Sebelumnya Mubarak adalah orang nomor dua di Mesir. Sadat mempercayainya terlibat
dalam serangkaian perundingan, termasuk dalam Traktat Perjanjian Damai Mesir dan Israel
yang ditandatangani Sadat pada 1979. Pengakuan Sadat atas Israel itulah yang menjadi
alasan utama pembunuhannya, sekaligus penyebab utama Mesir dikeluarkan dari Liga Arab
pada 1979.
1. Presiden Tunisia Zine al-Abidine Ben Ali lari ke Arab Saudi menyusul bentrokan antara
demonstran dan aparat selama berhari-hari yang menewaskan puluhan orang.
Terinspirasi kejatuhan Presiden Ben Ali di Tunisia, ribuan rakyat Mesir menuntut diakhirinya
kekuasaan Presiden Mubarak. Terjadi bentrokan demonstran dengan polisi.Polisi bentrok
dengan ribuan demonstran yang melanggar larangan demonstrasi. Mohamad ElBaradei,
mantan ketua Badan Energi Atom Internasional yang juga dikenal pengritik Mubarak, tiba di
Kairo untuk bergabung dengan demonstran. Sekurangnya 24 orang tewas dalam bentrokan
di seluruh Mesir. Mubarak memperpanjang jam malam ke seluruh kota di Mesir. Mubarak
memerintahkan tentara dan tank turun ke jalan untuk menghadang demonstran. Namun,
demonstran malah menyambut tentara yang dianggap netral, tidak seperti polisi yang
dikerahkan sebelumnya.
Mubarak menunjuk kepada badan intelijen Omar Suleiman sebagai wapres. Mubarak di televisi
mengatakan tak akan turun dari jabatan, dan baru akan turun jika masa jabatan berakhir pada
September. Ia juga menawarkan konsesi. sekitar sejuta rakyat berdemo di seluruh negeri
meminta Mubarak mundur secepatnya.
3. Mubarak menolak permintaan AS dan Eropa agar transisi politik dilakukan segera
Pecah bentrokan antara kelompok pendukung Mubarak dan massa demonstran di Lapangan
Tahrir, namun militer diam saja. Sejumlah tembakan dilepaskan kepada demonstran di Kairo,
sekitar 10 tewas. PBB memperkirakan 300 telah tewas sepanjang gelombang demonstrasi.
Ribuan berkumpul di Lapangan Tahrir untuk mendesak diakhirinya rezim Mubarak. Aksi ini
dinamai Hari Keberangkatan. Anak Mubarak, Gamal, mundur sebagai pimpinan partai
berkuasa Mesir. Rakyat Mesir menggelar demonstrasi terbesar. Wapres Suleiman mengatakan
pihaknya punya jadwal untuk transfer kekuasaan secara damai. Ia menjanjikan tak ada tindak
represi terhadap demonstran. Ia memperingatkan militer akan melakukan kudeta jika
demonstrasi tak juga diakhiri. Empat tewas dalam bentrokan antara aparat dan 3000
demonstran di Provinsi New Valley, selatan Kairo
4. Ketika terjadi Perang Enam Hari pada 1967, Mesir memberlakukan Undang-undang (UU)
Keadaan Darurat
Mubarak berkali-kali terpilih sebagai presiden pada pemilihan umum (pemilu) 1987, 1993, dan
1999. Berdasarkan konstitusi, Dewan Rakyat punya peran kunci dalam memilih calon tunggal
presiden Mesir. Barulah pada 2005, Mubarak mendesak parlemen untuk mengubah sistem
dan mengizinkan pemilu dengan banyak kandidat. Namun, lagi-lagi, Mubarak keluar sebagai
pemenang.
Para pengkritik curiga pemilu 2005 penuh kecurangan. Pegawai negeri diharuskan memilih
Mubarak, sementara di wilayah miskin di Mesir ada indikasi terjadi pembelian suara. Ayman
Nour, kandidat presiden dari Partai Al-Ghad, mempertanyakan hasil pemilu dan menuntut
pemilu ulang. Nour malah didakwa melakukan pemalsuan dan dijatuhi hukuman penjara lima
tahun pada 2005.
Upaya penyelesaian :
Warga tetap mendesak agar Hosni Mubarak menurunkan jabatan. Militer membuat pernyataan
yang mengindikasikan akan melakukan kudeta dan menyingkirkan Mubarak
Mubarak mundur dan menyerahkan wewenang kepada militer