Anda di halaman 1dari 6

A.

Bioteknologi dalam Bidang Pertanian

Selain berperan penting dalam bidang kesehatan dan produksi pengolahan makanan,
bioteknologi juga dapat diterapkan dalam menunjang keberhasilan budidaya pertanian. Beberapa
contoh penerapan bioteknologi dalam bidang pertanian misalnya dapat kita temukan pada
produksi pupuk kompos (bokashi), kultur jaringan, pemuliaan varietas unggul, pupuk hayati,
insektisida hayati, produksi perikanan, hingga produksi peternakan.

1. Pembuatan Kompos (Bokashi)


Contoh penerapan bioteknologi konvensional dalam bidang pertanian dapat dengan mudah kita
temui pada proses pembuatan pupuk kompos atau pupuk bokashi. Untuk mempercepat proses
dekomposisi bahan organik yang berasal dari dedaunan atau rerumputan, para pembuat pupuk
kompos umumnya akan menambahkan mikroorganisme pengurai bahan organik. Dalam hal ini,
mikroorganisme yang digunakan misalnya bakteri fotosintetik, actinomicetes, bakteri asam
laktat, ragi, dan jamur fermentasi . Dengan penambahan mikroorganisme tersebut, fermentasi
bahan organik berlangsung lebih cepat sehingga produksi pupuk kompos dapat terus tersedia.

2. Kultur Jaringan
Kultur jaringan adalah teknik produksi bibit menggunakan organ-organ vegetatif tanaman secara
in vitro. Melalui teknik ini, petani dapat dengan mudah memperoleh bibit-bibit yang seragam
dan bibit-bibit yang sulit disemaikan menggunakan benih seperti bunga anggrek. Teknik kultur
jaringan juga dapat menyediakan bibit dalam jumlah banyak sekaligus.

3. Pemuliaan Varietas Unggul


Rekayasa genetika yang merupakan salah satu cabang bioteknologi berperan sangat besar
terhadap hadirnya berbagai jenis varietas unggul dari tanaman-tanaman budidaya pertanian.
Tanaman-tanaman hasil pemuliaan memiliki sifat dan keutamaan yang lebih baik dibandingkan
tanaman lokal. Contoh dari penerapan pengertian bioteknologi dalam bidang ini antara lain benih
padi unggul tahan wereng, padi genjah (berumur pendek), tembakau rendah nikotin, kentang
aneka rasa dan warna, semangka tanpa biji, dan lain sebagainya.

4. Pupuk Hayati
Penelitian di bidang pertanian yang terus dilakukan telah menghasilkan penemuan yang luar
biasa. Kini, telah diketahui bahwa ada beberapa jamur dan bakteri yang dapat bersimbiosis
dengan perakaran dan mampu menguraikan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman, seperti
Nitrogen dan Posfat, melalui fiksasi maupun autolisis. Beberapa mikroorganisme tersebut
misalnya jamur Mikoriza sp. dan bakteri Rhizobium.

5. Insektisida Hayati
Pemanfaatan bioteknologi dalam bidang pertanian juga dapat ditemukan dalam teknik
pengendalian hama dan penyakit pada tanaman. Dewasa ini, kesadaran masyarakat tentang
dampak negatif penggunaan insektisida kimia yang semakin tumbuh telah membuat para petani
memanfaatkan berbagai mikroorganisme dalam mengendalikan hama dan penyakit pada
tanaman mereka. Pengendailan hama penyakit menggunakan mikroorganisme atau yang juga
disebut pengendalian hayati ini sangat ramah lingkungan. Contoh penerapan teknik ini misalnya
dapat ditemukan dalam penggunaan jamur Trhicogramma sp dalam pengendalian ulat grayak,
hama tanaman cabe.

6. Produksi Perikanan
Di bidang perikanan, rekayasa genetika (cabang utama dari bioteknologi) telah menghasilkan
induk ikan yang hanya dapat memproduksi anakan-anakan ikan betina. Dalam hal ini, anakan-
anakan ikan betina umumnya memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibanding anakan ikan
jantan sehingga produktivitas dalam budidaya perikanan menjadi semakin meningkat.

7. Produksi Peternakan
Teknik inseminasi buatan, multiple oculation, transfer embrio, dan fertilisasi invitro juga
merupakan contoh penerapan bioteknologi di bidang peternakan. Melalui teknik-teknik tersebut,
kualitas dan kuantitas hasil peternakan menjadi semakin meningkat. Produktivitas ternak dalam
menghasilkan anakan baru atau menghasilkan daging dan susu, serta kekebalan ternak terhadap
serangan penyakit tertentu menjadi penunjang keberhasilan penerapan bioteknologi peternakan
masa kini.

Nah, demikianlah beberapa contoh penerapan bioteknologi dalam bidang pertanian. Sebetulnya
masih ada banyak penerapan bioteknologi dalam bidang pertanian yang belum dijelaskan dalam
artikel ini. Namun beberapa contoh di atas mungkin sudah cukup menggambarkan peran besar
bioteknologi dalam usaha budidaya pertanian kita. Semoga bermanfaat.

B. Hidroponik

Pada umumnya bioteknologi pertanian berupa budidaya tanaman yang menghasilkan makanan.
Bioteknologi pertanian dikembangkan dengan cara-cara berikut.
1. Hidroponik
Semakin sempitnya lahan pertanian, mendorong akal pikiran manusia untuk mendapatkan cara
bercocok tanam yang tidak memerlukan tanah sebagai medianya. Cara bercocok tanam ini
dinamakan hidroponik. Pada mulanya teknik hidroponik diperkenalkan oleh W.E. Gericke dari
Universitas California Amerika pada tahun 1929 yang berhasil menggunakan media air sebagai
pengganti tanah untuk bercocok tanam.
Selain air sebagai media tanam, dapat juga digunakan genting, pasir, kerikil, kertas dan lain-lain,
yang disiram dengan larutan nutrien yang diperlukan tanaman. Bagaimana hasil pengamatan
Anda setelah melihat penanaman hidroponik?

Makanan atau nutrisi tumbuhan hidroponik diperoleh dari zat anorganik yang dialirkan melalui
pipa air. Tanaman dapat juga ditempatkan di atas bak penampung nutrisi sehingga akar tanaman
dapat menyerap nutrisi dari bak. Jadi, akar akan selalu terendam cairan nutrisi. Keuntungan apa
saja yang diperoleh dari penanaman secara hidroponik?>
a. Sistem hidroponik lebih praktis dan produktif karena memanfaatkan ruangan yang sempit
(bukan kebun) atau untuk menyiasati daerah atau tempat yang tidak dapat ditanami. Cara
menanam dengan sistem ini dapat dilakukan di mana pun dan akan diperoleh tanaman yang
sebanyak- banyaknya, serta tidak bergantung pada musim karena dikelola secara khusus.
b. Penggunaan pupuk lebih efektif dan berdaya guna, yaitu dapat dilakukan secara tepat dan
tidak boros karena pada bercocok tanam di lahan pertanian biasa, tanah sering merembeskan
sebagian dari pupuk yang diberikan ke tempat lain menjauhi tanaman sehingga perhitungan
pemberian pupuk bisa meleset.
c. Bebas dari serangan hama dan penyakit yang berasal dari tanah, termasuk gulma di dalam
tanah.
d. Mutu buah dan tanaman yang dihasilkan lebih baik.

Bagaimana cara pelaksanaan sistem dengan hidroponik?


a. Penanaman teknik hidroponik dapat dilakukan di dalam pot-pot dengan media pasir, bata
merah yang dihaluskan dan steril atau arang sekam.
b. Bibit tanaman diambil dari tempat pembibitan di kebun biasa, tanah yang melekat pada
tanaman tersebut dibuang dengan hati-hati agar tidak sampai merusak dan melukai akar-akarnya.
Kemudian akar tersebut dicuci dengan air pada suatu bak sampai benar-benar bersih.
c. Bibit tersebut siap ditanam di dalam pot hidroponik yang telah disiapkan dengan ditimbuni
pasir atau kerikil-kerikil kecil sampai setinggi pangkal akar tanaman tersebut. Pasir atau kerikil
tersebut perlu dijaga kelembabannya terus-menerus dengan jalan disemprot dengan air biasa.
Sebaiknya jangan diberi pupuk terdahulu agar keadaan akar menjadi segar kembali karena untuk
menjaga akar yang terluka.
d. Penyemprotan dilakukan terus-menerus dengan air biasa agar tetap lembap selama 2-3
minggu.
e. Selanjutnya tanaman disiram dengan larutan yang mengandung pupuk, penyiraman dengan air
biasa tetap dilakukan untu menjaga kelembapan pasir atau kerikil dan kira-kira seminggu sekali
perlu ditambahkan larutan mineral yang mengandung pupuk anorganik.
f Tempat penanaman dapat digunakan pot hidroponik atau dalam bentuk kantong-kantong
plastik. Sistem pengairannya dapat menggunakan pipa plastik atau pipa pralon berlubang yang
dipasang di atas deretan tanaman. Dapat juga langsung disiramkan pada tanaman dalam pot
hidroponik dengan periode waktu tertentu.
g. Untuk menjaga kesterilan kebun hidroponik dari serangan hama atau penyakit dari luar,
sebaiknya ditutup dengan plastik dibentuk seperti rumah kaca.

Cara bercocok tanam aeroponik sama seperti sistem hidroponik, perbedaannya di dalam
aeroponik tanaman tidak diberi media untuk tumbuhnya akar, melainkan dibiarkan terbuka,
menggantung pada suatu tempat yang dijaga kelembapannya. Akar dan tubuh tanaman disemprot
dengan larutan pupuk yang mengandung nutrisi. Bagaimana cara tanaman aeroponik
memperoleh makanannya? Apakah keuntungan dari aeroponik ini? Coba Anda pikirkan!

2. Penggunaan Teknologi Nuklir


Teknologi nuklir ternyata tidak hanya digunakan untuk urusan militer saja. Teknologi nuklir
merupakan teknologi yang berkaitan dengan penggunaan unsur-unsur radioaktif yang dapat
memancarkan sinar radioaktif, antara lain sinar gama ( ), sinar alfa ( ) dan sinar beta ( ). Jika
pengunaan sinar ini tidak terkendali maka sangat berbahaya, tetapi apabila penggunaannya dalam
dosis yang rendah sinar tersebut dapat dimanfaatkan, antara lain berguna di bidang kedokteran,
pengawetan bahan pangan, bidang pertanian.
Manfaat dari radioaktif terutama sinar gama ( ) dapat dimanfaatkan dalam hal pemuliaan
tanaman, yaitu dengan meradiasi sel atau jaringan sehingga akan terjadi mutasi yaitu terjadinya
perubahan jumlah kromosom atau gen yang terdapat dalam inti sel, sedangkan gen itu
merupakan faktor pembawa sifat keturunan, sehingga jika terjadi mutasi maka akan terjadi
perubahan sifat keturunan dengan tujuan agar menghasilkan atau memiliki keturunan dengan
bibit unggul. Hal tersebut sudah dilakukan di BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional), hasilnya
adalah padi Atomita I sampai Atomita IV yang merupakan varietas hasil dari mutasi radiasi
terhadap padi Pelita I dan Pelita II. Jenis tanaman lain yang merupakan hasil mutasi radiasi
adalah kedelai varietas Muria dan Meratus.

Hasil dari mutasi yang sering dinamakan mutan, ternyata memiliki beberapa keuntungan di
antaranya cocok ditanam di persawahan pasang surut yang memiliki kadar garam cukup tinggi,
bersifat tetap sampai pada keturunan selanjutnya tanpa perubahan ke sifat induk semula, tahan
wereng cokelat dan hijau, tahan penyakit busuk daun, umur lebih pendek, dapat ditanam pada
musim kemarau dalam waktu lebih singkat, hasil panennya lebih banyak. Tanaman hasil mutasi
ini bersifat poliploidi (jumlah kromosomnya berkelipatan dari kromosom normal) sehingga dapat
memberikan hasil yang lebih tinggi, misalnya cepat berbuah, buahnya lebih besar, dan tidak
berbiji.

3. Seleksi Fenotipe
Seleksi fenotipe adalah memilih sifat suatu makhluk sesuai dengan sifat unggul yang sesuai
diinginkan manusia. Misalnya untuk tanaman pangan maka yang dipilih adalah yang berproduksi
tinggi, enak rasanya, dan tahan penyakit. Sebenarnya seleksi fenotipe ini sudah lama
dilaksanakan, contoh ketika petani akan menanam biji kacang tanah, mereka memilih biji kacang
tanah yang besar dan tidak keriput, dengan harapan agar hasilnya yang diperoleh sama sifatnya
pada biji tersebut.

C. CONTOH PEMBUATAN MAKANAN DENGAN MENGGUNAKAN


MIKROORGANISME
. Pembuatan Tape
Tape merupakan makanan hasil fermentasi yang mengandung alkohol. Makanan ini dibuat dari beras ketan ataupun
singkong dengan jamur Endomycopsis fibuligera, Rhizopus oryzae, ataupun Saccharomyces cereviceae sebagai
ragi. Ragi tersebut tersusun oleh tepung beras, air tebu, bawang merah dan putih, kayu manis. Sebelum membuat
tape perlu diperhatikan untuk menghasilkan kualitas yang bagus, warnanya menarik, rasanya manis dan strukturnya
lembut dengan menggunakan cara antara lain:
a. bahan dasar singkong atau beras ketan memiliki kualitas baik;
b. memperhitungkan macam dan banyak ragi yang digunakan;
c. memilih cara pemasakan bahan dasar (ditanak atau direbus);
d. memilih cara menyimpan tape (dengan plastik atau daun);
e memperhatikan keadaan lingkungan pada saat menyimpannya.
Adakalanya pembuatan tape ketan dilanjutkan yang akhirnya akan menghasilan brem, baik untuk diminum atau
untuk kue.

D. CONTOH HASIL BIOTEKNOLOGI.

Tanaman yang resisten terhadap serangan hama.


Tanaman pangan yang rentan terhadap hama dan penyakit mengakibatkan loss yang
sangat besar pada hasil panen dan menjadi salah satu pemicu bencana kelaparan pada
beberapa negara berkembang. Petani akhirnya dibebani dengan pembelian sejumlah besar
pestisida untuk mengatasi loss tersebut. Dan trend penggunaan pestisida makin bertambah
dari tahun ke tahun. Padahal konsumen makin kritis terhadap penggunaan pestisida karena
potensi bahaya residunya. Di samping itu telah diketahui bahwa pestisida (dan pupuk
buatan) dapat mencemari lingkungan dan sumber air minum.

2. Tanaman yang toleran terhadap herbisida.


Budidaya tanaman yang tahan herbisida akan mengurangi biaya pengolahan tanah.
Tanaman pengganggu (gulma) dimusnahkan cukup dengan herbisida tanpa kekhawatiran
mematikan tanaman yang dibudidayakan.

3. Tanaman yang resisten terhadap penyakit akibat jamur, bakteri dan virus patogen.
Seperti juga tanaman yang resisten terhadap hama, diharapkan ditemukan tanaman
yang resisten terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh jamur, bakteri dan virus patogen.

4. Bibit tanaman yang tahan terhadap suhu beku


Bibit tanaman mati jika disimpan pada suhu beku. Dengan gen antibeku tanaman
akan tahan terhadap suhu beku penyimpanan.

5. Tanaman yang tahan kekeringan dan tahan kadar garam tinggi.


Tanaman jenis ini berguna sekali untuk negara-negara yang tidak dapat lagi
melakukan ekstensifikasi lahan. Tanaman ini dapat ditanam pada lahan-lahan yang secara
konvensional tidak dapat digunakan untuk budidaya, seperti lahan kering atau tanah yang
berkadar garam tinggi.
6. Tanaman pangan, seperti padi, jagung, gandum, yang bergizi tinggi.
Tanaman pangan bergizi tinggi berguna untuk mengatasi malnutrisi pada negara-
negara berkembang. Tujuan pengembangan tanaman GM seperti ini adalah memperoleh
strain tanaman pangan yang selain mengandung nutrien konvensional juga mengandung
vitamin dan mineral yang lengkap.

7. Tanaman yang disisipi vaksin.


Vaksin umumnya membutuhkan kondisi penyimpanan yang khusus agar tidak
mengalami kerusakan. Untuk negara-negara berkembang kondisi penyimpanan khusus tadi
sangatlah memberatkan, maka akan sangat terbantu jika ditemukan teknik penyisipan
vaksin (atau obat) ke dalam buah-buahan tertentu.

8. Tanaman-tanaman pembersih lingkungan.


Tanaman jenis ini akan sangat membantu membersihkan lingkungan tanah dan
perairan yang tercemar berat, khususnya oleh logam-logam berat. Tanaman ini dapat
menyerap logam berat sebagai sumber zat anorganiknya tanpa mengalami gangguan
fisiologis. (Widodo, 2008)

Anda mungkin juga menyukai