Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia banyak dijumpai penyakit polio terlebih pada anak-anak hal ini

disebabkan oleh asupan gizi yang kurang. Disamping asupan gizi juga dapat

dipengaruhi oleh faktor keturunan dari orang tua, apalagi dengan kondisi di negeri ini

yang masih banyak dijumpai keluarga kurang mampu sehingga kebutuhan gizi anaknya

kurang mendapat perhatian.

Peran serta pemerintah disini sangat diharapkan untuk membantu dalam

menangi masalah gizi buruk yang masih banyak ditemui khususnya di daerah terpencil

atau yang jauh dari fasilitas pemerintah, sehingga sulit terjangkau oleh masyarakat

pinggiran. Kalau hal ini tidak mendapat perhatian, maka akan lebih banyak lagi anak-

anak Indonesia yang menderita penyakit polio.

B. Rumusan Masalah

Apa saja yang terdapat dalam konsep penyakit poliomielitis?

Bagaimana ASKEP Poliomielitis?

C. Tujuan

Untuk mengetahui Konsep Dasar Penyakit Poliomielitis.

Untuk mengetahui ASKEP Poliomielitis.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan

predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik

batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi

kelumpuhan serta autropi otot.

Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang

disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan

poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini

dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan

melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).

B. Gambaran Klinis

Poliomielitis terbagi menjdi empat bagian yaitu :

1. Poliomielitis Asimptomatis: Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala

karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.

2. Poliomielitis Abotif: Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa

hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri

kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.

3. Poliomielitis Non Paralitik: Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis

abortif, hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2

hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam

atau masuk ke dalam fase ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan
2
hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan

kolumna posterior.

4. Poliomielitis Paralitik: Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai

kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut

pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-

bentuk gejalanya antara lain:

a. Bentuk spinal: Gejala kelemahan/paralysis atau paresis otot leher, abdomen,

tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.

b. Bentuk bulbar: Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau

tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.

c. Bentuk bulbospinal: Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan

bentuk bulbar.

d. Kadang ensepalitik: Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun,

tremor dan kadang kejang.

C. Etiologi

Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu:

1. Brunhilde

2. Lansing

3. Leon; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan

pengeringan/oksidan. Masa inkubasi: 7-10-35 hari Klasifikasi virus .

Golongan : Golongan IV ((+)ssRNA) .

Familia : Picornaviridae

3
Genus : Enterovirus .

Spesies : Poliovirus

D. Penularan

Cara penularannya dapat melalui :

1. Inhalasi

2. Makanan dan minuman

3. Bermacam serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain.

4. Penularan melalui oral berkembambang biak diusus verimia virus + DC

faecese beberapa minggu.

E. Pencegahan

Cara pencegahan dapat dilalui melalui:

1.Imunisasi

2.Jangan masuk daerah endemis

3. Jangan melakukan tindakan endemis

F. Patifisiologi

Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak

semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali

dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala.

Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :

1. Medulaspinalis terutama kornu anterior.

4
2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio

retikularis yang mengandung pusat vital.

3. Sereblum terutama inti-intivirmis.

4. Otak tengah midbrain terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-

kadang nucleusrubra.

5. Talamus dan hipotalamus.

6. Palidum.

7. Korteks serebri, hanya daerah motorik.

G. Komplikasi

1. Hiperkalsuria

2. Melena

3. Pelebaran lambung akut

4. Hipertensi ringan

5. Pneumonia

6. Ulkus dekubitus dan emboli paru

7. Psikosis

H. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Lab :

a. Pemeriksaan darah

b. Cairan serebrospinal

c. Isolasi virus volio

2. Pemeriksaan radiology

5
I. Penatalaksanaan Medis

1. Poliomielitis aboratif

a. Diberikan analgetik dan sedative

b. Diet adekuat

c. Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah aktifitas

yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neurskeletal secara

teliti.

2. Poliomielitis non paralitik

a. Sama seperti aborif

b. Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres

hangat selama 15 30 menit,setiap 2 4 jam.

3. Poliomielitis paralitik

a. Perawatandirumahsakit

b. Istirahat total

c. Selama fase akut kebersihan mulut dijaga .

d. Fisioterafi

e. Akupuntur

f. Interferon

4. Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomielitis abortif diatasi dengan

istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai lagi.

Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2

minggu perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis

pernapasan.

Fase akut :

a. Analgetik untuk rasa nyeri pada otot.

6
b. Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papan

penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai

terhadap tungkai.

c. Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan terganggu

sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala

anak harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.

Sesudah fase akut, Kontraktur atropi dan attoni otot dikurangi dengan

fisioterafy. Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari demam hilang.

7
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan

Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas

2. Pemeriksaan Fisik

a. Nyeri kepala

b. Paralisis

c. Refleks tendon berkurang

d. Kaku kuduk

e. Brudzinky

B. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.

2. Hipertermi b/d proses infeksi.

3. Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas paralysis otot.

4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf.

5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis.

6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.

C. Intervensi

Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.

8
Intervensi:

1. Kaji pola makan anak.

2. Berikan makanan secara adekuat.

3. Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.

4. Timbang berat badan.

5. Berikan makanan kesukaan anak.

6. Berikan makanan tapi sering.

Rasional:

1. Mengetahui intake dan output anak.

2. Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang.

3. Mencukupi kebutuhan nutrisi dengan seimbang.

4. Mengetahui perkembangan anak.

5. Menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak.

6. Mempermudah proses pencernaan.

Hipertermi b/d proses infeksi.

Intervensi:

1. Pantau suhu tubuh.

2. Jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat mandi/kompres.

9
3. Hindari mengigil.

4. Kompres mandi hangat durasi 20-30 menit.

Rasional:

1. Untuk mencegah kedinginan tubuh yang berlebih.

2. Dapat menyebabkan efek neurotoksi.

3. Mengurangi penguapan tubuh.

4. Dapat membantu mengurangi demam.

Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis otot.

Intervensi:

1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman.

2. Auskultasi bunyi nafas.

3. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi

fowler.

4. Berikan tambahan oksigen.

Rasional:

1. Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi dapat mencegah komplikasi.

2. Mengetahui adanya bunyi tambahan.

10
3. Merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru.

4. Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru.

Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf.

Intervensi:

1. Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri.

2. Libatkan orang tua dalam memilih strategi.

3. Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non farmakologis khusus sebelum

nyeri.

4. Minta orang tua membantu anak dengan menggunakan srtategi selama nyeri.

5. Berikan analgesic sesuai indikasi.

Rasional:

1. Teknik-teknik seperti relaksasi, pernafasan berirama, dan distraksi dapat

membuat nyeri dan dapat lebih di toleransi.

2. Karena orang tua adalah yang lebih mengetahui anak.

3. Pendekatan ini tampak paling efektif pada nyeri ringan.

4. Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada

tindakan yang diperlukan.

5. Mengurangi nyeri.

Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis.

Intervensi:

1. Tentukan aktivitas atau keadaan fisik anak.

2. Catat dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada).

11
3. Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti

pemasukan makanan yang tidak adekuat.

4. Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman.

Rasional:

1. Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana perawatan bagi

program rehabilitasi.

2. Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak.

3. Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah untuk

mempertahankan atau meningkatkan mobilitas.

4. Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan anak untuk

berjalan.

Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.

Intervensi:

1. Kaji tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat ansietas

(mis.renda, sedang, parah).

2. Nyatakan retalita dan situasi seperti apa yang dilihat keluarga tanpa

menayakan apa yang dipercaya.

3. Sediakan informasi yang akurat sesuai kebutuhan jika diminta oleh keluarga.

4. Hindari harapan harapan kosong mis ; pertanyaan seperti semua akan

berjalan lancar.

Rasional:

1. Respon keluarga bervariasi tergantung pada pola kultural yang dipelajari.

2. Pasien mungkin perlu menolak realita sampai siap menghadapinya.

12
3. Informasi yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah yang

dapat dibatasi setelah periode yang diperpanjang.

4. Harapanharapan palsu akan diintervesikan sebagai kurangnya pemahaman

atau kejujuran.

13
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang

disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan

poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini

dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan

melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).

Secara gambaran klinis Poliomielitis terbagi menjdi empat bagian yaitu

Poliomielitis Asimtomatis, Poliomielitis Abortif, Poliomielitis Non Paralitik dan

Poliomielitis Paralitik.

Etiologi poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu:

Brunhilde

Lansing

Leon; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan

pengeringan/oksidan. Masa inkubasi: 7-10-35 hari Klasifikasi virus

Cara penularannya dapat melalui Inhalasi, Makanan dan minuman,

Bermacam serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain serta penularan melalui oral

berkembambang biak diususverimia virus + DC faecese beberapa minggu.

Cara pencegahan dapat dilalui melalui Imunisasi, Jangan masuk daerah

endemis dan Jangan melakukan tindakan endemis

Komplikasi : Hiperkalsuria, Melena, Pelebaran lambung akut, Hipertensi

ringan, Pneumonia, Ulkus dekubitus dan emboli paru serta Psikosis.


14
Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Lab : Pemeriksaan darah, Cairan serebrospinal dan

Isolasi virus volio

2. Pemeriksaan radiology

Penatalaksanaan Medis:

1. Poliomielitis aboratif : Diberikan analgetik dan sedative, Diet adekuat

dan Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya

dicegah aktifitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa

neurskeletal secara teliti.

2. Poliomielitis non paralitik : Sama seperti aborif, Selain diberi

analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres hangat

selama 15 30 menit,setiap 2 4 jam.

3. Poliomielitis paralitik : Perawatan dirumah sakit, Istirahat total dan

Selama fase akut kebersihan mulut dijaga, Fisioterafi, Akupuntur dan

Interferon.

4. Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomielitis abortif

diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan

aktifitas dapat dimulai lagi. Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi

dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu pemgawasan

yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan.

15
Penyimpangan tumbuh kembang anak harus dideteksi sejak dini, terutama

sebelum anak berumur 3 tahun, agar dapat segera di intervensi. Apabilah deteksi

terlambat, yang menyebabkan penanganan terlambat sehingga penyimpangan akan

sulit untuk diperbaiki.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini kami harap makalah ini dapat bermanfaat

dalam penambahan wawasan pengetahuan.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://ners-blog.blogspot.com/2011/04/askep-poliomilitis.html

http://golfchannels.net/golf-channel/blog-kuliahan-askep-poliomilitis

http://linrin.blogspot.com/2009/05/askep-poliomilitis.html

17

Anda mungkin juga menyukai