Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ginjal adalah organ vital yang berperan sangat penting dalam

mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur

keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan asam basa dengan cara filtrasi darah,

reabsorbsi selektif air, elektrolit dan nonelektrolit, serta mengeksresikan

kelebihannya sebagai urine. Ginjal juga mengeluarkan produk sisa metabolisme

(urea, kreatinin, asam urat) dan zat kimia asing. Akhirnya selain fungsi regulasi

dan eksresi, ginjal juga mengeksresi renin (penting untuk mengatur tekanan

darah), pembentuk aktif D3 (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoetin

(Price & Wilson 2015).

Menurut M. Sjaifullah Noer (1994 dalam Riyadi, 2011) Sindrom nefrotik

adalah suatu keadaan klinis yang ditandai oleh proteinuria, hipoalbuminemia,

hiperkolesterolemia dan sembab. Kadang-kadang disertai hematuria, hipertensi

dan menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus (GFR). Sari dan Marlinah (2014)

mengungkapkan penderita sindrom nefrotik memang lebih sering ditemukan

pada anak dibandingkan dewasa, Pernyataan serupa diungkapkan oleh Nilawati

yang menyatakan bahwa angka kejadian sindrom nefrotik pada anak 15 kali lebih

banyak dibandingkan dewasa, insidennya 2-3/100.000 anak per tahun.

Angka kejadian Sindrom nefrotik di Amerika dan Inggris berkisar antara

2-7 per 1.000 anak berusia dibawah 18 tahun per tahun. Dengan perbandingan

1
anak laki-laki dan perempuan 2 : 1 ( Pramana dkk, 2013). Insiden sindrom

nefrotik pada anak di Indonesia sekitar 6 kasus per 100.000 anak < 14 tahun

dimana anak laki-laki lebih sering terjangkit dibandingkan anak perempuan

dengan perbandingan 2 : 1. Anak dengan Sindrom nefrotik Kelainan Minimal

(SNKM) biasanya berumur 1 sampai < 10 tahun, sekitar 90 % kasus berumur <

7 tahun dengan usia rerata 2-5 tahun (Handayani, dkk, 2007 dalam Sari &

Marlinah 2014).

Bagian Ilmu Kesahatan Anak RSUP Sanglah, Denpasar mencatat selama

priode 6 tahun (2001-2007) terdapat 68 anak dengan sindrom nefrotik. Usia

berkisar dari 6 bulan sampai dengan 11 tahun (rerata 5,1), laki-laki 50 (73,5 %)

perempuan 18 (26,5 %) dengan rasio 2,7 : 1 (Sari pediatric 2012 dalam

Nilawati). Penelitian selama 10 tahun di RSUP Kariadi Semarang (1986-1995)

terdapat 129 kasus (22,4 %) sindrom nefrotik primer sebagai penderita baru dari

580 anak dengan penyakit ginjal dari 11.565 anak yang dirawat selama priode

tersebut dengan distribusi jenis kelamin 74.4 % laki-laki dan 25,6 % perempuan.

Prevalensi penderita sindrom nefrotik di Rumah Sakit Bhayangkara

Provinsi Sulawesi Tenggara dari tahun 2013 didapatkan 4 orang pasien yang

menderita sindrom nefrotik, untuk tahun 2014 didapatkan 3 orang pasien

sindrom nefrotik dan untuk tahun 2015 didapatkan 3 orang pasien yang

menderita sindrom nefrotik dengan umur yang bervariasi dari umur 20-30 tahun

(Profil Rumah Sakit Bhayangkara, 2015).

2
Faktor resiko sindrom nefrotik yakni Berat Badan Lahir Rendah cukup

bulan, usia awitan kurang atau sama dengan 6 tahun dan jenis kelamin laki-laki :

perempuan = 2 : 1. Pasien sindrom nefrotik perlu dirawat di Rumah Sakit karena

memerlukan pengawasan dan pengobatan yang khusus. Masalah pasien yang

perlu diperhatikan ialah edema yang berat (anasarka), diet, resiko terjadi

komplikasi, pengawasan mengenai pengobatan / gangguan rasa aman dan

nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit pasien

(Ngastiah, 2005), karena itu peran perawat sebagai bagian integral dari

pelayanan kesehatan sangat diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan

pada pasien dengan sindrom nefrotik baik secara mandiri maupun kolaboratif

untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi oleh pasien.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat dan

membahas Laporan Kasus dengan judul Asuhan Keperawatan Medikal Bedah

Sindrom nefrotik Pada Tn. F di Ruang Mawar RS Bhayangkara Kendari

Tahun 2016.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan dari studi kasus ini adalah agar mahasiswa memahami dan

mampu memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan

system urinaria akibat sindrom nefrotik.

3
2. Tujuan Khusus

2.1 Mampu melakukan pengkajian (pengumpulan data dan analisa data)

pada Tn. F dengan Sindrom nefrotik.

2.2 Mampu menegakkan diagnose keperawatan sesuai prioritas pada Tn. F

dengan sindrom nefrotik.

2.3 Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn. F dengan

sindrom nefrotik.

2.4 Mampu melaksanakan implementasi asuhan keperawatan pada Tn. F

dengan sindrom nefrotik.

2.5 Mampu melaksanakan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada Tn. F

dengan sindrom nefrotik.

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa /penulis

Manfaat bagi penulis adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan dalam Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Avicenna.

2. Bagi Institusi Pendidikan.

Bagi pendidikan dimaksudkan memberikan kontribusi laporan kasus bagi

pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan masalah dalam

bidang/profesi keperawatan.

4
3. Bagi Profesi Keperawatan

Dapat dijadikan sebagai dasar mengembangkan ilmu pengetahuan terutam

dalam memberikan informasi mengenai pemenuhan asuhan keperawatan

pada pasien dengan sindrom nefrotik.

4. Bagi Rumah Sakit

Khususnya bagi perawat ruang Mawar, sebagai masukan untuk lebih

memperhatikan keluhan yang dirasakan serta hal-hal yang berhubungan

dengan pasien sindrom nefrotik.

5. Bagi Klien / Masyarakat

Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam mengontrol

masalah yang dialami dan masyarakat mempunyai wawasan tentang sindrom

nefrotik sehingga dapat melakukan pencegahan terhadap penyakit.

Anda mungkin juga menyukai