Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk
membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu
memajukan kesejahteraan umum, seperti yang tersurat pada alinea IV
Pembukaan UUD 1945. Pembangunan sebagai salah satu cermin pengamalan
Pancasila terutama sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia,
yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada
tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.
Arah dan kebijakan pembangunan daerah adalah untuk memacu
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan rakyat, meningkatkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat
serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu
dalam mengisi otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung
jawab serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Karena itu penting dan
sangat krusial untuk mewujudkan tercapainya keselarasan, keserasian dan
keseimbangan antara kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah sehingga
keadilan dan pemerataan hasil-hasil pembangunan merata di seluruh tanah air.
Hal tersebut tidak mungkin tercapai dalam waktu singkat tetapi memerlukan
waktu, karena itu yang paling penting adalah semua upaya harus diarahkan
sedemikian rupa sehingga proses-proses dan pelasanaan pembangunan setiap
tahun makin mendekatkan pada tujuan nasional.
Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan
mengelola berbagai urusan penyelenggaraan pemerintah bagi kepentingan dan
kesejahteraan masyarakat daerah yang bersangkutan. Sedangkan dalam hal
pembiayaan dan keuangan daerah diatur dalam UU No. 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah tidak hanya kesiapan aparat
pemerintah saja tetapi juga masyarakat untuk mendukung pelaksaan otonomi
daerah dengan pemanfaatan sumber-sumber daya secara optimal.

1
Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi
masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas
pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-
masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan menjadi kurang
optimal. Kondisi ini dapat mempengaruhi lambatnya proses pertumbuhan
ekonomi daerah yang bersangkutan. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu
tolak ukur yang dapat dipakai untuk meningkatkan adanya pembangunan suatu
daerah dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung
menggambarkan tingkat perubahan ekonomi.
Menurut Sukirno (1994), pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksinya bertambah dan kemakmuran masyarakat mengalami kenaikan.
Laju pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam PDRB tanpa
memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat
pertumbuhan penduduk dan apakah ada perubahan atau tidak dalam struktur
ekonomi. Salah satu indikator yang menunjukkan tingkat kemakmuran suatu
daerah adalah data mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (Produk
Domestik Regional Bruto) atas dasar harga yang berlaku ataupun atas dasar
harga konstan. Suatu daerah mengalami suatu pertumbuhan dalam kemakmuran
masyarakatnya apabila pendapatan perkapita menurut harga atau pendapatan
terus menerus mengalami peningkatan.
Untuk mencapai hal tersebut, pemerintah daerah sebagai penyelenggara
pemerintahan di daerah harus memanfaatkan dan mengembangkan sektor-
sektor ekonomi yang ada di daerah tersebut, khususnya sektor-sektor ekonomi
yang potensial bagi kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sektor-
sektor ekonomi yaitu sektor pembentuk angka PDRB yang berperan dalam
menentukan laju pertumbuhan ekonomi, sedangkan pengembangan sektor
ekonomi potensial diartikan sebagai upaya untuk mengubah atau menaikkan
keadaan yang ada pada sektor-sektor ekonomi potensial, guna meningkatkan
PDRB.

2
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia, provinsi
ini memiliki kekayaan dan sumber daya alam yang cukup besar dan sangat
potensial untuk dikembangkan. Adapun sektor yang memberikan kontribusi
ekonomi paling besar adalah sektor pertanian. Sektor pertanian hingga saat ini
masih merupakan tulang punggung perekonomian daerah, baik sebagai
penghasil nilai tambah dan devisa maupun sumber penghasilan. Komoditi
unggulan nasional yang ada di Provinsi Kalimantan Barat antara lain kelapa
sawit, karet, tebu, dan kakao. Jagung, kelapa, lada dan sapi merupakan komoditi
keunggulan daerah. Hal ini didukung pula oleh luas wilayah sebesar 146.807
km2 (7,53% luas Indonesia) dan merupakan Provinsi terluas keempat setelah
Papua (421.891 km2), Kalimantan Timur (202.440 km2) dan Kalimantan Tengah
(152.600 km2) sehingga membuat Provinsi Kalimantan Barat berada pada posisi
yang strategis. Dilihat dari letak geografis, Provinsi Kalimantan Barat
berbatasan dengan negara bagian Sarawak ( Malaysia ). Di samping itu, Provinsi
Kalimantan Barat memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak
berpenghuni ) yang tersebar sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang
berbatasan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Dengan keuntungan letak
yang strategis tersebut, Provinsi Kalimantan Barat dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonominya dengan memanfaatkan sektor-sektor ekonomi yang
potensial bagi kenaikan PDRB.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini ada bagaimana gambaran makro
ekonomi Kalimantan Barat dari tahun 2012-2016.

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini ialah agar kita mengetahui keadaan atau kondisi
makro ekonomi Kalimantan Barat pada tahun tersebut.

3
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Makro Ekonomi Kalimantan Barat (2012-2016)


1. Tahun 2012
Pada pertumbuhan terbesar triwulan III-2012 (yoy) adalah sektor
pertanian dan sektor perdagangan, hotel, restoran yang masing-masing
menyumbang sebesar 2,06 persen dan 1,29 persen. Oleh karena itu, struktur
perekonomian Kalimantan Barat triwulan III-2012 masih didominasi oleh
tiga sektor yaitu sektor perdagangan, hotel, restoran sebesar 23,49 persen,
sektor pertanian 22,78 persen dan sektor industri pengolahan sebesar 16
persen.
a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Selanjutnya dilihat dari jumlah dan kepadatan penduduk di
Kalimantan Barat tahun 2012 yaitu sebesar:
Jumlah Penduduk (jiwa) = 4.582.930
Laju Pertumbuhan (%) = 1,45
Luas Wilayah (km) = 146.807,00
Kepadatan (jiwa/km) = 31
b. Pertumbuhan ekonomi
pertumbuhan ekonomi tahun 2012 di Kalimantan Barat ialah
sebesar 5,83% sedangkan di tahun sebelumnya 2011 sebesar 5,97%
berarti ini mengalami penurunan 0,14%. Secara sektoral semua
sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan
tertinggi secara berturut-turut dialami oleh sektor bangunan 9,78%,
sektor jasa yaitu 7,71%, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan yaitu 6,66%. Sektor-sektor yang memiliki peranan cukup
besar sebagai penggerak utama (primemover) perekonomian
Kalimantan Barat adalah sektor pertanian, perdagangan dan industri
pengolahan, dengan pertumbuhan masing-masing sektor adalah
4,30%, 6,60% dan 3,10%.

4
Selama kurun waktu 2008-2012, sektor pertanian merupakan
sektor yang paling besar memberikan sumbangan bagi pembentukan
PDRB Kalimantan Barat namun peranannya terus berkurang,kondisi
ini dapat menjadi indikasi terjadinya pergeseran struktur ekonomi di
Kalimantan Barat. Tahun 2012 kontribusi sektor pertanian terhadap
pembentukan PDRB sebesar 24,10%. Hampir seluruh sektor
pertanian yaitu subsektor tanaman bahan makanan, peternakan,
kehutanan dan perikanan peranannya mengecil dibandingkan tahun
2011. Meski demikian, secara umum sektor pertanian masih menjadi
tumpuan bagi perekonomian daerah di Kalimantan Barat terutama
dalam penyerapan tenaga kerja.
c. Angka Kemiskinan dan Kesenjangan
Sebagai gambaran kondisi angka kemiskinan di
Kabupaten/Kota, pada tahun 2012 tercatat bahwa angka kemiskinan
terendah terjadi di Kabupaten Sanggau yaitu sebesar 4,38% dan
tertinggi di Kabupaten Landak sebesar 12,32%. Kinerja penurunan
angka kemiskinan Kalimantan Barat pada tahun 2011-2012
menunjukkan hasil yang cukup signifikan, yaitu dari 8,48% pada
tahun 2011 menjadi 7,96% pada tahun 2012. Berarti tingkat
kemiskinan di Kalimantan Barat mengalami penurunan sebesar
0,52%.
d. Tingkat Pengangguran
Angka pengangguran di Kalimantan Barat selama tahun 2012
juga menunjukkan penurunan melampaui target yang ditetapkan
dibandingkan tahun 2011. Kondisi Kabupaten/Kota juga pada
umumnya demikian. Sebagai gambaran kondisi angka pengangguran
di Kabupaten/Kota, pada tahun 2012 tercatat bahwa angka
pengangguran terendah terjadi di Kabupaten Sekadau yaitu sebesar
0,60% dan tertinggi di Kabupaten Kayong Utara sebesar 6,96%.
e. Ketenagakerjaan
Kondisi ketenagakerjaan untuk pengangguran terbuka tahun
2012 mengalami penurunan dari 3,88% pada tahun 2011 menjadi

5
3,48 %di tahun 2012. Sedangkan pada angkatan kerja mengalami
fluktuasi dari tahun 2011 sampai tahun 2012.
Berdasarkan lapangan usaha dan tingkat pendidikan, komposisi
tenaga kerja usia 15 tahun ke atas adalah sebagai berikut:
1) Komposisi Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha /
Pekerjaan Utama Kalimantan Barat Tahun 2012
Pertanian = 1.387,7
Industri = 69,7
Perdagangan = 274,6
Bangunan = 92,9
Jasa = 215,7
Lainnya(Listrik,Pertambangan,AngkutandanKeuangan)=14
2,1
2) Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan
Bekerja dan Pengangguran di Kalimantan Barat 2012
SD Kebawah :
Bekerja = 1.255.049
Penganguran = 26.861
S Menengah :
Bekerja = 330.123
Pengangguran = 15.788
SMU :
Bekerja = 292.091
Pengangguran = 22.231
SMK :
Bekerja = 92.014
Penganguran = 6.788
Diploma :
Bekerja = 53.080
Pengangguran = 1.864
Universitas :
Bekerja = 84.157

6
Pengangguran = 2.478
f. Kesehatan
1) Sarana dan Prasarana Kesehatan
Peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
Kalimantan Barat dapat dilihat dari peningkatan jumlah
pembangunan Puskesmas, Pustu dan Puskeling ditahun 2011
sebanyak 1.410 unit, dan pada tahun 2012 menjadi 1.414 unit.
Jika dibandingkan dengan jumlah kecamatan, maka rata-rata
setiap kecamatan di Provinsi Kalimantan Barat pada saat ini
terdapat 1-2 Puskesmas. Kota Pontianak merupakan wilayah
yang setiap kecamatannya paling banyak mempunyai
Puskesmas, yaitu rata-rata 4 Puskesmas. Dilihat dari jangkauan
pelayanan, pada tahun 2012 rata-rata setiap Puskesmas di
Kalimantan Barat melayani 18.971 penduduk. Jumlah
Puskesmas Pembantu (Pustu) pada 2012 sebanyak 858 unit,
artinya Puskesmas Pembantu yang terdapat di Kabupaten/ Kota
setiap tahunnya ada yang dapat meningkatkan pelayanannya
menjadi Puskesmas. Rumah Sakit di Kalimantan Barat pada
tahun 2008 hanya berjumlah 33 unit Rumah Sakit di tahun 2012
terdapat 36 unit Rumah Sakit, yang terdiri dari 13 RSUD, 4 Unit
RSU TNI, 16 Unit RS swasta, 1 Unit RS Jiwa dan 2 Unit RS
Khusus.

g. Sarana & Prasarana Umum


1) Perhubungan /Transportasi
Panjang jalan di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun
2012 sepanjang 13.822 Km terdiri dari : Jalan Nasional 1.665
Km, Jalan Provinsi 1.562 km serta Jalan Kabupaten/Kota 10.595
km. Jalan nasional sepanjang 1,500 Km (89,95%) dalam kondisi
mantap, 165 Km (10,05%) dalam kondisi tidak mantap. Untuk

7
Jalan Provinsi sepanjang 1,185.02 Km (75,85%) dalam kondisi
mantap, 377.28 Km (24,15%) dalam kondisi tidak mantap.
Sedang untuk jalan Kabupaten/Kota sepanjang 5.608,37 km
(52,93%) dalam kondisi mantap dan 4.986,61 km (47,07%)
dalam kondisi tidak mantap. Kondisi ini mengakibatkan
tingginya biaya transportasi barang dan penumpang serta
menurunnya keselamatan transportasi. Hal tersebut disebabkan
karena alokasi anggaran yang disediakan tidak sebanding dengan
panjang jalan yang harus ditangani serta masih banyaknya
kendaraan yang lewat melebihi daya dukung jalan. Perhubungan
darat di Provinsi Kalimantan Barat ditunjang oleh beberapa
terminal.
Kualitas perhubungan laut hingga akhir 2012 masih
terkendala pada kondisi Pelabuhan. Sebagai Pelabuhan terbesar
di Kalimantan Barat, pelabuhan Dwikora tidak dapat dilabuhi
kapal-kapal besar dengan berat lebih dari 30.000DWT. Hal ini
disebabkan kondisi alur pelabuhan yang dangkal. Kinerja Lalu
lintas perhubungan laut dapat dilihat dari arus kunjungan kapal
yang setiap tahun terus meningkat. Dengan kondisi akses jalan
yang masih terbatas dan didukung dengan kondisi sungai yang
cukup lebar, angkutan sungai juga memegang peranan penting
bagi masyarakat Kalimantan Barat.
Selanjutnya kondisi perhubungan udara, Bandar udara di
Kalimantan Barat yang beroperasi saat ini sebanyak 5buah yaitu
Bandara Supadio di Kabupaten Kubu Raya sebagai bandar udara
pengumpul dengan skala pelayanan sekunder, Bandara Rahadi
Usman di Ketapang, Bandara Susilo di Sintang, dan Bandara
Pangsuma di Putussibau yang merupakan bandar udara
pengumpul dengan skala pelayanan tersier, sedangkan bandar
udara pengumpan terdapat di Kota Nanga Pinoh.
2) Perhubungan /Transportasi

8
Pengembangan tempat ibadah merupakan bagian dari
langkah strategis Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat untuk
mencapai Visi Masyarakat Beriman. Data tempat ibadah enam
agama di Kalimantan Barat tahun 2012 adalah sebagai berikut:
Masjid = 4,472
Gereja Katolik = 1,880
Gereja Protestan = 3,029
Pura = 20
Vihara/Kelenteng = 341
h. Layanan Urusan Pilihan
1) Pertanian
Sektor pertanian secara umum masih menjadi tulang
punggung pembangunan perekonomian Kalimantan Barat,
karena sektor ini memberikan kontribusi terbesar yaitu 25,13%
dari total PDRB tahun 2011 dan 24,10% pada tahun 2012.
Sedangkan laju pertumbuhan sektor pertanian tahun 2012
tumbuh 4,49% berasal dari subsektor tanaman bahan makanan
(3,73%), subsektor perkebunan (6,85%) dan subsektor
peternakan tumbuh 2,84%. Begitu juga subsektor perikanan
tumbuh 3,33% dan subsektor kehutanan minus 0,78%. Untuk
mempertahankan dan meningkatkan kontribusi sektor ini,
dibutuhkan pelaksanaan teknologi pertanian yang utuh terutama
penyediaan benih/bibit unggul bermutu.
2) Perikanan
Sektor Perikanan dan Kelautan merupakan salah satu
potensi dari Provinsi Kalimantan Barat. Selama lima tahun
terakhir sektor perikanan sudah memberikan kontribusi baik
produksi serta nilai finansial dari produk-produknya.
Berdasarkan data dari 2008 sampai 2011 produksi sektor
perikanan menunjukkan peningkatan yang bersumber dari laut,
perairan umum maupun budidaya.
3) Kehutanan

9
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi yang
memiliki kawasan hutan yang luas setelah Provinsi Papua,
Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, yaitu 6,39 % dari
luas kawasan hutan di Indonesia. Berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan No. 259/KPTS-II/2000 tanggal 23 Agustus
2000, luas kawasan hutan Kalimantan Barat sebesar 9.178.760
Ha, yang terdiri dari Kawasan Lindung seluas 3.932.625 Ha dan
Kawasan Budidaya seluas 5.246.135 Ha. Dari luas kawasan
hutan tersebut terdapat lahan kritis seluas 2.069.158 Ha.
4) Perdagangan
Sektor perdagangan merupakan sektor penunjang dengan
pertumbuhan positif dan fluktuatif sepanjang tahun 2008 2012.
Tahun 2008 kontribusi sektor perdagangan-hotel-restoran
sebesar 22,43% yang tumbuh 5,58%, sedangkan tahun 2012
kontribusinya sebesar 22,71% bagi PDRB atau tumbuh 6,6%.
Angka tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun
2008, dimana peningkatannya didorong oleh meningkatnya
peran subsektor perdagangan besar dan eceran. Dilihat dari laju
pertumbuhan, sektor perdagangan hotel dan restoran
menunjukkan tren lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan
PDRB Kalimantan Barat. Dari sisi perdagangan produk primer,
Kalimantan Barat banyak menghasilkan devisa ekspor. Tahun
2012, total nilai ekspornya telah mencapai US $ 1.868 juta
meningkat sebesar 102,57 % dibandingkan dengan tahun 2011
yang mencapai US $ 922 juta. Adapun nilai impor Kalimantan
Barat tahun 2012 mencapai US $ 299 juta dengan peningkatan
nilai impor sebesar 94,17 % dari tahun 2011 yang mencapai US
$ 154 juta.
5) Perindustrian
Perindustrian atau industri pengolahan memberikan
kontribusi dalam pembentukan PDRB Kalimantan Barat tahun
2008 sebesar 19,49% dan 2011 sebesar 17,94% dan tahun 2012

10
sebesar 17,02%. Kontribusi sektor industri mengalami
penurunan dikarenakan dalam kurun 5 tahun terakhir industri
Kalimantan Barat masih bertumpu pada industri pengolahan
kayu yang secara perlahan peranan industri kayu mengalami
penurunan dengan sulitnya bahan baku kayu. Disamping
itu,terbatasnya infrastruktur dasar, pelabuhan dan energi menjadi
kendala utama masuknya investasi industri skala besar. Sesuai
dengan potensi sumberdaya alam Kalimantan Barat, industri
yang dikembangkan untuk menjadi penggerak pertumbuhan
ekonomi daerah adalah industri makanan (industri berbasis CPO)
dan industri karet yang merupakan komoditi utama daerah.

2. Tahun 2013
Pada triwulan IV 2013, perekonomian Kalimantan Barat tercatat tumbuh
6,37% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2012 yang
tercatat sebesar 5,29% (yoy). Pertumbuhan Kalimantan Barat bahkan
tercatat lebih baik dibandingkan pertumbuhan nasional yang berada pada
level 5,98% (yoy). Pada sisi permintaan, pertumbuhan tersebut didorong
oleh pertumbuhan konsumsi dan ekspor. Sementara secara sektoral,
pertumbuhan terutama didorong oleh kinerja pada sektor pertanian, sektor
industri pengolahan, serta sektor angkutan dan komunikasi.
Kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat secara sektoral pada
triwulan IV 2013 ditandai dengan peningkatan kinerja pada sektor pertanian,
sekor angkutan dan komunikasi, sektor industri pengolahan, serta sektor
listrik, gas dan air bersih. Sementara sektor lainnya menunjukkan
perlambatan dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya.
Meskipun pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR)
termasuk sektor yang mengalami perlambatan, namun sektor tersebut
bersama-sama dengan sektor pertanian dan sektor jasa-jasa memberikan
kontribusi terbesar mencapai 3,88% dari angka pertumbuhan secara
keseluruhan sebesar 6,37% (yoy). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh struktur
ekonomi Provinsi Kalimantan Barat yang masih didominasi oleh sektor

