Anda di halaman 1dari 3

SOP PENGELOLAAN PENYAKIT DISENTRI

AMOEBA DAN DISENTRI BASILER


No Dokumen : SOP/UKP/RJ/01
No. Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 20/04/2016
Halaman : 1/3

PUSKESMAS KUALA BATE KASMAWATI .S.KM


Tanda tangan kapus NIP:1968078221989032001

1. Pengertian Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan seringkali menyebabkan
kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit ini dapat
disebabkan oleh bakteri disentri basiler yang disebabkan oleh shigellosis dan
amoeba (disentri amoeba).
2. Tujuan Dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit yang meliputi:
1. Anamnesa (Subjective)
2. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)
3. Penegakkan Diagnosa (Assessment)
4. Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Pekauman Nomor : / KAPUS/ IV/ 2016


Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis Puskesmas Pekauman

4. Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

5. Prosedur/langkah- Anamnesis (Subjective)


langkah Keluhan
1. Sakit perut terutama sebelah kiri dan buang air besar encer secara terus
menerus bercampur lendir dan darah
2. Muntah-muntah
3. Sakit kepala
4. Bentuk yang berat (fulminating cases) biasanya disebabkan oleh S.
dysentriae dengan gejalanya timbul mendadak dan berat, dan dapat
meninggal bila tidak cepat ditolong.

Faktor Risiko Higiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang.

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan:


1. Febris
2. Nyeri perut pada penekanan di bagian sebelah kiri
3. Terdapat tanda-tanda dehidrasi
4. Tenesmus
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman
penyebab.
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis Banding
1. Infeksi Eschericiae coli
2. Infeksi Escherichia coli Enteroinvasive (EIEC)
3. Infeksi Escherichia coli Enterohemoragik (EHEC)

Komplikasi
1. Haemolytic uremic syndrome (HUS)
2. Hiponatremia berat
3. Hipoglikemia berat
4. Komplikasi intestinal seperti toksik megakolon, prolaps rektal,
peritonitis dan perforasi

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan
1. Mencegah terjadinya dehidrasi
2. Tirah baring
3. Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi dengan cairan rehidrasi
oral
4. Bila rehidrasi oral tidak mencukupi dapat diberikan cairan melalui infus
5. Diet, diberikan makanan lunak sampai frekuensi BAB kurang dari
5kali/hari, kemudian diberikan makanan ringan biasa bila ada
kemajuan.
6. Farmakologis:
a. Menurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis shigelosis pasien
diobati dengan antibiotik. Jika setelah 2 hari pengobatan
menunjukkan perbaikan, terapi diteruskan selama 5 hari. Bila
tidak ada perbaikan, antibiotik diganti dengan jenis yang lain.
b. Pemakaian jangka pendek dengan dosis tunggal Fluorokuinolon
seperti Siprofloksasin ternyata berhasil baik untuk pengobatan
disentri basiler. Dosis Siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500
mg/hari selama 3 hari dan Sefiksim 400 mg/hari selama 5 hari.
Pemberian Siprofloksasin merupakan kontraindikasi terhadap
anak-anak dan wanita hamil.
c. Untuk disentri amuba diberikan antibiotik Metronidazol 500 mg
3x sehari selama 3-5 hari

Rencana Tindak Lanjut Pasien perlu dilihat perkembangan penyakitnya karena


memerlukan waktu penyembuhan yang lama berdasarkan berat ringannya
penyakit.

Konseling dan Edukasi


1. Penularan disentri amuba dan basiler dapat dicegah dan dikurangi
dengan kondisi lingkungan dan diri yang bersih seperti membersihkan
tangan dengan sabun, suplai air yang tidak terkontaminasi serta
penggunaan jamban yang bersih
2. Keluarga ikut berperan dalam mencegah penularan dengan kondisi
lingkungan dan diri yang bersih seperti membersihkan tangan dengan
sabun, suplai air yang tidak terkontaminasi, penggunaan jamban yang
bersih
3. Keluarga ikut menjaga diet pasien diberikan makanan lunak sampai
frekuensi BAB kurang dari 5 kali/hari, kemudian diberikan makanan
ringan biasa bila ada kemajuan.

Kriteria Rujukan Pada pasien dengan kasus berat perlu dirawat intensif dan
konsultasi ke pelayanan kesehatan sekunder (spesialis penyakit dalam).

Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang, ada/tidaknya
komplikasi, dan pengobatannya. Pada umumnya prognosis dubia ad bonam.
6. Diagram Alir (jika
dibutuhkan)
7. Unit terkait Loket
Poliklinik
Laboratorium
Farmasi
Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai