PENDAHULUAN
Selulitis orbita adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang terletak posterior dari
septum orbita. Lebih dari 90% kasus selulitis orbita terjadi akibat kasus sekunder
karena sinusitis bakterial akut atau kronis. Gambaran klinisnya antara lain demam
pergerakan bola mata dan nyeri pergerakan bola mata. Keterlambatan pengobatan
akan mengakibatkan progresifitas dari infeksi dan timbulnya sindroma apeks orbita
atau trombosis sinus kavernosus. Komplikasi yang terjadi antara lain kebutaan,
kelumpuhan saraf kranial, abses otak, dan bahkan dapat terjadi kematian.2 Selulitis
Orbita memiliki berbagai penyebab dan mungkin terkait dengan komplikasi yang
Diagnosis yang tepat dan pengelolaan yang tepat sangat penting untuk
infeksi yang mengancam nyawa dari jaringan lunak di belakang septum orbital. Hal
ini dapat terjadi pada segala usia tetap ilebih sering terjadi pada anak-anak,
Penyebab dan faktor predisposisi selulitis orbita antara lain sinusitis, trauma okuli,
riwayat operasi, dakriosistitis, sisa benda asing di mata dan periorbita, infeksi gigi
Selulitis orbita karena infeksi gigi (odontogen) merupakan kasus yang sedikit,
hanya 25% dari semua kasus selulitis orbita. Sedangkan sinusitis yang disebabkan
oleh faktor odontogen diperkirakan 1012% dari semua kasus sinusitis. Sumber
infeksi dapat timbul dari semua gigi, terutama premolar dan molar superior.3,4
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Anatomi
Anatomi Palpebra
bola mataterhadap trauma, paparan sinar, dan pengeringan bola mata .1 Kelopak
mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan pada bagian
belakang ditutupi oleh selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsa.1
-Kelenjar, seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar
-Otot, seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas
dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra
menutup bola mata yang dipersarafi N. fasial. M.levator palpebra, yang berorigo
pada annulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian
tempat insersi M.levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini
dipersarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau
membuka mata.
-Di dalam kelopak mata ada tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar
-Septum orbita, yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan. Tarsus ditahan oleh septum
orbita yang melekat pada rima orbitapada seluruh lingkaran pembukaan rongga
orbita.
-Tarsus, terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak
dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).
Anatomi Orbita
buah pir yang berada di antara fossa kranial anterior dan sinus
- Os. Frontalis
- Os. Maxillaris
- Os. Zygomaticum
- Os. Sphenoid
- Os. Palatinum
- Os. Ethmoid
- Os. Lacrimalis
ethmoid yang menjadi salah satu struktur pembangun dinding medial merupakan
salah satu lokasi terjadinya sinusitis etmoidales yang merupakan salah satu
posteromedial dari tulang maksilaris relatif lemah dan seringkali terlibat dalam
fraktur blowout.
2.2.1 Definisi
orbita. Keadaan ini merupakan infeksi preseptal utama dari jaringan adneksa dan
orbital ocular.
2.2.2 Patofisiologi dan etiologi
(1) perluasan infeksi daristruktur periorbital, paling sering dari sinus paranasal,
(2) inokulasi langsung orbita setelah adanya trauma, operasi,dan infeksi kulit
Dinding medial orbital tipis dan berlubang tidak hanya oleh banyak pembuluh
darah tanpa katup dan saraf tetapi juga oleh berbagai defek lainnya. Kombinasi
tulang yang tipis, adanya foramen untuk jalur neurovaskular, dan defek alami yang
terjadi pada tulang memungkinkan jalur yang mudah bagi bahan infeksius antara
sel-sel udara ethmoidal dan ruang subperiorbital dalam bagian medial orbita.
Lokasi yang paling umum dari abses subperiorbital adalah sepanjang dinding
medial orbital. Periorbita adalah relatif longgar melekat pada tulang dinding medial
lateral, superior, dan inferior dalam ruang subperiorbital (2). Selain itu, ekstensi
rektus dari satu ke yang berikutnya. Bagian posterior orbita, fasia antara otot rektus
adalah tipis dan sering secara tidak lengkap memungkinkan perluasan mudah antara
ruang orbitextraconal dan intraconal (2). Drainase vena dari sepertiga tengah wajah,
termasuk sinus paranasal, terutama melalui vena orbita, yang tanpa katup, yang
memungkinkan alur infeksi baik anterograde dan retrograde. Bahan infeksius dapat
masuk ke dalam orbit secara langsung dari trauma kecelakaan atau trauma operasi
Sinusitis ethmoid adalah penyebab paling umum dari orbital selulitis pada semua
kelompok usia dan bakteri aerobik non-spora adalah organisme yang paling sering
paling sering adalah Mucor dan Aspergillus (2). Mucormycosis tersebar luas dalam
distribusi yang sangat luas, sementara aspergilosis lebih sering terlihat di iklim
2.2.3 Epidemiologi
Peningkatan insiden selulitis orbita terjadi di musim dingin, baik nasional maupun
kematian dari 17%, dan 20% dari korban yang selamat buta di mata yang terkena.
Namun, dengan diagnosis yangcepat dan tepat penggunaan antibiotik, angka ini
telah berkurang secara signifikan; kebutaan terjadi dalam 11% kasus. Selulitis
b.Ras
c.Sex
Tidak ada perbedaan frekuensi antara jenis kelamin pada orang dewasa, kecuali
untuk kasus-kasus S. aureus yang resisten terhadap methicillin, yang lebih sering
terjadi pada wanita daripada laki-laki dengan rasio 4:1. Namun, pada anak-anak,
selulitis orbita telah dilaporkan dua kali lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan (3).
d. Usia
dirawat dirumah sakit dengan selulitis orbita adalah 7-12 tahun (3).
penglihatan. Gejala objektif berupa mata merah, kelopak sangat edema, proptosis,
intraokular, rinore. Proptosis dan oftalmoplegi adalah tanda kardinal dari selulitis
orbita (4).
e.CT Scan
f.MRI
membantu dalam mendefinisikan abses orbita dan dalam mengevaluasi
2.2.6 Komplikasi
dari arteri atau vena retina sentral, dan neuropati optik endophthalmitis (7).
b)Intrakranial Komplikasi yang jarang terjadi, termasuk meningitis, abses otak dan
trombosis sinus kavernosus. Yang terakhir adalah komplikasi yang jarang namun
sangat serius yang harus dicurigai bila ada bukti-bukti keterlibatan bilateral,
perkembangan proptosis yang sangat cepat dan sumbatan pembuluh darah wajah,
d)Abses orbita relatif langka di selulitis orbital terkait sinusitis, tetapi mungkin
2.2.7 Penatalaksanaan
2) Terapi antimikroba
- Antibiotik intravena dosis tinggi 1.5g oksasilin dikombinasikan dengan satu juta
ceftriakson (9).
paranasalis (9).
Setiap 4 jam dipantau dengan pengujian reaksi pupil, ketajaman visual, penglihatan
5)Intervensi bedah
abses (9).
a. Vankomisin (Vancocin)
b. Klindamisin (Cleocin)
c. Sefotaksim (Claforan)
d. Nafcillin (Unipen
f. Kloramfenikol (Chloromycetin)
g. Tikarsilin (Ticar)