Anda di halaman 1dari 21

DAMPAK MENUA SECARA FISIK, SOSIAL, MENTAL, SERTA

MITOS LANSIA SERTA PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GERONTIK

OLEH:

KELOMPOK 9

TINGKAT 3.3 D-III KEPERAWATAN

NI MADE DWI SURYANINGSIH (P07120015089)

PUTU SHARMILLA PRAMESTY DEWI (P07120015100)

LUH PUTU ROSITA DEWI (P07120015114)

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III

2017
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi
Wasa atas berkat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Dampak Menua Secara Fisik, Sosial, Mental, Secara Mitos Lansia Serta Peran
dan Fungsi Perawat Gerontik pada mata kuliah Keperawatan Gerontik di Politeknik
Kesehatan Denpasar ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun berkat bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak
sehingga dapat terselesaikan.Untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
kemampuan penyusun, sehingga masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca, sehingga kami dapat
menyempurnakan makalah iniuntuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar bisa lebih
baik lagi.
Om Santih, Santih, Santih, Om

Denpasar, 31 Agustus 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1
1.3. Tujuan Tulisan ......................................................................................................................... 1
1.4. Manfaat Tulisan ...................................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 3
2.1. Proses Menua ..................................................................................................................... 3
2.2. Mitos-mitos Lanjut Usia ...................................................................................................... 4
2.3. Perubahan Akibat Proses Menua ........................................................................................ 5
2.4. Konsep Dasar Keperawatan Gerontik ............................................................................... 14
BAB III
KESIMPULAN ......................................................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan . 17
3.2 Saran 17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Proses menjadi tua pasti akan dialami oleh setiap orang. Proses menua merupakan
proses yang universal dan alami. Namun demikian, pengalaman nyata yang terjadi berbeda-
beda, dipengaruhi oleh latar belakang keluarga, komunitas, agama, dan budaya. Adapun
factor yang mempengaruhi proses penuaan tersebut dibagi atas dua bagian. Pertama, factor
genetic, yang melibatkan perbaikan DNA, respon terhadap stress, dan pertahanan terhadap
antioksidan. Kedua, factor lingkungan, yang meliputi pemasukan kalori, berbagai macam
penyakit, dan stress dari luar, misalnya radiasi atau bahan-bahan kimia. Kedua factor tersebut
akan mempengaruhi aktivitas metabolism sel yang akan menyebabkan terjadinya stress
oksidasi sehingga terjadi kerusakan pada sel yang menyebabkan terjadinya proses penuaan.

Menurut data sensus penduduk menunjukkan jumlah penduduk lansia di Indonesia


tahun 2010 sebanyak 18,1 juta jiwa (7,6% dari total populasi), tahun 2014 meningkat menjadi
20,24 juta jiwa (8,03 % dari total populasi), dan diperkirakan akan mencapai 36 juta jiwa
pada tahun 2025. Namun pelayanan pada lansia masih sangat terbatas, baik dari segi jenis dan
cakupannya. Sementara kebutuhan akan pelayanan keperawatan semakin meningkat.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa yang dimaksud dengan proses menua ?
1.2.2. Apa saja mitos-mitos lanjut usia ?
1.2.3. Apa perubahan akibat proses menua ?
1.2.4. Bagaimana konsep dasar keperawatan gerontik ?

1.3.Tujuan Tulisan
1.3.1. Untuk mengetahui proses menua.
1.3.2. Untuk mengetahui mitos-mitos lanjut usia.
1.3.3. Untuk mengetahui perubahan akibat proses menua.
1.3.4. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan gerontik.

1
1.4. Manfaat Tulisan
1.4.1. Secara Teoretis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa keperawatan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai Dampak Menua Secara Fisik, Sosial, Mental,
Secara Mitos Lansia Serta Peran dan Fungsi Perawat Gerontik.
1.4.2. Secara Praktis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu
pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan yang nantinya ilmu tersebut dapat
dipahami dan dipraktikkan langsung di lingkungan masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Proses Menua


Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulau dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran,
misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih,
gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan lambat, dan figure tubuh yang tidak proposional (Nugroho, 2008).

WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan


lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia
permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalan dan
luartubuh yang berakhir dengan kematian.

Dalam Buku Ajar geriatric, Prof.Dr. R Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi
Martono (1994) mengatakan bahwa menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaikikerusakan
yang diderita. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia secara
perlahan mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat
mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan
seksualnya.

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus/berkelanjutan secara


alamiah dan umumnya dialami oleh semua mahluk hidup. Misalnya, dengan

3
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lainnya, hingga
tubuh mati sedikit demi sedikit. Kecepatan proses menua setiap indvidu pada organ
tubuh tidak akan sama. Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut usia/masih
muda, tetapi telah menunjukkan kekurangan yang mencolok (deskripsi). Ada pula
orang telah tergolong lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar bugar, dan badan
tegap. Walaupun demikian , harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering
dialami lanjut usia. Manusia secara lambat dan progresif akan kehilangan daya tahan
terhadap infeksi dan akan menempuh semakin banyak distrosi meteoritic dan
structural yang disebut sebagai penyakit degenerative (mis., hipertensi,
arteriosclerosis, diabetes mellitus, dan kanker ) yang akan menyebabkan berakhirnya
hidup dengan episode terminal yang dramatis, misalya stroke, infark miokard, koma
asidotik, kanker metastasis, dan sebagainya.

Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling


berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelakan tentang proses
menua yang idak seragam. Secara umum, proses menua didefinisikan sebagai
perubahan yang terkait wakru, bersifat universal, intrisik, progresif, dan detrimental.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap
lingkungan untuk dapat bertahan hidup.

2.2. Mitos-mitos Lanjut Usia


Menurut Maryam (2008) dalam Dewi (2014) mitos-mitos seputar lansia antara lain:
1) Mitos kedamaian dan ketenangan
Adanya anggapan bahwa lansia dapat santai menikmati hidup, hasil kerja dan
jerih payahnya di masa muda. Berbagai gincangan kehidupan seakan-akan sudah
berhasil dilewati.
Kenyataan yang sering ditemui lansia yang mengalami stress karena kemiskinan
dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit.
2) Mitos konservatif dan kemunduran
Konservatif berarti kolot, bersikap mempertahankan kebiasaan, tradisi dan
keadaan yang berlaku.
Adanya anggapan bahwa lansia tidak kreati, menolak inovasi, berorientasu
kemasa silam, kemblai ke masa anak-anak, sulit berubah, keras kepala dan
cerewet. Kenyataannya tidak semua lansia bersikap dan memiliki pemikiran
demikian.

4
3) Mitos berpenyakitan
Adanya tanggapan bahwa masa tua dipandangs sebagai masa degenerasi biologis
yang disertai berbagai penyakit dan sakit-sakitan.
Kenyataannya tidak semua lansia berpenyakitan. Saat ini sudah banyak jenis
pengobatan serta lansia rajin melakukan pemeriksaan berkala sehingga lansia
tetap sehat dan bugar.
4) Mitos sensilitas
Adanya tanggapan bahwa sebgaian lansia mengalami pikun. Kenyataannya
banyak yang masih tetap cerdas dan bermanfaat bagi masyarakat, karena banyak
cara untuk menyesuaikan diri terhadap penurunan daya ingat.
5) Mitos tidak jatuh cinta
Adanya anggapan bahwa para lansia tidak lagi jatuh cinta dan bergairah kepada
lawan jenis. Kenyataannya, perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang
masa serta perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi tua.
6) Mitos aseksualitas
Adanya anggapan bahwa pada lansia terjadi penurunan hubungan seks, minat,
dorongan, gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang.
Kenyataanya kehidupan seks para lansia normal-normal saja dan tetap bergairah.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknnya lansia yang meskipun telah ditinggal mati
oleh pasangannya msih memiliki keinginan untuk menikah lagi.
7) Mitos ketidakproduktifan
Adanya anggapan bahwa para lansia tidak produktif lagi . kenyataanya banyak
para lansia yang mencapai kematangan, kamantapan dan produktivitas mental
maupun material.

2.3. Perubahan Akibat Proses Menua


Berikut ini perubahan yang terjadi akibat proses menua menurut Nugroho (2008)

1) Perubahan Fisik dan Fungsi


a. Sel
Jumlah sel menurun/lebih sedikit.
Ukuran sel lebih besar.
Jumlah cairan tubuh dan cairan intraselular berkurang.
Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun.

5
Jumlah sel otak menurun.
Mekanisme perbaikan sel terganggu.
Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%.
Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.
b. Sistem persarafan
Menurun hubungan persarafan
Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang setiap
harinya).
Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stres.
Saraf panca-indra mengecil.
Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan
perasa mengecil, lebih sensitif terhadap perubahan suhu, dan rendahnya
ketahan terhadap dingin.
Kurang sensitif terhadap sentuhan.
Defisit memori.
c. Sistem pendengaran
Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur
65 tahun.
Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya
keratin.
Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan/stres.
Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau
rendah, bisa terus-menerus atau intermiten).
Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau
berputar).
d. Sistem penglihatan
Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar menghilang..
Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

6
Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap.
Penurunan/hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi presbiopia,
seseorang sulit melihat dekat yang dipengaruhi berkurangnya elastisitas
lensa.
Lapang pandang menurun: luas pandangan berkurang.
Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau hijau pada
skala.
e. Sistem kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan mejadi kaku.
Elastisitas dinding aorta menurun
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan kontraksi dan volume menurun
(frekuensi denyut jantung maksimal = 200 - umur).
Curah jantung menurun (isi semenit jantung menurun).
Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke duduk
(duduk ke berdiri) bisa menyebakan tekanan darah menurun menjadi 65
mmHg (mengakibatkan pusing meendadak).
Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan.
Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembukuh darah perifer
meningkat. Sistole normal + 170 mmHg, diastole + 95 mmHg.
f. Sistem pengaturan suhu tubuh
Pada pengaturan suhu tubuh, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran terjadi
berbagai faktor yang mempengaruhi. Yang sering ditemui antara lain:
Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisologis + 35oC ini
akibat metabolisme yang menurun.
Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula
menggigil, pucat, dan gelisah.

7
Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.

g. Sistem pernapasan
Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan
kekuatan, dan menjadi kaku.
Aktivitas silia menurun.
Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dengan kedalaman
bernapas menurun.
Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah
berkurang.
Berkurangnya elastisitas bronkus.
Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
Karbon dioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas terganggu.
Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang.
Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun.
Sering terjadi emfisema senilis.
Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan menurun
seiring pertambahan usia.
h. Sistem pencernaan
Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa tejadi
setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi dan gizi
yang buruk.
Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi
indra pengecap di lidah, terutama rasa manis dan asin, asam, dan pahit.
Esofagus melebar.
Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun..
Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu, terutama
karbohidrat).

8
Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah
berkurang.
i. Sistem reproduksi
Wanita
Vagina mengalami kontraktur dan mengecil
Ovari menciut, uterus mengalami atrofi.
Atrofi payudara
Atrofi vulva
Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi
berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna.
Pria

Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada penurunan


secara berangsur-angsur.
Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun, asal kondisi
kesehatannya baik, yaitu:
1. Kehidupan sosial dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.
2. Hubungan seksual seacra teratur membatu mempertahankan
kemampuan seksual.
3. Tidak perlu cemas karena prosesnya alamiah.
4. Sebanyak + 75% pria usia di atas 65 tahun mengalami pembesaran
prostat.
j. Sistem genitourinaria
Ginjal. Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit)
terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus).
Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50% sehingga fungsi tubulus berkurang. Akibatnya, kemampuan
mengonsentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun, proteinuria
(biasanya +1), BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg&, nilai
ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
Keseimbangan eletrolit dan asam lebih mudah terganggu bila
dibandingkan dengan usia muda. Renal plasma flow (RPF) dan glomerular
filtration rate (GFR) atau klirens kreatinin menurun secara linier sejak 30

9
tahun (Cox Jr. dkk., 1985). Jumlah darah yang difiltrasi oleh ginjal
berkurang.
Vesika urinaria. Otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200 ml
atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada pria lanjut usia,
vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga mengakibatkan retensi urine
meningkat.
Pembesaran prostat. Kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas
65 tahun.
Atrofi vulva.
Vagina. Seseorang semakin menua, kebutuhan hubungan seksualnya
masih ada. Tidak ada batasan umur tertentu kapan fungsi seksual seseorang
berhenti. Frekuensi hubungan seksual cenderung menurun secara bertahap
setiap tahun, tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmatnya berjalan
terus sampai tua.
k. Sistem endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang
memproduksi hormon. Hormon pertumbuhan berperan sangat pentng dalam
pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan, dan metabolisme organ tubuh.
Yang termasuk hormon kelamn adalah:
Estrogen, progesteron, dan testosteron yang memelhara alat reproduksi
dan gairah seks. Hormon ini mengalami penurunan.
Kelenjar pankreas (yang memproduksi insulin dan sangat pentng dalam
pengaturan gula darah).
Kelenjar adrenal/anak ginjal yang memproduksi adrenalin. Kelenjar
yang berkaitan dengan hormon pria/wanita. Salah satu kelenjar endokrin
dalam tubuh yang mengatur agar arus darah ke organ tertentu berjalan
dengan baik, dengan jalan mengatur vasokonstriksi pembuluh darah.
Kegatan kelenjar anak ginjal n berkurang pada lanjut usia.
Produksi hampir semua hormon menurun.
Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
Hipofisis: pertumbuhan hormon ada, tetapi lebih rendah dan hanya di
dalam pembuluh darah; berkurangnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan
LH.

10
Aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate), dan daya pertukaran zat
menurun.
Produksi aldosteron menurun.
Sekresi hormon kelamin, misalnya progeteron, estrogen, dan testoteron,
menurun.
l. Sistem integumen
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan berisik (karena kehilangan
proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis).
Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak
merata pada permukaan kult sehingga tampak bintik-bintikatau noda
cokelat.
Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-kerut
halus di ujung mata akibat lapisan kulit menipis.
Respons terhadap trauma menurun.
Mekanisme proteksi kulit menurun:
1. Produksi serum menurun
2. Produksi vitamin D menurun
3. Pigementasi kulit terganggu
Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu.
Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi.
Pertumbuhan kuku lebih lambat.
Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.
m. Sistem muskuloskeletal
Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.
Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi.
Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra, pergelangan,
dan paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang
tersebut.

11
Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan
aus.
Kifosis
Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
Gangguan gaya berjalan.
Kekakuan jaringan penghubung.
Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang).
Persendian membesar dan menjadi kaku.
Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi
lamban, otot kram, dan menjadi tremor (perubahan pada otot cukup
rumit dan sulit dipahami).
Komposisi otpt berubah sepanjang waktu (miofibril digantikan oleh
lemak, kalogen, dan jaringan parut).
Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua.
Otot polos tidak begitu berpengaruh.
2) Perubahan Mental
a. Di bidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat berupa sikap
yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak bila
memiliki sesuatu.
b. Yang perlu dimengerti adalah sikap umum yang ditemukan pada hampir
setiap lanjut usia, yakni keinginan berumur panjang, tenaganya sedapat
mungkin dihemat.
c. Mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat.
d. Ingin mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa.
e. Jika meninggal pun, mereka ingin meninggal secara terhormat dan masuk
surga.
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental:

a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa.


b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)

12
e. Lingkungan
Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi. Lebih sering
berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin karena
faktor lain, misalnya penyakit.

Kenangan (memori)

Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa hari yang lalu dan
mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10
menit), kenangan buruk (bisa ke arah demensia).

Intelegentia quotion (IQ)

IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal. Penampila,


persepsi, dan keterampilan psikomotor berkurang. Terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan faktor waktu.

3) Perubahan Psikososial
Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dan identitasnya dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun (purnatugas),
seseorang akan mengalami kehilangan, antara lain:
a. Kehilangan finasial (pendapatan berkurang)
b. Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan semua fasilitas)
c. Kehilangan teman/kenalan atau relasi
d. Kehilangan pekerjaan/kegiatan dan
Merasakan atau sadar terhadap ke atian, perubahan cara hidup
(memasuki rumah perawatan, bergerak lebih sempit).
Kemapuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabtan. Biaya hidup
meningkat pada penghasilan yang sulit, biaya pengobatan bertambah.
Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan.
Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
Adanya gangguan saraf panca-indra, timbul kebutaan dan ketulian.
Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
famili.

13
Hilangnya keuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri).
4) Perkembangan Spiritual
a. Agama/kepercayaan semakin terintegrasi dalam ehidupan (Maslow, 1970).
b. Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya. Hal ini terlihat
dalam berpikir dan bertindak sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970).
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978),
universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir
dan bertindak dengan cara memberi contoh cara mencintai dan keadilan.

2.4. Konsep Dasar Keperawatan Gerontik


2.2.1. Pengertian Keperawatan Gerontik dan Istilah yang Terkait

Gunter & Estes (1979) dalam Sahar (2001) dalam buku Asuhan Keperawatan
Gerontik, menyebutkan bahwa gerontik (dari kata geronologi dan geriatric)
merupakan istilah tepat dalam keperawatan, karena Keperawatan Gerontik adalah
suatu bentuk pelayanan keperawatan yang professional dengan menggunakan ilmu
dan kiat keperawatan gerontik, mencakup biopsikososial dan spiritual, di mana klien
adalah orang yang berusia lebih dari 60 tahun, baik yang kndisinya sehat maupun
sakit (Maryam dkk, 2008 dalam buku Keperawatan Gerontik). Menurut Lueckenotte
(2000), menjelaskan bahwa keperawatan lansia (gerontic nursing) adalah bidang
keperawatan spesifik yang memfokuskan perhatian terhadap pengkajian kesehatan
dan status fungsional usia lanjut, merencanakan, mengimplementasikan pelayanan
keperawatan untuk memenuhi kepatuhan yang terganggu serta mengevaluasi
efektivitas dan pelayanan keperawatan yang diberikan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa keperawatan gerontik adlah suatu bentuk pelayanan professional yang
didasarkan ilmu dan kiat/teknik keperawatan gerontik yang berbentuk bio-psiko-
sosio-kultural dan spiritual yang komprehensif, ditujukan pada lanjut usia baik sehat
maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan komunitas/masyarakat.

2.2.2. Tujuan Asuhan Keperawatan Gerontik


Tujuan perawatan lanjut usia dalam Buku Ajar Keperawatan Gerontik dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Meningkatkan kemandirian dalam Activity Daily Living (ADL) dengan upaya
promotif, preventif, dan rehabilitative

14
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan kemampuan lansia dalam
melakukan tindakan pencegahan dan perawatan
3) Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat
hidup klien lanjut usia
4) Menolong dan merawat klien lansia yang menderita penyakit atau menaglami
gangguan tertentu (kronis maupun akut) sesuai dengan kemampuan lansia.
5) Mempertahankan kebebasan yang maksimal dengan meningkatkan kemandirian
6) Membantu memahami individu terhadap perubahan di usia lanjut
7) Memotivasi masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup lansia
8) Merangsang para petugas kesehatan, khusunya perawat, untuk dapat mengenal
dan menegakkan diagnosis yang tepat dan dini apabila mereka menjumpai suatu
kelainan tertentu.

2.2.3. Peran, Fungsi, dan Tanggung Jawab Perawat Gerontik


Menurut kozier et.al (1995) dalam Sunaryo (2016), peran adalah seperangkat
tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
kedudukannya dalam suatu sistem. Peran ini dipengaruhi oleh keadaan sosial, baik
dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk perilaku yang
diharapkan dari seseorang pada situasi social tertentu. Dalam praktiknya, menurut
Miller (1995) dalam Sunaryo (2016), perawat gerontik memiliki berbagai peran dan
fungsi sebagai berikut.:
1) Care provider, artinya memberikan asuhan keperawatan kepada lansia yang
meliputi intervensi/ tindakan keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan, dan
menjalankan tindakan medis sesuai dengan pendelegasian yang diberikan.
2) Advocat, artinya perawat yang berfungsi sebagai penghubung antara klien
dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela
kepentingan klien, dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya
kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional
maupun professional. Perawat juga berperan mempertahankan dan melindungi
hak-hak klien yang meliputi hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya, hak
informasi atas penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya
sendiri, dan hak untuk mendapat ganti rugi akibat kelalaian.
3) Educator, artinya perawat membantu lansia meningkatkan kesehatannya melalui
pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medic
15
yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap
hal-hal yang diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan
pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang berisiko tinggi, kader
kesehatan, dan lain sebagainya.
4) Counselor, artinya perawat sebagai pemberi bimbingan/konseling. Perawat
memberikan konseling/bimbingan kepada klien, keluarga, dan masyarakat
tentang masalah kesehatan sesuai prioritas. Tugas utama perawat adalah
mengidentifikai perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat-sakitnya.
Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk
meningkatkan kemampuan adaptasinya
5) Motivator, artinya perawat member motivasi kepada lansia.
6) Case manager, artinya perawat mengkoordinasi aktivitas anggota tim kesehatan
lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika mengatur kelompok yang
memberikan perawatan pada klien.
7) Consultant, artinya perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan
8) Reasearcher, artinya perawat sebagi peneliti di bidang keperawatan gerontik di
mana perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah penelitian,
menerapkan prinsip dan metode penelitian, serta memanfaatkan hasil penelitian
untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan.
9) Collaborator, artinya perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan
keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan
guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.
Sedangkan tanggung jawab perawat gerontik adalah:
1) Membantu lansia yang sehat memelihara kesehatan
2) Membantu lansia yang sakit memperoleh kembali kesehatan
3) Membantu lansia yang tidak bisa disembuhkan menyadari potensi
4) Membantu lansia yang menghadapi ajal untuk diperlakukan secara manusiawi.

16
BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulau dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menadi tua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa, dan tua.
2. Menurut Maryam (2008) mitos-mitos seputar lansia antara lain: Mitos kedamaian dan
ketenangan, Mitos konservatif dan kemunduran, Mitos berpenyakitan, Mitos sensilitas,
Mitos aseksualitas, dan Mitos ketidakproduktifan
3. Adapun beberapa perubahan yang dialami akibat proses menua yaitu antara lain
perubahan fisik dan fungsi (menurunnya jumlah sel dan menurunnya fungsi), perubahan
mental atau psikis (dimana dapat berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga,
bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu), perubahan sosial (karena mengalami
pensiun, kehilangan pekerjaan maupun jabatan yang dimiliki sebelumnya), kepercayaan
spiritual semakin terintregasi dalam kehidupan.
4. Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan ilmu
dan kiat/teknik keperawatan gerontik yang berbentuk bio-psiko-sosio-kultural dan
spiritual yang komprehensif, ditujukan pada lanjut usia baik sehat maupun sakit pada
tingkat individu, keluarga, kelompok, dan komunitas/masyarakat.

3.2. Saran
Dengan penyusunan makalah ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca khususnya
bagi mahasiswa keperawatan. Penyusun berharap agar para pembaca dapat lebih
memahami mengenai dampak menua secara fisik, sosial, mental, secara mitos lansia serta
peran dan fungsi perawat gerontik yang sangat penting diketahui demi memperdalam
wawasan dalam mata kuliah Keperawatan Gerontik sehingga ilmu yang didapatkan dapat
bermanfaat di masa yang akan datang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Artinawati, Sri.2014. Asuhan Keperawatan Gerontik.Bogor: In Media.

Azizah, Lilik Marifatul.2011.Keperawatan Lanjut Usia.Yogyaarta:Graha Ilmu.

Sunaryo, dkk.2016.ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK.Yogyakarta:ANDI.

Nugroho, H. Wahjudi.2008.KEPERAWATAN GERONTIK & GERIATRIK.Jakarta: EGC

Dewi, Sofia Rhosma.2014.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Yogyakarta:Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai