Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Pengertian Radikal Bebas


Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai elektron yang
tidak berpasangan pada orbital terluarnya dan dapat berdiri sendiri (Clarkson and
Thompson, 2000). Kebanyakan radikal bebas bereaksi secara cepat dengan atom
lain untuk mengisi orbital yang tidak berpasangan, sehingga radikal bebas
normalnya berdiri sendiri hanya dalam periode waktu yang singkat sebelum
menyatu dengan atom lain. Radikal bebas merupakan suatu atom atau gugus atom
yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan, bersifat sangat
reaktif dan mempunyai energi yang tinggi. Simbol dari suatu radikal bebas adalah
sebuah titik yang menggambarkan elektron yang tidak berpasangan (Fessenden,
1986). Senyawa radikal bebas sangat reaktif dan selalu berusaha mencari pasangan
elektron agar kondisinya stabil (Subeki, 1998).
Kelompok radikal bebas antara lain superoxide anion (O2-), hydroxyl
radicals (OH), dan peroxyl radicals (RO2). Nonradikal misalnya hydrogen
peroxide (H2O2), dan organic peroxides (ROOH). Senyawa oksigen reaktif ini
dihasilkan dalam proses metabolisme oksidatif dalam tubuh misalnya pada proses
oksidasi makanan menjadi energi. Bentuk radikal bebas yang lain adalah
hydroperoxyl (HO2), alkoxyl (RO), carbonate (CO3-), carbon dioxide (CO2-),
atomic chlorine (Cl), dan nitrogen dioxide (NO2) (Halliwell and Whiteman,
2004).
Sumber Radikal Bebas
Radikal dapat terbentuk secara endogen dan eksogen. Radikal endogen
terbentuk dalam tubuh melalui proses metabolisme normal di dalam tubuh. Contoh
dari radikal endogen adalah radikal bebas yang terbentuk sebagai sisa proses
metabolisme (proses pembakaran), protein, karbohidrat, dan lemak yang kita
konsumsi. Sementara radikal eksogen berasal dari bahan pencemar yang masuk ke
dalam tubuh melalui pernafasan, pencernaan, dan penyerapan melalui kulit. Contoh
dari radikal eksogen adalah polusi udara, asap kendaraan, sinar UV, asap rokok
(Miller, 1996).
Radikal bebas, baik endogen maupun eksogen, dapat merupakan etiologi
berbagai macam penyakit degeneratif seperti penyakit jantung arteri, stroke,
rheumatoid artritis, diabetes dan kanker (Haris & Shivanandappa, 2006). Radikal
bebas dan juga spesies oksigen reaktif lainnya dihasilkan secara terus-menerus
melalui proses fisiologis yang normal, terlebih lagi dalam keadaan patologis. Tubuh
memiliki sistem pertahanan internal terhadap radikal bebas yakni antioksidan
(Mathew & Abraham, 2006). Fungsi utama antioksidan adalah menunda oksidasi
molekul-molekul lain dengan menghambat reaksi rantai oksidasi radikal bebas pada
tahap inisiasi atau propagasi karenanya mampu mengurangi kerusakan oksidatif
tubuh manusia (Ismail et al., 2004).
Radikal bebas dalam jumlah normal bermanfaat bagi kesehatan, misalnya:
memerangi peradangan, membunuh bakteri, dan mengendalikan tonus otot polos
pembuluh darah serta organ-organ dalam tubuh (Yuwono, 2009). Sementara dalam
jumlah berlebih mengakibatkan stress oksidatif. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan kerusakan oksidatif mulai dari tingkat sel, jaringan, hingga ke organ
tubuh yang mempercepat terjadinya proses penuaan dan munculnya penyakit
(Yuwono, 2009). Oleh karena itu, antioksidan dibutuhkan untuk dapat menunda
atau menghambat reaksi oksidasi oleh radikal bebas.

Mekanisme Pembentukan Radikal Bebas


Mekanisme reaksi radikal bebas dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Inisiasi
Tahap inisiasi adalah pembentukan awal dari radikal-radikal bebas (Fessenden,
1986).
2. Propagasi
Pembentukan radikal bebas akan mengakibatkan terbentuknya radikal baru
dengan suatu reaksi yang disebut reaksi rantai (Fessenden, 1986).

Secara teoritis, proses ini akan berlangsung terus menerus karena sebuah Cl
akan mengalami reaksi yang menyebabkan terbentuknya sebuah Cl yang lain
(Fessenden, 1986).
3. Terminasi
Reaksi rantai yang terjadi akan berhenti pada tahap terminasi yaitu ketika
radikal bebas bergabung dengan radikal bebas yang lain sehingga tidak membentuk
radikal bebas yang baru (Fessenden, 1986)

DAFTAR PUSTAKA

Clarkson, P. M., Thompson, H. S. 2000. Antioxidants: What Role Do They Play In


Physical Activity And Health. J. Clin Nutr. Biochem, 72.

Fessenden, R . J dan Fessenden, J. S , 1986. Kimia Organik. Edisi Ketiga. Jilid 2.


Erlangga. Jakarta.

Halliwell, B. dan Whiteman, M. 2004. Measuring Reactive Species and Oxidative


Damage in Vivo and in Cell Culture: How Should You do it and What
do The Results Mean. J Pharmacol, 142.

Haris, R. and Shivanandappa, T. 2006. Antioxidant Activity and


Hepatoprotective Potential of Phyllanthus Niruri. J. Food Chem., 95.

Miller, N.D. 1996. Antioxidant Flavonoid Structural Usage Alternative Medical


Review I (2), 103-111.
Subeki. 1998. Pengaruh Cara Pemasakan Terhadap Kendungan Antioksidan
Beberapa Macam Sayuran Serta Daya Serap dan Retensinya Pada Tikus
Percobaan. Tesis. Program Pascasarjana, IPB. Bogor.

Yuwono A. 2009. Antioxidant and Health Disease,


http://Farmacology.Org/Specialistmedic/Internist, Diakses Pada 13 Oktober 2017.

Anda mungkin juga menyukai