W i l a y a h J a w a B a r a t , B a n t e n d a n
Profil Tanaman Hutan
Untuk Perkotaan
D K I J a k a r t a
PENYUSUN
Yulianti Bramasto Nurhasybi Danu Dida Syamsuwida
M. Zanzibar Endang Pujiastuti Safrudin Mokodompit
PENYUNTING
Dede Jajat Sudrajat
Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan
Jl. Pakuan Ciheuleut Bogor PO BOX 105 Bogor
Telepon/Fax. (0251) 8327768 Email : bptpbogor@dephut.go.id
Penyusun:
Yulianti Bramasto
Nurhasybi
Danu
Dida Syamsuwida
M. Zanzibar
Endang Pujiastuti
Safrudin Mokodompit
Penyunting:
Dede Jajat Sudrajat
ISBN : 979-3339-10-0
Kata Pengantar
Cetakan Kedua
Kondisi ruang terbuka hijau di perkotaan semakin berkurang sejalan dengan pertambahan jumlah
penduduk yang terus meningkat. Keadaan ini akan menimbulkan penurunan kualitas lingkungan di
perkotaan, sehingga dalam jangka panjang akan menurunkan pula kualitas sumber daya manusia. Untuk
mengatasi permasalahan ini diperlukan beberapa pendekatan yaitu antara lain membuat suatu
perencanaan tata ruang perkotaan yang mengalokasikan luasan untuk dijadikan ruang terbuka hijau.
Salah satu bentuk ruang terbuka hijau adalah hutan kota.
Dalam buku ini penyusun mencoba untuk menginventarisasi jenis-jenis tanaman hutan yang
dapat digunakan dalam program penanaman hutan kota. Adapun informasi jenis-jenis yang umum
digunakan di perkotaan khususnya di daerah Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta dikumpulkan
berdasarkan informasi yang diberikan oleh beberapa kota dan kabupaten yang berada di wilayah tersebut.
Hasil informasi ini diperdalam dengan penambahan informasi hasil-hasil penelitian serta literatur. Titik
berat uraian tentang buku "Trees of The City adalah tentang kesesuaian tempat tumbuh, budidaya serta
manfaat bagi lingkungan di perkotaan. Hal ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pemilihan jenis
tanaman bagi daerah-daerah yang ingin membangun suatu hutan kota.
Kepala Balai,
i
Kata Pengantar
Cetakan Ketiga
Dalam rangka penyebarluasan hasil penelitian dalam bentuk yang lebih praktis Balai Penelitian
Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan (BPTPTH) telah menerbitkan buku Trees of The City yang
dimaksudkan untuk memberikan arah dalam pemilihan jenis-jenis tanaman hutan yang dapat digunakan dalam
membangun hutan kota dengan memperhitungkan segi estetika, arsitektural, fungsi lingkungan dan
kemanfaatan. Buku Trees of The City dilengkapi dengan informasi kesesuaian lahan untuk tumbuh,
keterangan botani dan kegunaannya.
Buku Trees of The City memperoleh respon yang positif dari berbagai kalangan di antaranya
instansi pemerintah, swasta, maupun masyarakat umum. Berkaitan dengan hal tersebut mengakibatkan
banyaknya permintaan terhadap buku Trees of The City ini. BPTPTH secara bertahap melakukan
pencetakan ulang buku Trees of The City, yang di dalam buku cetakan ketiga tersebut telah dilakukan
penyempurnaan antara lain nama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menambah penyunting
buku, dan perbaikan redaksional lainnya.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan Buku
Trees of The City cetakan ketiga. Secara khusus ucapan terima kasih disampaikan kepada para Peneliti
BPTPTH, Tim Penyusun dan Penyunting, berkat kontribusinya Buku Trees of The City cetakan ketiga ini
dapat disusun dan dicetak ulang kembali.
Kepala Balai,
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR CETAKAN KEDUA ...................................................... i
KATA PENGANTAR CETAKAN KETIGA ....................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Maksud dan Tujuan ................................................................................. 2
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 3
II. PERMASALAHAN LINGKUNGAN DI PERKOTAAN ........................... 5
A. Penurunan Kualitas Lingkungan Kota .................................................... 6
B. Penurunan Kualitas Daerah Penyangga .................................................. 7
C. Penurunan Kualitas Lingkungan Perkotaan di Jawa Barat,
Banten dan DKI Jakarta .......................................................................... 7
1. Identifikasi Permasalahan ................................................................. 7
2. Implikasi Terhadap Kualitas Lingkungan ......................................... 9
III. KONSEP HUTAN KOTA DAN TAMAN KOTA ........................................ 11
A. Kota ........................................................................................................ 11
B. Hutan Kota ............................................................................................. 12
C. Peranan Hutan Kota ................................................................................ 12
D. Tipe dan Bentuk Hutan Kota .................................................................. 14
IV. JENIS-JENIS TANAMAN HUTAN UNTUTK PERKOTAAN ................... 17
V. REKOMENDASI ......................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27
iii
LAMPIRAN :
DESKRPSI JENIS TANAMAN HUTAN KOTA
iv
Pendahuluan 1
A. Latar Belakang
Kota identik dengan pemukiman penduduk dalam jumlah besar pada suatu kawasan dengan sarana
pendukung seperti perkantoran, kawasan industri, sekolah, rumah ibadah, pusat-pusat perbelanjaan,
gelanggang olah raga, tempat rekreasi dan kawasan hijau. Perkembangan perkotaan di Indonesia berjalan
sangat cepat setelah tahun 1900, ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk akibat arus urbanisasi,
membengkaknya jumlah perumahan baru yang dibangun di sekeliling kota, munculnya pusat-pusat
industri, pusat belanja, perkantoran, hotel, dan sekolah. Tetapi perkembangan ini berbanding terbalik
dengan semakin menurunnya luas lahan yang digunakan untuk kawasan hijau seperti hutan kota
yang disebabkan mahalnya harga lahan dan kebijakan penggunaan lahan. Menurunnya kualitas lingkungan
seperti polusi udara akibat buangan bahan bakar kendaraan bermotor dan industri, seharusnya
membutuhkan hutan kota dengan alokasi lahan yang cukup luas.
Pembangunan kota cenderung meminimalkan ruang terbuka hijau. Areal yang ditumbuhi pepohonan
beralih fungsi menjadi kawasan perdagangan, pemukiman, industri, jaringan transportasi serta sarana dan
prasarana kota lainnya. Lingkungan perkotaan berkembang secara ekonomi namun menurun secara ekologi
sehingga keseimbangan ekosistem perkotaan terganggu, yang ditandai antara lain oleh naiknya suhu dan polusi
udara, menurunnya permukaan tanah dan meningkatnya bahaya banjir. Dalam jangka waktu yang lama,
kondisi ini akan menyebabkan penurunan produktivitas kegiatan ekonomi dan mengganggu kenyamanan
hidup di perkotaan (Samsoedin, 2009).
1
Pembangunan hutan kota merupakan suatu keharusan ditengah semakin menurunnya kualitas
lingkungan hidup di perkotaan dan daerah pinggiran. Hutan kota dapat berbentuk barisan pepohonan di
sepanjang jalan, bangunan terbuka, lahan-lahan yang terbuka, kawasan luar kota, kawasan perdagangan
dan kawasan industri, kelompok vegetasi di taman-taman, danau, empang, jalur hijau sepanjang sungai,
padang penggembalaan, yang dapat menyambung ke kawasan hutan di luar kota. Luas hutan kota
minimum 0,4 hektar, jika berbentuk jalur minimum lebarnya 30 meter (Dahlan, 2004).
Daerah perkotaan di sebagian besar daerah Jakarta, Jawa Barat dan Banten, telah tumbuh sangat
pesat dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia. Menurut data statistik 60 % industri terletak di
Jawa Barat dan Banten. Polusi di daerah industri Jawa Barat dan Banten serta Jakarta sudah pada tahap
mengkhawatirkan. Kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung serta kota-kota lainnya dengan jumlah
penduduk banyak, jumlah kendaraan bermotor sangat tinggi dan sarana jalan yang terbatas menimbulkan
terjadinya penumpukan dan kemacetan yang meningkatkan polusi udara melalui pembakaran BBM di
jalan-jalan. Lahan yang sempit dengan jumlah penduduk yang banyak memerlukan sarana rekreasi dan
tempat bermain bagi anak-anak seperti lapangan sepak bola, basket, sarana atletik dan lain-lain, yang
dapat dikombinasikan hutan kota dengan vegetasinya yang berfungsi sebagai penyedia oksigen, penyerap
polutan, pelindung terhadap matahari, pelindung tanah terhadap erosi, koleksi tanaman dan
beragam fungsi lainnya.
2
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh informasi tentang jenis-jenis tanaman hutan yang umum ditanam sebagai
hutan kota di setiap kota di Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta, maka dilakukan pengumpulan informasi
melalui penyebaran kuisioner ke beberapa kabupaten/kota di propinsi tersebut. Adapun isi
kuisioner meliputi bentuk, luas, fungsi dan kondisi hutan kota yang terdapat pada masing-masing
wilayah. Informasi utama adalah jenis-jenis yang ditanam serta bagaimana pengadaan benih serta bibit
dari setiap jenis tersebut.
Pengiriman kuisoner dilakukan ke 25 kabupaten/kota di Jawa Barat, Banten dan DKI
Jakarta. Berdasarkan hasil informasi tersebut diperoleh data 52 jenis tanaman yang umumnya ditemui di
berbagai wilayah tersebut. Masing-masing jenis mempunyai fungsi yang berkaitan dengan upaya
perbaikan lingkungan perkotaan.
3
Permasalahan Lingkungan
di Perkotaan 2
Permasalahan lingkungan hidup di Indonesia telah menjadi perhatian besar sejak tahun 1970-an
yaitu ketika diselenggarakannya seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional di
Bandung pada tahun 1972. Saat itu yang menjadi topik adalah masalah pencemaran karena informasi
berasal dari negara Barat. Permasalahan lingkungan tidak hanya berasal dari kemajuan teknologi tetapi
juga berasal dari perubahan alam.
Faktor yang sangat penting dalam permasalahan lingkungan adalah besarnya populasi manusia.
Dengan cepatnya pertumbuhan populasi akan mengakibatkan perubahan yang besar dalam lingkungan
hidup.
Jadi inti permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup khususnya manusia
dengan lingkungan hidupnya. Mutu lingkungan hidup yang dapat memenuhi kebutuhan manusia adalah
kondisi lingkungan dalam hubungannya dengan mutu hidup. Dengan demikian makin tinggi derajat
mutu hidup dalam suatu lingkungan tertentu, makin tinggi pula derajat mutu lingkungan tersebut dan
sebaliknya.
Mengaitkan mutu lingkungan dengan derajat pemenuhan kebutuhan dasar, berarti lingkungan itu
merupakan sumber daya. Sumber daya misalnya lahan atau sepetak hutan, udara, air sungai, laut dan ikan laut
yang dimiliki oleh publik, perorangan ataupun badan usaha harus dikelola secara bijaksana sehingga
mendukung program pembangunan lestari dan berkelanjutan.
5
A. Penurunan Kualitas Lingkungan Kota
Urbanisasi adalah salah satu bentuk migrasi yang banyak terjadi di Indonesia yaitu perpindahan
penduduk dari desa ke kota. Terjadinya urbanisasi karena ada dua kekuatan besar yaitu dorongan dari
desa dan tarikan dari kota. Dorongan dari desa adalah kepadatan penduduk yang melampaui daya dukung
lingkungan sehingga lapangan kerja di sektor pertanian berkurang sehingga tidak mencukupi dan lingkungan
mengalami kerusakan. Selain itu kepadatan penduduk dapat juga karena buruknya keamanan dan bencana
alam, sehingga menimbulkan keinginan untuk berpindah ke tempat lain yaitu kota. Tarikan dari kota adalah
berita tentang adanya kesempatan kerja di kota, pelayanan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik dan citra
tentang kedudukan sosial orang kota yang lebih tinggi.
Urbanisasi menimbulkan banyak masalah, diantaranya adalah menurunnya sanitasi, kualitas
pemukiman yang buruk dan banjir di perkotaan. Banjir di perkotaan terjadi karena makin berkurangnya
kawasan resapan air seperti jalur hijau dan taman. Hal ini terjadi karena adanya kenaikan jumlah penduduk
yang memerlukan penambahan rumah dan kenaikan kebutuhan perumahan yang tidak disertai dengan
peraturan serta kesadaran lingkungan yang baik. Banyak rumah yang dibangun di atas bantaran sungai bahkan
di atas sungai dengan tiang rumah di alur sungai yang menyebabkan terhambatnya penyaluran air.
Sementara itu di bagian hulu sungai banyak hutan mengalami kerusakan. Akibatnya waktu hujan,
debit air di sungai meningkat dan menimbulkan banjir di bagian hilir (kota). Untuk kota di pantai misalnya
Jakarta, risiko banjir diperbesar oleh topografi yang landai dan oleh adanya air pasang yang mempersulit
pembuangan air ke laut.
Kerusakan lingkungan yang disebabkan kemajuan teknologi seperti banyak daerah industri
atau pabrik-pabrik di perkotaan menimbulkan pencemaran udara yang berasal dari buangan asap
industri pabrik. Buangan yang berupa cairan juga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan pada air
sungai atau air tanah, sehingga sering menimbulkan berbagai penyakit kulit.
Kerusakan lingkungan dapat juga bersifat sosial budaya seperti timbulnya perasaan kesal dan
dongkol akibat kepadatan lalu lintas, gangguan kesehatan, kenyamanan dan bau busuk yang disebabkan
tumpukan sampah di setiap sudut kota dan timbulnya kejahatan, prostitusi karena pekerjaan di kota yang
didambakan tidak diperoleh.
6
B. Penurunan Kualitas Lingkungan
Daerah Penyangga
Reaksi terhadap kenaikan jumlah penduduk adalah dengan upaya menaikkan lahan yang digunakan
untuk pertanian. Reaksi itu merupakan kekuatan yang disebut tekanan penduduk. Tekanan penduduk
yang bertambah besar menyebabkan, lahan pertanian digunakan untuk keperluan lain misalnya
pemukiman, jalan dan pabrik. Pertanian yang subur akhirnya makin habis.
Perluasan mulanya dilakukan pada lahan yang sesuai untuk pertanian yaitu lahan yang datar atau
berlereng landai dan subur. Namun lama kelamaan terambil juga lahan yang kurang sesuai, tidak subur dan
lerengnya curam. Perubahan peruntukan atau alih fungsi lahan terjadi jika adanya kebutuhan yang tidak dapat
dihindari, baik itu untuk kepentingan pribadi/swasta maupun kepentingan publik. Misalnya, alih fungsi lahan
yang terjadi di kawasan strategis di kawasan Puncak Cisarua dan sekitarnya, dimana kativitas pariwisatanya
sangat meningkat pesat di wilayah ini. Kawasan pariwisata ini menjamur dikarenakan pesona alam yaitu
persawahan yang dikelilingi pegunungan dan aliran sungai yang jernih. Ditambah lagi dengan ketersediaan
infrastruktur yang dinilai cukup memadai untuk memfasilitasi pertumbuhan kawasan pariwisata. Oleh karena
itu, harus diambil langkah pengendalian dan penertiban pembangunan khususnya di daerah kritis dengan lebih
selektif di dalam memberikan izin untuk membangun.
Apabila hutan hilang, fungsi perlindungan hutan terhadap tanah jug hilang, maka terjadi erosi. Erosi
makin besar dengan makin curamnya dan panjangnya lereng serta makin tingginya hujan. Akibatnya terjadi
penurunan kesuburan tanah dan turunnya produksi yang akan mengurangi pendapatan petani.
Efek erosi tidak hanya lokal, tapi menyebar jauh ke hilir. Tanah yang tererosi terbawa air dan ketika
arus air berkurang maka terjadi pengendapan lumpur. Akibatnya pendangkalan sungai, waduk, pelabuhan
dan saluran pengairan terjadi dan pada waktu musim penghujan, air sungai yang melewati kota akan
meluap lebih besar. Akhimya banjir menjadi hal yang rutin di kota.
Dengan demikian, kerusakan lingkungan di daerah penyangga akan berdampak besar ke
lingkungan kota, seperti yang telah diuraikan sebelumnya dimana urbanisasi dapat terjadi akibat adanya
tekanan dari desa yang berupa kerusakan lingkungan atau bencana alam.
1. Identifikasi Permasalahan
Beberapa hal dapat diidentifikasi menjadi penyebab terjadinya penurunan kualitas lingkungan di daerah
perkotaan Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta, yaitu antara lain :
7
a. Jumlah Penduduk
Penyebab kualitas lingkungan di perkotaan sangat identik dengan peningkatan jumlah penduduk
yang sangat tajam. Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari
desa ke kota sebagai salah satu faktor meningkatnya kepadatan penduduk di perkotaan tidak akan terjadi
kalau sistem sentralisasi dalam pemusatan kegiatan hanya ada di beberapa lokasi saja. Terjadinya
urbanisasi dapat terjadi antara lain karena lapangan mata pencaharian di pedesaan semakin berkurang dan
terjadinya perubahan dalam pola pandang atau pola hidup masyarakat.
Tekanan penduduk di daerah DKI Jakarta adalah yang terbesar, karena jumlah penduduk dan lahan
yang tersedia tidak seimbang, sehingga kepadatan penduduk sangat tinggi. Demikian pula untuk
beberapa kota di Jawa Barat dan Banten, terutama di kota yang berdiri industri, pusat pemerintahan dan
pariwisata. Kepadatan yang tidak seimbang antara jumlah penduduk dan lahan yang tersedia
menyebabkan tidak perdulinya orang terhadap sanitasi, kebersihan, nilai-nilai estetika lingkungan serta
ruang terbuka hijau.
8
Perubahan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri, bagi sebagian masyarakat
mungkin sudah siap, namun sebagian besar tidak siap. Akibatnya alam atau lingkungan yang menjadi
korban dan tidak secara disadari merugikan pula terhadap masyarakat itu sendiri.
Dampak utama dari terjadinya perubahan pola budaya agraris menjadi pola industri adalah
menyusutnya lahan untuk pertanian, karena kegiatan ini sudah ditinggalkan dan lahan pertanian menjadi
daerah pengembangan industri, perkantoran dan pusat pusat perbelanjaan.
a. Polusi
Dampak utama dari padatnya penduduk serta pembangunan industri adalah terjadinya polusi.
Polusi dapat ditimbulkan dari limbah rumah tangga, limbah industri serta kendaraan bermotor. Tingkat
polusi di daerah Jakarta sudah cukup mengkhawatirkan, terutama yang disebabkan oleh kendaraan
bermotor. Limbah rumah tangga yang tidak ditangani dengan baik menyebabkan terganggunya sistem
pembuangan atau aliran saluran air yang ada, sehingga dapat menimbulkan banjir.
9
Konsep Hutan Kota
dan Taman Kota 3
A. Kota
11
B. Hutan Kota
1. Identitas Kota
Jenis tanaman dan hewan yang dikoleksi dalam areal hutan kota merupakan simbol atau lambang
suatu kota.
12
2. Pelestarian plasma nutfah
Hutan kota dapat dijadikan sebagai tempat koleksi plasma nutfah dan areal pelestarian
keanekaragaman hayati flora dan fauna di luar kawasan konservasi secara eksitu terutama kelompok
burung.
3. Penahan dan penyaring gas dan partikel padat dari udara serta penghasil oksigen
Dengan adanya hutan kota partikel padat (asap kendaraan, debu, H2SO4, HNO3, karbon monoksida,
karbon dioksida) yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi dapat dibersihkan oleh tajuk pohon
melalui proses jerapan (menempel) dan serapan, sehingga udara kota menjadi lebih bersih dan sehat.
4. Peredam kebisingan dan cahaya silau
Pohon dapat meredam suara dan cahaya dengan cara mengabsorpsi gelombang suara atau oleh daun,
cabang dan ranting.
5. Penahan angin
Hutan kota dapat mengurangi angin kencang mencapai 75% - 80 % (Dahlan, 1992).
6. Penyerap dan penapis bau
Tanaman dapat menyerap bau secara langsung atau menahan gerakan angin yang berbau (Dahlan,
1992).
7. Pelestarian air tanah, mencegah intruksi air laut dan abrasi pantai
Tanaman yang memiliki sistem perakaran yang lebat, serasah yang banyak tetapi daya transpirasinya
rendah mampu menyimpan air yang lebih banyak sehingga dapat mencegah intrusi air laut. Disamping itu
tanaman yang memiliki sistim perakaran kuat dapat mencegah abrasi pantai terutama hutan mangrove.
8. Mengatasi genangan
Tanaman yang memiliki daya transpirasi yang tinggi mampu menyerap air yang banyak. Jenis tanaman
yang memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun dan stomata yang banyak.
9. Ameliorasi iklim
Hutan kota dapat meningkatkan kenyamanan penghuninya, karena dengan adanya hutan kota dapat
menurunkan suhu di siang hari dan menghangatkan suhu di malam hari.
10. Produksi terbatas
Tanaman hutan kota dapat juga bermanfaat sebagai penghasil kayu dan buah-buahan secara
terbatas.
11. Meningkatkan industri pariwisata
Hutan kota dapat mendatangkan pengunjung baik dari lokal maupun mancanegara jika hutan kota
yang dimiliki mempunyai keunikan, indah dan menawan.
13
D. Tipe dan Bentuk Hutan Kota
e. Tipe Perlindungan
Hutan kota yang berfungsi perlindungan terhadap abrasi pantai, persediaan air tanah, mencegah intrusi air
laut.
f. Tipe Pengamanan
Hutan kota berupa jalur hijau di sepanjang jalan yang didominasi tanaman yang tidak enak rasanya seperti:
perdu yang liar, tanaman pisang hutan, dan tanaman yang merambat sehingga berfungsi untuk
mengurangi kecelakaan di jalan.
14
2. Bentuk Hutan Kota
a. Jalur Hijau
Hutan atau taman berbentuk jalur sepanjang jalan raya, jalan bebas hambatan, di bawah jalur
listrik tegangan tinggi, tepi jalan kereta api, tepi sungai, kawasan reparian (delta sungai, kanal, saluran
irigasi, tepian danau, tepian pantai).
b. Taman Kota
Taman kota adalah tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik yang alami maupun buatan
untuk menciptakan keindahan kota.
e. Hutan Lindung, daerah di dalam maupun di tepi kota dengan lereng yang curam harus dijadikan
kawasan hutan kota untuk mencegah longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang rawan akan
abrasi laut.
15
Jenis-Jenis Tanaman Hutan
untuk Perkotaan 4
Berdasarkan hasil pengumpulan informasi dari berbagai Kabupaten/Kotamadya di Jawa Barat,
Banten dan DKI Jakarta diperoleh masukan jenis jenis tanaman hutan yang umum ditanam dalam ruang
terbuka hijau. Adapun jenis-jenis tersebut sebagian merupakan jenis andalan atau asli setempat, namun
banyak pula merupakan jenis introduksi yang telah beradaptasi dan beraklimatisasi dengan daerah
tersebut sehingga dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Berdasarkan masukan tersebut
berhasil diidentifikasi 52 jenis tanaman yang umum ditanam pada hutan kota atau taman kota di masing-
masing wilayah mereka. Selain itu diperoleh informasi pula tentang kondisi hutan kota dan taman kota di
masing-masing wilayah perkotaan.
Umumnya hutan kota berupa jalur hijau yang berfungsi sebagai peneduh jalan, namun hutan kota
yang sifatnya berupa hutan raya yang berfungsi sebagai areal konservasi belum semua kota memilikinya.
Hasil identifikasi dari 52 jenis tanaman tersebut, terbagi dalam berbagai fungsi antara lain sebagai :
1. Penahan angin dan penyaring gas dan partikel padat dari udara serta penghasil oksigen.
2. Peredam kebisingan dan cahaya silau
3. Penahan angin
4. Penyerap dan penapis bau
5. Konservasi tanah dan air
6. Mencegah intrusi air laut dan abrasi pantai
17
Berdasarkan hasil pengumpulan informasi dari berbagai kabupaten/kota di Jawa Barat,
Banten dan DKI Jakarta diperoleh masukan jenis-jenis tanaman hutan yang umum ditanam dalam ruang
terbuka hijau. Adapun jenis-jenis tersebut sebagian merupakan jenis andalan atau asli setempat, namun
banyak pula merupakan jenis introduksi yang telah beradaptasi dan beraklimatisasi dengan daerah
tersebut sehingga dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Berdasarkan masukan tersebut
berhasil diidentifikasi 52 jenis tanaman yang umum ditanam pada hutan kota atau taman kota di masing-
masing wilayah mereka. Selain itu diperoleh informasi pula tentang kondisi hutan kota dan taman kota di
masing-masing wilayah perkotaan.
Umumnya hutan kota berupa jalur hijau yang berfungsi sebagai peneduh jalan, namun hutan kota
yang sifatnya berupa hutan raya yang berfungsi sebagai areal konservasi belum semua kota memilikinya.
Hasil identifikasi dari 52 jenis tanaman tersebut, terbagi dalam berbagai fungsi antara lain sebagai :
1. Penahan angin dan penyaring gas dan partikel padat dari udara serta penghasil oksigen
2. Peredam kebisingan dan cahaya silau
3. Penahan angin
4. Penyerap dan penapis bau
5. Konservasi tanah dan air
6. Mencegah intrusi air laut dan abrasi pantai
7. Mengatasi genangan
8. Ameriolasi iklim
9. Pelestarian plasma nutfah
10. Produksi terbatas
11. Estetika
12. Sebagai habitat satwa
18
14. Gmelina (Gmelina arborea Roxb)
15. Jamblang (Eugenia cuminii L. Druce)
16. Jambu Dipa (Diospyros diepenhorstii Miq.)
17. Jamuju (Podocarpus imbricatus Bl.)
18. Jati (Tectona grandis Linn.F.)
19. Johar (Cassia siamea Lamk.)
20. Kayu afrika (Maesopsis eminii Engl.)
21. Kecapi (Sandoricum koetjape (burm.f.) MERR)
22. Kemang (Mangifera caesia Jack ex Wall)
23. Kenari (Canarium indicum L.)
24. Kersen (Muntingia calabura L.)
25. Kesemek (Diospyros khaki L.f.)
26. Ketapang (Terminalia cetappa L.)
27. Kluwek (Pangium edule Reinw)
28. Kopo (Syzigium suringarianum Koord & Valeton)
29. Kupa (Syzigium polycephalum (Miq. MERR & Perry)
30. Lame (Alstonia sp.)
31. Lobi-lobi (Flacourtia inermis Roxb. Var. inermis)
32. Mahoni (Swietenia macrophylla King)
33. Maja (Aegle marmelos (L.) Corea)
34. Mangga (Mangifera indica L.)
35. Manggis (Garcinia magostana L.)
36. Manglid (Magnolia blumei P.)
37. Markisa (Passiflora edulis Sims.)
38. Mindi (Melia azedarach Linn.)
39. Nona (Annona reticulata L.)
40. Perca (Palaquium gutta (Hook.f.) Baill.)
41. Pinang (Areca catechu Linn)
42. Pinus (Pinus merkusii Jungh ed de Vries)
43. Puspa (Schima wallichii Korth.)
44. Rasamala (Altingia exelsa N.)
45. Renghas (Gluta renghas L.)
46. Rotan (Calamus sp.)
47. Saninten (Castanopsis javanica (BL) A.DC.)
48. Sarikaya (Annona squamosa Linn.)
49. Sawo duren (Chrysophyllum cainito LINN)
50. Sawo kecik (Manilkara kauki (L) Dubard)
51. Suren (Toona sinensis Roem)
52. Tanjung (Mimusops elengi L.)
19
5 Rekomendasi
Kota merupakan suatu wilayah yang mempunyai permasalahan yang sangat kompleks. Salah
satu masalah utama yang saat ini menjadi isu seluruh dunia adalah masalah penurunan kualitas
lingkungan, yang juga terjadi di wiiayah perkotaan. Banyak hal yang dapat menjadi pemicu turunnya
kualitas suatu lingkungan, namun isu utama yang berkaitan dengan masalah lingkungan adalah semakin
berkurangnya hutan yang berfungsi sebagai paru-paru dunia.
Hutan tidak hanya berada di suatu wilayah yang terpisah dari kehidupan masyarakat, namun di
dalam suatu wilayah perkotaan juga dapat ditemui suatu kumpulan tanaman/pohon yang menyerupai
hutan dan berfungsi sebagai hutan. Karena letaknya yang berada di wilayah perkotaan maka dikenal
dengan nama hutan kota. Hutan kota merupakan tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan
yang memberikan manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya dalam proteksi, estetika, rekreasi dan
kegunaan khusus lainnya.
Pembangunan suatu hutan kota sangat dipengaruhi oleh komposisi tegakan atau jenis tanaman
yang akan ditanam serta fungsi dari setiap jenis tanaman tersebut terhadap lingkungan di sekitarnya.
Untuk dapat membuat suatu rekomendasi dalam pemilihan jenis, maka perlu diketahui terlebih dahulu
faktor-faktor yang dapat menimbulkan permasalahan secara umum di daerah perkotaan, serta
permasalahan yang spesifik untuk setiap kota. Rekomendasi yang akan diuraikan di bawah ini, merupakan
bekal pengetahuan mengenai jenis-jenis tanaman hutan yang dapat dipergunakan dalam membangun
hutan kota khususnya perkotaan di Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta.
20
Tabel 1. Jenis-Jenis Tanaan Hutan untuk Perkotaan di Jawa Barat, Banten dan DKI
Jakarta
Status
No Fungsi Tanaman Jenis Tanaman Tempat Tumbuh
Tanaman
1 Penahan dan penyaring gas Bisbol (Diospyros blancoi) Langka Bogor, Jawa Barat
dan partikel padat dari Buni (Antidesma bunius) Langka Bogor, Jawa Barat
udara Gandaria
serta penghasil oksigen (Bouea macrophylla) Langka Bogor, Jawa Barat
Kriteria Tanaman : Kemang
Permukaan daun berbulu Langka Bogor, Jawa Barat
(Mangifera caesia )
halus atau berlilin
Kenari
Stomata pada daun Tidak langka Bogo r, Jawa Barat
(Canarium commune)
cukup lebar
Asam
Tidak langka Daerah kering
(Tamarindus indicus)
Johar (Cassia siamea) Tidak langka Daerah kering
Agathis/damar
Tidak langka Daerah sejuk -tinggi
(Agathis lorantifolia)
Jamblang/duwet
Langka Jakarta
(Eugenia cuminii )
Akasia (Acacia mangium) Tidak langka Semua kota
Angsana
Tidak langka Semua kota
(Pterocarpus indicus)
Bungur
Tidak langka Semua kota
(Lagerstomia speciosa)
Mahoni
Tidak langka Semua kota
(Swietenia macrophyla)
Glodogan tiang
Tidak langka Semua kota
(Polyathea longifolia)
Tanjung (Mimusops elengi) Tidak langka Semua kota
2 Penahan angin Bisbol (Diospyros blancoi) Langka Bogor, Jawa Barat
Kriteria tanaman : Buni (Antidesma bunius) Langka Bogor, Jawa Barat
Batang dan percabangan Kenari Tidak langka Bogor, Jawa Barat
kuat, kokoh dan tidak (Canarium commune)
kaku Jati (Tectona grandis) Tidak langka Daerah kering
Daun dan percabang an Sawo kecik Langka Daerah kering
yang lentur (Manilkara kauki )
Manggis
Mulai langka Daerah sejuk tinggi
(Garci nia mangostana )
Kesemek (Diospyros khaki) Mulai Garut, Jawa garat
Jamblang/duwet Langka Jakarta
(Eugenia cuminii )
Kecapi
Mulai langka Jawa Barat
(Sandaricum koetjape)
Cemara laut
Tidak langka Pinggir pantai
(Casuarina equisetifolia)
Rasamala
Tidak langka Peg. Jawa Barat
(Altingia excelsa )
Asam Tidak langka Semua kota
(Tamarindus indicus )
Puspa ( Schima wallichii ) Tidak langka Semua kota
Sawo Duren
Tidak langka Semua kota
(ChrysopyIlum cainito)
22
Status
No Fungsi Tanaman Jenis Tanaman Tempat Tumbuh
Tanaman
3 Penyerap dan Penapis bau Cempaka
Kriteria tanaman : (Michelia champaca ) Mulai langka Daerah sejuk-tinggi
Berbunga harum
Tanjung (Mimusops elengi) Tidak langka Semua kota
4 Mengatasi penggenangan
Kriteria tanaman . Jati (Tectona grandis ) Tidak langka Daerah kering
Akar mampu bertahan pada Mahoni
daerah tergenang air Tidak Iangka Semua kota
(Swietenia macrophylla )
5 Ameliorasi iklim/peneduh Kenari
Tidak langka Bogor, Jawa barat
jalan dan peredam (Canarium commune )
kebisingan Johar (Cassia siamea ) Tidak langka Daerah kering
Kriteria tanaman : Agathis /damar
- Bertajuk rimbun dan Tidak langka Daerah sejuk-tinggi
(Agathis lorantifolia)
rindang
- Mempunyai arsitektur Pinus/tusam Tidak Iangka Daerah sejuk-tinggi
pohon yang indah (Pinus merkusii)
- Daunnya tebal Akasia (Acacia mangium) Tidak langka Semua kota
Angsana
Tidak langka Semua kota
(Pterocarpus indicus)
Bungur Tidak langka Semua kota
(Lagerstomia speciosa)
Flamboyan (Delonix regia) Tidak langka Semua kota
Mahoni
Tidak langka Semua kota
(Swietenia macrophyIla)
Tanjung (Mimusops elengi ) Tidak langka Semua kota
Ketapang
Tidak langka Tepi pantai
(Terminalia cettapa)
6 Konservasi Air Tanah Manggis
Mulai langka Daerah sejuk-tinggi
Kriteria tanaman : (Garcinia mangostana)
Perakaran dalam dengan Cemara laut
akar serabut banyak Tidak langka Pantai
(Casuarina equisetifolia)
Bungur Tidak langka Semua kota
Lagerstomia speciosa
7 Mengamankan pantai Cemara laut
terhadap abrasi (Casuarina equisetifolia) Tidak langka Pantai
Kriteria tanaman :
Akar mampu tergenang Ketapang
(Terminalia cettapa) Tidak langka Pantai
dalam air laut/asin
Perakaran dalam dan Angsana
akar serabut lebat (Pterocarpus indicus) Tidak langka Semua kota
23
Status
No Tanaman Jenis Tanaman Tempat Tumbuh
Tanaman
Flamboyan (Delonix regia) Tidak langka Semua kota
Glodogan tiang
Tidak langka Semua kota
(Polyatthea longifolia)
Sawo duren
Tidak langka Semua kota
(Crisophyllum cainito)
Tanjung (Mimusops elengi) Tidak langka Semua kota
9 Pelestarian plasma nutfah / Bisbol (Diospyros blancoi) Langka Bogor, Jawa Barat
konservasi in -situ dan ek - Buni ( Antidesma bunius) Langka Bogor, Jawa Barat
situ Gandaria
Kriteria Tanaman : Langka Bogor, Jawa Barat
(Bouea macrophylla)
- Jenis yang sudah mulai Kemang
langka Langka Bogor, Jawa Barat
(Man gifera caesia)
- Mempunyai potensi yang Kupa
tinggi Langka Bogor, Jawa Barat
(Syzygium polyceohalum)
Lobi-lobi
Langka Bogo r, Majalengka
(Flacourtia inermis)
Sawo kecik
Mulai langka Daerah kering
(Manilkara kauki )
Cempaka kuning
Mulai langka Daerah sejuk -tinggi
(Michelia champaca)
Manggis
Mulai langka Daerah sejuk -tinggi
(Garcinia mangostana)
Rasamala (Altingia exelsa) Mulai langka Daerah sejuk -tingg
Saninten
Langka Daerah sejuk -tinggi
(Castanopsis javanica)
Kesemek (Diospyros kaki) Mulai langka Garut, Jawa Barat
Kecapi
Mulai langka Jawa Barat
(Sandaricum koetjape)
Jamblang/duwet
Langka Jakarta, Soreang
(Eugenia cuminii)
Manglid Majalengka,
Mulai langka
(Magnolia blumei) Sumedang
Kluwek (Pangium edule ) Mulai langka Majalengka, J abar
10 Tanaman kebun dan Sawo kecik
Mulai langka Daerah kering
halaman (Manilkara kauki )
Kriteria Tanaman : Manggis
Mulai langka Daerah sejuk -tinggi
- Tajuk rindang (Garcinia mangostana)
- Buahnya dapat dimakan Markisa (Passiflora edulis ) Tidak langka Daerah sejuk -tinggi
- Berbunga indah Duwet/Jamblang
- Kayunya bern ilai Langka Jakarta
(Eugenia cuminii)
ekonomis Majalengka,
Nona (Annona reticulata) Mulai langka
Bandung
Delima (Punica granatum) Mulai Iangka Semua kota
Mangga
Tidak langka Semua kota
(Mangifera indica)
Sarikaya (Annona squamosa) Mulai langka Soreang, Bandung
11 Produksi terbatas Jati (Tectona grandis) Tidak langka Daerah kermg
Kriteria tanaman : Pinus (Pinus merkusii) Tidak langka Daerah sejuk tinggi
- Kayunya mempunyai Suren (Toona sureni) Mulai langka Daerah sejuk -tinggi
nilai ekonomis Mindi (Melia azedarach) Tidak langka Daerah sejuk -tinggi
- Banyak dikenal dan Rasamala
dimanfaatkan oleh Mulai langka Daerah sejuk -tinggi
(Altingia excelsa)
masyarakat Akasia (Acacia mangium) Tidak langka Semua kota
24
Status
No Fungsi Tanaman Jenis Tanaman Tempat Tumbuh
Tanaman
Mahoni (Swietenia
Tidak langka Semua kota
macrophylla)
Gmelina (Gmelina
Tidak langka Semua kota
arborea)
Puspa (Scima walichii) Tidak langka Semua kota
12 Habitat satwa Aren (Arenga pinnata) Tidak langka Semua kota
Kriteria Tanaman Bambu (Bambusa spp.) Tidak langka Semua kota
Buahnya tidak beracun Beringin (Ficus
Bunga berwarna menarik Tidak langka Semua kota
benyamina)
Dadap (Erythrina
Tidak langka Semua kota
variegata)
Dangdeur (Gossampinus
Tidak langka Semua kota
heptaphylla)
25
Daftar Pustaka
Dahlan, E.N. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) Bemuansa Hutan Kota. IPB Press
bekerjasama dengan Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Dahlan, E.N. 1992. Hutan Kota : Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Danu. 2000. Gmelina (Gmelina arborea Linn.). Atlas Benin Tanaman Hutan Indonesia Jilid I. Balai
Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan. Bogor.
Danu. 2000. Mindi (Melia azedarach Linn.). Atlas Benin Tanaman Hutan Indonesia Jilid I Balai
Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan. Bogor.
Danu. 2000. Tusam (Pines merkusii Jungh et de Vriese.j Atlas Benin Tanaman Hutan Indonesia Jilid I. Balai
Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan. Bogor.
Departemen Kehutanan, 1987. Penyusunan Konsepsi Pengembangan Hutan Kota. Kerjasama antara
Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan (1) dengan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor. Jakarta.
Dewi, A.R. 2003. Kumpulan Tanaman Langka Indonesia. Pusat Dokumentasi dan Informasi Kehutanan.
Manggala Wanabakti. Jakarta.
Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan. 1991. Pedoman Umum
Pembangunan Hutan Kota. Jakarta.
Djaman, D.F. 2001. Cempaka Kuning (Michelia campaka L.). Atlas Benin Tanaman Hutan Indonesia Jilid
II. Balm Litbang Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.
27
Djaman, D.F dan Kartiana, E.R. 2001. Suren (Toona sureni Merr.). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid
II. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.
Fakuara, Y, E.N. Dahlan, Y A. Husin, Ekarelawan, LA.S. Danur, H. Pringgodigdo dan Sigit. 1990. Studi
Toleransi Tanaman terhadap Pencemar Udara dan Kemampuannya dalam Menyerap Timbal dari
Kendaraan Bermotor. Makalah Seminar Hasil Penelitian di Universitas Trisakti Tanggal 30
November 1990. Jakarta. 52p.
Fakuara, Y. 1987. Hutan Kota Ditinjau dariAspek Nasional. Seminar Hutan Kota DKI Jakarta. Jakarta.
Kartiko, H.D.P. dan Kartiana, EX 2002. Kecapi (Sandaricum koetjape Merr.). Atlas Benih Tanaman
Hutan Indonesia Jilid III. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.
Nazaruddin. 1996. Penghijauan Kota. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nurhasybi. 2000. Damar (Agathis lorantifolia S). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid I Balai
Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.
Nurhasybi. 2000. Jati (Tectona grandis. L.). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid I. Balai
Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.
Nurhasybi. 2000. Mahoni (Swietenia macropylla. King.). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid I. Balai
Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.
Nurhasybi. 2000. Mangium (Acacia mangium Willd.). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid I.
Balai Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.
Nurhasybi. 2002. Kayu Afrika (Maesopsis eminii E.). Atlas Benih Tanaman Hutan Jilid II. Balai Lit-
bang Perbenihan Kehutanan. Badan Litbang Kehutanan.
Nurhasybi. 2002. Tanjung (Mimusops elengi L.). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid III. Balai Litbang
Teknologi Perbenihan. Badan Litbangkehutanan. Bogor.
Putri, K.P. dan E. Suita. 2001. Sonokembang (Pterocarpus indicus Willd.). Atlas Benih Tanaman Hutan
Indonesia Jilid II. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.
Samsoedin, I. 2009. Rencana penelitian integrative (RPI) tahun anggaran 2010-2014; Pengembangan hutan kota/
lansekap perkotaan. Bogor: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan (tidak diterbitkan).
28
Lampiran
Agathis/Damar Agathis loranthifolia
Salisb
Famili : Araucariaceae
Nama Daerah : Damar
Status Tanaman :
Hingga saat ini agathis atau damar masih belum termasuk jenis langka, karena
budidaya tanaman ini sudah cukup banyak, dan ditanam pada daerah perkotaan
sebagai peneduh jalan atau tanaman tepi. Sedangkan pada lahan hutan ditanam
sebagai tanaman produksi kayu terutama pada daerah pegunungan atau dataran agak
tinggi.
Ekologi danTempatTumbuh :
Agathis merupakan tumbuhan asli Indonesia, jenis ini tumbuh menyebar di Sumatera
Utara dan Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku dan Irian. Tumbuh pada daerah-daerah dengan kondisi tanah
berbukit-bukit dengan ketinggian 100 - 1.500 m dpl, curah hujan 2.400 - 4.800
mm/tahun. Damar tumbuh pada hutan primer, yang adakalanya membentuk tegakan
hampir murni. Tumbuh pada tanah berdrainase baik, toleran terhadap tanah padat dan
asam.
Deskripsi Tanaman :
Tinggi tanaman dapat mencapai 45 m, dengan diameter batang dapat mencapai + 200
cm, umumnya tinggi bebas cabang cukup panjang. Batang lurus bulat, tidak
melilit/terpuntir, biasanya tidak bercabang, tidak ada akar papan. Tajuk berbentuk
kerucut dan sempit, ketebalan kulit batang mencapai 1-1,5 cm, mengandung banyak
getah, dikenal dengan getah damar. Warna daun hijau tua, daunnya lebar dan
berbentuk bundar, panjang sampai jorong, pipih dan bertangkai pendek.
Perbanyakan Tanaman :
Perbanyakan umumnya menggunakan biji, dengan media semai campuran tanah +
pasir+ kompos (7 : 2:1). Bibit siap tanam setelah berumur 1 tahun.
31
Akasia Acacia mangium Willd
Famili : Leguminoceae
Nama Daerah : Mangium
Status Tanaman :
Di Jawa Barat, Banten dan DKI jenis ini merupakan jenis introduksi, namun banyak
ditanam karena sifatnya yang cepat tumbuh serta mempunyai adaptibilitas yang
tinggi. Saat ini populasi tanaman akasia cukup mudah ditemui di daerah Jawa Barat,
Banten dan DKI.
Deskripsi Tanaman :
Termasuk tanaman cepat tumbuh, tinggi tanaman dapat mencapai 20 - 25 m, dengan
diameter lebih dari 100 cm. Batang lurus silindris, namun jika kurang, pemeliharaan
maka akan terbentuk percabangan yang dimulai dari bawah (fork). Tajuk umumnya
lebat, bunga berbentuk malai, berwarna kuning, sedangkan buahnya berbentuk polong.
Perbanyakan Tanaman :
Perbanyakan dapat melalui cara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan melalui
generatif adalah menggunakan benih. Benih sebelum disemai terlebih dahulu
direndam dalam air panas yang selanjutnya dibiarkan dingin selama 24 jam. Benih
ditabur pada media campuran tanah pasir (1:1). Benih mulai berkecambah pada hari
ke-6 setelah disemai. Sedangkan perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan
melalui cangkok atau stek.
32
Angsana Pterocarpus indicus
Willd
Famili : Papilionaceae
Nama Daerah : Sonokembang, angsana, kayu merah, nala, nara, sendana,
candana, Iiguan
Status Tanaman :
Sudah banyak dibudidayakan, masih mudah didapat, di perkotaan digunakan sebagai
tanaman peneduh.
Deskripsi Tanaman :
Pohon angsana dapat mencapai tinggi 45 m dengan diameter 200 cm, percabangan
berat, kebanyakan bengkok dan bercabang rendah. Akar papan kecil dengan alur-alur
dangkal, kulit batang gelap dan kasar, pepagannya bergetah dan berwarna merah.
Tajuk lebat, hijau tua, daun bentuk bulat telur, merupakan daun majemuk berseling.
Pada waktu berbunga tajuk berwarna kuning menarik.
Perbanyakan Tanaman :
Tanaman angsana dapat diperbanyak baik melalui bagian-bagian vegetatif maupun
generatif. Umumnya untuk perbanyakan vegetatif digunakan metode stek, sedangkan
untuk perbanyakan generatif melalui biji atau stump, ukuran stump dianjurkan
berukuran panjang batang 10 - 20 cm, diameter batang 1,5 - 2 cm. Pertumbuhannya
cepat sekali pada waktu muda, tetapi setelah dewasa tumbuhnya lambat.
33
Asam Jawa Tamarindus indicus L
Famili : Leguminoceae
Nama Daerah : Asam, asam jawa, tambaring
Status Tanaman :
Tanaman asam jawa sudah banyak dibudidayakan karena manfaat yang cukup banyak.
Di Jawa Barat, Banten dan DKI banyak ditanam di lahan masyarakat ataupun sebagai
tanaman peneduh di taman kota. Status tanaman ini masih mudah ditemukan.
Deskripsi Tanaman :
Pohon bertajuk hijau, tinggi dapat mencapai 30 m, dengan tinggi bebas cabang 1- 2 m, diameter batang dapat
mencapai 2 m, kulit batang kasar, berwarna abu-abu kecoklatan, daun majemuk, berselang-seling, daun berukuran
13 cm x 5 cm dan terdiri dari 8-16 pasang daun. Bunga berbentuk malai, panjangnya mencapai lebih dari 13 cm.
Berwarna coklat hingga coklat muda.
Perbanyakan Tanaman :
Asam jawa umumnya diperbanyak melalui biji. Biji mulai berkecambah setelah 2 minggu disemai. Namun
sebelum disemai benih sebaiknya diberi perlakuan terlebih dahulu yaitu dengan cara.perendaman di air mendidih
kemudian dibiarkan hingga dingin atau dengan menggunakan pemecah benih. Perbanyakan vegetatif dapat
dilakukan melalui stek, sambungan celah dan okulasi. Untuk perbanyakan melalui sambungan dan okulasi
sebaiknya dilakukan pada bulan Nopember- Januari dan ditanam pada bulan Mei - Juni
34
Bisbul Diospyros blancoi A.D.C
Status Tanaman :
Sudah mulai langka ditemui, menjadi khas di daerah Majalengka, khususnya di daerah
Jatiwangi
Deskripsi Tanaman :
Tinggi pohon antara 7- 15 m, namun ada yang mencapai 32 m, dengan diameter batang
antara 50 - 80 cm. Bertajuk rimbun yang bentuknya bulat, kadang-kadang menyerupai
kerucut. Terdapat bunga jantan dan betina, berwarna putih kekuningan serta berbau
harum. Berdaun tunggal, daun tersusun secara berseling, helaian daun berbentuk bulat
memanjang, tepi rata dengan ukuran daun 8- 30 cm x 2,5 -12 cm.
Perbanyakan Tanaman :
Perbanyakan tanaman dapat melalui generatif dan vegetatif yaitu melalui biji atau dapat pula melalui cangkok dan
sambungan (grafting). Perbanyakan melaiui biji dilakukan dengan menyemaikan terlebih dahulu benih pada media
tabur, setelah berkecambah dan keluar daun pertama semai disapih ke dalam kantong plastik dan selanjutnya dirawat
di bedeng sapih hingga bibit siap tanam.
Manfaat danKegunaan :
1. Karena bentuk arsitektur tajuknya yang rimbun, serta buahnya yang berwarna, maka tanaman ini banyak
digunakan sebagai tanaman pelindung jalan atau taman kota.
2. Kayunya dapat digunakan untuk membuat alat-alat rumah tangga atau bahan kerajinan.
3. Buahnya dapat dimakan, adapun kandungan dan buah mi adalah 83,0 - 84,3 gr air, 2,8 gr protein; 0,2 gr
lemak; 11,8 gr karbohidrat; 1,8 gr serat; 46 mg kalsium; 18 mg phospor, 0,6 mg zat besi; 35 IU Vitamin A;
0,02 mg thiamin serta 18 mg Vitamin C. Rata-rata nilai energinya adalah 332 KJ/100gr.
35
Bungur Lagerstoemia speciosa
Pers
Famili : Lythraceae
Nama Daerah : Bungur, wungur, ketangi, laban
Status Tanaman :
Umumnya tanaman liar, namun banyak dibudidayakan untuk tanaman di perkotaan,
karena bunganya yang indah. Masih mudah untuk ditemukan:
Deskripsi Tanaman :
Tinggi pohon bungur dapat mencapai 10 - 45 m, daun berbentuk oval, elips dan
berwarna hijau tua, bunga berbentuk malai dan berwarna putih, merah muda dan ungu.
Perbanyakan Tanaman :
Tanaman bungur mudah dikembangbiakan baik melalui biji maupun stek. Adapun
stek yang digunakan adalah stek batang.
36
Buni Antidesma bunius
L. Sprengel
Famili : Euphorbiaeceae
Nama Daerah : Buni (Indonesia); huni, wuni (Sunda)
Status Tanaman :
Mulai sulit ditemui, umumnya tumbuh di lahan masyarakat. Dapat dijadikan tanaman
untuk hutan kota, dan diandalkan di daerah Soreang Bandung.
Deskripsi Tanaman :
Tumbuhan ini menggugurkan daun, dapat mencapai tinggi 3 - 30 m, batang lurus,
percabangan mulai dari bawah. Daun berbentuk lanset lonjong berselang seling,
dengan ukuran 19 - 25 cm x 4- 10 cm, agak mengkilap. Bentuk bunga malai, dengan
panjang 6- 20 cm, berwarna kemerahan.
Perbanyakan Tanaman :
Tanaman berkembang biak dengan biji ataupun bagian bagian vegetatifnya seperti
stek, cangkok, okulasi dan sambungan.
Manfaat danKegunaan :
1. Bentuk tajuk yang indah dan selalu hijau, membuat tanaman ini banyak digunakan
sebagai tanaman penghias kota atau tanaman hutan kota.
2. Buahnya dapat dimakan, daun yang masih muda dapat dimakan sebagai lalapan.
3. Tanaman ini dapat digunakan untuk mereklamasi tanah tanah kritis karena dapat
mengungguli (menekan) pertumbuhan alang-alang.
37
Cempaka Kuning Michelia
champaka L.
Sinonim : Michelia pilifera Bakh f., Michelia velutina auct. Non DC.
Magnolia champaca
Famili : Magnoliaceae
Nama Daerah : Cempaka kuning (Indonesia), jeumpa (Aceh), kantil (Jawa)
capaka (Halmahera).
Status Tanaman :
Cempaka kuning sudah banyak dibudidayakan, banyak ditanam untuk tanaman
pekarangan dan peneduh serta pohon pinggir jalan. Tanaman ini masih mudah untuk
ditemukan.
Deskripsi Tanaman :
Tanaman cempaka kuning dapat berbentuk pohon dengan tinggi dapat mencapai 50 m,
namun umumnya mencapai 15 - 25 m, dengan diameter rata-rata 40 - 50 cm. Batang
umumnya lurus silindris dari tanpa banir. Kulit batang berwarna abu-abu atau kecoklatan.
Perbanyakan Tanaman :
Umumnya tanaman diperbanyak melalui biji (generatif), benih ditabur dengan cara ditanam sedalam 0,5 cm pada
media tanah, calon akar menghadap ke bawah, kemudian ditutup dengan satu lapis media. Perkecambahan
umumnya terjadi setelah 15 hari. Setelah terjadi perkecambahan, naungan harus segera dipindahkan. Penyapihan
ke dalam polibag setelah berumur 30 had. Bibit yang telah berumur 12 - 15 bulan dengan diameter sekitar 1,5 cm
biasanya dibuat stump sebelum ditanam di lapangan.
38
Cemara Laut Casuarina
equisetifolia L.
Famili : Casuarinaceae
Nama Daerah : Cemara laut, agoho
Status Tanaman :
Tanaman in, sudah banyak dibudidayakan, terutama untuk tanaman hias serta
pengendali erosi dipantai.
39
Delima Punica granatum L.
Famili : Punicaceae
Nama Daerah : Delima (Indonesia)
Status Tanaman :
Sebagai tanaman yang umumnya ditanam di halaman rumah dan diambil buahnya
untuk dimakan atau dirujak untuk acara upacara tujuh bulan kehamilan. Buah delima
melambangkan kekayaan dan kesuburan sehingga mempunyai nilai sakral bagi
sebagian masyarakat. Banyak ditemui di daerah Majalengka dan Soreang Bandung.
Deskripsi Tanaman :
Pohon perdu dengan tinggi 6- 10 m, daun berbentuk lonjong sampai lanset, agak
mengkilap, dengan ukuran 1- 9 cm x 0,5 - 2,5 cm. Bunga terdapat pada ujung,
berkelompok 1- 5 dan berlilin. Ukuran bunga 4 cm x 5 cm berwarna merah atau
kuning pucat.
Perbanyakan Tanaman :
Dapat diperbanyak secara generatif (biji) atau vegetatif (stek batang, cangkok).
Cangkok dapat disapih setelah berumur 3- 4 bulan, yaitu setelah perakaran terjadi
sempurna.
40
Ekaliptus/
Ampupu Eucalyptus urophylla
S.T. Blake
Sinonim : Eucalyptus decaisneana Bl.
Famili : Myrtaceae
Nama Daerah : Ekaliptus, ampupu
Status Tanaman :
Merupakan tanaman hutan yang sudah dibudidayakan, umumnya untuk hutan
tanaman, namun karena sifatnya yang cepat tumbuh maka banyak ditanam di
perkotaan sebagai tanaman peneduh. Tanaman ini masih mudah ditemukan.
Deskripsi Tanaman :
Pohon ini dapat mencapai tinggi hingga 35 m dengan diameter + 120 cm. Batangnya
lurus dengan kulit luar yang mengkilat, berwarna coklat abu-abu dan mengelupas
secara tidak teratur. Daunnya tunggal, berbentuk bundar telur sampai lanset,
mengandung bintik-bintik minyak dan berbau harum. Bunganya mengelompok
(inflorence), berwarna putih.
Perbanyakan Tanaman :
Tanaman ekaliptus umumnya diperbanyak melalui biji. Biji disemaikan pada media
campuran tanah top soil dan pasir (1 : 1), setelah benih ditabur kemudian ditutup plastik
selama + 7 hari, dan disiram setiap pagi dan sore hari, dengan semprotan yang halus.
Benih mulai berkecambah pada hari ke-10. Setelah semai berumur 1 bulan kemudian
disapih pada kantong plastik dan dipelihara di bedengan selama + 3 bulan atau tinggi
bibit telah mencapai 20- 30 cm bibit siap ditanam di lapangan.
Status Tanaman :
Jenis ini bukan jenis asli Indonesia, berasal dari Madagaskar. Tanaman ini mudah
ditemui di perkotaan terutama digunakan sebagai tanaman hias, namun budidayanya
belum banyak diketahui.
Deskripsi Tanaman :
Tanaman berbentuk pohon, dengan tinggi dapat mencapai 28 m dan diameter batang hingga 80 cm. Umumnya mempunyai
percabangan yang berat tajuk rindang. Daunnya termasuk daun majemuk dan berbunga indah.
Buahnya berbentuk polong, dengan ukuran cukup besar, menyerupai pedang.
Perbanyakan Tanamau :
Tanaman diperbanyakan melalui biji dengan perantara angin atau satwa. Informasi budidaya belum banyak
diketahui.
42
Gandaria Bouea macrophylla
Griff.
Sinonim : Bouea gandaria Blume ex Miq.
Famili : Anacardiaceae
Nama Daerah : Gandaria, raman (Indonesia), remieu (Gayo), gandoriah
(Mingakabau), jantake (Sunda), gandaria (Jawa), pao gandaria
(Madura), borania, ngayu (Dayak), mates (Manado), kalawasa,
rapo-rapo kebo (Makasar), buwa melawe (Bugis).
Status Tanaman :
Jenis ini sudah mulai langka, sehingga sulit untuk ditemui. Umumnya tumbuh di pekarangan rumah atau kebun
penduduk. Untuk beberapa daerah di Kabupaten Bogor jenis ini cukup dikenal masyarakat dan keberadaannya
inasih dapat ditemui di beberapa lokasi. Buah gandaria mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Tajuknya
yang rimbun dan berwana hijau tua dapat menjadikan jenis ini sebagai tanaman untuk hutan kota.
Deskripsi Tanaman :
Berbentuk pohon dengan tinggi 15 - 27 m dan garis tengah 40 - 55 cm. Daun gandaria berbentuk lanset panjang,
berukuran 11 - 45 cm x 4 - 13 cm halus serta mengkilap dan untaiannya menggantung. Bunga berbentuk malai,
tumbuh diujung cabang muda pada ketiak daun dan berwarna kuning muda yang akan berubah menjadi coklat.
Perbanyakan Tanaman :
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan melalui generatif (biji) atau vegetatif (cangkok, okulasi). Untuk
mata okulasi digunakan kayu yang berumur satu tahun dan tidak bergagang.
43
Gmelina Gmelina arborea Roxb.
Famili : Verbenaceae
Nama Daerah : Jati putih, kayu titi
Status Tanaman :
Bukan tanaman asli Indonesia, namun sudah banyak dibudidayakan, karena tanaman
ini mampu tumbuh baik dan beradaptasi pada berbagai kondisi lahan. Umumnya
ditanam di lahan hutan, namun saat ini sudah banyak ditanam di lahan masyarakat
maupun di perkotaan sebagai tanaman peneduh. Sudah banyak dikenal masyarakat,
mudah untuk mencarinya.
Deskripsi Tanaman :
Pohon gmelina dapat mencapai tinggi 20 - 25 m, dengan diamater dapat mencapai
30 cm.
Perbanyakan Tanaman :
Gmelina mudah diperbanyak dengan cara generatif (biji) ataupun vegetatif (stek dan okulasi). Media semai yang
digunakan untuk penaburan benih adalah campuran tanah pasir (1:1). Daya kecambah benih mencapai 60 - 70 %.
44
Jamblang Eugenia cuminii
L. Druce
Sinonim : Syzygium cuminii (L) Skeels, Myrtus cuminii (L.), Eugenia
jambolana Lamk., Syzygium jambolanum (Lamk) DC.
Famili : Myrtaceae
Nama Daerah : Jambe kleng (Aceh), jambu kling (Gayo), jambu kalong
(Sumbar), jamblang (Jabar), duwet (Jawa), duwak (Madura),
juwet (Bali), klayu (Sasak), duwe (Bima), jambolan (Flores),
rapo-rapo, alicopeng (Sulsel).
Status Tanaman :
Jenis ini sudah masuk dalam kategori langka, karena sudah jarang ditemukan. Tumbuh pada lahan pekarangan dan
banyak digunakan untuk obat. Menjadi andalan untuk dikembangkan di daerah Soreang Bandung dan Jakarta.
Ekologi dan Tempat Tumbuh :
Sebaran tumbuh tanaman ini meliputi daerah tropis dan sub tropis, di Indonesia tumbuh tersebar di Sumatera, Jawa,
Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi Selatan. Tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl, dapat tumbuh
hingga ketinggian 1.800 m dpl, namun tidak dapat berbunga dan berbuah, hanya untuk produksi kayu. Curah hujan
yang ideal adalah diatas 1.000 mm/tahun dengan musim perbedaan musim kering yang tegas. Banyak ditemukan
tumbuh pada tepi sungai dan dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah.
Deskripsi Tanaman :
Tinggi pohon dapat mencapai 20 - 30 m dengan diameter batang 40 - 50 cm. Tajuk tak beraturan dengan lebar 12 m,
percabangan rendah. Daun berhadapan berbentuk bulat, lonjong atau jorong, berwarna hijau tua pada permukaan
dan hijau kuning pada bagian bawah. Panjang daun 7-16 cm dan lebar 5-9 cm dengan tangkai 1-3 cm. Kulit batang
mudah pecah dengan jalur jalur yang dalam. Ball kulit batang maupun daun mengandung tanin (zat warna). Bunga
berwama putih keabu-abuan sampai merah jambu, beraroma harum, kelopak bunga berbentuk lonceng merupakan
bunga majemuk.
Pembungaan dan Pembuahan :
Umumnya tanaman mulai berbunga pada umur 7- 8 tahun, namun untuk tanaman yang berasal dari okulasi atau
grafting mulai berbunga pada umur 3- 4 tahun. Umumnya di Jawa tanaman berbunga pada bulan Juli -Agustus dan
buah masak pada bulan September - Oktober. Produksi buah per pohon dapat mencapai 100 kg. Pengumpulannya
dapat melalui pemanjatan ataupun memungut di bawah pohon, umumnya buah tidak serempak masaknya.
Buah dan Benih :
Buahnya buah buni, kecil-kecil berbentuk lonjong sampai bulat telur berwarna kuning kelabu sampai ungu tidak
berbau. Buah berukuran 1 - 5 cm, rasanya masam manis-manis sepat. Biji berbentuk lonjong, keras dan berwarna
hijau hingga coklat, dalam satu buah terdapat 0 - 5 butir dengan ukuran hingga 3,5 cm. Keping biji berwama hijau
muda.
Perbanyakan Tanaman :
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan melalui biji (generatif) atau bagian-bagian tanaman lain (vegetatif). Biji
akan berkecambah setelah dua minggu disemaikan, dan tumbuh cepat. Sedangkan perbanyakan vegetatif dapat
menggunakan sambungan ataupun okulasi. Sebaiknya kegiatan sambungan ataupun okulasi dilakukan pada Bulan
Nopember.
Manfaat dan Kegunaan :
1. Bentuk tajuk yang rimbun dengan percabangan yang kokoh jenis ini dapat digunakan untuk pohon peneduh dan
penahan angin.
2. Buahnya dapat dimakan, kayunya baik untuk kayu pertukangan, daunnya untuk penyakit kulit sedangkan kulit
batang dapat digunakan sebagai bahan pewarna.
45
Jambu Dipa Diospyros diepenhorstii
Miq.
Status Tanaman :
Termasuk tanaman yang sudah mulai langka ditemukan.
Deskripsi Tanaman :
Tinggi tanaman berkisar 5 hingga 25 m, bentuk daun bulat telur dengan ukuran
panjang 10 - 40 cm dan lebar 3 - 12 cm. Daun agak tebal dan berbulu halus di
permukaannya, warna daun hijau tua. Secara sepintas bentuk morfologi tanaman
menyerupai tanaman bisbul.
Perbanyakan Tananaman :
Tanaman dapat diperbanyak melalui biji.
46
Jamuju Podocarpus imbricatus Bl.
Status Tanaman :
Umumnya tumbuh di hutan alam pada daerah dataran tinggi, dan di Jawa Barat dapat
ditemukan pada hutan lindung, namun populasinya sudah mulai berkurang karena
tingkat budidaya yang masih rendah.
Deskripsi Tanaman :
Tinggi pohon dapat mencapai 60 m (di hutan alam) diameternya dapat mencapai 200
cm, tidak berbanir, jikalau adapun kecil. Panjang batang bebas cabang sampai lebih
dari 30 m. kulitnya berwarna coklat hampir hitam, tidak beralur dan tidak mengelupas.
Tajuknya tipis, daunnya tunggal, kecil-kecil, berbentuk pita dengan ujung agak lancip.
Perbanyakan Tanaman :
Belum banyak dibudidayakan masyarakat, sehingga perbanyakan umumnya melalui
anakan di bawah pohon (cabutan, stump) ataupun dengan biji, selain itu ada juga
diperbanyak dengan tunggul. Benih yang baru dan langsung ditabur akan
berkecambah setelah 7- 8 hari dengan daya kecambah 90 -100 %.
47
Jati Tectona grandis Linn.F.
Famili : Verbenaceae
Nama Daerah : Jati, jate, jatos, kiate, deleg, dodolan
Status Tanaman :
Tanaman jati adalah tanaman hutan yang paling lama sudah dibudidayakan orang,
sehingga jenis ini sangat dikenal oleh masyarakat luas. Sangat mudah ditemukan,
ditanam umumnya pada hutan tanaman, namun saat ini banyak ditanam oleh rakyat
juga ditanam sebagai jalur hijau di perkotaan, walaupun dari segi morfologi tanaman
tidak indah namun nilai kayunya sangat tinggi.
Deskripsi Tanaman :
Tinggi tanaman dapat mencapai 45 m dengan diamater diatas 150 cm. Umumnya
berbatang lurus dan beralur, berwarna coklat kelabu, batang berbanir. Menggugurkan
daun pada musim kemarau.
Perbanyakan Tanaman :
Perbanyakan tanaman jati umumnya menggunakan biji, namun daya kecambah biji jati masih rendah yaitu berkisar
30-70%, sehingga banyak pula yang menggunakan stek pucuk.
Manfaat danKegunaan :
1. Tanaman jati terkenal akan produk kayunya, baik untuk kayu pertukangan ataupun furnitur. Kayu jati awet dan
mempunyai nilai dekoratif yang tinggi, harganya mahal.
2. Tanaman ini tahan tumbuh pada daerah kering, sehingga dapat ditanam sebagai tanaman penghijauan selain itu
tanaman ini tahan angin sehingga cocok untuk digunakan sebagai tanaman penahan angin.
48
Johar Cassia siamea Lamk.
Status Tanaman :
Umumnya ditanam sebagai tanaman pembatas atau sekat dan tanaman tepi di hutan
jati. Namun karena tanaman ini cepat tumbuh dan mempunyai tajuk yang rimbun
maka banyak ditanam di perkotaan sebagai tanaman di jalur hijau. Jenis ini masih
mudah ditemui karena sudah banyak dibudidayakan.
Deskripsi Tanaman :
Tanaman berukuran sedang, tinggi dapat mencapai 10 - 12 m kadang-kadang dapat mencapai 20 m. Batang pendek,
tajuk rapat dan bundar ketika muda, sesudah tua tidak tentu dan terpisah, waktu muda kulit abu-abu, halus dan
terdapat retakan yang memanjang. Daun bersilangan, panjang daun 15 - 30 cm, majemuk, dengan 6-14 daun yang
ujungnya halus. Bunga kuning terang besar, panjang lebih dai 60 cm, tegak lurus, malai berbentuk piramida.
Perbanyakan Tanaman :
Johar umumnya diperbanyak dengan menggunakan benih. Benih sebelum disemai terlebih dahulu direndam dalam
air panas, kemudian didinginkan selama 12 - 24 jam. Benih mulai berkecambah pada hari ke 12 - 17. Selain cara
generatif, perbanyakan juga dapat dilakukan melalui vegetatif yaitu stek batang.
49
Kayu Afrika Maesopsis eminii Engl.
Famili : Rhamnaceae
Nama Daerah : Menii, kayu afrika
Status Tanaman :
Jenis ini bukan tanaman asli Indonesia namun sudah banyak dikenal dan
dibudidayakan masyarakat terutama di daerah Jawa Barat. Masyarakat menanam
terutama untuk produksi kayu, namun banyak juga ditanam sebagai tanaman jalur
hijau, sehingga tanaman ini mudah ditemui.
Deskripsi Tanaman :
Pohon meranggas, tinggi mencapai 45 m dengan bebas cabang 2/3 tinggi total. Kulit
batang abu-abu pucat, beralur dalam, kulit dalam merah tua. Daun sederhana, duduk
daun saling berhadapan, panjang 6 - 15 cm dengan tepi daun bergerigi. Tandan terdiri
banyak bunga, sepanjang ketiak daun, panjang 1 - 5 cm. Bunga kecil, berkelamin
ganda, mahkota putih kekuningan.
Perbanyakan Tanaman :
Tanaman diperbanyak melalui biji. Biji sebelum ditabur direndam terlebih dahulu.dalam larutan H2SO4 (20 N)
selama 20 menit, hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya kecambahnya. Namun dapat juga dilakukan
perendaman benih dalam air dingin selama 3 hari, air diganti setiap hari. Setelah itu benih ditabur pada media
campuran pasir, tanah (1:1), perkecambahan dapat berlangsung 4 bulan dengan daya kecambah biasanya mencapai
65-80%.
50
Kecapi Sandaricum koetjape
(burm.f.) MERR.
Status Tanaman :
Merupakan tanaman pekarangan di masyarakat, banyak dibudidayakan, masih mudah
untuk ditemukan, namun perlu perhatian agar tidak menjadi langka, karena sebagian
generasi muda terutama di kota besar tidak mengenal jenis ini.
Deskripsi Tanaman :
Tinggi tanaman dapat mencapai 25 - 30 m dan diameter 70 - 90 cm. Daunnya bertangkai panjang, dengan anak daun
samping bertangkai pendek dan anak daun ujung bentangkai panjang. Anak daunnya eliptis, memanjang atau bulat
telur, kerapkali dengan ujung meruncing dan tepi rata ukuran panjang daun 18,5 cm. Bunga berbentuk malai dengan
panjang hingga 25 cm. Warna kayu pada bagian tepi berwarna keputih-putihan, dan ke arah intinya menjadi lebih
merah, bila mengering akan memucat dan berwarna kuning. Akar tanaman ini berbau rempah.
Perbanyakan Tanaman :
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan melalui biji yaitu disemaikan pada media pasir halus dan akan
berkecambah pada hari ke-20. Selain itu dapat diperbanyak melalui stek, okulasi dan sambungan. Bibit siap
tanam setelah mencapai tinggi 40 - 50 cm. Jarak tanam yang digunakan 8 m x 5 m. Penanaman dilakukan pada awal
musim hujan.
51
Kemang Mangifera caesia
Jack ex Wall
Status Tanaman :
Tanaman yang sudah mulai langka keberadaannya sehingga perlu upaya pelestarian.
Tanaman ini merupakan buah khas dari daerah Bogor.
Deskripsi Tanaman :
Tinggi pohon antara 20 - 40 m, dengan diameter 50 - 80 cm, batang membulat tanpa
banir. Tajuk berbentuk kubah dengan percabangan yang kokoh. Kulit batang berwarna
abu kecoklatan dan pecah-pecah. Daunnya berbentuk memanjang dengan panjang
sekitar 22 - 31 cm dan lebar 7 - 10 cm. Ujung daun meruncing dengan tepi daun rata.
Bunga berbentuk malai, menyerupai bunga mangga yang tumbuh di ujung ranting,
warna ungu tua dengan bagian tepi berwarna putih.
Perbanyakan Tanaman :
Tanaman kemang umumnya diperbanyak dengan menggunakan bijinya. Budidaya
jenis ini masih belum banyak dikembangkan, sehingga informasi metode perbanyakan
masih terbatas.
52
Kenari Canarium indicum L.
Status Tanaman :
Untuk daerah Bogor cukup mudah ditemukan, dan dikenal baik terutama bijinya
digunakan barang kerajinan atau cendera mata khas dari Kebun Raya Bogor. Saat ini
sudah banyak dibudidayakan, terutama untuk penghijauan atau pohon peneduh di
perkotaan, khususnya Kota Bogor.
Deskripsi Tanaman :
Tinggi tanaman dapat mencapai 40 m dengan diameter 100 cm. Umumnya tanaman ini
mempunyai banir. Tipe daun adalah majemuk terdiri dari 3 - 7 daun, daun berbentuk
jugate (seperti kendi). Tipe bunga majemuk, besar, dalam satu kelompok terdapat
hingga 30 bunga.
Perbanyakan Tanaman :
Kenari dapat diperbanyak melalui biji, namun sebelum biji dikecambahkan maka perlu
ada perlakuan pendahuluan, yaitu kulit benih yang keras harus dilukai terlebih dahulu,
dengan cara peretakkan atau direndam dalam air panas atau dingin. Hal ini dilakukan
agar benih mudah untuk berkecambah. Perkecambahan harus dilakukan di bawah
naungan.
53
Kersen Muntingia calabura L.
Famili : Elaeocarpaceae
Nama Daerah : Cerri, kersen, talok (Jawa)
Status Tanaman :
Jenis ini sangat mudah dijumpai, umumnya ditanam sebagai tanaman peneduh, namun
budidayanya belum banyak diketahui.
Deskripsi Tanaman :
Tanaman berbentuk pohon, namun tidak terlalu besar, tinggi berkisar antara 3 hingga
12 m, namun umumnya dipangkas, dan bentuk tajuknya rindang membulat. Daun
berbentuk lonjong, dengan ukuran 4 - 14 cm x 1 - 4 cm, bunga tunggal, hemaprodite.
Buah termasuk buah berri, berbentuk bulat dengan jumlah biji yang banyak dan
berukuran halus.
Perbanyakan Tanaman :
Umumnya berkembang biak dengan biji, yaitu dengan mengumpulkan anakan di
bawah pohon. Salah satu faktor pembantu dalam pengembangan tanaman (seed
dispersal) ini adalah binatang kelelawar. Cara lain yang dapat digunakan dalam
perbanyakan tanaman adalah melalui cangkok.
54
Kesemek Diospyros khaki L.f.
Famili : Ebenaceae
Nama Daerah : Kesemek, Buah kaki
Status Tanaman :
Tanaman ini merupakan tanaman introduksi di Indonesia. Kurang dikenal masyarakat,
sehingga budidaya masih belum banyak. Tanaman ini agak sulit ditemukan, hanya ada
atau dikenal masyarakat di beberapa tempat di Jawa Barat, khususnya di daerah Garut
(diintroduksi pada tahun 1930). Namun mempunyai prospek untuk dikembangkan.
Deskripsi Tanaman :
Merupakan tanaman yang lambat pertumbuhannya, biasanya menyerupai semak,
tinggi tanaman mencapai 15 m, dengan batang yang membengkok dan tajuk yang
rimbun. Daun berbentuk bulat telur sampai jorong berwama hijau kekuningan dan
mengkilap berukuran 5 - 25 cm x 2,5 - 15 cm. Bunga bergerombol yang terdiri dari 3- 5
bunga, berwarna hijau kekuningan. Buahnya berwarna hijau kekuningan hingga
merah dan diselimuti tepung berwarna putih, sehingga dikenal pula sebagai buah
berbedak (Jakarta).
Perbanyakan Tanaman :
Tanaman kesemek umumnya diperbanyak menggunakan stek akar dari pohon yang
dewasa, namun dapat juga menggunakan teknik grafting, sedangkan stek batang tidak
dianjurkan karena sangat sulit terjadi perakaran. Perbanyakan secara generatif
melalui biji kurang baik karena tanaman yang dihasilkan nantinya mempunyai batang
dan percabangan yang lemah.
Famili : Combretaceae
Nama Daerah : Geutapang, keutapang, katapeng, katapang, nausu
Status Tanaman :
Sudah banyak dibudidayakan, umumnya ditanam sebagai tanaman peneduh, sangat
cocok ditanam di daerah pantai.
Deskripsi Tanaman :
Ukuran tanaman sedang hingga besar, tinggi dapat mencapai 40 m dengan diameter
sampai diatas 150 cm dan kadang-kadang ditemui banir hingga setinggi 3 m. Kulit
batang beralur, berwarna abu abu hingga coklat. Daun berbentuk bulat telur
mendekati lonjong, dengan ukuran 8 - 35 cm x 5 - 19 cm. Bunga berbentuk malai
dengan panjang 8 - 16 cm. Tajuknya selalu hijau.
Perbanyakan Tanaman :
Kenari dapat diperbanyak melalui biji, namun sebelum biji dikecambahkan maka
perlu ada perlakuan pendahuluan, yaitu kulit benih yang keras harus dilukai terlebih
dahulu, dengan cara peretakan atau direndam dalam air panas atau dingin. Hal ini
dilakukan agar benih mudah untuk berkecambah. Perkecambahan harus dilakukan di
bawah naungan.
Manfaat danKegunaan :
1. Digunakan sebagai tanaman peneduh, karena tajuk rimbun dan selalu hijau.
2. Buahnya, dalam hal ini bijinya dapat dimakan, sedangkan bagian luar biji (exocarp)
dapat dijadikan bahan kerajinan tangan.
3. Kayunya lunak dapat dijadikan kayu perkakas.
56
Kluwek Pangium edule Reinw
Famili : Flacourtiaceae
Nama Daerah : Kluwek, picung
Status Tanaman :
Tanaman ini sudah mulai sulit ditemui, namun sebenarnya sudah sangat dikenal
masyarakat, khususnya masyarakat Jawa Barat dan Jawa T'imur. Karena buahnya
dapat dijadikan bumbu masakan khas daerah Jawa Barat dan Jawa Timur.
Deskripsi Tanaman :
Pohon kluwek dapat mencapai tinggi 25 m, dengan diameter mencapai 50 cm. Ukuran
daun sangat lebar, berbentuk membulat atau seperti bentuk hati, permukaan daun
halus. Warna daun coklat ke abu-abuan. Bunga berbentuk bunga majemuk, dan
mengeluarkan aroma. Warna bunga hijau kekuningan. Pohon kluwek mempunyai
percabangan yang berat, dengan wama batang coklat tua.
Perbanyakan Tanaman :
Tanaman kluwek diperbanyak dengan biji atau dengan cara mengumpulkan anakan yang
ada di bawah tegakan (cabutan), atau diperbanyak dengan membuat persemaian. Namun
umumnya masyarakat menggunakan cabutan untuk menanam pohon kluwek.
57
Kopo Syzygium suringarianum
Koord. & Valeton
Sinonim : Eugenia suringariano Koord. &Valeton (1900)
Famili : Myrtaceac
Nama Daerah : Kopo lalay (Sunda)
Status Tanaman :
Termasuk jenis yang sudah langka untuk ditemukan. Manfaat dan budidayanya belum
banyak diketahui.
Deskripsi Tanaman :
Tinggi tanaman dapat mencapai lebih dari 20 m, dengan diameter batang lebih dari 50
cm. Warna kulit batang abu-abu. Daun berbentuk lonjong dengan ukuran 8 - 20 cm x 4 -
10,5 cm. Tajuknya selalu tampak hijau. Berbunga majemuk pada ujung-ujung
ranting, bunga berwarna putih, tetapi kadang-kadang berwarna merah muda.
Perbanyakan Tanaman :
Umumnya jenis ini diperbanyak melalui biji atau cabutan yang berasal dari anakan di
bawah tegakan. Namun dapat pula diperbanyak melalui bagian-bagian vegetatif.
Dalam kegiatan perkecambahan sebaiknya benih yang telah ditabur pada media tanah,
tidak terkubur, karena akan mengurangi daya berkecambah, namun harus diberi
naungan.
58
Kupa Syzygium polycephalum
(Miq.) MERR & perry
Sinonim : EugeniapolycephalaMiq.
Famili : Myrtaceae
Nama Daerah : Gowok, kupa, dompjong (Jawa)
Status Tanaman :
Dikenal oleh masyarakat sebagai tanaman buah-buahan, namun belum banyak
dibudidayakan, sehingga saat ini sudah mulai sulit ditemukan. Dapat ditanam pada
areal pekarangan atau tanaman penghijauan yang berfungsi juga sebagai konservasi ek
situ.
Deskripsi Tanaman :
Tinggi pohon dapat mencapai 8 - 20 m dengan diameter 50 cm. Daun berbentuk
lonjong dengan ukuran 17 25 cm x 6 7 cm. Buah bergerombol dan berada di bagian
pucuk.
Perbanyakan Tanaman :
Tanaman kupa umumnya diperbanyak dengan menggunakan biji (generatif) atau juga
melalui metode sambungan (vegetatif), namun hingga saat ini informasi lengkap
mengenai budidaya jenis ini masih belum banyak.
59
Lame Alstonia sp.
Famili : Apocynaceae
NamaDaerah : Pule (Jawa), lame (Sunda), polay (Madura), hanja lutung
(Kalimantan), kaliti (Maluku), rita (Ambon), sita jita (Flores), pohon
susu (Irian).
Status Tanaman :
Merupakan tanaman hutan yang banyak dibudidayakan pada hutan tanaman, namun
bagi masyarakat Jawa Barat jenis ini dikenal sebagai tanaman penghasil kayu dan
ditanam pada lahan mereka. Jenis ini masih mudah untuk ditemukan.
Deskripsi Tanaman :
Batang lurus, tinggi dapat mencapai 40 - 45 m, dengan diameter 40 - 60 cm. Kulit
batang berwarna hijau terang atau hijau kekuningan, bergetah putih susu. Daun
bersusun berbentuk bulat telur sampai lonjong. Permukaan daun bagian atas hijau
mengkilap dan bagian bawah putih pucat. Bunganya harum berwarna putih sampai
kekuningan.
Perbanyakan Tanaman :
Tanaman dapat diperbanyak melalui biji, yaitu benih disemaikan pada media
campuran tanah pasir (1:1), benih mulai berkecambah pada hari ke-14, dan disapih
apabila telah keluar 2 daun, dapat disapih ke persemaian dengan naungan 50 - 70 %.
Tanaman lame mudah dikembangbiakkan melalui stek batang, tanpa pemberian
hormon stek tunas dan akar dapat tumbuh secara cepat dan normal.
60
Lobi-Lobi Flacourtia inermis
Roxb. var. inermis
Famili : Flacourtiaceae
Nama Daerah : Lobi-lobi, rukem, tome-tome atau tomo-tomi (Indonesia), lubi-
lubi (Minangkabau), lobi-lobi (Lampung), balakko (Batak), saradan
kayu (Sunda), lobe-lobe (Makasar), tomu-tomu (Seram), tombi-
tombi (Halmahera).
Status Tanaman :
Tanaman ini sudah mulai langka untuk ditemui, namun menjadi jenis yang khas untuk
daerah Majalengka, dapat ditemui di Cakrabuana, Kecamatan Lemahsugih.
Deskripsi Tanaman :
Berbentuk pohon dengan tinggi berkisar 5-15 m dan diameter batang 35 cm. Kulit
batang licin tidak berduri, daunnya berbentuk bulat telur, dengan daun muda berwarna
merah muda. Tanaman ini memiliki bunga berkelamin dua.
Perbanyakan Tanaman :
Umumnya perbanyakan tanaman melalui cara vegetatif yaitu cangkok, okulasi atau
sambungan. Ditanam di lapangan dengan jarak tanam 14 m.
61
Mahoni Swietenia macrophylla
King.
Famili : Meliaceae
Nama Daerah : Mahoni
Status Tanaman :
Tanaman eksotik yang sudah lama beradaptasi di Indonesia, khususnya di Jawa.
Pembudidayaan sudah berkembang, mudah ditemukan. Banyak ditanam sebagai
pohon peneduh dan pelindung di perkotaan.
Deskripsi Tanaman :
Tinggi pohon mahoni dapat mencapai 35 - 40 m, dengan diameter sampai 125 cm.
Bentuk batang silindris, tajuk berbentuk kubah, daun berwama hijau gelap. Buah
berbentuk bulat lonjong, berukuran besar dengan warna coklat.
Perbanyakan Tanaman :
Tanaman ini termasuk mudah dalam pembudidayaannya, yaitu dapat diperbanyak
dengan biji atau dengan stek. Perkecambahan benih dilakukan dengan cara
menaburkan benih pada media campuran tanah pasir (1: 1), benih mulai berkecambah
setelah 2 minggu penaburan.
62
Maja Aegle marmelos (L.) Corea
Famili : Rutaceae
Nama Daerah : Maja, maja batu
Status Tanaman :
Belum banyak dikenal, merupakan tanaman eksotik dibawa oleh pedagang India
masuk Indonesia.
Deskripsi Tanaman :
Tinggi tanaman maja berkisar 10 - 15 m dengan diameter 25 - 50 cm. Daun berseling
berbentuk menjari, ukuran daun 7,5 x 4,8 cm atau lebih, bunga berbentuk malai
dengan panjang 4- 5 cm, berwarna hijau keputihan.
Perbanyakan Tanaman :
Pohon maja umumnya diperbanyak melalui biji, namun dapat pula dengan cara stek
akar atau okulasi. Bibit siap tanam di lapangan setelah berumur I tahun, ditanam
dengan jarak 6 - 9 m.
63
Mangga Mangifera indica
Famili : Anacardiaceae
Nama Daerah : Mangga, mempelam
Status Tanaman :
Tanaman mangga merupakan kelompok tanaman buah-buahan yang sudah lama
dibudidayakan. Berbagai macam varietas saat ini sudah banyak ditemukan. Dikenal
baik oleh masyarakat luas.
64
Manggis Garcinia mangostana L.
Sinonim : Mangnstanagarcinia
Famili : Guttiferae
Nama Daerah : Manggis, manggu (Sunda)
Status Tanaman :
Merupakan tanaman buah buahan khas daerah tropis, termasuk Indonesia. Walaupun
sudah banyak dibudidayakan, tegakan manggis agak sulit ditemui. Biasanya ditanam
di halaman rumah.
Deskripsi Tanaman :
Berbentuk pohon, dengan tinggi mencapai 6 - 25 m, batang lurus, tajuk simetris yang membentuk piramid, semua
bagian tanaman mengeluarkan getah apabila terjadi perlukaan. Daun berbentuk bulat telur atau lonjong, dengan
ukuran 15 - 25 cm x 7- 13 cm, agak tebal. Bunga berbentuk tunggal dan berpasangan pada bagian ujung cabang.
Bunga berwarna kuning kehijauan dan berwarna kemerahan pada bagian pinggir atau sisinya.
Perbanyakan Tanaman :
Perbanyakan tanaman umumnya menggunakan biji, termasuk benih yang tidak dapat disimpan, namun
perkecambahan dapat ditunda dengan tidak mengeluarkan benih dari buahnya untuk beberapa minggu. Benih yang
disemaikan adalah benih-benih berukuran besar. Tanaman ini pertumbuhannya lambat pada saat awal. Untuk
mencapai tinggi bibit 60 cm dibutuhkan waktu 2 tahun, dan selama waktu itu tanaman mengalami pemindahan
polibag sebanyak 3 kali.
65
Manglid Magnolia blumei P.
Famili : Magnoliaceae
Nama Daerah : Baros, manglid (Sunda), baros, cempaka bulus (Jawa), jatuh
(Batak), madang lumpaung sitibai (Minangkabau)
Status Tanaman :
Tanaman ini masih belum banyak dibudidayakan, masyarakat menggunakan kayu ini
dengan mengambilnya dari hutan. Namun saat ini sudah mulai dikembangkan
terutama untuk hutan rakyat dan sudah mulai dilakukan eksplorasi untuk bahan
pengembangan.
Deskripsi Tanaman :
Tinggi tanaman dapat mencapai 25 - 30 m dengan diameter antara 80 - 100 cm. Batang
berbentuk bulat, kayu gubal tipis dan berwarna putih, setelah kering angin warna kayu
antara coklat muda dan laming kecoklatan. Kayu padat, strukturnya halus, mudah
dikerjakan, ringan dan awet. Tekstur kayu manglid menyerupai kayu jati.
Perbanyakan Tanaman :
Umumnya masyarakat memperbanyak tanaman dengan cara mengambil anakan di
bawah pohon. Tanaman dapat diperbanyak dengan biji, stek pucuk dan stek batang,
namun persentase tumbuh masih rendah. Dan saat ini sedang dicoba melalui kultur
jaringan.
66
Markisa Passiflora edulis Sims.
Famili : Passifloraceae
Nama Daerah : Buah negeri (Jawa), Pasi, Konyal (Sunda), Markisa
Status Tanaman :
Sudah banyak dibudidayakan sebagai tanaman buah-buahan, banyak ditemui pada
daerah pegunungan, prospeknya baik untuk lebih dikembangkan karena buahnya
mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, sedangkan tanamannya yang merambat
dapat dijadikan pula menjadi tanaman luas di taman kota.
Deskripsi Tanaman :
Merupakan tanaman perenial, menjalar dan dapat mencapai panjang lebih dari 15 m,
batangnya tidak berkayu penuh. Daun berbentuk menjari, dengan ukuran 10 - 15 cm x
12 - 25 cm, bunga tunggal, berbau harum, sangat cantik, dengan ukuran 7,5 - 10 cm.
Warna kelopak putih dengan dasar ungu.
Perbanyakan Tanaman :
Umumnya diperbanyak melalui biji namun dapat juga menggunakan stek dan
sambungan. Untuk perbanyakan melalui biji, perkecambahan membutuhkan waktu 2
minggu, pertumbuhan lambat, untuk mencapai tinggi 20 - 25 cm membutuhkan waktu
3 - 4 bulan.
67
Mindi Melia azedarach Linn.
Famili : Meliaceae
Nama Daerah : Mindi, mementin, gringging (Jawa), renceh (Karo), jempinis
(NTB), belite, bere embore (NTT)
Status Tanaman :
Sudah banyak dibudidayakan, karena kegunaan dari tanaman mindi cukup banyak, tegakan
mindi mudah ditemukan terutama di lahan masyarakat.
Deskripsi Tanaman :
Tinggi pohon mencapai 40 m dengan batang bebas cabang 20 m, diameter berkisar 185
cm, tidak berbanir. Kulit luar berwarna merah coklat sampai kelabu hitam, beralur
dangkal sampai dalam, mengelupas kecil-kecil sampai kepingan besar. Percabangan
melebar dan membentuk tajuk yang menyerupai payung agak membulat, warna
bunganya sangat menarik berwarna lembayung dan berjumlah banyak, berbentuk
malai yang panjangnya sampai 20 cm.
Perbanyakan Tanaman :
Perbanyakan dapat dilakukan melalui biji, namun sebelum dikecambahkan benih
harus terlebih dahulu direndam dalam larutan HZSO, selama 20 menit, atau diretakkan
kulit benihnya. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan melalui cangkok.
68
Nona Annona reticulata L.
Famili : Annonaceae
Nama Daerah : Buah nona, kanowa (Jawa), serba rabsa (Aceh), nona, nona kapri
(Melayu)
Status Tanaman :
Merupakan tanaman eksotik, sudah banyak dibudidayakan di Indonesia, tetapi
terbatas sehingga termasuk tanaman yang langka.
Deskripsi Tanaman :
Tinggi tanaman mencapai 10 m dengan diameter batang 35 cm. Tipe buah adalah buah
semu, dengan bentuk bulat atau menyerupai jantung berukuran diameter 8 - 16 cm.
Kayunya berwarna kekuningan.
Perbanyakan Tanaman :
Umumnya perbanyakan melalui biji.
69
Perca Palaquium gutta
(Hook.f.) Baill.
Famili : Sapotaceae
Nama Daerah : Perca, getah perca
Status Tanaman :
Merupakan tanaman hutan, masyarakat menanam untuk diambil getahnya. Belum
dikembangkan secara optimal, keberadaanya di daerah Jawa, hanya dapat ditemukan
di hutan lindung atau lahan masyarakat.
Deskripsi Tanaman :
Pohon getah perca berukuran sedang dengan tinggi sampai + 30 m dan diameter + 50
cm. Batangnya silindris sampai agak meruncing, berbanir kecil. Kulit batang retak
sampai beralur dangkal, berwarna coklat tidak mengelupas. Pepagan berwarna
kuning sampai merah muda, mengeluarkan getah putih. Daunnya tunggal, terkumpul
di ujung ranting, berbentuk bundar telur terbalik sampai bundar agak jorong,
permukaan bawah berwarna coklat kemerahan. Bunga mengelompok pada ketiak
daun.
Perbanyakan Tanaman :
Umumnya diperbanyak melalui cara generatif, benih dikecambahkan, setelah bibit
mempunyai tinggi 20 dan diameter leher 0,5 cm, maka bibit siap tanam.
70
Pinang Areca catechu Linn.
Famili : Palmae
Nama Daerah : Pinang (Sumatera), jambe (Sunda)
Status Tanaman :
Tanaman asli di Indonesia, sudah banyak dibudidayakan, mudah ditemukan hampir di
seluruh Nusantara. Karena sebagai bahan baku untuk makan sirih.
Perbanyakan Tanaman :
Pohon pinang diperbanyak melalui biji, biji/benih dikeluarkan dari kulit buah.
Benih sebelum dikecambahkan terlebih dahulu harus diberi perlakuan yaitu dengan cara
dikikir, setelah itu direndam dalam air selama 24 jam. Benih kemudian
dikecambahkan pada media pasir halus dengan cara dibenamkan dengan posisi titik
tumbuh berada di bagian bawah dan 3/4 bagian benih berada di dalam media. Waktu
yang dibutuhkan selama perkecambahan cukup lama yaitu antara 1,5 - 4 bulan.
71
Pinus Pinus merkusii
Jungh et de Vries
Famili : Pinaceae
Nama Daerah : Sala (Aceh), tusam (Batak), uym (Gayo), sigi (Kerinci), susugi
(Minangkabau)
Status Tanaman :
Tanaman yang sudah lama dbudidayakan, cukup dikenal masyarakat, tegakannya
cukup mudah ditemukan.
Deskripsi Tanaman :
Tanaman berupa pohon dengan tinggi berkisar 20 - 60 m dan diameter dapat mencapai
100 cm, tidak berbanir. Kulit luar kasar berwarna coklat kelabu tidak mengelupas
beralur lebar dan dalam.
Perbanyakan Tanaman :
Umumnya pinus diperbanyak dengan menggunakan biji. Biji sebelum disemaikan
terlebih dahulu direndam dalam air panas tang dibiarkan dingin selama 24 jam, setelah
itu benih ditabur pada media campuran pasir tanah 1 : 1. Benih mulai berkecambah
pada hari ke-14.
72
Puspa Schima wallichii Korth.
Famili : Theaceae
Nama Daerah : Puspa
Status Tanaman :
Tanaman puspa merupakan tanaman hutan yang banyak tumbuh di lahan masyarakat
secara liar. Keberadaan tanaman puspa masih mudah untuk ditemukan, namun belum
dikembangkan secara optimal.
Deskripsi Tanaman :
Pohon puspa dapat mencapai tinggi sampai + 50 m dengan diameter 130 cm dan tidak
berbanir. Batangnya tegak lurus, kulit luarnya coklat atau hitam ke abu-abuan, kasar,
beralur dalam atau pecah menjadi kepingan yang tidak beraturan. Tajuknya bulat
sampai lonjong, lebat, hijau tua, mengkilat dengan daun muda yang berwama merah
jambu, daunnya daun tunggal berbentuk jorong, tebal. Bunganya putih, terdapat pada
ketiak daun dan berkelompok pada ujung ranting, indah sekali.
Perbanyakan Tanaman :
Tanaman dapat diperbanyak dengan biji. Daya kecambah termasuk rendah, karena
banyak benih yang tidak bernas, sehingga umumnya masyarakat memperbanyak
tanamm ini menggunakan stump atau trubusan.
73
Rasamala Altingia exelsa N.
Famili : Hamamelidaceae
Nama Daerah : Rasamala, mala, ulasan, mandung.
Status Tanaman :
Merupakan tanaman hutan, salah satu jenis andalan Jawa Barat. Dapat ditemukan di
hutan alam, hutan tanaman dan tanaman pelindung jalan, sudah dibudidayakan.
Perbanyakan Tanaman :
Perbanyakan bisa dilakukan dengan biji atau anakan yang diambil dari lantai hutan. Benih disemaikan pada media
campuran antara pasir tanah (1:1), benih mulai berkecambah pada hari ke-10, kecambah siap sapih setelah semai
kuat. Pertumbuhan awal tanaman rasamala termasuk lambat, namun setelah itu pertumbuhannya akan pesat.
Manfaat dan Kegunaan :
1. Kayu rasamala sangat dikenal oleh masyarakat Jawa Barat, banyak digunakan untuk kayu bangunan dan
konstruksi.
2. Selain manfaat kayunya, pohon rasamala dapat dijadikan tanaman pelindung jalan, karena tajuknya yang selalu
hijau dan rimbun.
3. Daun yang masih muda (pucuk) dapat dimakan.
74
Rengas Gluta renghas L.
Sinonim : Glutacurtisii
Famili : Anacardiacea
Nama Daerah : Rengas
Status Tanaman :
Jenis ini sudah cukup dikenal namun belum banyak dibudidayakan.
Deskripsi Tanaman :
Ukuran tanaman sedang hingga besar, dapat mencapai tinggi 45 - 50 m, bentuk batang silindris, diameter 90 - 125
cm, umumnya berbanir hingga 4 m. Kulit batang beralur, berwarna oranye-merah atau merah coklat. Daun spiral,
bunga majemuk berumah dua.
Perbanyakan Tanaman :
Umumnya menggunakan biji baik melalui persemaian atau ditanam langsung di lapangan, namun dapat pula
menggunakan stump. Persemaian langsung di lapangan (direct sowing) cukup baik dilakukan di bawah tegakan jati.
75
Rotan Calamus sp.
Famili : Palmae
Nama Daerah : Rotan sega (umum dalam perdagangan)
Status Tanaman :
Merupakan tanaman asli Indonesia, tumbuh di seluruh wilayah Nusantara, termasuk di
Jawa Barat dan Banten. Umumnya tumbuh pada hutan sekunder.
Deskripsi Tanaman :
Rotan merupakan tanaman menjalar, merumpun, panjangnya hingga 100 m. Batang
tanpa pelepah, daun berdiameter 7-12 mm, dengan pelepah menjadi sekitar 20 mm,
jarak antar ruas sampai 50 cm atau lebih. Daun berwarna hijau suram, berduri segitiga.
Perbanyakan Tanaman :
Perbanyakan tanaman rotan dapat dilakukan melalui tunas akar, namun yang paling
umum adalah menggunakan biji. Biji/benih ditabur langsung pada media campuran
tanah dan pasir (1:1). Penaburan dilakukan dengan meletakkan tunas embrio
menghadap keatas. Biji berkecambah dalam waktu 3 sampai 15 minggu. Biasanya
biji ditanam dalam bedengan yang dinaungi dan kemudian dipindahkan dalam
polybag. Bibit siap tanam setelah 9- 12 bulan di persemaian, waktu penanaman
membutuhkan penopang pohon.
76
Saninten Castanopsis javanica
(Bl.) A. DC.
Famili : Fagaceae
Nama Daerah : Saninten, ki hiur(Sunda)
Status Tanaman :
Termasuk salah satu jenis andalan Jawa Barat, dapat ditemukan pada hutan primer di
Jawa Barat. Belum banyak dibudidayakan namun potensial untuk dikembangkan.
Deskripsi Tanaman :
Pohon saninten dapat mencapai tinggi 40 m dan diameter 100 cm, berbanir.
Batangnya umumnya lurus, dengan kulit luar beralur dangkal. Pepagannya tebal,
berserat dan berwarna kuning muda sampai coklat. Tajuk melebar, berwama coklat
keemasan. Daunnya bulat panjang agak jorong, permukaan atas berwarna hijau abu-
abu pucat dan permukaan bawah coklat keemasan. Bunga berbentuk bulir, berwarna
coklat keemasan dan berbulu.
Perbanyakan Tanaman :
Perbanyakan dapat dilakukan melalui biji. Biji disemaikan pada media campuran pasir
tanah (1:1).
77
Sarikaya Annona squamosa
Linn.
Famili : Annonaceae
Nama Daerah : Sarikaya (Sunda), srikaya, sarikaya (Jawa), delima bintang
(Aceh), atisu walanda (Minahasa), atis (Ternate).
Status Tanaman :
Tanaman sarikaya umumnya ditanam pada halaman rumah sebagai tanaman hias
ataupun buah-buahan. Sudah mulai langka ditemukan.
Deskripsi Tanaman :
Tumbuhan sarikaya berbentuk perdu dengan tinggi antara 3 - 6 m, daun berbentuk
lonjong sampai jorong, dengan-ujung tumpul dan pangkal runcing. Panjang daun 6-
17 cm dan lebar 2,5 - 7,5 cm, berwarna hijau keputih-putihan. Bunga sarikaya
merupakan bunga tunggal, berbentuk lonceng dengan kelopak segitiga dan kecil.
Mahkota bunga berdaging tebal dengan panjang 2 - 2,5 cm dan berwarna putih
kekuningan.
Perbanyakan Tanaman :
Tanaman sarikaya dapat diperbanyak melalui generatif (biji) maupun vegetatif (okulasi). Untuk memperoleh mata
okulasi yang baik, sayatlah kayu yang cukup tua dan tidak bergagang. Batang bawah yang digunakan adalah dari
jenis yang sama.
78
Sawo Duren Chrysopyllum cainito
LINN
Famili : Sapotaceae
Nama Daerah : Sawo duren (Indonesia), sawo ijo (Jawa), sawo kadu, sawo sijem,
sawo
hejo, sampole (Sunda).
Status Tanaman :
Sudah banyak dibudidayakan, dan mudah ditemui di kota-kota besar maupun kecil.
Umumnya digunakan sebagai tanaman peneduh, pelindung serta tanaman hias di taman
kota. Salah satunya adalah di daerah Cihaur, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka.
79
Sawo Kecik Manilkara kauki
(L) Dubard
Status Tanaman :
Tanaman sawo kecik sejak dulu sudah dibudidayakan masyarakat terutama ditanam di
pekarangan rumah sebagai pohon buah-buahan juga berfungsi sebagai pohon peneduh.
Tanaman ini sudah mulai langka, karena semakin jarang orang menanamnya sehingga agak
sulit untuk memperolehnya.
Ekologi dan Tempat Tumbuh :
Pohon sawo kecik pada umumnya dijumpai pada daerah-daerah di dekat pantai yang kondisi tanahnya berpasir, daerah-daerah
berbatu karang dan di hutan musim sampai pada ketinggian 300 m dpl. Daerah-daerah yang memiliki curah hujan tahunan
berkisar antara 1.000 mm - 1.400 mm atau daerah-daerah yang bertipe iklim E (klasifikasi Schmidt dan Ferguson) merupakan
tempat tumbuh yang cocok bagi pertumbuhan sawo kecik.
Deskripsi Tanaman :
Pohon sawo kecik tingginya dapat mencapai 30 m, mempunyai batang yang tebal dengan diameter lebih dari 100 cm. Batangnya
berbanir tebal, tinggi banir sampai 1,5 m dan berwarna coklat abu-abu sampai coklat tua dengan kulit batang retak-retak dan
beralur. Daun berbentuk bulat telur terbalik, berukuran 4 - 15 cm x 3 - 8 cm, permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua dan
licin sedangkan warna bagian bawah kelabu kecoklatan, berbulu halus seperti beludru. Bunga tumbuh di ketiak daun, l - 3 bunga
berkumpul, berwarna putih kekuningan.
Pembungaan dan Pembuahan :
Pembungaan dan pembuahan terjadi setiap tahun. Masa berbunga dan berbuah berlangsung hampir sepanjang tahun dan
bervariasi menurut tempat. Di Bali, pembungaannya terjadi pada bulan Desember - Februari dan pembuahannya pada Bulan
Maret - Juni, dan puncaknya pada bulan April. Pembuahan di Cirebon dan sekitarnya terjadi pada bulan September - Oktober, di
Banten pada bulan Nopember, dan di Banda Aceh pada bulan Mei. Buah masak berwarna merah kecoklatan.
Buah dan Benih :
Buah sawo kecik berbentuk bulat telur atau elips dengan panjang sekitar 2 - 3 cm. Pada buah muda berwarna hijau dan semakin
tua Warnanya berangsur-angsur menjadi kuning sampai coklat merah kehitaman. Dalam satu buah sawo kecik terdapat 1 - 6
benih (umumnya 2 - 3), mengkilap dan berukuran sekitar 2 cm x 1 cm x 0,75 cm. Benih bersifat semi ortodoks. Penyimpanan
dilakukan setelah benih kering (kadar air 11 - 13 %) dengan cara disimpan dalam wadah kedap udara dan ditempatkan dalam
ruangan bersuhu rendah (5 - 8oC) dan kelembaban relatif 40 - 50 %. balam kondisi demikian benih dapat disimpan selama 6 -
12 bulan. Untuk mematahkan dormansi benih, benih sawo kecik direndam dalam air selama 3 x 24 jam sebelum dikecambahkan.
Perbanyakan Tanaman :
Umumnya tanaman sawo kecik diperbanyak melalui biji (generatif). Namun daya kecambah benih ini masih rendah, sehingga
hal ini merupakan salah satu faktor penghambat dalam pengembangan jenis sawo kecik. Selain itu tanaman ini tergolong
tanaman yang lambat pertumbuhannya.
Manfaat dan Kegunaan :
1. Kayu sawo kecik sangat baik digunakan untuk bahan baku patung, banyak dipakai oleh pengrajin di Bali. Selain itu dapat
dijadikan barang perhiasan serta kayu meubel yang indah. Kayu sawo kecik sangat tahan lama sehingga mampu digunakan
untuk kayu yang terendam dalam tanah dan lumpur banyak digunakan oleh masyarakat Ujung Pandang dan Bima.
2. Buahnya dapat dimakan karena rasanya manis, bunganya dapat dijadikan obat.
3. Tanaman mi mempunyai sistem perakaran yang kuat, maka pohon ini sangat baik sebagai pohon pengaman sepanjang pantai
(shelter belt) untuk mencegah erosi dan abrasi.
4. Tajuk tanaman sawo kecik sangat rimbun sehingga sangat cocok dijadikan tanaman peneduh di halaman.
80
Suren Toona sinensis Roem
Status Tanaman :
Merupakan jenis yang banyak ditanam di hutan rakyat, kayu cukup disukai
masyarakat. Pembudidayaannya sudah cukup berkembang, masih mudah untuk
ditemukan.
Deskripsi Tanaman :
Pohon suren berbatang besar dan berbanir pada bagian bawahnya. Tinggi pohon dapat mencapai 40 m dan diameter
sampai 200 cm. Kulit batangnya beralur dangkal, berwarna abu-abu tua sampai abu-abu kecoklatan, berbau seperti
kayu cendana. Tajuknya lebar, lebat namun tidak simetris, perakarannya bercabang namun dangkal.
Perbanyakan Tanaman :
Suren umumnya diperbanyak melalui biji (generatif), biji atau benih ditabur pada media campuran tanah dan pasir
(l: l), setelah benih ditabur harus ditutupi media lagi agar benih tidak terbang. Semai disapih ke dalam kantong
plastik dan siap ditanam di lapangan pada umur 3 bulan. Tanaman suren tergolong tanaman cepat tumbuh.
81
Tanjung Mimusops elengi L.
Famili : Sapotaceae
NamaDaerah : Tanjung, sawo mamik
Status Tanaman :
Sudah banyak dibudidayakan terutama untuk tanaman pelindung, tanaman peneduh atau
tanaman pinggir jalan di perkotaan. Masih mudah untuk ditemukan.
Deskripsi Tanaman :
Tinggi tanaman sampai 25 m, panjang batang bebas cabang 8 - 17 m dengan diameter
sampai 100 cm, berbanir sampai 2 m. Kulit luar berwama kelabu, coklat atau merah
tua sampai hitam, beralur dangkal dan mengelupas.
Perbanyakan Tanaman :
Umumnya tanaman tanjung diperbanyak melalui biji (generatif). Sebelum
disemaikan benih tanjung terlebih dahulu direndam dalam air dingin selama 24 jam.
Benih tanjung ditabur pada media campuran pasir tanah (1 : 1), setelah ditabur dilapisi
lagi dengan pasir di atasnya.
82