Anda di halaman 1dari 19

Perumusan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) pada kurikulum 2013 yang di revisi menjadi

bagian penting dalam mencapai titik kompetensi dasar dengan apa yang bisa menjadi target bagi
guru pada kegiatan belajar mengajarnya, maka diperlukan indikator pencapaian kompetensi,
dalam merumuskan indikator tentunya ada kaidah-kaidah yang harus di cermati, berikut kami
sedikit berbai info perumusan indikator pada k13 terbaru ini.

Indikator adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan
ketercapaian kompetensi dasar (KD) tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran,
(Mulyasa, 2007:139).

Fungsi indikator antara lain sebagai pedoman dalam:

mengembangkan materi pembelajaran atau bahan ajar,


mendesain kegiatan pembelajaran
merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar

Ketentuan Perumusan Indikator

1. Indikator dirumuskan dari KD


2. Menggunakan kata kerja operasional (KKO) yang dapat diukur
3. Dirumuskan dalam kalimat yang simpel, jelas dan mudah dipahami.
4. Tidak menggunakan kata yang bermakna ganda
5. Hanya mengandung satu tindakan.
6. Memperhatikan karakteristik mata pelajaran, potensi & kebutuhan peserta didik, sekolah,
masyarakat dan lingkungan/daerah;

Menganalisis tingkat kompetensi yang digunakan pada KD Menganalisis KKO


Menganalisis Indikator berdasarkan tingkat UKRK kompetensi pada KD
Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan
pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah)
yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:
a) Ranah proses berfikir (cognitive domain)
b) Ranah nilai atau sikap (affective domain)
c) Ranah keterampilan (psychomotor domain)

Artikel Terkait: RPP dan Silabus Kelas 4 Semester Genap Kurikulum 2013 Revisi Terbaru

Muatan Pelajaran: PKn (BG Kelas 1, T 6 ST 1 PB 1 Hal:3)


KD 3.2 Mengidentifikasi aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari dirumah
Mengidentifikasi =C1 ( Mengingat ) Taksonomi Bloom
Indikator:
3.2.1 Menyebutkan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah
3.2.2 Menjelaskan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah
3.2.3 Mengidentifikasi aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah

Seorang guru tentu sudah terbiasa melakukan ulangan kepada anak didik. Fungsi dari tes
tersebut bisa macam-macam. diantaranya adalah untuk mengetahui kelemahan, untuk mengukur,
untuk memperbaiki dll. Penilaian hasil belajar dilakukan secara terpadu sebagaimana dijelaskan
di Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan, bahwa maksud
terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan
dari kegiatan pembelajaran. Secara garis besar, Fungsi Penilaian hasil belajar, diantaranya
adalah:
1. Alat untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran. Dengan fungsi ini maka penilaian
harus mengacu pada rumusan tujuan pembelajaran sebagai penjabaran dari kompetensi mata
pelajaran
2. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan antara lain :
dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau pengalaman belajar siswa, strategi pembelajaran
yang digunakan guru, media pembelajaran.
3. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam
laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan pelajar siswa dalam berbagai bidang
studi atau mata pelajaran dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.
Beberapa tes yang harus dilakukan seorang guru antara lain:
1. Ulangan harian: Ulangan ini dilakukan minimal setelah 1 KD selesai
2. UTS : Ulangan ini dilakukan setelah melaksanakan pembelajaran setengah dari jumlah KD yang
ada. Misal Pkn ada 4 KD maka UTS bisa dilakukan setelah 2 KD. Atau setelah 8-9 minggu
pembelajaran
3. Ulangan Akhir semester: Ulangan yang dilakukan setelah pembelajaran 1 semester selesai. Jika
terdapat banyak indikator, maka ulangan ini tidak harus mengambil semua indikator yang ada
akan tetapi boleh diambil dari indikator yang dianggap penting.
Dalam melakukan penilaian hasil belajar, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan yaitu
:

1. Penentuan tujuan tes,


2. Penyusunan Kisi-kisi tes,
3. Penulisan Soal,
4. Penelaahan Soal (validasi soal),
5. Perakitan soal menjadi perangkat tes,
6. Uji coba soal termasuk analisisnya,
7. Bank Soal
8. Penyajian tes kepada siswa
9. Skoring (pemeriksaan jawaban siswa)

Menyusun Kisi-Kisi Soal


Kisi-kisi adalah Suatu format berupa matriks yang memuat pedoman untuk menulis soal atau
merakit soal menjadi suatu tes. Kisi-kisi berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan
atau dalam melakukan perakitan tes.
Syarat-syarat kisi-kisi yang baik :

1. Mewakili isi kurikulum/kemampuan yang akan diujikan;


2. Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami;
3. Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan

Komponen kisi-kisi terdiri dari :


A.Kelompok Identitas :

1. Jenis institusi
2. Program/Jurusan
3. Bidang studi/matapelajaran
4. Tahun Pelajaran
5. Kurikulum yang diacu/dipergunakan
6. Jumlah soal
7. Bentuk soal

Prinsip pembuatan kisi-kisi soal adalah UKRK yaitu:


Urgen: artinya bagian yang penting dari pembelajaran yang harus dikuasai siswa.
Kontinuitas: berkelanjutan dari pelajaran yang sebelumnya.
Reliabel: keandalan soal. Artinya bisa membedakan kemampuan siswa. tidak terlalu mudah
tetapi juga tidak terlalu sukar.
Keterpakaian: berhubungan dengan dunia nyata siswa

Sedangkan Prinsip pembuatan soal yaitu: Substansi, Konstruksi dan bahasa. sebuah soal
kadang dinyatakan sulit karena bahasa soal yang kurang bisa dipahami oleh pembaca soal.
Kisi-kisi soal yang baik adalah kisi-kisi yang bisa juga dipakai oleh orang lain. Artinya
jika pembuat kisi-kisi dengan pembuat soal adalah orang yang berbeda maka pembuat soal bisa
membuat soal sesuai dengan harapan si pembuat kisi-kisi soal.
Apa saja yang harus kita siapkan untuk membuat kisi-kisi soal(untuk mempermudah kita
dalam membuat kisi-kisi):
1. Silabus
2. KKO=Kata Kerja Operasional
3. Materi Pelajaran yang akan diujikan
Penulisan soal bentuk uraian membutuhkan kaidah-kaidah. Kaidah-kaidah yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan soal meliputi:

Kaidah penulisan soal uraian seperti berikut :


1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator.
b. Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.
c. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan peugukuran.
d. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.
2. Konstruksi
a. Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.
b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c. Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.
d. Tabel, gambar, grafik, peta, ilustrasi, narasi atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas, terbaca,
dan berfungsi.
3. Bahasa
a. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku).
c. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.
d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
e. Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan peserta didik.
Kaidah penulisan soal Pilihan Ganda
Penyusuan soal pilihan ganda juga menggunakan kaidah-kaidah yang perlu diperhatikan.
Penyusunan soal pilihan ganda memerlukan ketelitian dan keterampilan. Hal ini mengandung arti
bahwa pengecoh yang digunakan harus dibuat sedemikian rupa sehingga pengecoh tersebut
dapat berfungsi. Kaidah-kaidah yang diperlukan dalam penyusunan soal pilihan ganda adalah
sebagai berikut:
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator
b. Pengecoh harus berfungsi
c. Terdapat 1 jawaban benar
d.
2. Kontruksi
a. Pokok soal jelas dan tegas
b. Pokok soal hanya pernyataan yang diperlukan saja
c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke jawban yang benar
d. Tidak boleh terdapat arti ganda
e. Jawaban harus logis dan homogeny
f. Panjang jawaban harus relatif sama
g. Tidak boleh mengandung pernyatan semua benar maupun semua salah
h. Jawaban berbetuk angka dan waktu harus disusun secara berurutan
i. Gambar, grafik, table, narasi, ilustrasi harus berfungsi dan jelas
j. Pokok soal tidak boleh mengandung kata yang mengungkapkan ketidakpastian
k. Butir soal jangan bergantung pada jawaban sebelumnya
3. Bahasa
a. Sesuai dengan EYD
b. Bahasa harus komunikatif
c. Letakkan kata pada pokok soal

Pilihan ganda yang baik mempunyai beberapa bagian. Nana Sudjana (2009) berpendapat
bahwa soal pilihan ganda terdiri dari :
1. Stem merupakan pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang akan dinyatakan
2. Option merupakan sejumlah pilihan atau alternative jawaban
3. Kunci merupakan jawaban yang benar atau yang paling tepat
4. Distraktor merupakan jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban

Kelompok Matriks
1. Kompetensi Dasar

2. Materi yang akan diberikan/dijadikan soal


3. Indikator
4. Nomor urut soal (jika diperlukan)

Salah satu unsur penting dalam komponen matriks adalah indikator. Indikator adalah
rumusan pernyataan sebagai bentuk ukuran spesifik yang menunjukkan ketercapaian kompetensi
dasar dengan menggunakan kata kerja operasional (KKO). Dalam praktiknya, penggunaan kata
kerja operasional untuk setiap indikator harus disesuaikan dengan domain dan jenjang
kemampuan yang diukur. Berikut contoh rumusan kata kerja operasional.
1. Domain Kognitif :
a. Pengetahuan/ingatan : mendefinisikan, memberikan, mengidentifikasi, memberi nama,
menyusun daftar, mencocokkan, menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan kembali,
memilih, menyatakan, dan sebagainya.
b. Pemahaman : mengubah, mempertahankan, membedakan, memprakirakan, menjelaskan,
menyatakan secara luas, menyimpulkan, memberi contoh, melukiskan kata-kata sendiri,
meramalkan, menuliskan kembali, meningkatkan, dan sebagainya.
c. Penerapan : menghitung, mendemonstrasikan, mengungkapkan, mengerjakan dengan teliti,
menjalankan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan, dan sebagainya.
d. Analisa : mengurai, membuat diagram, memisah-misahkan, menggambarkan kesimpulan,
membuat garis besar, menghubungkan, merinci, dan sebagainya.5) Sintesa : menggolongkan,
menggabungkan, menghimpun, menciptakan, merencanakan, menjelaskan, membangkitkan,
mengorganisir, merevisi, menyimpulkan, menceritakan, dan sebagainya.
e. Evaluasi : menilai, membandingkan, mempertentangkan, mengeritik, membeda-bedakan,
mempertimbangkan kebenaran, menyokong, dan sebagainya.
2. Domain Afektif :
a. Kemauan menerima : bertanya, memilih, menggambarkan, mengikuti, memberi, berpegang
teguh, menjawab, menggunakan, dan sebagainya.
b. Kemauan menanggapi : menjawab, membantu, memperbincangkan, memberi nama,
menunjukkan, mempraktikkan, mengemukakan, membaca, melaporkan, menuliskan,
memberitahu, dan sebagainya.
c. Berkeyakinan : melengkapi, menggambarkan, membeda-bedakan, mengusulkan, bekerjasama,
mencoba, dan sebagainya.
d. Ketekunan, ketelitian : merevisi, melaksanakan, memeriksa kebenaran, melayani, dan
sebagainya.
3. Domain psikomotor :
Menirukan, menggunakan, artikulasi (mengucapkan dengan nyata, menyatukan dengan
menyambung), mewujudkan, membina, menukar, membersihkan, menyusun, menghubungkan,
melatih, mengikuti, membuat bagan, melokalisir, mengikat, mencampur, mengasah/menajamkan,
mengaduk, mengerjakan dengan teliti, memulai, memanaskan, mengidentifikasi, dan sebagainya.

INDIKATOR SOAL
Indikator soal berisi ciri-ciri perilaku yang dapat diukur sebagai petunjuk untuk membuat
soal. Indikator dikembangkan sesuai dg karakteristik siswa, mata pelajaran, satuan pendidikan,
potensi daerah dan dirumuskan dg kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat
diobservasi.
Syarat-syarat indikator yang baik adalah :
1. Memuat ciri-ciri kompetensi dasar yang akan diukur.
2. Memuat kata kerja operasional yang dapat diukur.
3. Berkaitan dengan materi (bahan ajar) yang dipilih.
4. Dapat dibuatkan soalnya.

Teknik Perumusan Indikator Soal :


1. Bila soal terdapat Stimulus (misal: gambar) maka rumusan indikatornya adalah: Disajikan .
Siswa dapat . (titik-titk di isi dengan KKO, misal: menjelaskan, menyebutkan, dst. Diikuti
materi yang di inginkan). Contoh: Disajikan gambar tumbuhan, siswa dapat menentukan bagian
akar pada tumbuhan dengan benar.
2. Bila soal tidak terdapat stimulus maka rumusan indikatornya: Siswa dapat .

Mekanisme Pengembangan Indikator


a. Menganalisis Tingkat Kompetensi dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Langkah
pertama pengembangan indikator adalah menganalisis tingkat kompetensi dalam SK dan KD.
Hal ini diperlukan untuk memenuhi tuntutan minimal kompetensi yang dijadikan standar secara
nasional. Sekolah dapat mengembangkan indikator melebihi standar minimal tersebut. Tingkat
kompetensi dapat dilihat melalui kata kerja operasional yang digunakan dalam SK dan KD.
Tingkat kompetensi dapat
diklasifikasi dalam tiga bagian, yaitu tingkat pengetahuan, tingkat proses, dan tingkat penerapan.
Kata kerja pada tingkat pengetahuan lebih rendah dari pada tingkat proses maupun penerapan.
Tingkat penerapan merupakan tuntutan kompetensi paling tinggi yang diinginkan. Klasifikasi
tingkat kompetensi berdasarkan kata kerja yang digunakan disajikan dalam Tabel berikut

Tabel Tingkat Kompetensi Kata Kerja Operasional

No Klasifikasi Tingkat Kata Kerja Operasional yang


Kompetensi Digunakan
1 Berhubungan dengan 1.Mendeskripsikan (describe)
mencari keterangan 2.Menyebutkan kembali (recall)
(dealing with retrieval) 3.Melengkapi (complete)
4.Mendaftar (list)
5.Mendefinisikan (define)
6.Menghitung (count)
7.Mengidentifikasi (identify)
8.Menceritakan (recite)
9.Menamai (name)
2 Memproses 1.Mensintesis (synthesize)
(processing) 2.Mengelompokkan (group)
3.Menjelaskan (explain)
4.Mengorganisasikan (organize)
5.Meneliti/melakukan eksperimen
(experiment)
6.Menganalogikan (make analogies)
7.Mengurutkan (sequence)
8.Mengkategorikan (categorize)
9. Menganalisis (analyze)
10.Membandingkan (compare)
11.Mengklasifikasi (classify)
12.Menghubungkan (relate)
13.Membedakan (distinguish)
14.Mengungkapkan sebab (state
causality)
3 Menerapkan dan 1.Menerapkan suatu prinsip (applying
mengevaluasi a principle)
(Application and 2.Membuat model (model building)
Evaluation) 3.Mengevaluasi (evaluating)
4.Merencanakan (planning)
5.Memperhitungkan/meramalkan
kemungkinan
(extrapolating)
6.Memprediksi (predicting)
7.Menduga/Mengemukakan pendapat/
mengambil
kesimpulan (inferring)
8.Meramalkan kejadian alam/sesuatu
(forecasting)
9.Menggeneralisasikan (generalizing)
10.Mempertimbangkan /memikirkan
kemungkinan-kemungkinan
(speculating)
11.Membayangkan /mengkhayalkan/
mengimajinasikan (Imagining)
12.Merancang (designing)
13.Menciptakan (creating)
14.Menduga/membuat dugaan/
kesimpulan awal
(hypothezing)

Selain tingkat kompetensi, penggunaan kata kerja menunjukan penekanan aspek yang
diinginkan, mencakup sikap, pengetahuan, serta keterampilan. Pengembangan indikator harus
mengakomodasi kompetensi sesuai tendensi yang digunakan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar. Jika aspek keterampilan lebih menonjol, maka indikator yang dirumuskan
harus mencapai kemampuan keterampilan yang diinginkan. Klasifikasi kata kerja berdasarkan
aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik disajikan dalam tabel 2, 3, dan 4.

Tabel Kata Kerja Ranah Kognitif


Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Penilaian
Mengutip Memperkirakan Menugaskan Menganalisis Mengabstraksi Membandingk
Menyebutkan Menjelaskan Mengurutkan Mengaudit Mengatur Menyimpulkan
Menjelaskan Mengkategorikan Menentukan Memecahkan Menganimasi Menilai
Menggambar Mencirikan Menerapkan Menegaskan Mengumpulkan Mengarahkan
Membilang Merinci Menyesuaikan Mendeteksi Mengkategorikan Mengkritik
Mengidentifikasi Mengasosiasikan Mengkalkulasi Mendiagnosis Mengkode Menimbang
Mendaftar Membandingkan Memodifikasi Menyeleksi Mengombinasikan Memutuskan
Menunjukkan Menghitung Mengklasifikasi Merinci Menyusun Memisahkan
Memberi label Mengkontraskan Menghitung Menominasikan Mengarang Memprediksi
Memberi indeks Mengubah Membangun Mendiagramkan Membangun Memperjelas
Memasangkan Mempertahankan Membiasakan Megkorelasikan Menanggulangi Menugaskan
Menamai Menguraikan Mencegah Merasionalkan Menghubungkan Menafsirkan
Menandai Menjalin Menentukan Menguji Menciptakan Mempertahank
Membaca Membedakan Menggambarkan Mencerahkan Mengkreasikan Memerinci
Menyadari Mendiskusikan Menggunakan Menjelajah Mengoreksi Mengukur
Menghafal Menggali Menilai Membagankan Merancang Merangkum
Meniru Mencontohkan Melatih Menyimpulkan Merencanakan Membuktikan
Mencatat Menerangkan Menggali Menemukan Mendikte Memvalidasi
Mengulang Mengemukakan Mengemukakan Menelaah Meningkatkan Mengetes
Mereproduksi Mempolakan Mengadaptasi Memaksimalkan Memperjelas Mendukung
Meninjau Memperluas Menyelidiki Memerintahkan Memfasilitasi Memilih
Memilih Menyimpulkan Mengoperasikan Mengedit Membentuk Memproyeksik
Menyatakan Meramalkan Mempersoalkan Mengaitkan Merumuskan
Mempelajari Merangkum Mengkonsepkan Memilih Menggeneralisasi
Mentabulasi Menjabarkan Melaksanakan Mengukur Menggabungkan
Memberi kode Meramalkan Melatih Memadukan
Menelusuri Memproduksi Mentransfer Membatas
Menulis Memproses Mereparasi
Mengaitkan Menampilkan
Menyusun Menyiapkan
Mensimulasikan Memproduksi
Memecahkan Merangkum
Melakukan Merekonstruksi
Mentabulasi
Memproses
Meramalkan

Tabel Kata Kerja Ranah Afektif


Menerima Menanggapi Menilai Mengelola Menghayati
Memilih Menjawab Mengasumsikan Menganut Mengubah
Mempertanyaka Membantu Meyakini Mengubah perilaku
n Mengajukan Melengkapi Menata Berakhlak
Mengikuti Mengompromika Meyakinkan Mengklasifikasika mulia
Memberi n Memperjelas n Mempengaruhi
Menganut Menyenangi Memprakarsai Mengombinasikan Mendengarkan
Mematuhi Menyambut Mengimani Mempertahankan Mengkualifikas
Meminati Mendukung Mengundang Membangun i
Menyetujui Menggabungka Membentuk Melayani
Menampilkan n pendapat Menunjukkan
Melaporkan Mengusulkan Memadukan Membuktikan
Memilih Menekankan Mengelola Memecahkan
Mengatakan Menyumbang Menegosiasi
Memilah Merembuk
Menolak

Tabel Kata Kerja Ranah Psikomotor


Menirukan Memanipulasi Pengalamiahan Artikulasi
Mengaktifkan Mengoreksi Mengalihkan Mengalihkan
Menyesuaikan Mendemonstrasikan Menggantikan Mempertajam
Menggabungkan Merancang Memutar Membentuk
Melamar Memilah Mengirim Memadankan
Mengatur Melatih Memindahkan Menggunakan
Mengumpulkan Memperbaiki Mendorong Memulai
Menimbang Mengidentifikasikan Menarik Menyetir
Memperkecil Mengisi Memproduksi Menjeniskan
Membangun Menempatkan Mencampur Menempel
Mengubah Membuat Mengoperasikan Menseketsa
Membersihkan Memanipulasi Mengemas Melonggarkan
Memposisikan Mereparasi Membungkus Menimbang
Mengonstruksi Mencampur

Perbedaan Tes Uraian dan Pilihan Ganda


Tabel Perbandingan Tes Uraian dan Pilihan Ganda

Bentuk
No. Kelebihan Kekurangan
Tes

1 Uraian Dapat mengetahui kemampuan peserta didik Kesulitan dalam penyusunan


dalam menyusun jawaban dengan pedoman penskorannya.
menggunakan bahasa mereka sendiri

2 Mampu mengukur aspek perilaku peserta Pengaruh subyektivitas


didik (kelengkapan aspek pengukuran) penilai cukup besar

3 PG Mampu menilai secara objektif Sukar untuk menentukan


pengecohnya

4 Materi yang diujikan dapat mencangkup Kemungkinan untuk


sebagian besar dari bahan pengajaran yang melakukan tebakan jawaban
diajarkan masih cukup besar

5 Jawaban siswa dapat dikoreksi dengan Proses berpikir siswa tidak


mudah dan cepat dapat diketahui dengan
nyata

CATATAN PENTING!
- Indikator soal dikembangkan dari IPK (indikator pencapaian kompetensi) (IPK bisa lihat di
silabus)
- Satu indikator pencapaian kompetensi tidak harus menjadi 1 indikator soal. Artinya bisa
dikembangkan menjadi beberapa indikator soal.
- Satu indikator soal tidak harus menjadi 1 soal, dalam referensi lain menyebutkan bahwa 1
indikator soal hanya menjadi 1 soal. Keduanya kami belum menemukan referensi yang valid.
(silahkan masukannya jika ada sumber yang lebih valid)
- Dalam membuat indikator soal harus sudah membayangkan menjadi soal apa (Pilihan
ganda/Isian singkat/ Uraian)
- Kisi-kisi ada 2 macam yaitu kisi-kisi terbuka dan kisi-kisi tertutup.
- titik-titik pada soal yang letaknya di akhir hanya 4 titik saja (1 titik penutup kalimat & 3 titik
untuk kata/kalimat yang dihilangkan), Jika di tengah-tengah maka hanya 3 titik. Misal : 1. Ir.
Soekarno lahir di kota .
Contoh format Kisi-kisi soal
N SK/KD IPK Kls Materi Indikator Bentu No Soal Tingkat
o k Soal .
So
al
NB. Format Kisi-kisi Soal banyak Versi, namun ini versi lengkapnya
Cukup Sekian Dulu dari kami, Semoga apa yang kami tulis dapat bermanfaat bagi kita semua
dan pendidikan di Indonesia akan lebih baik dengan hadirnya guru-guru yang professional dan
berkualitas. Mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan, mohon kritikan guna
memperbaiki tulisan kami. Boleh di share jika bermanfaat.

Penyusunan Kisi- kisi dan Butir Soal

Penilaian pencapaian kompetensi baik formal maupun non formal sebaiknya dilakukan di

dalam suasana yang menyenangkan. Hal ini bertujuan agar kemampuan yang dinilai dapat

ditunjukkan dengan baik, yaitu dengan tidak membandingkan pencapaian kompetensi antar

peserta didik melainkan membandingkan pencapaian kompetensi seorang peserta didik dalam

periode waktu tertentu dengan yang sebelumnya.

Penilaian kompetensi membutuhkan perencanaan, pelaksanaan, dan pengolahan yang

matang. Agar hasil yang diperoleh dari pengolahan dapat dimanfaatkan secara maksimal. Proses

perencanaan dapat dilakukan dengan menentukan kompetensi yang akan diukur. Kompetensi

yang akan diukur telah dikembangkan oleh tokoh-tokoh pendidikan. Tokoh-tokoh yang
mengembangkan kompetensi meliputi Benjamin S. Bloom, Quellmalz, R. J. Mazano, Robert M.

Gangne, David Krathwohl, Norman E. G. dan Linn dan Grouloud.

Dalam penentuan kompetensi terlebih dahulu ditentukanlah materi yang akan digunakan.

Setelah menentukan materi yang digunakan, langkah selanjutnya adalah menentukan perilaku

yang akan diukur berdasarkan rumusan kompetensi baik standar kompetensi maupun kompetensi

dasar yang disesuaikan dengan kemampuan peserta didik di kelas. Namun, sebelum melakukan

penilaian, alangkah baiknya apabila kita mengetahui pengertian penilaian terlebih dahulu.

Penilaian menurut Permendikbud No 66 tahun 2013, penilaian merupakan proses

pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian-pencapaian kompetensi

peserta didik yang mencangkup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio,

ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan semester, ulangan tingkat

kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah.
Penilaian pengetahuan merupakan penilaian potensi intelektual yang terdiri dari

tahapan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan

menciptakan. Tahapan-tahapan pengetahuan tersebut merupakan perbaikan yang dilakukan

Krathwohl terhadap taksonomi Blomm. Penilaian pengetahuan dapat dilakukan

menggunakan tes tertulis, lisan, maupun penugasan.

Cangkupan penilaian pengetahuan menurut Permendikbud no 60 tahun 2013 meliputi

pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural. Pengetahuan faktual merupakan

pengetahuan yang berkaitan dengan termonologi atau istilah serta bagian detail tentang unsur.

Pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan yang berkaitan dengan penggolongan,

katagori, teori prinsip, generalisasi, model, dan struktur. Pengetahuan prosedural adalah

pengetahuan mengenai alogoritma dalam melakukan sesuatu. Teknik penilaian kompetensi

pengetahuan dilakukan dengan tes tertulis, tes lisan,dan penugasan. Tes tertulis, lisan, dan

penugasan memerlukan butir soal di dalam penggunaannya.

Terdapat langkah-langkah di dalam menyusun soal. Langkah penyusunan soal

meliputi: (1) menentukan tujuan tes, (2) menentukan kompetensi yang akan diujikan, (3)

menentukan materi yang akan diujikan, (4) menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan

kompetensi, materi, dan bentuk penilaian, (5) menyusun kisi-ksi, (6) menulis butir soal, (7)

memvalidasi butir soal, (8) merakit soal, (9) menyusun pedoman penskoran, (10) uji coba

butir soal, (11) analisis butir soal secara kuantitatif dari data hasil empiric, dan (12)

perbaikan. Terdapat penyususunan kisi-kisi di dalam uraian langkah-langkha tersebut. Kisi-

kisi merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan. Tujuan pembuatan kisi-

kisi adalah menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam memahami soal. Kisi-kisi

yang baik adalah kisi-kisi dapat mewakili isi silabus atau materi yang telah diajarkan,

komponen-komponennya mudah diuraikan dan dipahami, serta materi yang akan diujikan

dapat dibuatkan soalnya.


Penyusunan kisi-kisi tidak dapat dilepaskan dari penyusunan indikator. Indikator yang

berada di dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki.

Indikator yang baik adalah indikator yang menggunakan kata kerja operasional yang tepat,

menggunakan satu kata kerja operasional untuk pilihan ganda, dan satu atau lebih untuk soal

yang berbentuk uraian. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk membuat

indikator menurut Retno Utari adalah sebagai berikut:

Setelah menentukan indikator dan kisi-kisi, tindakan berikutnya adalah menyusun

butir soal. Penyusunan butir soal harus berpedoman pada kisi-kisi dna indikator yang telah

dibuat serta kaidah penulisan soal baik soal uraian maupun soal pilihan ganda. Baik soal

pilihan ganda maupun soal uraian mempunyai kelebihan dan kekeurangan. Kelebihan soal

pilihan ganda adalah mampu menilai secara objektif dan kelebihan soal uraian adalah dapat

menilai kemampuan peserta didik dalam mengoranisisr jawaban dengan menggunaka bahasa

sendiri. Kekurangan soal pilihan ganda adalah sukar untuk menentukan pengecohnya

sedangkan kekurangan soal uraian adalah sukar menentukan pedoman penskorannya. Nana

Sudjana (2009) berpendapat kelebihan soal bentuk pilihan ganda adalah :


a. Materi yang diujikan dapat mencangkup sebagian besar dari bahan pengajaran yang

diajarkan

b. Jawaban siswa dapat dikoreksi dengan mudah dan cepat

c. Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar maupun sudah pasti salah sehingga

bersifat objektif

Selain kelebihan, soal pilihan ganda juga mempunyai kelemahan. Nana Sudjana (2009)

berpendapat kelemahan soal pilihan ganda adalah :

a. Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar

b. Proses berpikir siswa tidak dapat diketahui dengan nyata

Penulisan soal uraian dperlukan ketepatan dan kelengkapan. Ketepan artinya adalah

materi yang ditanyakan tepat dinyatakan dalam bentuk uraian . Kelangkapan adalah

kelengkapan perliku diukur yang digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai di dalam

pedoman pesnkorannya. Berdasarkan metode penskorannya, soal uraian digolongkan ke

dalam dua bentuk yaitu uraian objektif dan uraian non objektif. Bentuk uraian objektif

menilai hasil jawaban yang diberikan peserta didik dengan 1, 0, maupun benar salah. Bentuk

uraian non objektif merupakan soal uraian yang penskorannya sulit untuk dilakukan.

Tabel 1. Tabel Perbandingan Tes Uraian dan Pilihan Ganda

Bentuk
No. Kelebihan Kekurangan
Tes

1 Uraian Dapat mengetahui kemampuan peserta didik Kesulitan dalam


dalam menyusun jawaban dengan penyusunan pedoman
menggunakan bahasa mereka sendiri penskorannya.

2 Mampu mengukur aspek perilaku peserta Pengaruh


didik (kelengkapan aspek pengukuran) subyektivitas penilai
cukup besar

3 PG Mampu menilai secara objektif Sukar untuk


Bentuk
No. Kelebihan Kekurangan
Tes

menentukan
pengecohnya

4 Materi yang diujikan dapat mencangkup Kemungkinan untuk


sebagian besar dari bahan pengajaran yang melakukan tebakan
diajarkan jawaban masih cukup
besar

5 Jawaban siswa dapat dikoreksi dengan mudah Proses berpikir siswa


dan cepat tidak dapat diketahui
dengan nyata

Penulisan soal bentuk uraian membutuhkan kaidah-kaidah. Kaidah-kaidah yang perlu

diperhatikan dalam penyusunan soal meliputi:

1. Materi

a. Soal harus sesuai indikator

b. Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan

c. Materi yang ditanyakan sesuai dengan tujuan pengukuran

d. Materi yang dintanyakan sesuai tingkat pendidikan

2. Kontruksi

a. Menggunakan kata tanya

b. Ada petunjuk yang jelas

c. Setiap soal ada pedoman penskorannya

d. Tabel, gambar, grafik disajikan dengan jelas terbaca, dan berfungsi

3. Bahasa

a. Komunikatif

b. Sesuai EYD

c. Tidak menimbulkan penafsiaran ganda


d. Tidak menggunakan bahasa daerah maupun bahasa tabu

e. Tifak menyinggung perasaan perasaan peserta didik.

Penyusuan soal pilihan ganda juga menggunakan kaidah-kaidah yang perlu

diperhatikan. Penyusunan soal pilihan ganda memerlukan ketelitian dan keterampilan. Hal ini

mengandung arti bahwa pengecoh yang digunakan harus dibuat sedemikian rupa sehingga

pengecoh tersebut dapat berfungsi. Kaidah-kaidah yang diperlukan dalam penyusunan soal

pilihan ganda adalah sebagai berikut:

1. Materi

a. Soal harus sesuai dengan indikator

b. Pengecoh harus berfungsi

c. Terdapat 1 jawaban benar

2. Kontruksi

a. Pokok soal jelas dan tegas

b. Pokok soal hanya pernyataan yang diperlukan saja

c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke jawban yang benar

d. Tidak boleh terdapat arti ganda

e. Jawaban harus logis dan homogeny

f. Panjang jawaban harus relatif sama

g. Tidak boleh mengandung pernyatan semua benar maupun semua salah

h. Jawaban berbetuk angka dan waktu harus disusun secara berurutan

i. Gambar, grafik, tabel harus berfungsi dan jelas

j. Pokok soal tidak boleh mengandung kata yang mengungkapkan ketidakpastian

k. Butir soal jangan bergantung pada jawaban sebelumnya

3. Bahasa
a. Sesuai dengan EYD

b. Bahasa harus komunikatif

c. Letakkan kata pada pokok soal

Pilihan ganda yang baik mempunyai beberapa bagian. Nana Sudjana (2009) berpendapat

bahwa soal pilihan ganda terdiri dari :

a. Stem merupakan pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang akan dinyatakan

b. Option merupakan sejumlah pilihan atau alternative jawaban

c. Kunci merupakan jawaban yang benar atau yang paling tepat

d. Distraktor merupakan jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban

Format Kisi-kisi penulisan soal terdiri dari jenis sekolah, maple, kurikulum, alokasi

waktu, jumlah soal, bentuk soal, penyusun, KI, KD, kelas/semester, materi pokok, indikator

soal, dan nomor soal. Adapun contoh soal pilihan ganda dan uraian adalah sebagai berikut.

Contoh soal pilihan ganda.

1. Berikut ini adalah besaran fisis yang berlaku pada gerak melingkar beraturan

adalah.

A. Percepatan sudut

B. Posisi sudut

C. Kecepatan sudut akhir

D. Percepatan tangensial

Contoh soal uraian bebas.

Jelaskan hubungan antara kecepatan sudut dan kecepatan linear dalam gerak melingkar

dengan menggunakan kalimat anda sendiri.

Contoh soal uraian objektif.


Seorang menyediakan 1 kg emas murni untuk dibuatkan sebuah perhiasan. Setelah jadi

diperoleh perhiasan yang massanya juga 1 kg. Jelaskan bagaimana cara menguji apakah

perhiasan tersebut terbuat dari emas murni atau tidak

Pelaksaan penilaian pengetahuan dapat dilakukan sebagai penilaian proses, ujian

tengah semester, maupun ujian semester. Penilaian pengetahuan terdiri atas nilai proses, uts,

dan uas. Cara penskorannya adalah sebagai berikut:

Pembobotan 2:1:1 (NP: NUTS: NUAS) = 4

NIlai ulangan harian 1,2, dan 3 = 60,75, 65

Nilai tugas 1, 2, dan 3, = 75, 70, 80,

Rata-rata nilai proses 70, 8

NUTS = 75

NUAS = 65

Nilai yang diperoleh berdasarkan data di atas adalah

=(2 x 70,8)+(1x75)+(1x65):4

=281,6:4

=70,4

Nilai rapor 70,4:100 x 4=2,82 =baik .

Refrensi:

Dadan Rosana.(2015). Evaluasi Pembelajaran Sains.

Mundilarto. (2010). Penilaian Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta: UNY

Nana Sudjana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai