Disusun Oleh:
Kelompok 8 Farmasi 4B
2017
A. Tujuan
1. Melakukan penyarian simplisia tumbuhan obat dengan berbagai metode ekstraksi.
2. Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa mengerti dan mampu melakukan
ekstraksi metabolit sekunder dari suatu simplisia dengan metode tertentu.
B. Dasar Teori
1. Selektifitas, yaitu pelarut hanya melarutkan komponen target yang diinginkan dan
bukan komponen lain.
2. Kelarutan, yaitu kemampuan pelarut untuk melarutkan ekstrak yang lebih besar
dengan sedikit pelarut.
3. Toksisitas, yaitu pelarut tidak beracun.
4. Penguapan, yaitu pelarut yang digunakan mudah diuapkan.
5. Ekonomis, yaitu harga pelarut relatif murah.
2 Batang Pengaduk
3 Kertas Saring
4 Corong
5 Cawan
6 Waterbath
2. Bahan
No Nama Bahan Gambar
1 Serbuk Simplisia
Daun Sirsak
2 Etanol 70%
D. Prosedur Kerja
F. Perhitungan
% Rendemen = 100%
64,43
= 100% = 42,953%
150
G. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu ekstraksi pemekatan pada ekstrak daun sirsak (Annona
Mucirata L.) merupakan salah satu tanaman buah yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah
dan Amerika Selatan. Buah sirsak rasanya manis agak asam. Setiap 100 g buah yang dapat
dimakan mengandung 3.3 g serat sehingga dapat memenuhi 13% kebutuhan serat per hari.
Selain itu sirsak ini merupakan senyawa flavonoid yang mana senyawa tersebut diketahui
memiliki banyak fungsi termasuk sebagai antioksidan.
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil ekstrak dari
simplisia daun sirsak yang mana ekstraksi merupakan suatu penarikan senyawa metabolit
sekunder dengan bantuan pelarut, pelarut yang digunakan pada ekstraksi tersebut yaitu etanol
70%. Digunakannya etanol 70% karena etanol tersebut bersifat polar sehingga senyawa yang
diinginkan yaitu flavonoid dapat tertarik dari simplisia tersebut. Ekstraksi akan lebih cepat
dilakukan pada suhu tinggi. Metode ekstrak yang digunaan dalam praktikum kali ini yaitu
metode maserasi, karena metode tersebut merupakan salah satu metode umum dalam proses
ekstraksi bahan alam, selain itu metode maserasi lebih sederhana dan mudah. Ekstrak etanol
yang mengandung flavonoid akan merusak dinding sel yang terdiri dari lipid sehingga
menyebabkan zona hambatnya lebih besar. Flavonoid merupakan senyawa polar yang
umumnya mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol pada pereaksi yang digunakan.
Metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu metode maserasi yang mana Metode
maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan
terlindung dari cahaya. Metode ini digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah
mengembang seperti benzoin, stiraks dan lilin. Penggunaan metode ini misalnya pada sampel
yang berupa daun, contohnya pada penggunaan pelarut eter atau aseton untuk melarutkan
lemak/lipid. Keuntungan cara ini adalah pengerjaan yang dilakukan sederhana begitu juga
alat alat yang digunakan. Sedangkan kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan
penyariannya kurang sempurnya artinya tidak semua sari yang terekstraksi. Cairan penyari
yang dipakai biasanya berupa air, etanol, atau pelarut lain. Pada penyarian dengan cara
maserasi perlu dilakukan pengadukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir
serbuk simplisia, sehingga terjadi keseimbangan antara konsentrasi di dalam dan di luar sel.
Maserasi dilakukan 3 kali selama 24 jam dengan menggunakan alat gelas erlenmayer
1 liter dan dilakukan pengadukan, yang mana tujuan pengadukan pada metode ini yaitu untuk
mempercepat kontak antara sampel dan pelarut. Kemudian larutan disaring menggunakan
corong dan diperoleh filtrat dengan warna hijau kecoklatan pada ekstrak tersebut. Disini
ektrak simplisia dimaserasi dengan alat gelas yaitu Erlenmeyer dengan menggunakan pelarut
etanol 70% sampai simplisia tersebut terendam, simplisia yang akan dimaserasi sebelumnya
ditimbang terlebih dahulu yaitu sebanyak 150 gram. cairan penyari akan menembus dinding
sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut. Maserasi yang
dilakukan selama 24 jam dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Senyawa-senyawa yang
memiliki aktivitas sebagai antioksidan alami atau senyawa fenolik umumnya bersifat polar
sehingga lebih mudah larut dalam pelarut polar. Etanol merupakan pelarut yang paling umum
digunakan untuk mengekstrak karena lebih mudah melarutkannya.
Dari data pengamatan yang telah dilakukan, yaitu ekstraksi dengan metode maserasi
yang dilakukan yaitu dengan Erlenmeyer 1 L, maserasi dilakukan 3 kali selama 24 jam
sehingga dihasilkan ekstrak encer sebanyak 805 mL. sehingga didapatkan suatu ekstrak dari
daun sirsak menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70% didapatkan ekstrak
simplisia daun sirsak sebanyak 64,43 g, dan dapat dilihat secara kasat mata atau organoleptik
dari hasil pengekstrakan, pada warna larutan encer berwarna hijau kecoklatan, dengan bau
khas agak asam dan rasa pahit, dan telah dilakukan perhitungan rendemen pada ekstrak
kental, yang mana semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai ekstrak
yang dihasilkan semakin banyak, dihasilkan nilai rendemen pada ekstrak ini yaitu 42,953%
Kualitas ekstrak yang dihasilkan berbanding terbalik dengan jumlah rendamen yang
dihasilkan. Semakin tinggi nilai rendamen yang dihasilkan maka semakin rendah mutu yang
di dapatkan, sehingga ekstrak kental ini dapat digunakan pada praktikum selanjutnya.
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan yaitu Serbuk sebelum diekstraksi
daun sirsak adalah 150 gram, untuk menghasilkan suatu ekstrak dari daun sirsak
menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70% didapatkan ekstrak simplisia daun
sirsak sebanyak 64,43 g , dan dihasilkan rendemen dari ekstrak ini yaitu 42,953 %.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, peyne, 2000. Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Pusat
Penelitian. Universitas Negeri Andalas.
Ahmad, F., Gusnidar dan Reski. 2006. Ekstraksi Bahan Humat dari Batubara
(Subbitumminus) dengan Menggunakan 10 Jenis Pelarut. J.Solum 4: Hal 72-79
Ditjen POM, (1986), Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
K.Heyne.1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Edisi III. Yayasan sarana Warna Jaya.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Makhmud, AI. 2001. Metode Pemisahan. Departemen Farmasi Fakultas Sains Dan
tekhnologi, Universitas Hasanuddin : Makassar.
Pratiwi, I. (2009). Uji Antibakteri Ekstrak Kasar Daun Acalyp haindica terhadap Bakteri
Salmonella cholerasuis dan Salmonella typhimurium. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA
UNS, Surakarta.
Sudarmadji, S., Haryono, B., & Suhardi. (2007). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta:Liberty. hal 93-94.
Sudjadi, 1986, Metode Pemisahan, Universitas Gadjah Mada: Press, Yogyakarta.