Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
Dhea Adventia (D109116008)
Fikri Fahru (D109116011)
Ari Jufriansyah (D109116011)
Silvi (D109116011)
Emiliana (D109116011)
Ade Yuniar (D109116011)
Digna Setyana Hayu P (D109116011)
Meithree Rury Vanesa (D109116031)
Fakultas Teknik
Universitas Tanjungpura
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena laporan ini dapat selesai
sebagai tugas mata kuliah Perencanaan Wilayah dengan tema Kawasan
Minapolitan Studi Kasus Kabupaten Banyumas. Selama penyusunan laporan ini,
penulis telah memperoleh bantuan, bimbingan, petunjuk serta saran-saran dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa
syukur dan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk
menyelesaikan makalah ini dengan keadaan sehat walafiat.
2. Orang tua kami yang telah memberi doa dan dukungan baik moril maupun
materil yang tak terhingga kepada orang tua kami, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
4. Ibu. selaku dosen pembimbing Mata kuliah Ekonomi Perencanaan Wilayah
yang telah banyak memberikan bantuan dan arahan kepada kami dalam
proses belajar mengajar hingga tersusunnya laporan ini.
5. Teman-teman Perencanaan Wilayah Kota Universitan Tanjungpura yang
telah memberikan motivasi dalam penyelesaian laporan ini.
Kami sangat menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi kami dalam
menyelesaikan tugas-tugas berikutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian dan kelautan
yang memiliki peran penting sebagai penggerak kemajuan perekonomian
nasional di Indonesia. Selain menjadi penyokong dalam perwujudan
ketahanan pangan seperti yang termaktub pada Undang-Undang No.18
Tahun 2012 tentang pangan. Subsector perikanan memiliki tujuan
meningkatkan pendapatan dan taraf hidup nelayan/pembudidaya,
menghasilkan protein hewani dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan
dan gizi, meningkatkan ekspor, menyediakan bahan baku industry,
memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta meningkatkan
pembangunan wilayah dengan tetap memperhatikan kelestarian dan fungsi
lingkungan hidup (Gofar Ismail et al, 2008).
Dewasa ini kebutuhan ikan bagi masyarakat semakin penting,
maka sangat wajar jika usaha perikanan air tawar harus dipacu untuk
dikembangkan. Usaha tani dibidang perikanan air tawar memiliki prospek
yang sangat baik karena sampai sekarang ikan konsumsi, baik berupa ikan
segar maupun bentuk olahan, masih belum mencukupi kebutuhan
konsumen (Murtidjo Bambang A, 2001). Hal ini dibuktikan seperti yang
dipaparkan Pujiastuti (2012) bahwa sepanjang periode tahun 1997 sampai
dengan 2001 peningkatan konsumsi ikan meningkat yaitu dari 19,05 kg
per kapita pertahun menjadi 22,27 kg per kapita per tahun. Kemudian pada
Kemudian pada tahun 2002 sampai 2005 peningkatan setiap tahunnya
mencapai 2,67%. Konsumsi ikan tahun 2008 hingga 2013.
Secara global menurut Kurniawan (2010) mengatakan
pembangunan di sektor kelautan dan perikanan, tidak boleh dipandang
hanya sebagai cara untuk menghilangkan kemiskinan dan pengangguran.
Namun, lebih dari itu, karena sektor kelautan dan perikanan merupakan
basis perekonomian nasional, maka sudah sewajarnya jika sektor
perikanan dan kelautan ini dikembangkan menjadi sektor unggulan dalam
kancah perdagangan internasional. Dengan demikian, dukungan sektor
industri terhadap pembangunan di sektor perikanan dan kelautan menjadi
suatu hal yang bersifat keharusan. Karena itu, pembangunan perikanan dan
kelautan dan industri bukanlah alternatif yang dipilih, namun adalah
komplementer dan saling mendukung baik bagi input maupun output.
Seiring dengan hal tersebut Provinsi Jawa Tengah sebagai salah
satu provinsi yang memiliki potensi dalam mengembangkan subsektor
perikanan memiliki visi Terwujudnya sumberdaya kelautan dan
perikanan sebagai sumber utama penghidupan dan kesejahteraan yang
berkelanjutan. Menurut Tono Kuswoyo (2011) Provinsi Provinsi Jawa
Tengah merupakan provinsi yang memiliki potensi perikanan budidaya
yang besar dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi
sumber mata air sangat potensial untuk pengembangan kawasan budidaya
ikan dan kegiatan lain yang mendukung beserta sarana dan prasarana
lainnya atau yang lebih dikenal.
Konsep minapolitan adalah pengembangan wilayah yang menitik
beratkan pada pengembangan komoditas-komoditas unggulan pada sektor
perikanan di suatu wilayah. Tujuan pengembangan kawasan minapolitan
adalah untuk mendorong percepatan pengembangan wilayah dengan
kegiatan perikanan sebagai kegiatan utama dalam meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dengan mendorong keterkaitan
desa dan kota dan berkembangnya sistem dan usaha minabisnis yang
berdaya saing berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi di
kawasan minapolitan (PERMEN No. 12 Tahun 2010). Berdasarkan
potensi perikanan budidaya kolam yang dimiliki Jawa Tengah,
pengembangan kawasan minapolitan difokuskan pada 3 komoditas utama,
yaitu nila, lele, dan gurame yang terbagi ke beberapa daerah
pengembangan kawasan minapolitan (Toni Kuswoyo. 2011). Salah satu
wilayah di Jawa Tengah yang ditetakan menjadi kawasan Minapolitan
adalah Kabupaten Banyumas.
Kabupaten Banyumas telah memulai pelaksanaan program
Minapolitan sejak Tahun 2009 hingga sampai periode sekarang.
Perkembangan produksi budidaya pembesaran ikan cukup pesat dari tahun
2009-2011. Produksinya terus mengalami kenaikan walaupun belum
mampu memenuhi target produksi pada tahun 2010 dan 2011 (Rudiono et
all, 2013). Penetapan lokasi minapolitan di Kabupaten Banyumas
berdasarkan Keputusan Bupati Banyumas Nomor: 523/673/2008.
Kabupaten Banyumas memiliki komoditas unggulan yang dikenal bernilai
ekonomi penting dan harganya di pasar cukup tinggi (Effendi, 2006) serta
sudah banyak dibudidayakan secara intensif (Hastuti, 2003) yaitu ikan
gurami.
Menurut data dari Dinas Perikanan Kabupaten Banyumas, pada
tahun 2014 produksi benih ikan gurami mencapai 140.596.591 ekor dan
ikan gurami konsumsi mencapai 4.060.089 ekor. Produksi ini adalah
produksi tertinggi diantara budidaya komoditas ikan lainnya. Hal tersebut
mensiratkan bahwa kegiatan agribisnis ikan gurami di Kabupaten
Banyumas merupakan salah satu sumber pendapatan pembudidaya selain
dari usaha lainnya. Lebih jauh lagi sesuai dengan dicanangkannya program
minapolitan sesuai keputusan Bupati Banyumas Nomor: 523/673/2008
pembudidayan ikan gurami ini memiliki sentra di beberapa wilayah
tertentu termasuk sentra pembesaran ikan gurami konsumsi. Walaupun
terdapat kendala akan pertumbuhannya yang lambat, pada umumnya para
pembudidaya ikan tidak terlalu mempermasalahkan dikarenakan harganya
yang dapat dikatakan masih mendominasi pasaran dibandingkan dengan
jenis ikan tawar lain (Susanto, 2002).
Di sisi lain, meski produksi melimpah hasil usaha pembesaran
gurami juga tidak terlepas dari berbagai permasalahan. Seperti komoditas
pertanian maupun perikanan lainnya, struktur pasar yang terbentuk pada
tingkat pedesaan menghadapi permasalahan seperti masalah permodalan,
sarana prasarana, lemahnya posisi tawar petani/pembudidaya, harga selalu
ditekan, kualitas rendah, dan rantai distribusi panjang sehingga terjadi
penyusutan yang cukup signifikan. Sehingga salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan memanfaatkan wadah yang dapat memperkuat
posisi tawar yaitu dengan melalui Kelompok Pembudidaya Ikan
(POKDAKAN) sebagai sarana untuk memfasilitasi transfer ilmu dalam hal
budidaya dan berbagai program serta penguatan dari aspek manajemen
khususnya pemasaran. POKDAKAN ini juga termasuk tangan panjang
dari kebijakan Minapolitan dari pemerintah agar tujuan yang ingin dicapai
dapat tepat.
Kabupaten Banyumas telah ditetapkan sebagai kawasan
minapolitan yang harus dikembangkan kembali agar nantinya kawasan
minapolitan di Kabupaten Banyumas dapat meningkatkan kualitas ikan
dan perekonomian di Indonesia. Berdasarkan potensi yang dimiliki
kawasan minapolitan Kabupaten Banyumas maka penulis menjadikan
kawasan ini sebagai wilayah kajian dalam laporan ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dari laporan ini adalah:
1. Mengetahui pengertian serta kriteria kawasan Minapolitan
2. Mengetahui mekanisme pengelolaan komuditas utama kawasan
minapolitan Kabupaten Banyumas
3. Mengetahui hambatan dalam pengembangan kawasan minapolitan
Kabupaten Banyumas
4. Mengetahui kontribusi kawasan minapolitan bagi sektor
perekonomian di Provinsi Jawa Tengah
BAB II
PEMBAHASAN UMUM
WILAYAH STUDI
4.2 Saran
1. Untuk mendapatkan hasil yang optimal atas produksi ikan gurami perlu
intensifikasi penggunaan teknologi budidaya sehingga kualitas dan
kuantitas produksi dapat ditingkatkan dan masa waktu panen dapat
dipersingkat.
2. Untuk meningkatkan keterampilan pembudidaya, perlu
diberikan bimbingan yang terus menerus dari instansi terkait mengenai
teknis dan teknologi budidaya ikan gurami, terutama dalam
rangka penerapan teknologi budidaya yang dapat meningkatkan produksi
gurami.
3. Pembudidaya sebaiknya bergabung dengan perkumpulan atau
asosiasi pembudidaya ikan gurami. Perkumpulan dan asosiasi ini dapat
menjadi tempat tukar menukar informasi antar pembudidaya dan
diharapkan lebih jauh lagi dapat meningkatkan posisi tawar pembudidaya
sendiri.
4. Bagi bank yang berminat untuk membiayai usaha ini dapat berkonsultasi
dengan Departemen Kelautan dan Perikanan untuk mendapatkan
pendampingan teknologi budidaya.
5. Untuk hasil lebih optimal, pengembangan usaha budidaya ikan
gurami dalam suatu daerah sentra ikan gurami dapat dilakukan
dengan pembagian wilayah antara wilayah pembenihan, pendederan
sampai dengan pembesaran sebagai satu kesatuan sesuai dengan kondisi
daerah. Hal ini diperlukan karena bisa jadi beberapa lokasi lebih cocok
sebagai lokasi pembesaran (misalnya pertumbuhan ikan gurami di daerah
tersebut dapat lebih cepat) sedangkan lokasi lain lebih cocok untuk
pendederan (misalnya benih gurami yang dihasilkan lebih tahan penyakit).
Pembagian wilayah ini tidak harus berada dalam satu daerah tertentu
(misalnya harus dalam 1 Kabupaten), namun bisa lebih luas karena sistem
transportasi memungkinkan perpindahan produk antar daerah. Pembagian
wilayah ini harus didukung oleh keberadaan Dinas terkait dan BBI sebagai
pembina dan pemasok induk dan benih unggul, serta koperasi atau
perkumpulan pengusaha ikan gurami sebagai alat untuk memasarkan ikan.
6. Perlu nya dilakukan industrialisasi
Indonesia memiliki potensi sumberdaya lahan yang sangat besar dengan
tingkat pemanfaatan rendah, Belum terintegrasinya kegiatan usaha dari
hulu ke hilir, Kinerja produksi dan daya saing negara-negara
competitor utama makin pesat, produksi dan daya saing nasional hampir
tidak bergerak, untuk itu diperlukan percepatan pengembangan kawasan
minapolitan melalui industrialisasi. Hal ini dapat meningkatkan
produktivitas, produksi dan nilai tambah produk perikanan budidaya yang
berdaya saing dan berorientasi pasar, Percepatan pengembangan kawasan
ekonomi berbasis kegiatan perikanan budidaya (minapoltian) melalui
manajemen kawasan dan modernisasi sistem produksi, Meningkatkan
kesejahteraan dan pendapatan pembudidaya ikan.
7. perlu adanya regulasi yang kuat untuk kawasannya secara spesifik, dan
diperlukan juga aspek pengolahan limbah perikanan, serta tempat
penyimpanan hasil panen perikanan lingkungan yang bersih, agar
perekonomian tetap berjalan.