Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak (sangat
vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah menyaring/membersihkan darah. Aliran
darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi
cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini diproses
dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari.
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik tubuh
atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk
dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi
endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam-basa. Gagal ginjal merupakan penyakit
sistematik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan
ginjal. Setiap tahun 50.000 orang Amerika meninggal akibat gagal ginjal menetap.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis dari gagal ginjal akut & gagal ginjal kronis?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal akut & gagal ginjal kronik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis dari gagal ginjal akut & gagal ginjal kronis.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal akut & gagal ginjal kronik.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Gagal ginjal akut (Acute Renal Failure, ARF) merupakan suatu syndrome klinis yang
ditandai dengan fungsi ginjal yang menurun secara cepat (biasanya dalam beberapa hari) yang
menyebabkan azotemia yang berkembang cepat. Laju filtrasi glomerulus yang menurun dengan
cepat menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat sebanyak 0,5 mg/dl/hari dan kadar
nitrogen urea darah sebanyak 10 mg/dl/hari dalam beberapa hari.
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal
yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi
glomerular kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2001) Gagal ginjal kronis merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia.
(Smeltzer & Bare, 2001)
2. Etiologi
a) Etiologi Gagal Ginjal Akut
a. Fase Prarenal (Penurunan Perfusi Ginjal) :
a. Depresi Volume Cairan Ekstrasel (ECF)
o Perdarahan : Operasi besar ; Trauma pasca partus
o Diuresis berlebihan
o Kehilangan cairan dari gastrointestinal yang berat ; muntah diare
o Kehilangan cairan dari ruang ketiga : luka bakar; peritonitis, pankreatitis
b. Penurunan Volume Sirkulasi Arteri Yang Efektif
o Penurunan curah jantung : infark miokardium; disritmia, gagal jantung kongestif dan emboli
paru.
o Vasodilatasi perifer anafilaksis : sepsis; obat anestesi, antihipertensi.
o Hipoalbuminemia : sindrom nefrotik, gagal hati (sirosis)
c. Perubahan Hemodinamik Ginjal Primer
o Penghambat sintesis prostaglandin : aspirin dan obat NSAID lain.
o Vasodilatasi arteriol efferent : penghambat enzim angiontensin misalnya kaptopril.
o Obat vasokontriktor, misal : obat alfa adrenergic (misal norepinefrin).
o Sindrom hepatorenal
d. Obtruksi Vaskuler Ginjal Bilateral
o Stenosis arteri ginjal, emboli.
o Trombosis vena renalis bilateral
2). Fase Pascarenal (Obstruksi Saluran Kemih)
o Obstruksi Uretra : katup uretra
o Obstruksi Aliran Keluar Kandung Kemih : Hipertrofi Prostat, karsinoma.
3). Fase Intrarenal
a. Nekrosis tubular akut
o Pasca iskemik. Syok, bedah jantung terbuka, bedah aorta
o Nefrotoksin eksogen misalnya antibiotik : aminoglikosida, amfoterisin.
o Nefrotoksin endogen : pigmen intratubular : hemoglobin; mioglobin
b. Penyakit vaskular atau glomerulus ginjal primer
o Glomerulonefritis progresif cepat atau pascastreptococcus akut.
o Hipertensi maligna.
o Serangan akut pada gagal kronis yang terkait-pembatasan garam atau air
c. .Nefritis tubulus intertisial akut
o Alergi : beta-laktam (penisilin, sefalosporin), sulfonamit.
o Infeksi (misalnya pielonefritis akut).
b) Etiologi Gagal Ginjal Kronis
Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat dibagi
dalam 2 kelompok :
a. Penyakit parenkim ginjal
Penyakit ginjal primer : Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal polikistik, TBC
ginjal. Penyakit ginjal sekunder : Nefritis lupus, Nefropati, Amilordosis ginjal, Poliarteritis
nodasa, Sclerosis sistemik progresif, Gout, DM
b. Penyakit ginjal obstruktif
Pembesaran prostat, Batu saluran kemih, Refluks ureter, secara garis besar penyebab
gagal ginjal dapat dikategorikan Infeksi yang berulang dan nefron yang memburuk Obstruksi
saluran kemih Destruksi pembuluh darah akibat diabetes dan hipertensi yang lama dan trauma
langsung pada ginjal.
3. Patofisiologi
a. Patofisiologi Akut
Nekrosis tubular akut (ATN) biasanya digunakan baik untuk cedera ginjal iskemik
maupun nefrotoksik, sekalipun tidak mencerminkan sifat serta keparahan perubahan yang
terjadi di tubulus. Dua jenis lesi tubulus yang sering ditemukan pada ATN adalah : nekrosis
epitel tubulus yang meninggalkan membran basalis utuh, biasanya akibat menelan bahan kimia
nefrotoksik, dan nekrosis epitel tubulus dan membrane basalis yang sering disertai dengan
iskemia ginjal.
Gagal ginjal akut nefrotoksik melalui penyuntikan merkuri klorid, uranil nitrat, atau
komat, sedangkan kerusakan iskemik ditimbulkan dengan menyuntikan gliserol atau menjepit
arteri renalis.
Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan penurunan aliran darah ginjal dan GFR
baik pada percobaan dengan manusia maupun hewan yaitu :
o Obstruksi tubulus,
o Kebocoran cairan tubulus,
o Penurunan permeabilitas glomerulus,
o Disfungsi vasomotor,
o Umpan balik tubulus glomerulus.
ATN mengakibatkan deskuamasi sel tubulus nekrotik dan bahan protein lainnya, yang
kemudian membentuk silinder-silinder dan menyumbat lumen tubulus. Pembengkakan selular
akibat iskemia awal, juga ikut menyokong terjadinya obstruksi dan memperberat iskemia.
Tekanan intra tubulus meningkat, sehingga tekanan filtrasi glomerulus menurun. Obstruksi
tubulus dapat merupakan faktor penting pada ARF yang disebabkan oleh logam berat, etilen
glikol, atau iskemia yang berkepanjangan.
Meskipun sindrom ATN menyatakan adanya abnormalitas tubulus-tubulus ginjal, bukti-
bukti terakhir menyatakan bahwa dalam keadaan-keadaan tertentu sel-sel endotel kapiler
glomerulus dan/atau sel-sel membrane basalis mengalami perubahan yang mengakibatkan
menurunnya permeabilitas luas permukaan filtrasi. Hal ini mengakibatkan penurunan
ultrafiltrasi glomerulus.
Aliran darah ginjal total (RBF) dapat berkurang sampai 30% dari normal pada ARF
oliguria. Meskipun demikian terdapat perubahan yang bermakna pada distribusi aliran darah
intrarenal dari korteks ke medulla selama hipotensi akut dan memanjang. Pada ARF,
perbandingan antara distribusi korteks dan medulla ginjal menjadi terbalik sehingga terjadi
iskemia relatif pada korteks ginjal. Kontriksi arterial afferent merupakan dasar vaskular dari
penurunan nyata GFR. Iskemia ginjal akan mengaktivasi system rennin-angiotensin dan
memperberat iskemia korteks setelah hilangnya rangsangan awal.
b. Potofisiologi Kronis
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein tertimbun dalam darah, terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah
maka gejala akan semakin berat. Gangguan klirens renal banyak muncul pada gagal ginjal
sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan
klirens, penurunan laju filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya glommeruli). Klirens
kreatinin akan menurun.
Retensi cairan dan natrium ginjal juga tidak mampu mengencerkan urine secara normal;
respons ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari sudah
tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya
edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi
renin-angiontensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Episode muntah
dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk uremik.
4. Manifestasi Klinik
Beberapa manifestasi gagal ginjal akut yaitu :
o Perubahan haluaran urine
o Peningkatan BUN dan kadar keratinin
o Hiperkalemia
o Asidosis Metabolik
o Abnormalitas Ca++ dan PO4-
o Anemia
o Oliguria
Sedangkan manifestasi gagal ginjal kronik yaitu:
o Haluaran urine sedikit, Mengandung darah,
o Peningkatan BUN dan kreatinin,
o Anemia,
o Hiperkalemia
o Asidosis metabolic
o Udema
o Anoreksia, nause, vomitus
o Turgor kulit jelek,gatal-gatal pada kulit.
5. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada gagal ginjal akut yaitu:
o Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
o Dialisis ginjal.
o Sepsis / septisemia.
o Perdarahan gastrointestinal atas.
Adapun komplikasi pada gagal ginjal gronik yaitu:
o Hipertensi
o Hiperkalemia
o Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung
o Anemia
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan pada GGA meliputi:
a. Urine : Volume, Warna, Sedimen, Berat jenis, Kreatinin, Protein
b. Darah : BUN/kreatinin, Hitung darah lengkap, Sel darah merah, Natrium serum, Kalium,
Magnesium fosfat, Protein, Osmolaritas serum.
c. KUB Foto : Menunjukkan ukuran ginjal/ureter/kandung kemih dan adanya obstruksi.
d. Pielografi retrograd : Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
e. Arteriogram ginjal : Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstraskular, massa.
f. Sistouretrogram berkemih : Menunjukkan ukuran kandung kemih,refluks ureter,retensi.
g. Ultrasono ginjal : Menunjukkan ukuran kandung kemih, dan adanya massa, kista, obstruksi
pada saluran perkemihan bagian atas.
h. EKG : Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa,
aritmia, hipertrofi ventrikel dan tanda-tanda perikarditis.
Pemeriksaan pada GGK yaitu:
a. Pemeriksaan laboratorium
Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu
menetapkan etiologi.
b. Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa
pembesaran ginjal.
c. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan
gangguan elektrolit.
7. Penatalaksanaan
Pada gagal ginjal akut penatalaksanaannya yaitu:
a. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius,
seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia
; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas ; menghilangkan
kecendurungan perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
b. Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut ;
hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena
itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit
serum ( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak
gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium
dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat
[kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema.
c. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran
tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status
klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung, feses,
drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantia
cairan.

8. Pencegahan
a. Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali
tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian
yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan kesehatan.
Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis.
b. Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi insufisiensi
sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah medis
dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi,
kehamilan).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA
GAGAL GINJAL AKUT DAN GAGAL GINJAL KRONIS
A. Pengkajian
a. Aktifitas dan istirahat
o Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise
o Tanda : Kelemahan otot dan kehilangan tonus.
b. Sirkulasi.
o Tanda : Hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi
maligna,eklampsia, hipertensi akibat
kehamilan). Disritmia jantung.
Nadi lemah/halus hipotensi
ortostatik(hipovalemia).
Pucat, kecenderungan perdarahan.
c. Eliminasi
o Gejala : Perubahan pola berkemih, peningkatan
frekuensi,poliuria (kegagalan dini), atau
penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir)
Disuria, ragu-ragu, dorongan, dan retensi
(inflamasi/obstruksi, infeksi).
Abdomen kembung diare atau konstipasi
o Tanda : Perubahan warna urine contoh kuning
pekat,merah, coklat, berawan, Oliguri (biasanya 12-21 hari) poliuri (2-6 liter/hari).
d. Makanan/Cairan
o Gejala : Peningkatan berat badan (edema) penurunan
berat badan (dehidrasi). Mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati Penggunaan diuretik
o Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban.Edema
e. Neurosensori
o Gejala : Sakit kepala penglihatan kabur.Kram
otot/kejang, sindrom kaki Gelisah.
o Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan
lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan
tingkat kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan elektrolit/ asama basa. Kejang, faskikulasi
otot, aktifitas kejang.
f. Nyeri/Kenyamanan
o Gejala : Nyeri tubuh , sakit kepala
o Tanda : Perilaku berhati-hati/distrkasi, gelisah.
g. Pernapasan
o Gejala : Nafas pendek
o Tanda : Takipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi,
kusmaul, nafas amonia, batuk produktif dengan sputum kental merah muda( edema paru ).
h. Keamanan
o Gejala : Adanya reaksi transfusi
o Tanda : Demam, sepsis(dehidrasi), ptekie atau kulit
Ekimosis, pruritus, kulit kering.
i. Data Psikologi
Perlu dikaji konsep diri, apakah ada gangguan dan bagaimana persepsi klien
akan penyakitnya terhadap konsep dirinya
j. Data Social
Bagaiman hubungan klien dengan keluarga dan bagaimana peran klien di rumah dan di
rumah sakit.
k. Data Spiritual
Bagaimana persepsi klien terhadap penyakit dan hubungan dengan agama yang di anut
l. Pemeriksaan fisik
1) Secara umum :
o Meliputi keadaan klien
o Kesadaran klien
o Observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi
o TB dan BB untuk mengetahui keadaan nutrisi
2) Secara khusus:
Dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang meliputi dari chepalo ke
arah kaudal terhadap semua organ tubuh antara lain :
o Rambut
o Mata,telinga,
o Hidung, mulut
o Tenggorokan
o Leher
o Dada
o Abdomen
o Genetalia
o Musculoskeletal
o Integument
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada GGA
1. Peningkatan volume cairan tubuh berhubungan penurunan fungsi ginjal
2. Nutirsi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3. Aktifitas intoleranse berhubungan kelemahan.
4. Kecemasan berhubungan ketidaktahuan proses penyakit.
Diagnosa keperawatan pada GGK
1. Kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet
berlebihan dan retensi cairan dan natrium.
2. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual/muntah. Pembatasan diet dan perubahan membran mukosa
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan
prosedur dialisis.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan citra tubuh dab fungsi
seksual.
C. Rencana Intervensi
1. Peningkatan volume cairan tubuh berhubungan penurunan fungsi ginjal
Intervensi :
a. Kaji keadaan edema
Rasional : Edeme menunjukkan perpindahan cairan karena jaringan rapuh sehingga mudah distensi oleh
akumulasi caiaran walaupun minimal , sehingga berat badan dapat meningkat sampai 4,5 kg
b. Kontrol intake dan out put tiap 24 jam
Rasional : Untuk mengetahui fungsi ginjal, kebutuhan penggantia caiarn dan penurunan kelebihan resiko
cairan.
c. Timbang Berat badan dengan alat dan waktu yang sama
Rasional : Penimbangan Berat badan setiap hari membantu menentukan keseimbangan dan masukan
cauran yang tepat. Penimbangan BB lebih dari 0,5 kg / hari dapat menunjukkan perpindahan
kesimbangan cairan.
2. Nutirsi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Intervensi:
a. Observasi status nutrisi klien dan keefektifan diet.
Rasional : Membantu dalam mengidentufikasi defisiensi dan kebutuhan diet, kondisi fisik umum, gejala
uremik dan pembatasan diet mempengaruhi asupan makanan.
b. Berikan dorongan higiene oral yang baik sebelum dan setelah makan
Rasional : Higiene oral yang tepat mengurangi bau mulut dan rasa tidak enak akibat mikroorganisme,
membantu mencegah stomatitis.
c. Berikan makanan diet
Rasional : Lemak dan protein tidak digunakan sebagai sumber protein utama, sehingga tidak terjadi
penumpukan yang bersifat asam, serta diit rendah garam memungkinkan retensi air kedalam
intra vaskular
3. Aktifitas intoleransi berhubungan kelemahan
Intervensi :
a. Kaji kemampuan klien dalam beraktifitas
Rasional : Memberi panduan dalam penentuan pemberian bantuan dalampemenuhan ADL.
b. Kaji tingkat kelelahan
Rasional : Menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
c. Identifikasi faktor stres / psikologis yang dapat memperberat
Rasional : Mungkin mempunyai efek akumulatif (sepanjang faktor psikologis) yang dpat diturunkan
bila ada masalah dan takut untuk diketahui.
4. Kecemasan berhubungan ketidaktahuan proses penyakit.
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional : Menentukan derajat dan efek dari kecemasan
b. Berikan penjelasan yang akurat tentang penyakitnya
Rasional : Pasien dapat belajar tentang penyakitnya dan penaganan, dalam rangka memahami dan
menerima diagnosis dan konsekuensinya.
c. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara unutk memahami berbagai
perubahan akibat penyakitnya
Rasional : Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat penyakit.
Diagnosa keperawatan pada GGK
1. Kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet
berlebihan dan retensi cairan dan natrium.
Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan. Intervensi :
a. Kaji status cairan
o Timbang berat badan harian.
o Keseimbangan masukan dan haluaran
o Turgor kulit dan adanya edema
o Distensi vena leher
o Tekanan darah, denyut dan irama nadi.
Rasional : Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan
mengevaluasi intervensi.
b. Batasi masukan cairan
Rasional : Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, halauran urin, dan respon terhadap
terapi.
c. Identifikasi sumber potensial cairan :
o Medikasi dan cairan yang digunakan untuk pengobatan : oral dan intravena
o Makanan
Rasional : sumber kelebihan cairan yang diketahui dapat didentifikasi.
d. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan.
Rasional : Pemahaman meningkatkan kerja sama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan.
2. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual/muntah.
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat.
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi
o Berubahan berat badan
o Pengukuran antropometrik
o Nilai laboratorium (elektrolit serum, BUM, kreatinin, protein, tranferin, dan kadar besi)
Rasional : Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi.
d. Kaji pola diet nutrisi pasien
oRiwayat diet
o Makanan kesukaan
o Hitung kalori
Rasional : Pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu.
e. Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi.
o Anoreksia
o Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien
o Depresi
o Kurang memehami pembatasan diet
o Stomatitis
Rasional : Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat diubah atau dihilangkan untuk
meningkatkan masukan diet.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah
dan prosedur dialisis.
Tujuan : berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.
Intervensi :
a. Kaji faktor yang menimbulkan keletihan:
o Anemia
o Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
o Retensi produk sampah
o Depresi
Rasional : menyediakan informasi tantang indikasi tingkat keletihan.
b. Tingkatkan kemandirian dalam aktifitas perawatan diri yang dapat ditoleransi sehingga
dapat membantu jika keletihan terjadi
Rasional : Meningkat aktifitas ringan atau sedang dan memperbaiki harga diri.
c. Anjurkan aktifitas alternatif sambil istrahat.
Rasional : Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan istrahat yang
adekuat.
d. Anjurkan untuk beristrahat setelah dialisis.
Rasional : Istrahat yang adekuat dianjurkan setelah dialisis, yang bagi banyak pasien dapat melelahkan.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan citra tubuh
dab fungsi seksual.
Tujuan : memperbaiki konsep diri.
Intervensi :
a. Kaji respon dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan penanganan.
Rasional : Menyediakan data tentang masalah pada pasien dan keluarga dalam menghadapi perubahan
dalam hidup.
b. Kaji hubungan antara pasien dengan anggota kelaurga terdekat.
Rasional : Penguatan dan dukungan terhadap pasien didentifikasi.
c. Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga
Rasional : Pola koping yang telah efektif dimasa lalu mungkin potensial destruktif ketika memandang
pembatasan yang ditetapkan akibat penyakit dan penanganan.
d. Gali cara alterntif untuk ekspresi seksual lain selain hubungan seksual.
Rasional : Benuk alternatif ekspresi seksual dapat diterima.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Sudarth, 2002 , Keperawatan Medikal Bedah Vol 2 Edisi 8, EGC Jakarta

Hudak dan Gallo, 1996, Keperawatan Kritis Edisi IV Buku II EGC, Jakarta.

Linda Jual C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan (terjemahan), EGC Jakarta.

Marlynn E. Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan), EGC Jakarta.

Purnawan Junadi, 1992, Kapita Selekta Kedokteran Edisi II, Media Aesculapius FK-UI Jakarta.

Soeparman, Sarwono W, 1990, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, FK-UI, Jakarta.

Sylvia A. Price, 1995, Patofisiologi Edisi IV Buku II, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai