Pada dasarnya, pencampuran dengan polimer
sekitar 5%, yang berarti masih masuk dalam tidak mempengaruhi hasil pengukuran IFT. Hasil
batas toleransi, yaitu 20%. menunjukkan hampir semua sistem mempunyai
Uji Filtrasi nilai IFT 10-3 Dyne/cm, kecuali laruran surfaktan
Penurunan harga permeabilitas batuan dapat S-F1 dicampur dengan polimer P-MA (Tabel
terjadi selama uji core flooding dengan 10).
menggunakan larutan polimer. Untuk
mengantisipasi kejadian tersebut, dilakukan uji Uji Rheologi
filtrasi. Uji dilakukan dengan menggunakan
kertas saring (membran) berukuran 3 mikron, Tabel 11 memperlihatkan viskositas larutan
yaitu dengan cara mencatat waktu yang polimer setelah dicampur dengan surfaktan.
diperlukan untuk melewatkan sejumlah fluida Secara umum, viskositas polimer akan menurun
melalui kertas saring tersebut. setelah dicampur dengan surfaktan.
Gambar 3 adalah plot volume terhadap waktu Uji Thermal Stability
hasil uji filtrasi ketiga jenis polimer. Surfaktan P- Uji dilakukan dengan mengukur IFT dan
MB membentuk garis melengkung yang viskositas secara berkala terhadap campuran
mengindikasikan adanya penyumbatan pada surfaktan dan polimer yang dipanaskan pada
kertas saring sehingga laju alir menjadi tidak suhu reservoir.Selain itu, juga dilakukan
konstan. pengamatan terhadap perubahan yang terjadi
pada larutan (Tabel 12). Tabel 13 menunjukkan
Uji Adsorpsi hasil pengukuran IFT sampai 2 bulan . Terlihat
bahwa IFT cukup stabil terhadap panas.
Sebagaimana surfaktan, pada polimer juga Sedangkan viskositas, untuk kedua jenis
dilakukan uji adsorpsi untuk mengetahui surfaktan dan polimer P-MA dan P-MC
seberapa jauh chemical loss pada saat penurunannya relatif kecil, dibawah 10%,
berinteraksi dengan batuan. Tentunya namun tidak demikian dengan polimer P-MB
diharapkan hasilnya adalah serendah mungkin. (Tabel 14). Gambar 5 adalah contoh larutan
Pada Tabel 8 terlihat bahwa adsorpsi yang dalam uji thermal stability.
terjadi pada polimer P-MA dan P-MC cukup Uji Filtrasi
rendah untuk kedua jenis batuan.

IATMI 08-027 5
Ikatan
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Hasil uji filtrasi ditunjukkan pada Gambar 6. 3. Untuk lebih mengoptimalkan


Hampir semuanya membentuk garis lurus, penyapuan, setelah slug utama juga diinjeksikan
kecuali sampuran surfaktan S-F1 dan P-MB polimer P-MC 800 ppm yang mempunyai
yang cenderung melengkung. viskositas relatif di atas slug utama sebagai
fluida yang akan didorong
CORE FLOODING 4. Recovery factor hasil core flooding
dengan 0,3 PV slug utama dan 0,2 PV polimer
Dari semua uji screening, campuran surfaktan pendorong menggunakan native core hampir
S-A2 dan polimer P-MC menunjukkan mencapai 25%.
performance terbaik, karenanya, campuran ini
dipersiapkan untuk diinjeksikan pada batuan
dengan konsentrasi surfaktan 0,3% dan polimer DAFTAR PUSTAKA
1000 ppm sebagai slug utama. Selain itu, untuk
lebih mengoptimalkan penyapuan, setelah slug 1. www.migas.go.id
utama juga diinjeksikan polimer P-MC 800 ppm. 2. www.oil-chem.com
Pemilihan konsentrasi tersebut karena 3. Don W.Green, G. Paul Willhite,
mempunyai viskositas relatif di atas slug utama Enhanced Oil Recovery SPE Textbook Series
sebagai fluida yang akan didorong. Vol.6, 1998
Uji core flood dilakukan pada native core 4. API RP 63 , Recommended Practice for
dengan volume main slug 0,3 PV dan volume Evaluation of Polymer Used in EOR Operations
polimer pendorong 0,2 PV. Recovery factor dari 1st Edition, 1990
minyak yang dihasilkan adalah sekitar 23.5%. 5. Laurier L. Schramm, Surfactants:
Hasil secara lengkap ditunjukkan pada Gambar Fundamentals And Applications In The
7. Petroleum Industry, Cambridge University
Press, Cambridge, UK, 2000
KESIMPULAN 6. DR. Ezzat E. Gomma, Enhanced Oil
Recovery : Microbiology, gas Injection,
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan maka Chemical Injection, Thermal and Practical
dapat disimpulkan : Aspects Diklat IATMI-IWPL Migas, 1995
1. Dari 4 jenis surfaktan yang telah 7. Holm L.W., Robertson S.D.,:Improved
discreening, surfaktan S-A2 dengan konsentrasi Micellar-Polimer Flooding with High pH
0,3% menunjukkan performance terbaik pada Chemicals, SPE 7583, Okt. 1978.
hampir semua uji screening.
2. Campuran surfaktan S-A2 0,3% dan
Polimer P-MC 1000 ppm menghasilkan IFT dan
viskositas yang optimal, karenya terpilih sebagai
slug utama untuk uji core flooding.

IATMI 08-027 6
Ikatan
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Tabel 1. Hasil Uji Kompatibiltas Surfaktan


Jenis Hasil Pengamatan Hari ke-
Konsentrasi
Surfaktan 0 1 7 14 30 60
0.10% warna warna warna warna warna warna
S-F1 0.20% susu, susu, susu, susu, susu, susu,
0.30% keruh keruh keruh keruh keruh keruh
0.10%
S-F2 0.20% jernih jernih jernih jernih jernih jernih
0.30%
0.10%
seperti seperti seperti agak agak
S-A1 0.20% keruh
kabut kabut kabut keruh keruh
0.30%
0.10%
S-A2 0.20% jernih jernih jernih jernih jernih jernih
0.30%

Tabel 2. Hasil Pengukuran Tegangan Antarmuka Surfaktan


IFT
Surfaktan Konsentrasi
Dyne/cm
0,10% 1.14E-02
S-F1 0,20% 9.91E-03
0,30% 8.75E-03
0,10% 1.45E-01
S-F2 0,20% 1.31E-01
0,30% 1.75E-01
0,10% 3.45E-01
S-A1 0,20% 7.31E-02
0,30% 4.75E-02
0,10% 7.96E-03
S-A2 0,20% 6.31E-03
0,30% 3.46E-03

Table 3. Hasil Uji Ketahanan terhadap Panas pada Surfaktan


Hasil Pengamatan Hari ke-
Surfaktan Konsentrasi
0 1 7 14 30 60
0.10% warna susu, warna susu, warna susu, warna susu, warna susu, warna susu,
S-F1 0.20% agak coklat, agak coklat, agak coklat, agak coklat, agak coklat, agak coklat,
0.30% keruh keruh keruh keruh keruh keruh
0.10% jernih jernih
jernih
0.20%
S-F2 jernih jernih jernih jernih, sedikit jernih, sedikit
jernih, sedikit endapan endapan
0.30%
endapan
0.10% sedikit keruh
S-A1 0.20% seperti kabut sedikit keruh sedikit keruh keruh keruh
keruh
0.30%
0.10%
jernih, seperti jernih, jernih,
S-A2 0.20% jernih jernih jernih
kabut seperti kabut seperti kabut
0.30%

IATMI 08-027 7
Ikatan
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Tabel 4. Hasil Pengukuran IFT pada Uji Ketahanan terhadap Panas


Hasil Pengamatan IFT (Dyne/cm) Hari ke-
Surfaktan Konsentrasi
1 7 14 30 60
0,10% 4.535E-02 2.822E-02 2.495E-03 1.150E-02 1.892E-02
S-F1 0,20% 4.276E-03 1.531E-02 1.273E-02 1.427E-02 3.100E-02
0,30% 6.391E-03 6.167E-03 7.876E-03 1.876E-01 7.765E-01
0,10% 2.052E-01 4.247E-01 4.452E-01 1.905E-01 4.206E-01
S-F2 0,20% 2.144E-01 2.767E-01 3.033E-01 3.156E-01 3.532E-01
0,30% 3.894E-01 2.783E-01 3.861E-01 5.626E-01 2.784E-01
0,10% 1.469E-02 1.230E-01 1.422E-02 1.105E-02 8.271E-02
S-A1 0,20% 2.718E-02 5.431E-02 1.137E-01 1.134E-02 1.418E-01
0,30% 1.133E-02 2.739E-01 2.167E-02 1.512E-02 9.524E-02
0,10% 5.96E-03 9.358E-03 1.585E-03 2.385E-03 4.498E-03
S-A2 0,20% 8.31E-03 7.989E-03 4.276E-03 4.046E-02 4.192E-03
0,30% 2.71E-03 5.282E-03 6.391E-03 5.371E-03 1.528E-03

Tabel 5. Hasil uji Adsorpsi surfaktan


Surfaktan Adsorpsi ( gr/gr )
Statik Dinamik
S-F1 1487.07 1424.55
S-A1 4208.18 2975.85
S-A2 1200.03 1004.34

-1
Tabel 6. Viskositas polimer pada suhu reservoir dan shear rate 7 s
Viskositas @
Konsentrasi
Polimer Tres, 7 s-1
ppm cP
800 2.89
1000 4.25
P-MA
1500 7.63
2500 21.39
800 4.3
1000 5.72
P-MB
1500 9.27
2500 45.80
800 5.79
1000 6.88
P-MC
1500 9.61
2500 29.92

IATMI 08-027 8
Ikatan
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Tabel 7. Uji Thermal Stability polimer


Viscositas @ Tres, 7 s-1 Penurunan
Konsentrasi
Polimer cP Viskositas

ppm hari ke-0 hari ke-30 %


P-MA 1000 4.25 4.02 5.23
P-MB 1000 5.72 3.85 32.73
P-MC 1000 6.88 6.46 6.16

Tabel 8. Hasil Uji Adsorpsi Polimer


Konsentrasi Adsorpsi ( gr/gr )
Polimer
ppm Batuan I Batuan II
1000 585.752 391.862
P-MA 1500 558.668 363.14
2500 604.724 370.058
1000 801.794 505.94
P-MB 1500 861.914 497.324
2500 1001.222 530.606
1000 104.222 468.596
P-MC 1500 79.298 413.204
2500 100.346 426.122

Tabel 9. Hasil Uji Kompatibilitas Surfaktan Polimer ( SP )


Hasil Pengamatan Hari ke-
Surfaktan Polimer
0 1 7 14 30 60
P-MA milky, sedikit gumpalan di atas
light milky, lebih banyak
P-MB warna susu
S-F1 milky , gumpalan di atas gumpalan di atas
(milky )
light milky , lebih banyak
P-MC
gumpalan di atas
P-MA
S-A2 P-MB jernih jernih jernih jernih jernih jernih

P-MC

Tabel 10. Hasil Pengukuran Tegangan Antarmuka Surfaktan Polimer ( SP )

Surfaktan Polimer IFT ( Dyne/cm )

P-MA 5.72E-02
S-F1 P-MB 7.21E-03
P-MC 4.58E-03
P-MA 7.13E-03
S-A2 P-MB 8.20E-03
P-MC 4.29E-03

IATMI 08-027 9
Ikatan
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Tabel 11. Hasil Pengukuran Viskositas Surfaktan Polimer ( SP )


Viscosity @ Tres,
-1
Surfaktan Polimer 7s

cP
P-MA 3.97
S-F1 P-MB 4.44
P-MC 5.31
P-MA 4.02
S-A2 P-MB 5.25
P-MC 5.45

Tabel 12. Hasil Pengamatan Uji Thermal Stability Surfaktan Polimer ( SP )


Hasil Pengamatan Hari ke-
Surfaktan Polimer
0 1 7 14 30 60
P-MA light milky , gumpalan di atas
warna susu
S-F1 P-MB milky , sedikit gumpalan
(milky ) milky
P-MC light milky , gumpalan milky , gumpalan
P-MA
S-A2 P-MB jernih jernih jernih jernih jernih jernih

P-MC

Tabel 13. Hasil Pengukuran IFT pada Uji Thermal Stability Surfaktan Polimer ( SP )
Pangukuran IFT ( Dyne/cm ) hari ke-
Surfaktan Polimer
0 7 30 60
P-MA 5.72E-02 5.09E-02 3.00E-02 5.94E-02
S-F1 P-MB 7.21E-03 6.04E-02 3.19E-02 2.52E-02
P-MC 4.58E-03 1.98E-03 2.98E-03 4.50E-03
P-MA 7.13E-03 1.76E-03 5.34E-03 1.35E-03
S-A2 P-MB 8.20E-03 2.54E-02 2.11E-03 2.53E-03
P-MC 4.29E-03 2.57E-03 1.20E-03 1.62E-03

Tabel 14. Hasil Pengukuran Viskositas pada Uji Thermal Stability


Surfaktan Polimer ( SP )
Penurunan
Viscositas ( cP ) @ Tres, 7 s-1
Surfaktan Polimer Viskositas

hari ke-0 hari ke-60 %


P-MA 3.97 3.78 4.75
S-F1 P-MB 4.44 3.16 28.82
P-MC 5.31 4.88 8.05
P-MA 4.02 3.74 7.01
S-A2 P-MB 5.25 3.40 35.33
P-MC 5.45 5.26 3.57

IATMI 08-027 10
Ikatan
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Gambar 1. Hasil Uji Kompatibilitas Surfaktan S-F1 dan S-F2 Hari Ke-1

Uji Filtrasi Surfaktan


120

100
volume ( ml )

80

60 S-F1
S-F2
40
S-A1
20 S-A2

0
0 500 1000 1500 2000
waktu ( detik )

Gambar 2. Uji Filtrasi surfaktan

Gambar 3. Uji Filtrasi Polimer

IATMI 08-027 11
Ikatan
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Gambar 4. Uji Kompatibilitas Surfaktan-Polimer

Gambar 5. Pengamatan uji thermal stability campuran Surfaktan Polimer ( SP )

Gambar 6. Uji Filtrasi campuran Surfaktan Polimer ( SP )

IATMI 08-027 12
Ikatan
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Gambar 7. Hasil Core Flood pada Native Core

IATMI 08-027 13

Anda mungkin juga menyukai