askepedia
Syok Hipovolemik dalam askep syok hipovolemik, disebut juga dengan perdarahan terjadi
dalam kondisi emergency atau gawat darurat biasanya pada pasien yang mengalami
kecelakan lalu lintas dengan luka terbuka atau luka akibat tindak kekerasan oleh benda tajam,
syok hipovolemik dapat menyebabkan organ gagal berfungsi dan puncaknya dapat
menyebabkan kematian organ.
Syok hipovolemik diklasifikan menjadi tiga yaitu perdarahan kapiler, perdarahan arteri,
perdarahan vena.
Syok hipovolemik adalah kondisi ketidakmampuan jantung untuk memasok darah yang
cukup ke seluruh tubuh akibat volume darah yang kurang, umumnya dipicu oleh dua hal
yaitu perdarahan luar dan perdarahan dalam. Selain perdarahan, kekurangan banyak
cairan (akibat diare, muntah-muntah, keringat berlebihan, dan luka bakar) juga dapat memicu
penurunan jumlah darah yang diedarkan di dalam tubuh.
Dalam kondisi perdarahan hebat pasokan darah yang dipompa jantung akan berkurang
drastis, sehingga organ tidak mendapat pergantian zat yang dibutuhkan secara cepat, salah
satu zat yang dibutuhkan oleh organ dan jaringan tubuh agar mampu berfungsi dengan baik
yaitu oksigen yang terkandung dalam darah. Apabila tidak ditangani secara tepat dan cepat,
maka kondisi ini dapat menyebabkan kematian.
1. Pengkajian
Pengkajian syok hipovolemik dengan mengkaji gejala utama penurunan tekanan darah dan
suhu tubuh yang ditandai dengan akral teraba dingin dan gejala umum yang terjadi.
memeriksa ABCD (Airway, Breathing, Circulation, Disability).
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Keperawatan
Mengontrol perdarahan
Mempertahankan volume darah
Sirkulasi adekuat untuk oksigenasi
Mencegah Syok
Jangan memberikan cairan apa pun ke dalam mulut pasien (misalnya memberi
minum).
Buat suhu tubuh pasien tetap hangat untuk mencegah hipotermia (memberikan
selimut), serta jaga agar dia tetap nyaman.
Jika pada bagian kepala, kaki, leher, atau punggung pasien diduga mengalami cedera,
jangan ubah posisinya.
Tekan titik pendarahan dengan menggunakan kain atau handuk untuk meminimalkan
volume darah yang terbuang atau bila perlu ikatkan kain atau handuk tersebut.
Apabila ditemukan masih ada benda tajam (pecahan kaca atau pisau) yang menancap
di tubuh penderita, jangan mencabutnya.
Usahakan agar pasien tetap berbaring dengan posisi kaki ditinggikan (diberi
penyangga setinggi kira-kira 30 cmcm) untuk meningkatkan peredaran darah. Begitu
pula pada saat memindahkan pasien ke dalam ambulans, usahakan posisi ini tetap
sama.
Pada kasus cedera di leher atau kepala, beri penyangga khusus terlebih dahulu pada
bagian tersebut sebelum memindahkan pasien ke dalam ambulans.
5. Penatalaksanaan Kedaruratan
Penekanan langsung
Tekan langsung area perdarahan dengan telapak tangan atau menggunakan pembalut
(kain bersih) selama kurang lebih 15 menit, dan pasang balutan tekanan kuat.
Penekanan arteri
Penekanan dilakukan pada ujung arteri yang sesuai (ujung dimana arteri ditekan
melawan tulang yang berada di bawahnya).
Arteri temporalis ; pada daerah depan masing-masing telinga dan dapat ditekan pada
tulang tengkorak.
Arteri fasialis ; terletak di bawah dagu dan 2,5 cm sebelah dalam dagu.
Arteri karotis komunis ; pada sisi samping trakea. Saat dilakukan tekanan, observasi
pernapasan pasien, dan tidak boleh pada kedua arteri karotis dalam waktu bersamaan.
Arteri subklavia ; terletak di bawah kedua sisi klavikula (tulang collar). Penekanan
harus dilakukan pada posisi melintang di belakang dan kira-kira setengah panjang
klavikula.
Arteri brakhialis ; pada pertengahan antara siku dan bahu, terletak pada daerah yang
lebih dalam dari lengan atas antara otot biseps dan otot triseps.
Arteri femoralis ; dapat dirasakan pada lipat paha.
b. Torniquet (Torniket):
Pemasangan torniket pada ekstremitas hanya sebagai upaya terakhir ketika perdarahan
tidak dapat dikontrol dengan metode lain.
Torniket dipasang tepat proksimal dengan luka (torniket cukup kencang untuk
mengontrol aliran darah arteri).
Berikan tanda pada kulit pasien dengan balpoint (pulpen) atau plester dengan tanda T,
menyatakan lokasi dan waktu pemasangan torniket.
Longgarkan torniket sesuai petunjuk untuk mencegah kerusakan vaskular atau
neurologik. Bila sudah tidak ada perdarahan arteri, lepasakan torniket dan coba lagi
balut dengan tekanan.
Pada kejadian amputasi traumatik, jangan lepaskan torniket sampai pasien masuk
ruang operasi.
Tinggikan atau elevasikan bagian yang luka untuk memperlambat mengalirnya darah.
Baringkan korban untuk mengurangi derasnya darah keluar.
Berikan cairan pengganti sesuai saran, meliputi cairan elektrolit isotonik, plasma atau
protein plasma, atau terapi komponen darah (tergantung perkiraan tipe dan volume
cairan yang hilang).
c. Darah segar diberikan bila ada kehilangan darah masif terus menerus.
d. Tambahan trombosit dan faktor pembekuan darah diberikan ketika jumlah darah yang
besar diperlukan karena darah penggantian kekurangan faktor pembekuan:
Lakukan pemeriksaan darah arteri untuk menentukan gas darah dan memantau
tekanan hemodinamik.
Awasi tanda-tanda syok atau gagal jantung karena hipovolemia dan anoksia.
Seorang pasien yang sudah didiagnosa syok hipovolemik oleh dokter, akan langsung
diberikan transfusi sebagai pengganti cairan yang hilang, dan untuk meningkatkan volume
darah dari jantung serta meningkatkan tekanan darah, diberikan obat dopamine,
norepinephrine, epinephrine, dan dobutamine.