11
pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor industri
pengolahan. Ketiga sektor tersebut membentuk sekitar 59,98% terhadap
total PDRB, sedangkan 40,02% dibentuk oleh enam sektor lainnya.
Selama tahun 2013, inflasi Kalimantan Barat berada di level yang cukup
tinggi mencapai 8,91% (yoy), naik signifikan dibandingkan tahun 2012 yang
mencapai 6,19% (yoy). Tingginya tekanan inflasi pada 2013 tersebut
terutama dipicu oleh kenaikan harga BBM bersubsidi yang direalisasikan
pada Juni 2013. Dengan kondisi tersebut, maka inflasi Provinsi Kalimantan
Barat berada di luar target inflasi Nasional (4,5% +1%). Secara triwulanan,
laju inflasi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2013 mengalami penurunan
dibanding triwulan III 2013, dari 3,81% (qtq) menjadi 1,05% (qtq).
Meskipun demikian, laju inflasi pada periode laporan tersebut masih lebih
tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun 2012 yang mencapai 0,41%
(qtq). Kondisi tersebut menyebabkan inflasi tahunan di Kalimantan Barat
pada 2013 menjadi yang tertinggi dalam dua tahun terakhir, juga lebih tinggi
dibandingkan inflasi nasional pada 2013 yang mencapai 8,38% (yoy).
Berdasarkan data BPS, terdapat empat kelompok komoditas yang
memiliki andil besar terhadap inflasi pada 2013, yaitu Bahan Makanan,
Makanan Jadi, Perumahan dan Transpor. Andil inflasi dari masing-masing
kelompok tersebut sebesar 1,91%, 1,28%, 2,55% dan 2,49% (yoy).
Dibandingkan dengan inflasi 2012, tekanan inflasi tahun 2013 pada keempat
kelompok komoditas tersebut juga relatif besar, hanya tekanan inflasi
kelompok komoditas Bahan Makanan yang mengalami penurunan. Tercatat
tekanan inflasi kelompok komoditas Bahan Pangan pada 2013 mencapai
6,59% (yoy), sementara inflasi kelompok komoditas Makanan Jadi,
Perumahan dan Transpor, masing-masing mencapai 7,10%, 11,09% dan
15,58% (yoy).
Secara triwulanan, aset perbankan gabungan Kalimantan Barat pada
triwulan IV 2013 tercatat mencapai Rp44,98 Triliun, atau tumbuh sebesar
4,74% (qtq). Pertumbuhan tersebut relatif lebih baik dibandingkan
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,36% (qtq).
Pertumbuhan volume aset tersebut didorong oleh peningkatan pertumbuhan,

12
baik pada sisi penyaluran kredit maupun penghimpunan dana pihak ketiga.
Pada triwulan laporan, penyaluran kredit/pembiayaan perbankan tercatat
mencapai Rp30,83 Triliun, atau tumbuh 5,28% (qtq) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,16% (qtq). Sementara
penghimpunan dana pihak ketiga mencatat pertumbuhan yang lebih
moderat, yaitu tumbuh 4,46% (qtq) menjadi sebesar Rp37,03 Triliun.
Ditinjau dari porsi asetnya, struktur perbankan Kalimantan Barat masih
didominasi oleh kelompok bank umum konvensional dengan total aset
sebesar Rp40,88 Triliun atau mencapai 90,88% dari total aset perbankan
Kalimantan Barat. Sementara itu, kelompok bank umum syariah dan BPR
dengan total aset masing-masing sebesar Rp3,12 Triliun dan Rp982,87
Miliar, memiliki porsi sebesar 6,93% dan 2,19% dari total aset perbankan di
Kalimantan Barat.
Secara triwulanan, transaksi sistem pembayaran tunai pada triwulan IV
2013 di Provinsi Kalimantan Barat mengalami kontraksi pada sisi jumlah
uang yang masuk (inflow), namun mengalami peningkatan pada sisi jumlah
uang yang diedarkan (outflow). Jumlah uang yang masuk ke Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mengalami kontraksi
sebesar 66,78% (qtq) menjadi sebesar Rp444,96 Miliar. Sementara itu,
jumlah uang yang diedarkan mengalami peningkatan 20,51% (qtq) menjadi
sebesar Rp2,47 Triliun. Jika ditinjau secara tahunan, transaksi sistem
pembayaran tunai di Kalimantan Barat triwulan IV 2013 mengalami
peningkatan baik di sisi inflow maupun di sisi outflow masing-masing
sebesar 0,11% (yoy) dan 19,85% (yoy) dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya. Sementara, total transaksi sistem pembayaran tunai
di Kalimantan Barat selama tahun 2013 juga meningkat baik di sisi inflow
maupun di sisi outflow dibandingkan dengan total transaksi selama tahun
2012 masing-masing sebesar 19,08% (yoy) dan 5,56% (yoy).
Pada sistem pembayaran non tunai, nilai transaksi kliring selama
triwulan IV 2013 meningkat 11,11% (qtq) menjadi sebesar Rp11,03 Triliun,
dan jumlah warkat yang ditransaksikan meningkat 6,37% (qtq) menjadi
sejumlah 265.717 lembar warkat dibandingkan dengan transaksi kliring

13
triwulan III 2013. Sementara itu, total nilai transaksi kliring penyerahan di
Kalimantan Barat selama tahun 2013 sebesar Rp38,08 Triliun atau
meningkat 5,59% (yoy) dibandingkan dengan total nilai transaksi klirin
penyerahan selama tahun 2012. Sedangkan total jumlah warkat yang
ditransaksikan selama tahun 2013 sebesar 992.333 lembar atau mengalami
kontraksi 8,57% (yoy) dibandingkan total jumlah warkat transaksi kliring
selama tahun 2012. Dari sisi transaksi RTGS, terjadi kontraksi di sisi
nominal dibandingkan triwulan sebelumnya meskipun terdapat peningkatan
dari sisi volume transaksi. Total nominal transaksi RTGS mengalami
kontraksi sebesar 0,74% (qtq) menjadi sebesar Rp72,99 Triliun, sedangkan
total volume transaksi meningkat sebesar 2,50% (qtq) menjadi sebesar
57.218 transaksi. Selama tahun 2013, total nilai transaksi RTGS sebesar
Rp213,17 Triliun atau mengalami kontraksi 22,55% (yoy) dibandingkan
total nilai transaksi RTGS tahun 2012. Sementara total volume transaksi
RTGS selama tahun 2013 sebanyak 174.932 transaksi atau mengalami
kontraksi 24,59% (yoy) dibandingkan total volume transaksi RTGS tahun
2012.

3. Tahun 2014
Sejalan dengan terbatasnya pemulihan ekonomi global dan melesunya
pertumbuhan ekonomi nasional, perekonomian Kalimantan Barat pada
triwulan IV 2014 masih menunjukkan tren perlambatan. Perekonomian
Kalimantan Barat tumbuh sebesar 3,09% (yoy) pada triwulan IV 2014,
relatif lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh
sebesar 4,90% (yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi
Kalimantan Barat terutama dipengaruhi oleh kontraksi tajam pada sisi
ekspor dan impor yang terjadi akibat penyesuaian proses bisnis jangka
pendek subsektor pertambangan mineral pasca penerapan UU Minerba, tren
penurunan harga komoditas dunia, serta menurunnya permintaan negara-
negara tujuan ekspor utama, seperti Tiongkok dan India. Sedangkan dari sisi
sektoral, kontraksi pada sektor pertambangan, industri pengolahan, dan
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor turut pula

14
menyebabkan pertumbuhan terbatas pada ekonomi Kalimantan Barat
sepanjang triwulan IV 2014. Berdasarkan perkembangan tersebut, secara
tahunan perekonomian Kalimantan Barat tumbuh sebesar 5,02%, melambat
dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 6,04%.
Sementara itu, menutup tahun 2014 inflasi Kalimantan Barat mencapai
9,43% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 yang berada pada level
8,91% (yoy). Tingginya tekanan inflasi tersebut terutama dipengaruhi oleh
realisasi pengalihan subsidi BBM yang berdekatan dengan berlangsungnya
perayaan Natal dan Tahun Baru. Kondisi tersebut membuat inflasi akhir
tahun Kalimantan Barat berada di atas realisasi inflasi Nasional yaitu 8,36%
(yoy). Secara triwulanan, inflasi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2014
mengalami peningkatan menjadi 3,67% (qtq), lebih tinggi dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,88% (qtq). Berdasarkan hasil
olah data liaison terlihat bahwa pada triwulan IV 2014, pelaku usaha
mengalami kenaikan biaya bahan baku dan biaya energi. Kenaikan tersebut
terutama disebabkan oleh kebijakan pengalihan subsidi BBM dan
penyesuaian TTL pada pertengahan November 2014.
Dari sisi perbankan, perkembangan volume usaha perbankan di
Kalimantan Barat pada triwulan IV 2014 tercatat mencapai Rp49,49 triliun,
tumbuh 12,49% (yoy), melambat jika dibandingkan dengan triwulan III
2014 dan triwulan IV 2013 yang mencapai 18,61% (yoy) dan 15,34% (yoy).
Perlambatan terjadi di dua sisi yakni aktiva dan pasiva dimana Dana Pihak
Ketiga (DPK) tumbuh 8,90% (yoy) dan Kredit/Pembiayaan tumbuh 14,80%,
dimana lebih rendah jika dibandingkan triwulan IV 2013 yang tumbuh
sebesar 13,35% (yoy) dan 22,53% (yoy). Sementara itu, sistem pembayaran
di Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2014 mengalami penurunan
baik pada sistem pembayaran non tunai maupun tunai. Nilai transaksi RTGS
triwulan IV 2014 sebesar Rp91,77 triliun, atau mengalami penurunan 1,75%
(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp93,40
triliun dan nilai transaksi kliring penyerahan selama triwulan IV 2014
sebesar Rp10,57 triliun atau mengalami penurunan 10,54% (qtq)
dibandingkan triwulan III 2014 yang tercatat sebesar Rp11,81 triliun.

15
Mencermati kondisi tersebut, perekonomian Kalimantan Barat pada
triwulan I 2015 diprediksikan akan tumbuh terbatas pada kisaran
5,0%0,5% (yoy), tertahan oleh melesunya sektor pertanian dan industri
pengolahan berbasis perkebunan. Di sisi permintaan, peningkatan
pertumbuhan terutama didorong oleh sektor investasi, sementara komponen
konsumsi, terutama konsumsi rumah tangga diperkirakan akan cenderung
melambat. Dari sisi sektoral, sumber pertumbuhan perekonomian
Kalimantan Barat diperkirakan masih bersumber dari kinerja sektor
perekonomian utama, antara lain sektor industri pengolahan, sektor
konstruksi dan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan
sepeda motor. Secara kumulatif perekonomian Kalimantan Barat pada 2015
diprediksikan akan mengalami peningkatan. Membaiknya kinerja sektor
pertambangan dan industri pengolahan akibat beroperasinya smelter mineral
serta peningkatan produksi sawit di prediksikan akan menjadi sumber utama
pertumbuhan di Kalimantan Barat. Sementara itu, tren penurunan harga
komoditas internasional serta pembangunan infrastruktur penunjang yang
belum sepenuhnya selesai patut diwaspadai sebagai faktor penahan
pertumbuhan.
Adapun tekanan inflasi Kalimantan Barat pada triwulan I 2015
diprediksi akan berada pada level yang cukup tinggi tetapi lebih rendah
dibandingkan inflasi triwulan IV 2014. Prediksi tersebut didukung oleh hasil
Survei Konsumen BI Kalimantan Barat yang menunjukkan bahwa
ekspektasi konsumen terhadap inflasi jangka pendek masih berada di level
yang cukup tinggi. Tekanan inflasi diperkirakan bersumber dari kelompok
Bahan Makanan dan subkelompok Transportasi seiring dengan
berlangsungnya perayaan Imlek, Cap Go Meh, dan Sembahyang Kubur
berpotensi mendorong naiknya permintaan. Selain itu, hasil olah data liaison
Bank Indonesia, terlihat bahwa kecenderungan harga jual barang dan jasa
akan meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat
karena adanya perayaan keagamaan.

16
4. Tahun 2015
Mengakhiri tahun 2015, kinerja perekonomian Kalimantan Barat pada
triwulan IV 2015 mengalami perlambatan. Ekonomi Kalimantan Barat pada
triwulan laporan tumbuh 4,35% (yoy) relatif lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 4,55% (yoy).
Perlambatan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan laporan dari sisi
penggunaan terjadi seiring dengan perlambatan investasi dan kontraksi
ekspor Kalimantan Barat. Perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan
Barat pada triwulan IV 2015 dari sisi sektoral terutama didorong oleh
melambatnya dua sektor ekonomi utama, yaitu sektor pertanian dan industri
pengolahan, serta ikut melambatnya sektor-sektor ekonomi tersier atau jasa
pendukung.
Berdasarkan komponen pembentuknya, PDRB Kalimantan Barat dari
sisi penggunaan masih ditopang oleh komponen konsumsi, baik konsumsi
rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, serta investasi. Komponen
konsumsi rumah tangga dan pemerintah masing-masing memiliki pangsa
sebesar 52,31% dan 17,08%, sementara komponen investasi yang tercermin
dari nilai Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) memiliki pangsa
sebesar 35,16% terhadap total PDRB Kalimantan Barat pada triwulan IV
2015. Perlambatan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan laporan dari
sisi penggunaan terutama terjadi seiring dengan pertumbuhan komponen
investasi yang mengalami perlambatan serta kontraksi yang terjadi pada
komponen ekspor Kalimantan Barat.
Secara sektoral, struktur ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan IV
2015 masih didominasi oleh empat sektor ekonomi utama, diantaranya
sektor pertanian dengan pangsa terbesar yaitu 22,03%, diikuti oleh sektor
industri pengolahan (16,06%), perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil
dan sepeda motor (15,21%), dan sektor konstruksi (12,30%). Secara
sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada
triwulan IV 2015 dari sisi sektoral terutama didorong oleh perlambatan
pertumbuhan pada dua sektor ekonomi utama, yaitu sektor pertanian dan
industri pengolahan. Sektor pertanian melambat dari 4,48% (yoy) pada

17
triwulan III 2015 menjadi 2,15% (yoy) pada triwulan IV 2015. Sementara
sektor industri pengolahan mengalami perlambatan dari 3,93% (yoy) pada
triwulan sebelumnya menjadi 3,25% (yoy) pada triwulan laporan.
Penurunan tekanan inflasi terutama dipicu oleh menurunnya tekanan
inflasi pada kelompok perumahan, listrik, air, gas, dan bahan bakar serta
kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Berdasarkan
komoditasnya, sumber utama penurunan inflasi triwulan IV 2015 adalah
bensin dan solar seiring terjadinya penyesuaian harga BBM serta komoditas
LPG. Secara triwulanan, inflasi Kalimantan Barat mencapai 0,77% (qtq)
lebih rendah daripada triwulan yang sama di tahun sebelumnya sebesar
3,67% (qtq).
Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, stabilitas sistem
keuangan di Kalbar tetap terjaga tercermin dari akselerasi pertumbuhan
kredit perbankan pada akhir 2015 yang sebesar 14,37% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan dengan akhir 2014 yang sebesar 14,34% (yoy). Risiko kredit
juga masih terkendali yang tercermin dari tingkat NPL yang sebesar 2,95%,
di bawah batas aman 5%.
Lebih lanjut, ketahanan korporasi juga masih terjaga dengan tingkat
pertumbuhan kredit sebesar 17,71% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya yang sebesar 15,01% (yoy). Pengaruh perlambatan ekonomi
lebih mempengaruhi sektor rumah tangga yang pertumbuhan kreditnya
melambat signifikan menjadi 7,5% (yoy) berbanding sebesar 23,91% pada
tahun sebelumnya.
Sementara itu dari sisi sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah,
pada tahun 2015 KPw BI Provinsi Kalbar mengalami net outflow sebesar
Rp2,05 triliun jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 yang sebesar
Rp685,31 miliar yang menunjukkan perputaran uang di Kalbar terus
meningkat.
Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalbar pada tahun 2015 belum
optimal dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari
realisasi pendapatan tahun 2015 yang tercatat mencapai 93,48% dan
realisasi belanja yang mencapai 93,92% dari target belanja APBD 2015 dan

18
dari target pendapatan APBD 2015. Realisasi tersebut merupakan yang
terendah dalam 3 tahun terakhir.
Kondisi ketenagakerjaan kembali mengalami penurunan. Tingkat
pengangguran menunjukkan peningkatan cukup tajam dan merupakan
kondisi tingkat pengangguran tertinggi di Kalimantan Barat sejak tahun
2011. Peningkatan jumlah pengangguran tertinggi terdapat di sektor
pertambangan dan penggalian serta sektor konstruksi. Sejalan dengan belum
pulihnya kondisi ketenagakerjaan, indikator kesejahteraan masyarakat yang
tercermin melalui perkembangan angka kemiskinan serta Nilai Tukar Petani
(NTP) pun masih berada dalam tren penurunan. Faktor pendorong utama
penurunan NTP pada triwulan laporan adalah penurunan tajam yang terjadi
pada NTP subsektor hortikultura dan perkebunan rakyat, sementara
subsektor padi palawija mengalami peningkatan. Penurunan indeks NTP
subsektor perkebunan rakyat dari 91,44 pada triwulan III 2015 menjadi
89,34 pada triwulan IV 2015 merupakan kondisi terendah setidaknya dalam
satu tahun terakhir.
Perekonomian Kalbar pada triwulan I 2016 diprediksikan tumbuh
terbatas, dengan kisaran proyeksi pertumbuhan sebesar 4,64%-5.21% (yoy),
atau relatif lebih tinggi dari kisaran proyeksi triwulan sebelumnya. Dari sisi
permintaan, perbaikan perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan
bersumber dari perbaikan kinerja ekspor LN komoditas mineral alumina,
serta tetap terjaganya konsumsi RT seiring berbagai perayaan keagamaan
pada triwulan berjalan. Dari sisi penawaran, sumber pertumbuhan
perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan masih bersumber dari kinerja
sektor perekonomian utama, antara lain sektor industri pengolahan dan
sektor konstruksi.
Pada bulan Januari 2016, inflasi Kalbar tercatat 4,94% (yoy), jauh lebih
rendah dibandingkan bulan Januari 2015 sebesar 10,31% (yoy). Pada dua
bulan mendatang, tekanan inflasi diperkirakan meningkat seiring dengan
datangnya rangkaian perayaan Imlek, Cap Go Meh, dan Sembahyang Kubur
yang akan meningkatkan permintaan tiket angkutan udara dan sejumlah

19
komoditas bahan pangan strategis. Dengan kondisi tersebut, tekanan inflasi
pada triwulan I 2016 diperkirakan berada pada kisaran 4,69-5,09% (yoy).

5. Tahun 2016
Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan IV 2016 mengalami
perlambatan. Ekonomi Kalimantan Barat tercatat tumbuh 3,77% (yoy), jauh
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh
6,25% (yoy). Perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada
triwulan IV 2016 terutama bersumber melambatnya komponen konsumsi
domestik, terutama komponen konsumsi RT serta konsumsi pemerintah dan
investasi.
Realisasi pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016
tercatat sebesar 95,22%. Realisasi PAD dan Dana Perimbangan Provinsi
Kalimantan Barat sampai dengan triwulan IV 2016 sebesar 90,06% dan
97,02%. Realisasi belanja APBD Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016
mencapai 91,06%. Realisasi Belanja Langsung dan Tidak Langsung
Provinsi Kalimantan Barat sampai dengan triwulan III 2016 sebesar 93,94%
dan 86,33%.
Penurunan laju inflasi tersebut bersumber dari penurunan harga
sejumlah komoditas pangan strategis. Berdasarkan komoditasnya, sumber
utama penurunan inflasi triwulan IV 2016 adalah tarif udang basah, beras,
dan kembung/gembung. Secara triwulanan, inflasi Kalimantan Barat tercatat
0,61% (qtq) lebih tinggi triwulan sebelumnya yang sebesar 0,31 % (qtq)
Pada akhir tahun 2016, tumbuh rendah 5,18% (yoy) melambat
dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 11,44% (yoy). Namun di sisi lain,
kredit dapat tumbuh cukup baik 14,92% (yoy) sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan sebelumnya yang sebesar 14,37% (yoy). NPL
perbankan Kalbar sendiri masih dalam kondisi aman yakni sebesar 3,20%.
Pada triwulan IV 2016, transaksi kliring mencapai Rp8,79 triliun dengan
total secara keseluruhan pada tahun 2016 sebesar Rp35,69 triliun. Kalbar
mengalami net outflow sebesar Rp1,91 triliun, seiring meningkatnya
kebutuhan uang kartal di masyarakat pada momen Natal dan Tahun Baru.

20
Kondisi Kondisi ketenagakerjaan Kalimantan Barat sampai dengan
Agustus 2016, menunjukkan perbaikan seiring dengan peningkatan pada
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat. Sementara itu, kesejahteraan
petani pada Desember 2016 terlihat menunjukkan perbaikan. Perbaikan
terutama terjadi pada subsektor perkebunan rakyat karena peningkatan harga
TBS dan karet.
Pada triwulan II 2017 perekonomian Kalbar diperkirakan melambat
pada level 4,95%-5,45% (yoy) yang disebabkan oleh lesunya sektor utama.
Namun demikian, sepanjang tahun 2017, pev rekonomian diperkirakan
tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun 2016, yakni pada kisaran 5,14%-
5,64% (yoy).
Tekanan inflasi Kalbar pada tahun 2017 meningkat didorong oleh
kenaikan inflasi administered price. Pada triwulan II 2017 inflasi
diperkirakan berada range 4,90%-5,40% (yoy). Sementara itu, inflasi
kumulatif 2017 diperkirakan berada di level 5.48%-5.98% (yoy).

21
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
B.

22

Anda mungkin juga menyukai