Anda di halaman 1dari 15

Laporan Pendahuluan

Choriocarsinoma

A. Definisi
Istilah koriokarsinoma adalah istilah yang lebih tepat digunakan untuk kanser jenis ini,
korio adalah istilah yang diambil dari vili korionik (chorionic villi) iaitu salah satu
komponen uri manusia. Istilah karsinoma pula merujuk kepada kanser yang berasal dari sel-sel
epithelial.
Choriocarcinoma adalah tumor ganas (maligna) dari trofoblast dan biasanya timbul setelah
kehamilan mola, kadang-kadang setelah abortus atau persalinan. Bila dibandingkan dengan jenis
kanker ginekologik lainnya koriokarsinoma mempunyai sifat yang berbeda misalnya :
1. koriokarsinoma mempunyai periode laten yang dapat diukur, yaitu jarak waktu
antara akhir kehamilan dan terjadinya keganasan.
2. sering menyerang wanita muda.
3. dapat sembuh secara tuntas tanpa kehilangan fungsi reproduksi, dengan pengobatan
sitostatika
4. dapat sembuh tanpa pengobatan melalui proses regresi spontan.
Kegagalan Kehamilan
Normal
Abortus
Kehamilan di luar kandungan
Kematian janin dalam rahim
Immaturus
Prematurus
Cacat bawaan
Mola hidatidosa (jinak)
Koriokarsinoma (ganas)

B. Etiologi
Kanker ini berasal dari salah satu komponen uri atau plasenta maka salah satu cirri khusus
kanser ini adalah ia boleh menghasilkan hormone HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
yang sangat tinggi malah lebih tinggi dari pada wanita-wanita yang hamil.
Kejadian dipengaruhi oleh :
Sebagian besar dari pasien mola akan segera sehat kembali setelah jaringannya
dikeluarkan, tetapi ada sekelompok wanita yang kemudian menderita degenerasi keganasan
menjadi koriokarsinoma.
- status sosial ekonomi
- umur
- gizi
- consanguinitas (perkawinan antar keluarga)

Etiologi terjadinya koriokarsinoma belum jelas diketahui. Trofoblas normal cenderung


menjadi invasive dan erosi pembuluh darah berlebih-lebihan. Metastase sering terjadi lebih dini
dan biasanya sering melalui pembuluh darah jarang melalui getah bening. Tempat metastase
yang paling sering adalah paru- paru 75% dan kemudian vagina 50%. Pada beberapa kasus
metastase dapat terjadi pada vulva, ovarium, hepar, ginjal, dan otak Cunningham, 1990.
Wikipedia, 2009 menyebutkan bahwa koriokarsinoma selama kehamilan bisa didahului oleh:

1. Mola hidatidosa ( 50% kasus )


2. Aborsi spontan ( 20% kasus )
3. Kehamilan ektopik ( 2% kasus )
4. Kehamilan normal ( 20-30% kasus )

Faktor-faktor yang menyebabkan antara lain:

1. Faktor ovum
Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.

2. Immunoselektif dari trofoblast


Yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stroma villi menjadi jarang dan stroma
villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia sel- sel trofoblast.
3. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada akhirnya
akan mempengaruhi pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada terbentuknya mola
hidatidosa.
4. Paritas tinggi
Ibu dengan paritas tinggi, memiliki kemungkinan terjadinya abnormalitas pada kehamilan
berikutnya, sehingga ada kemungkinan kehamilan berkembang menjadi mola hidatidosa dan
berikutnya menjadi koriokarsinoma.
5. Kekurangan protein
Sesuai dengan fungsi protein untuk pembentukan jaringan atau fetus sehingga apabila terjadi
kekurangan protein saat hamil menyebabkan gangguan pembentukan fetus secara sempurna
yang menimbulkan jonjot-jonjot korion
6. Infeksi virus dan faktor kromosom
Kanker ini berasal dari salah satu komponen plasenta maka salah satu cirri khusus kanser ini
adalah ia bisa menghasilkan hormone HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) yang sangat
tinggi malah lebih tinggi dari pada wanita-wanita yang hamil. Sebagian besar dari pasien
mola akan segera sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok
wanita yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma.
Kejadian dipengaruhi oleh :

1. status sosio ekonomi


2. umur
3. gizi
4. consanguinitas (perkawinan antar keluarga)

C. Patofisiology choriocarciboma
Choriocarcinoma terjadi setelah kehamilan, biasanya setelah mola hydatidosa kadang-
kadang setelah abortus atau kehamilan aterme maka merupakan penyakit masa reproduktip ;
tetapi adakalanya timbul pada teratoma.
Bentuk tumor trofoblas yang sangat ganas ini dapat dianggap sebagai suatu karsinoma dari
epitel korion, walaupun perilaku pertumbuhan dan metastasisnya mirip dengan sarkoma. Faktor-
faktor yang berperan dalam transformasi keganasan korion tidak diketahui. Pada koriokarsinoma,
kecenderungan trofoblas normal untuk tumbuh secara invasif dan menyebabkan erosi pembuluh
darah sangatlah besar. Apabila mengenai endometrium, akan terjadi perdarahan, kerontokan dan
infeksi permukaan. Masa jaringan yang terbenam di miometrium dapat meluas keluar , muncul
di uterus sebagai nodul-nodul gelap irreguler yang akhirnya menembus peritoneum.
Gambaran diagnostik yang penting pada koriokarsinoma, berbeda dengan mola hidatidosa
atau mola invasif adalah tidak adanya pola vilus. Baik unsur sitotrofoblas maupun sinsitium
terlibat, walaupun salah satunya mungkin predominan. Dijumpai anplasia sel, sering mencolok,
tetapi kurang bermanfaat sebagai kriteria diagnostik pada keganasan trofoblas dibandingkan
dengan pada tumor lain. Pada pemeriksaan hasil kuretase uterus, kesulitan evaluasi sitologis
adalah salah satu faktor penyebab kesalahan diagnosis koriokarsinoma. Sel-sel trofoblas normal
di tempat plasenta secara salah di diagnosis sebagai koriokarsinoma. Metastasis sering
berlangsung dini dan umumnya hematogen karena afinitas trofoblas terhadap pembuluh darah.
Koriokarsinoma dapat terjadi setelah mola hidatidosa, abortus, kehamilan ektopik atau
kehamilan normal . tanda tersering, walaupun tidak selalu ada, adalah perdarahan irreguler
setelah masa nifas dini disertai subinvolusi uterus. Perdarahan dapat kontinyu atau intermitten,
dengan perdarahan mendadak dan kadang-kadang masif. Perforasi uterus akibat pertumbuhan
tumor dapat menyebabkan perdarahan intraperitonium. Pada banyak kasus, tanda pertama
mungkin adalah lesi metatatik. Mungkin ditemukan tumor vagina atau vulva. Wanita yang
bersangkutan mungkin mengeluh batuk dan sputum berdarah akibat metastasis di paru. Pada
beberapa kasus, di uterus atau pelvis tidak mungkin dijumpai koriokarsinoma karena lesi aslinya
telah lenyap, dan yang tersisa hanya metastasis jauh yang tumbuh aktif. Apabila tidak di terapi,
koriokarsinoma akan berkembang cepat dan pada mayoritas kasus pasien biasanya akan
meninggal dalam beberapa bulan. Kausa kematian tersering adalah perdarahan di berbagai
lokasi.
Pasien di golongkan beresiko tinggi jiika penyakit lebih dari 4 bulan, kadar gonadotropin
serum lebih dari 40.000 mIU/ml, metastasis ke otak atau hati, tumor timbul setelah kehamilan
aterm, atau riwayat kegagalan kemoterapi, namun menghasilkan anagka kesembuhan tertinggi
dengan kemoterapi kombinasi yaitu menggunakan etoposid, metotreksat, aktinomisin,
siklofosfamid, dan vinkristin(Schorage et al, 2000).

D. Menifestasi Klinis
Mikroskopis tanda-tanda yang khas untuk choriocarcinoma ialah :
1. Peningkatan jumlah kadar -hCG
a. Kadar -hCG normal pada tiap umur kehamilan berbeda, dari 5-25 IU/ml.
b. Kadar -hCG yang dianggap mola < 100.000 IU/urine 24jam
c. Kadar -hCG yang dianggap kanker adalah > 100.000 IU/urine 24jam >40.000 u/ml
dalam interval lebih dari 4 bulan.
2. Perdarahan per vaginam
3. Batuk berdarah dan sesak nafas
4. X-ray dada menunjukkan adanya perembesan cairan di ujung kedua paru- paru
5. Sakit kepala dan hemiplegi
6. Sakit tulang belakang
7. Perut bengkak dan sklera menjadi kuning
8. Hilang selera makan dan berat badan turun
Adapun tanda dan gejala lain :
1. Nekrose
2. Haemorrhagia
3. Infeksi
Berikut adalah diantara gejala-gejala dan tanda-tanda yang mungkin dialami oleh pesakit
koriokarsinoma :
a. Batuk berdarah dan sesak nafas.
b. Sakit kepala dan lumpuh sebelah badan
c. Sakit tulang belakang
d. Ketumbuhan dan perdarahan di bahagian faraj
e. Bengkak perut dan kuning mata
f. Hilang selera makan dan turun berat badan
Tumor ini warnanya ungu dan sangat rapuh.
Pada dinding uterus nampak sebagai benjolan kacang Bogor.
- Perdarahan yang tidak berhenti setelah kelahiran mola, bersifat metrorrhagia.
- Subinvolusi
- Metastase pada paru-paru, vulva atau vagina.
- Reaksi biologis yang tetap positip atau yang malakan naik kwantitatip setelah kelahiran mola.
- Kadang-kadang terjadi perforasi rahim dengan tanda-tanda perdarahan intraperitoneal.
Selain dari itu nampak sel-sel trofobkast yang menembus otot-otot dan pembulu-pembulu darah.
E. Klasifikasi

Koriokarsinoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam bentuk, yaitu:

1. Koriokarsinoma Villosum

Penyakit ini termasuk ganas tetapi derajat keganasannya lebih rendah. Sifatnya seperti mola,
tetapi dengan daya penetrasi yang lebih besar. Sel- sel trofoblas dengan villi korialis akan
menyusup ke dalam miometrium kemudian tidak jarang mengadakan perforasi pada dinding
uterus dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Walaupun secara lokal mempunyai daya
invasi yang berlebihan, tetapi penyakit ini jarang disertai metastasis. Invasive mola berasal dari
mola hidatidosa
2. Koriokarsinoma Non Villosum
Penyakit ini merupakan yang terganas dari penyakit trofoblas. Sebagian besar didahului oleh
mola hidatidosa (83,3%) tetapi dapat pula didahului abortus atau persalinan biasa masing-masing
7,6%. Tumbuhnya sangat cepat dan sering menyebabkan metastasis ke organ-organ lain, seperti
paru-paru, vulva, vagina, hepar dan otak. Apabila tidak diobati biasanya pasien meninggal dalam
1 tahun.

Apabila dibandingkan dengan jenis kanker ginekologik lainnya, koriokarsinoma mempunyai


sifat yang berbeda, misalnya:
1. Koriokarsinoma mempunyai periode laten yang dapat diukur, yaitu jarak waktu antara akhir
kehamilan dan terjadinya keganasan
2. Sering menyerang wanita muda
3. Dapat sembuh secara tuntas tanpa kehilangan fungsi reproduksi, dengan pengobatan sitostatika.

3. Koriokarsinoma Klinis
Apabila setelah pengeluaran jaringan mola hidatidosa kadar hCG turun lambat apalagi
menetap atau meningkat, maka kasus ini dianggap sebagai penyakit trofoblas ganas. Artinya ada
sel-sel trofoblas yang aktif tumbuh lagi di uterus atau di tempat lain (metastasis) dan
mengahasilkan hCG. Diagnosis keganasan tidak ditentukan oleh pemeriksaan histopatologik
tetapi oleh tingginya kadar HCG dan adanya metastasis.

F. Komplikasi

Komplikasi dikategorikan berdasarkan seberapa jauh derajat penyakitnya. Berdasarkan jauhnya


penyebaran koriokarsinoma dibagi menjadi 4, yaitu:
Stadium I yang terbatas pada uterus
Stadium II, sudah mengalami metastasis ke parametrium, serviks dan vagina
Satadium III, mengalami metastasis ke paru-paru
Stadium IV, metastasis ke oragan lain, seperti usus, hepar atau otak.

G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Menurut The International Federation of Gynecology and Oncology (FIGO) menetapkan
beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mendiagnosis PTG termasuk koriokarsinoma
adalah:
1. Menetapnya kadar hCG pada empat kali penilaian dalam 3 minggu atau lebih
(misalnya hari 1,7, 14 dan 21)
2. Kadar hGC meningkat pada selama tiga minggu berturut-turut atau lebih
(misalnya hari 1,7 dan 14)
3. Tetap terdeteksinya hCG sampai 6 bulan pasca evakuasi mola.
4. Gambaran patologi anatomi adalah koriokarsinoma

b. Pemeriksaan Penunjang
1. Uji Sonde
Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis
servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan sonde diputar setelah ditarik
sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola atau koriokarsinoma.
2. Foto rontgen abdomen
Tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3-4 bulan)
4. Ultrasonografi

Khusus pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak terlihat janin (merupakan
diagnosa pasti), waspadai juga koriokarsinoma.
Data Klinik Pemeriksaan Diagnostik
1. Perdarahan dalam separo pertama kehamilan
2. Nyeri perut bagian bawah
3. Toksemia sebelum 24 minggu kehamilan
4. Hiperemesis gravidarum
5. Rahim terlalu besar untuk tanggalnya
6. Tanda tonus jantung janin dan bagian janin
7. Keluarnya vesikel - ultrasonografi
8. Foto rontgen
(Hacker/Moore, essensial obstetric dan ginekologi, 2001: 683)
H. Penatalaksanaan Medis

1. Kemoterapi
Koriokarsinoma merupakan tumor yang sensitif terhadap obat-obatan kemoterapi, dari hasil
survey menunjukkan bahwa dengan kemoterapi pasien dengan koriokarsinoma mengalami
kesembuhan 90-95%.

2. Terapi dengan agen single methotrexate or actinomycin D Terapi ini digunakan untuk
koriokarsinoma yang belum bermetastase meluas ke seluruh tubuh atau dengan skala ringan.

3. Terapi kombinasi EMACO (etoposide, methotrexate, actinomycin D, cyclosphosphamide


and oncovin) Terapi komplek ini digunakan untuk koriokarsinoma dengan skala sedang atau
berat.
4. Hysterektomi
Biasa dilakukan pada wanita dengan usia 40 tahun atau pada wanita yang memang
menginginkan untuk dilakukan hysterektomi. Hysterektomi juga disarankan pada infeksi berat
dan perdarahan yang tidak terkendali.

I. Penyimpangan KDM

Konsep Keperawatan
1. Pengkajian

Data diri klien

Data biologis/fisiologis keluhan utama, riwayat keluhan utama

Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat reproduksi siklus haid, durasi haid

Riwayat obstetric kehamilan, persalinan, nifas, hamil

Data psikologis/sosiologis reaksi emosional setelah penyakit diketahui

Pemeriksaan fisik

Aktifitas istirahat
Gejala :
Kelemahan / keletihan
Perubahan pada pola tidur
Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,ansietas,keringat malam
Pekerjaan / profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan ,tingkat stress tinggi
Integritas ego
Gejala :
Faktor sress,merokok,alcohol
Menunda mencari pengobatan
Masalah tentang lesi / cacat, pembedahan
Menyangkal diagnosis, putus asa
Eliminasi
Gejala :
Pada kanker Ovarium terdapat tanda haid tidak teratur ,sering berkemih,menopouse dini dan
menorrhagia.
Makanan dan minuman
Gejala : dispepsia,rasa tidak nyaman pada abdomen, lingkar abdomen yang terus meningkat).
Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope
Nyeri / ketidaknyamanan Gejala :
Adanya nyeri, derajat bervariasi dari nyeri tingkat ringan s/d berat ( dihubungkan dengan proses
penyakit )
Nyeri tekan pada payudara
Keamanan
Gejala : pemajanan pada zat kimia, toksik dan karsinogen
Tanda : demam ,ulserasi
Seksualitas
Gejala : Nulligravida lebih besar dari usia 30 tahun,mempunyai banyak pasangan seksual,
aktifitas seksual dini.
Interaksi social
Gejala :
Ketidaknyamanan / kelemahan sistem pendukung
Riwayat perkawinan,dukungan dan bantuan
Masalah tentang fungsi dan tanggung jawab peran

2. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah akibat kanker metastasis.

2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan pernafasan akibat penekanan asites
pada diafragma.

3) Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, dan
gangguan GI akibat adanya kanker metastasis.

4) Ansietas berhubungan dengan stres akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.
3. Intervensi

Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Tujuan : Dalam 2x 24 jam rasa 1. Kolaborasi tindakan 1. Pembedahan bertujuan untuk


nyeri berkurang pembedahan untuk menghilangkan faktor utama

Kriteria Hasil : Setelah diberi pengangkatan kanker. penyebab nyeri.

tindakan keperawatan skala nyeri2. Kolabarasi untuk pemberian 2. Menghilangkan rasa nyeri
berkurang terapi analgesik. 3. Menurunkan tingkat
ketegangan pada daerah nyeri
3. Atur posisi senyaman
4. Merelaksasi otot otot tubuh
mungkin.
5. Mengidentifikasi skala dan
4. Ajarkan dan lakukan tehnik perkembangan nyeri.
relaksasi.

5. Kaji tingkat dan intensitas


nyeri.

2. Tujuan : Mengembalikan pola a. Batasi aktivitas dan mobilisasia. Istirahat dapat mengurangi
nafas klien menjadi normal klien konsumsi O2 klien
kembali b. Posisi semi fawler menambah
Kriteria Hasil : b. Mengistirahatkan klien dengan ruang ekspansi dada
Klien tidak mengeluh sesak posisi semifawler c. Baju klien yang longgar
RR normal kembali antara 16- c. Longgarkan baju klien mempermudah klien dalam
24x/mnt bernafas
Klien tidak terlihat cemas dan d. Terapi oksigen dibutuhkan jika
gelisah d. Kolaborasi pemberian terapi klien membutuhkan O2 lebih
oksigen e. Jika klien tenang maka
konsumsi O2 semakin efisien

e. Tenangkan klien
3. Tujuan : Dalam 2x 24 jam nutrisia. Pantau masukan makanan a. Mengidentisifikasi kekuatan
pasien terpenuhi setiap hari. atau defisiensi nutrisi.
Kriteria Hasil : mual (-), nafsu b. Dorong pasien untuk makan b. Kebutuhan jaringan metabolic
makan pasien meningkat, berat diet tinggi kalori kaya protein ditingkatkan begitu juga cairan
badan stabil, penambahan berat kaya nutrient, dengan masukan (untuk menghilangkan produk
badan progresif. cairan adekuat. sisa).
c. Suplemen dapat memainkan
c. Dorong penggunaan suplement
peran penting dalam
dan makan sering atau lebih
mempertahankan kalori dan
sedikit yang dibagi-bagi selama
protein adekuat.
sehari
d. Dapat mentriger respons mual
d. Kontrol factor lingkungan. muntah.
Hindari terlalu terlalu manis, e. Dapat mencegah awitan atau
berlemak, atau makanan pedas. menurunkan beratnya mual,

e. Dorong penggunaan teknik penurunan anoreksia, dan


relaksasi, visualisasi, memungkinkan pasien
bimbingan imajenasi, latihan meningkatkan masukan oral.
sedang sebelum makan. f. Mual atau muntah psikogenik

f. Identifikasi pasien yang terjadi karena perubahan

mengalami mual atau muntah lingkungan pengobatan atau

yang diantisipasi. rutinitas pasien pada hari


pengobatan mungkin efektif.
4. Tujuan : Dalam 2x 24 jam klien a. Dengarkan dengan seksama a. Dengan mendengarkan keluh
tidak terlihat cemas dan gelisah apa keluh kesah klien kesah klien maka akan
Kriteria hasil : b. Berikan solusi yang relevan mengurangi stress klien
berkurangnya rasa takut, klien c. Berikan informasi tentang b. Solusi relevan sangat
tahu dan mengerti tentang kesehatan klien dibutuhkan klien
keadaan dirinya, klien dapat d. Temani klien dalam c. Informasi tentang keadaan
melakukan manajemen stress memutuskan sesuatu klien sangat dibutuhkan
terhadap kondisinya. e. Berikan humor ringan kepada d. klien membutuhkan teman
klien untuk berbagi
e. Humor sangat diperlukan klien
untk mengurangi stress yang
dirasakanya
4. Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana


keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/ aktivitas yang telah ditemukan, pada tahap
ini perawat siap membantu pasien atau orang terdekat menerima stress situasi atau prognosis,
mencegah komplikasi, membantu program rehabilitas individu, memberikan informasi tentang
penyakit, prosedur, prognosis dan kebutuhan pengobatan.

5. Evaluasi

1) Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan

2) Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.

3) Tidak adanya tanda-tanda disfungsi seksual

4) Klien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual.

5) Mengidentifikasi kepuasan / praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara
mengekspresikan keinginan seksual.
Daftar Pustaka
Roocker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan edisi 31.Jakarta: EGC.
Cunningham, MacDonald,Gant. Gestationnal Trofoblastic Tumors, Willm Obstetric
9th. 1990:746-50. Retrieved From http://luviony.blogspot.co.id/2011/06/asuhan-keperawatan-
pada-klien-dengan.html

Wiknjosostro, Hanifa s, ilmu kebidanan, yayasan bina pustaka edisi 3., Jakarta: 2002

Patologi Obstreti, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, percetakan elstar offset, Bandung ;
1984

Wiknjosostro Hanifa. Ilmu kandungan edisi kedua, yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
Jakarta 2007

www. Medical store.com


Retrieved from : http://kingsasaqi65.blogspot.co.id/2014/04/choriocharsinoma.htm

Anda mungkin juga menyukai