03 042015 Evy
03 042015 Evy
Oleh
Evy Ratnasari Ekawati
Prodi Analis Kesehatan-FIKes-Univ.Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
ABSTRAK
PENDAHULUAN
17
laktosa dan lemak, sumber zat pembangun karena mengandung protein dan mineral serta
sebagai bahan-bahan pembantu proses metabolisme seperti mineral dan vitamin. Secara
kimiawi susu normal mempunyai susunan sebagai berikut: air (87,20%), lemak (3,70%),
protein (3,50%), laktosa (4,90%), dan mineral (0,07%) (Sumudhita, 1989).
Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan akan protein hewani semakin
meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup manusia. Untuk memenuhi
kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang dapat digunakan
adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia karena
kelezatan dan komposisinya yang ideal selain itu susu mengandung semua zat yang
dibutuhkan oleh tubuh, semua zat makanan yang terkandung didalam susu mudah dicerna
dan dimanfaatkan oleh tubuh (Ressang dan Nasution, 1982).
Menurut Webb dan Whittler (1970), laktosa merupakan karbohidrat utama yang
terdapat di dalam susu mammalia, Laktosa adalah disakarida yang terdiri dari glukosa dan
galaktosa. Laktosa hanya terdapat pada sel-sel kelenjar mamma pada masa
menyusui(Mayes PA, 1990).
Menurut Suhendar dkk (2008) Komposisi rata-rata susu sapi terdiri dari: Air 83,3
%, protein 3,2%, lemak 4,3 %, karbohidrat 3,5 %, kalium 4,3 mg/100 gr, kalsium 143,3
mg/ 100 gr,fosfor 60 mg/100 gr, besi 1,7 mg/100 gr, vitamin A, SI 130, Vitamin B1 0,3
mg/100 grdan vitamin C 1 mg/100 gr. Lemak tersusun dari trigliresida yang merupakan
gabungan gliserol dan asam-asam lemak. Dalam lemak susu terdapat 60-75% lemak yang
bersifat jenuh, 25-30% lemak yang bersifat tak jenuh dan sekitar 4% merupakan asam
lemak polyunsaturated. Komponen mikro lemak susu antara lain adalah fosfolipid, sterol,
tokoferol (vitamin E), karoten, serta vitamin A dan D. Kadar laktosa di dalam air susu
adalah 6,2% dan ditemukan dalam keadaan larut. Laktosa terbentuk dari dua komponen
gula yaitu glukosa dan galaktosa. Kadar laktosa dalam air susu dapat dirusak oleh
beberapa jenis kuman pembentuk asam susu. Pemberian laktosa atau susu dapat
menyebabkan diare atau gangguan-gangguan perut bagi orang yang tidak tahan terhadap
laktosa. Hal ini disebabkan kurangnya enzim lactase dalam mukosa usus.
Komposisi air susu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis ternak dan
keturunannya (hereditas), bulan laktasi, umur ternak, peradangan pada ambing, pakan
ternak, lingkungan dan prosedur pemerahan susu. Lebih kentalnya susu dibandingkan air
adalah karena banyaknya bahan kering yang terdapat didalamnya, seperti lemak, protein,
karbohidrat, vitamin, dan mineral (Saleh, 2004).
Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui perbedaan kandungan
laktosa pada susu sapi peras dan susu kambing etawa.
Susu adalah hasil pemerahan dari ternak sapi perah atau dari ternak menyusui
lainnya yang diperah secara kontinyu dan komponen-komponennya tidak dikurangi dan
tidak ditambahkan bahan-bahan lain. Susu bernilai gizi tinggi dan dapat digunakan
sebagai makanan manusia segala umur, sehingga susu merupakan makanan yang dapat
dikatakan sempurna. Dewasa ini di negara-negara yang sudah maju maupun di negara-
negara yang sedang berkembang ,sapi perah merupakan sumber utama penghasil susu
yang mempunyai nilai gizi tinggi. Walaupun ada pula susu yang dihasilkan oleh ternak
lain misalnya kerbau, kambing, kuda dan domba, akan tetapi penggunaannya
dimasyarakat tidaklah sepopuler susu sapi perah (Anonim, 2010).
Susu sebagian besar digunakan sebagai produk pangan. Dipandang dari segi gizi,
susu merupakan makanan yang hampir sempurna dan merupakan makanan alamiah bagi
makhluk menyusui yang baru lahir, di mana susu merupakan satu-satunya sumber
makanan pemberi ke-hidupan segera sesudah kelahiran. Susu didefinisikan sebagai
sekresi dari kelenjar susu makhluk yang menyusui anaknya. Sumber susu untuk kegunaan
18
komersial yang paling umum di negara-negara seperti Australia, Inggris, dan Amerika
adalah sapi, akan tetapi di negara-negara lain digunakan ternak-ternak lain, seperti domba
dan kambing di Itali dan Perancis, kerbau di Asia dan Mesir. Selama berabad-abad sapi
selalu dipilih untuk produksi susu yang tinggi, sehingga sekarang sapi perah adalah salah
satu penghasil susu yang paling efisien. Dalam kenyataannya seekor sapi perah yang baik
akan menghasilkan sekitar 5.000 liter susu per tahun (kira-kira sepuluh kali berat
badannya sendiri) (Buckle et al., 1987).
Susu merupakan sumber energi karena mengandung laktosa dan lemak, sumber
zat pembangun karena mengandung protein dan mineral serta sebagai bahan-bahan
pembantu proses metabolisme seperti mineral dan vitamin. Secara kimiawi susu normal
mempunyai susunan sebagai berikut: air (87,20%), lemak (3,70%), protein (3,50%),
laktosa (4,90%), dan mineral (0,07%) (Sumudhita, 1989).
Susu kambing merupakan cairan putih berasal dari binatang ternak ruminansia
berjenis kambing perah yang diproduksi oleh kelenjar susu dari hewan mamalia betina.
Susu diproduksi oleh kambing betina setelah beranak atau disebut masa laktasi. Salah
satu kelebihan susu kambing adalah kandungan gizinya relatif lebih lengkap dan
seimbang. Sedangkan menurut Saleh (2004), susu yang baik adalah susu yang
mengandung jumlah bakteri sedikit, tidak mengandung spora mikroba patogen, bersih
yaitu tidak mengandung debu atau kotoran lainnya dan mempunyai cita rasa flavour yang
baik. Komponen komponen yang penting dalam air susu adalah protein, lemak, vitamin,
mineral, laktosa serta enzim-enzim dan beberapa mikroba (Lampert, 1980). Susu
merupakan produk pangan yang menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan kalsium
(Ca) tubuh (Syarifah, 2007).
Komposisi air susu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis ternak dan
keturunannya (hereditas), bulan laktasi, umur ternak, peradangan pada ambing, pakan
ternak, lingkungan dan prosedur pemerahan susu. Lebih kentalnya susu dibandingkan air
adalah karena banyaknya bahan kering yang terdapat didalamnya, seperti lemak, protein,
karbohidrat, vitamin, dan mineral. Viskositas susu juga bisa dipengaruhi antara lain yaitu
tercemar oleh kuman-kuman coli yang menyebabkan susu berlendir karena alat yang
tidak bersih dan susu lebih encer kemungkinan adanya penambahan sejumlah air kedalam
susu (Saleh, 2004).
Pemanfaatan kambing di Indonesia baru terbatas sebagai penghasil daging,
sedangkan sebagai penghasil susu masih sedikit. Kambing yang umumnya dipelihara
adalah kambing Peranakan Etawah (PE), karena kambing ini merupakan salah satu jenis
kambing yang menghasilkan susu untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Jenis
kambing PE merupakan jenis kambing yang memiliki produktivitas tinggi dan daya tahan
yang lebih baik. Kambing PE banyak dipelihara oleh masyarakat di Indonesia dan
tersebar luas diseluruh wilayah pedesaan karena mempunyai kemampuan untuk
beradaptasi dan mempertahankan diri terhadap lingkungan yang kurang baik (Davendra
dan Burns, 1994). Kandungan protein susu kambing relatif lebih tinggi, yaitu 4,3%
dibanding susu sapi 3% (Sunarlim, 1992).
Pada waktu susu berada di dalam ambing ternak yang sehat atau berada beberapa
saat setelah keluar, susu merupakan suatu bahan murni, hygienis, bernilai gizi tinggi, dan
mengandung sedikit bakteri yang berasal dari ambing, atau boleh dikatakan susu masih
steril, bau dan rasanya tidak berubah dan tidak berbahaya untuk diminum. Setelah
beberapa lama berada di luar, susu sangat peka terhadap pencemaran bakteri karena di
dalam susu terkandung semua zat yang disukai oleh bakteri seperti protein, mineral,
karbohidrat, lemak, dan vitamin sehingga susunan dan keadaannya akan berubah
(Suardana dan Swacita, 2004).
19
Laktosa pertama kali diisolasi pada tahun 1633 oleh Bartolettu cara evaporasi
whey (Holsinger, 1988).Laktosa, galacotse 1,4 glukosa merupakan komposisi gula pada
susu mammalia yang unik. Laktosa merupakan disakarida yang terdiri dari glukosa dan
galaktosa (Solomons, 2002). Laktosa merupakan sumber energi yang memasok hampir
setengah dari keseluruhan kalori yag terdapat pada susu (35-45%). Selain itu, laktosa juga
diperlukan untuk absorbsi kalsium. Hasil hidrolisa laktosa yang berupa galaktosa, adalah
senyawa yang penting untuk pembentukan sebrosida. Serebrosida ini penting untuk
perkembangan fan fungsi otak. Galaktosa juga dapat dibentuk oleh tubuh dari glukosa di
hati. Karena itu keberadaan laktosa sebagai karbohidrat utama yang terdapat di susu
mammalia, termasuk ASI, merupakan hal yang unik dan penting (Sinuhaji, 2006).
Laktosa hanya dibuat di sel-sel kelenjar mamma pada masa menyusui melalui
reaksi antara glukosa dan galaktosa uridin difosfat dengan bantuan lactose synthetase.
Kadar laktosa dalam susu sangat bervariasi antara satu mammalia dengan yang lain. ASI
mengandung 7% laktosa, sedangkan susu sapi hanya mengandung 4% (Sinuhaji, 2006).
Laktosa atau gula susu terlarut dalam susu sebanyak 4,8% dan memberikan rasa
manis pada susu.Laktosa normal hanya terdapat dalam susu, yaitu semacam disakarida
yang dibuat dari glukosa dari bahan makanannya.Kegunaan laktosa bagi badan adalah
sama dengan karbohidrat lainnya, tetapi masih harus dipecah dulu menjadi glukosa dan
galaktosa oleh enzim laktase dari alat pencernaan (Suwadi Sinduredjo,1996).
Laktosa merupakan sumber energi yang memasok hampir setengah keseluruhan
kalori susu (35-45%). Disamping itu laktosa juga penting untuk absorpsi
kalsium.Galaktosa yang merupakan hasil hidrolisa laktosa, merupakan senyawa yang
penting untuk perkembangan fungsi otak.Galaktosa ini juga dapat dibentuk oleh tubuh
(dihati)dari bahan lain yaitu glukosa.Laktosa sebagai karbohidrat utama yang terdapat di
susu mammalia,termasuk ASI.
METODE PENELITIAN
20
Prosedur Pemeriksaan
Laktosa dalam bidang kefarmasian sering digunakan untuk zat tambahan
(pengisi) atau sebagai pemanis dalam suatu sediaan. Laktosa dapat diisolasi dari susu
kambing etawa dan susu sapi perah.
Pada praktikum isolasi laktosa, ukur susu segar sebanyak 100 ml dengan
menggunakan gelas ukur.panaskan susu segar dengan suhu konstan 40o C sambil kita
aduk dengan termometer sebagai pengganti pengaduk, agar kita dapat mengetahui suhu
pemanasan. Karena kita memanaskan memakai api bunsen, hal yang perlu diperhatikan
adalah kenaikan suhu yang sangat cepat. Oleh karena itu, kita harus waspada terhadap
kenaikan suhu yang sangat cepat ini. Suhu konstan 40o C ini adalah suhu yang paling
ideal untuk mengendapkan casein. Jika kita memanaskan diatas 40o C, maka endapan
casein yang terbentuk menjadi tidak stabil karena mudah terurai menjadi asam amino
lain. Jika memanaskan dibawah 40o C, maka endapan casein yang terbentuk tidak
sempurna.
Setelah suhu mencapai 40o C, segera tambahkan asam asetat encer sedikit demi
sedikit sambil diaduk sampai casein mangendap sempurna. Asam asetat encer ini kita
buat dari asam asetet glasial (bukan asam asetat anhidrid!) dan air dengan perbandingan
1 :10. Tujuan dari penambahan asam asetat ini adalah untuk mengendapkan casein. Cara
kita mengetahui casein sudah mengendap sempurna atau belum, yaitu kita tambahkan
asam asetat encer sampai tidak ada lagi casein yang menggumpal. Kalau sudah tidak ada
casein yang menggumpal, penambahan asam asetat kita hentikan. Jika kita menambahkan
asam asetat encer terlalu berlebihan, laktosa akan terhidrolisis menjadi galaktosa dan
glukosa. Jika kita terlalu sedikit menambahkan asam asetat encer (casein belum
mengendap semua), maka laktosa yang terbentuk hasilnya kurang baik.
Larutan tersebut disaring dengan corong yang kita beri kapas dan kertas saring
pada bagian dalamnya, lalu kita tampung filtratnya di erlenmeyer. Filtrat tersebut
ditambahkan 0,8 gram CaCO3 dan batu didih. Tujuan penambahan CaCO3 di sini adalah
untuk pengendapan casein (endapan Ca albumin). Setelah itu dipanaskan selama 10
menit sambil diaduk. Tujuan pemanasan ini adalah karena garam albumin (Ca albumin)
memiliki kelarutan yang rendah pada suhu tinggi. Serta tujuan penambahan batu didih
dan pengadukan adalah supaya tidak terjadi bumping.
Setelah 10 menit pemanasan, segera saring panas dengan corong dan kertas
saring. Filtrat hasil penyaringan, kita uapkan sampai 12 ml. Sebaiknya kita uapkan
dengan menggunakan gelas piala besar, karena luas permukaan cairan sebanding dengan
penguapan (semakin luas permukaan cairan, semakin cepat waktu penguapan kita).
Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk menghilangkan H20 sehingga nantinya filtrat
yang kita peroleh lebih pekat. Sebelum penguapan, kita tambahkan dulu batu didih di
dalam beaker glass dan kita aduk selama pemanasan berlangsung. Tujuan dari
pengadukan ini adalah untuk mencegah terjadinya bumping, karamelisasi, dan supaya
pemanasan merata.
Setelah kita mendapat 10 ml filtrat, tambahkan ethanol 95% sebanyak 57,8 ml.
Tambahkan etanol dalam keadaan api sudah mati, karena etanol mempunyai sifat mudah
terbakar. Tujuan penambahan etanol adalah sebagai pelarut. Dipilih etanol karena etanol
merupakan pelarut yang dapat mengendapkan laktosa. Kemudian saring dengan
menggunakan corong yang telah diisi kapas dan dilapisi kertas saring, sampai diperoleh
filtrat yang jernih. Kekeruhan sebelum penyaringan dapat terjadi oleh karena adanya
protein yang belum mengendap. Kita tampung di dalam botol hasil 150 ml, kemudian
ditutup dengan kertas saring yang dilubang-lubangi. Tujuan ditutup oleh aluminium foil
yang dilubang-lubangi supaya etanol yang berlebih dapat menguap. Kita diamkan selama
3 hari. Kemudian kita saring dengan menggunakan corong dankertas saring. Keringkan
21
laktosa didalam desikator. Proses pengeringan ini tidak dilakukan di dalam oven karena
suhu di dalam oven relatif tinggi yang dapat menyebabkan laktosa terkaramelisasi.
Tabel 1.kandungan laktosa pada susu sapi fries holland dan susu kambing etawa.
0.02 KAMBING
0
SAPI
Sampel
Gambar 1 Kadar laktosa pada susu sapi perah dan susu kambing etawa.
Dari tabel 1 dan Grafik 1diketahui bahwa kadar laktosa pada susu kambing etawa
lebih besar pada susu sapi perah.
Mula mula dilakukan uji normalitas pada data penelitian yang diperoleh untuk
mengetahui apakah sebarannya normal atau tidak. Normalitas sebaran data diketahui
dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah subjek < 50 sampel.
22
Shapiro-Wilk
Kelompok perlakuan .000
Kadar Laktosa .160
Pada tabel 2 diketahui bahwa nilai p yang didapatkandari uji normalitas Shapiro-
Wilk adalah 0,160, nilai ini lebih besar dari 0,05 ( p > 0,05). Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa sebaran data terdistribusi normal.
Hasil uji independent t-test dapat dilihat pada tabel lampiran. Nilai p dari hasil uji
independent t-test adalah 0,002 (p<0,05). Nilai p yang kurang dari 0,05 menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara susu kambing etawa dengan susu sappi
perah, dengan begitu dapat diambil kesimpulan bahwa Kadar laktosa pada susu kambing
etawa lebih besar dibandingkan Kadar laktosa pada susu sapi perah.
Pembahasan
Susu murni adalah susu yang diperoleh dari hasil pemerahan dan belum
mendapat perlakuan, serta susu yang belum mengalami proses pemanasan disebut susu
segar (Dirkeswan, 1983).Komposisi air susu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis
ternak dan keturunannya (hereditas), bulan laktasi, umur ternak, peradangan pada
ambing, pakan ternak, lingkungan dan prosedur pemerahan susu. Lebih kentalnya susu
dibandingkan air adalah karena banyaknya bahan kering yang terdapat didalamnya,
seperti lemak, protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral(Saleh, 2004).
Kerusakan air susu terjadi apabila telah disimpan dalam kurun waktu yang
melebihi batas. Kerusakan susu dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai
berikut,pertumbuhan dan aktifitas bakteri, aktifitas enzim, pemanasan atau pendinginan,
parasit,serangga, tikus, sinar, udara dan lama penyimpanan, serta faktor-faktor
yangmempengaruhi pencemaran bakteri dalam susu misalnya faktor penyakit dan
faktorperlakuan seperti: alat yang digunakan tidak steril dan pemberian pakan kambing
yangkurang bersih (Ressang dan Nasution, 1998).
Dari data hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium Akademi Analis
Kesehatan Malang tentang Uji Perbedaan Kadar Laktosa Pada Susu Kambing Etawa dan
Susu Sapifriesh holland.Pada penelitian ini digunakan sampel susu segar yang diperoleh
dari Kecamatan Pakis, Kelurahan Bunut Wetan, Dusun Borosawal,Kabupaten
Malang.Tujuan penelitian tersebut adalah untuk melihat perbedaan kadar laktosa yang
terkandung didalam susu sapi perah dan susu kambing etawa/100ml.
Dari tabel 4.2 diketahui bahwa pada 12 sampel yaitu yang terdiri dari 6susu
kambing etawa dan 6 susu sapi perah, didapatkan rata-rata kadar laktosa pada susu
kambing etawa adalah 0,05733 dan rata-rata kadar laktosa pada susu sapi perah adalah
0,02367. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata kadar laktosa pada susu kambing
etawa lebih besar dibandingkan dengan susu sapi perah.Hasil analisisi data independent t-
test yang dapat dilihat pada tabel menunjukan nilai p 0,002 (p < 0,05) menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar laktosa pada susu kambing etawa
dan susu sapi perah. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Edelsten dan
Van den Berg (1988) yang menyatakan bahwa laktosa dalam susu sapi sebanyak 4,7%
dan pada susu kambing sebanyak 4,8%.
Sedangkan menurut Maheswary dan Rony(2008) laktosa untuk setiap 100ml pada
susu sapi adalah 4,8g dan dalam susu kambing sebanyak 4,7g dan menurut Suwadi
Sindurejo (1996) laktosa yang terkandung dalam susu sapi sebanyak 4,95% dan laktosa
dalam susu kambing adalah 4,23%.
Berdasarkan teori teori tersebut bahwa susu sapi mempunyai kandungan laktosa
yang lebih banyak dibandingkan dengan laktosa dalam susu kambing, sedangkan dalam
23
penelitian yang saya lakukan menunjukka nilai laktosa dalam susu kambing lebih banyak.
Dalam hal ini banyak faktor yang mempengaruhi produksi susu. MenurutPhalepi (2004)
menyatakan bahwa produksi susu dipengaruhi mutu genetik, umur induk, ukuran dimensi
ambing, bobot hidup, lama laktasi, tata laksana yang diberlakukan pada ternak
(perkandangan, pakan, dan kesehatan), kondisi iklim setempat, daya adaptasi ternak, dan
aktivitas pemerahan. Produksi susu dipengaruhi oleh jumlah sel sekretori di dalam
jaringan ambing, aktivitas sel sekretori dalam melakukan sintesis susu dan ketersediaan
substrat untuk disintesa menjadi susu. Sintesis susu dilakukan oleh selsel sekretori pada
kelenjar susu dengan menggunakan nutrisi dari bahan pakan yang dikonsumsi (Manalu et
al. 2000).
Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan 12 sampel yang terdiri dari 6
sampel untuk susu sapi friesh holland dan 6 sampel untuk susu kambing etawa, dan dari
satu sumber penjual susu yaitu dari Kecamatan Pakis, Kelurahan Bunut wetan, Dusun
Borosawal,Kabupaten Malang.Komposisi yang terkandung didalam susu adalah air,
lemak, protein, laktosa, dan mineral. Penelitian yang dilakukan ini hanya meneliti laktosa
pada susu sapi friesh holland dan susu kambing etawa.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara kadar laktosa pada susu kambing etawa dengan susu sapi perah.
Kadar laktosa pada kambing etawa lebih besar daripada kadar laktosa pada susu sapi
Fries Holland.
Saran
1. Sebaiknya dilanjutkan penelitian dengan sampel yang lebih banyak dengan metode
penelitian yang berbeda.
2. Bagi masyarakat yang membutuhkan laktosa lebih banyak, sebaiknya lebih memilih
mengkonsumsi susu kambing etawa karena memiliki kadar laktosa yang tinggi.
3. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih banyak dan dari sumber
penjual susu yang lebih banyak pula.
4. Dapat dilakukan penelitian kandungan didalam susu selain laktosa
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, A., K. Diwiyanto, L. Praharni, A. Soleh dan C. Talib. 2001. Evaluasi mutu
genetiksapi perah induk FH didaerah sentra produksi susu. Prosiding Hasil
Penelitian bagian proyek Rekayasa Teknologi Pertanian/ARMP II. Bogor:
Puslibangnak.
24
Astawan, Made. 2004. Bersahabat dengan Kolesterol. Solo: Tiga Serangkai.
Blakely and Bade. 1985. Ilmu Peternakan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Buckle, K.A., R.A Edwards, G.H Fleet, dan M. Wooton. 1987. Ilmu pangan.
Jakarta : UI Press. (diterjemahkan oleh Hari Purnomo dan Adiono).
Davendra, C. dan M. Burs. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Bandung: ITB.
Dirkeswan. 1983. Manual Kesmavet. No. 28/II/1983 Hal; 35-43. Jakarta: Direktorat
Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian.
Edelsten,D. 1988. Composition of milk.In Meat Science and Technology H.R.Cross and
A.J. Overby (Eds) p:175-199. Tokyo: Esevier Science Publisher B.V.
Amsterdam.
Ensminger, M. E. 2002. Sheep and Goat (AnimalAgriculture Series) 6th Ed. Interstate
Publishers, Inc., Danvile.
Manalu W., W.Y Sumaryadi, Sudjatmogo and A,S. Satyaningtyas. 2000. Effect Of
Superovulation Prior to Mating on Milk Production Performane During
Lactation In Evves p: 83:477-83. Journal Dairy Sci.
Manik, Eko., 2006. Olahan Susu. Bogor: Pusat Unit Pangan dan Gizi, IPB.
Masykuri. 2003. Tinjauan komposisi dan sifat-sifat air susu. Semarang: Fakultas
Peternakan Universitas Diponegoro.
25
Phalepi, M. A. 2004. Performa Kambing Peranakan Etawah (Studi kasus di
peternakan Pusat Pertanian dan Pedesaan Swadaya Citarasa). Bogor:
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Ressang, A.A., A.M. Nasution. 1982. Pedoman Mata Pelajaran Ilmu Kesehatan Susu
(Milk Hygiene)Edisi 2. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, IPB.
Saleh, E. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Program Studi
Produksi Ternak. Sumatera Utara: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
Setiawan, A.I. 2002. Beternak Kambing Perah Peternakan Ettawa. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Simatupang, I. 2011. Perbandingan konsentrasi starter biji kefir dan lama inkubasi
pada susu kambing dengan susu sapi berpengaruh terhadap kadar asam
laktat, alkhohol, protein dan organoleptik. Skripsi program sarjana.Universitas
Sumatra Utara Medan. http://repository.usu.ac.id.diakses tanggal 12 Maret 2014.
Sinuhaji AB. 2006. Intoleransi laktosa p:39, 4, 424- 429. Majalah kedokteran nusantara.
Siregar, S. 1992. Hal 4-88. Sapi Perah, Jenis, teknik Pemeliharaan, dan Analisa
Usaha. Jakarta : Cetakan Pertama.Penebar Swadaya.
Solomons NW. 2002. Fermentation, fermented foods and lactose intolerance p:50-55.
Eur. J. Clin. Nutr. 56, Suppl 4.
Suardana, I.W. dan I.B.N. Swacita. 2004. Food Hygiene. Petunjuk Laboratorium.
Denpasar: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
Suhendar. 2008. Pasca Panen Lalai Kualitas Susu Terbengkalai. Bandung: Institut
Mikrobiologi Pangan.
Sumudhita, M.W. 1989. Air Susu dan Penanganannya Hal; 1-45. Denpasar: Program
Studi Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan Universitas Udayana.
Sunarlim, R. dan H. Setiyanto. 2001. Penggunaan Berbagai Tingkat Kadar Lemak
Susu Kambing dan Susu Sapi terhadap Mutu dan Citarasa Yoghurt .hlm.
371378. Pros.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor :
Puslitbang Peternakan,
Sunarlim. 1992. Usaha Berternak Kambing Etawah. http://www.smallcrab.com/
Forex/172-usaha-beternak-etawah. Tanggal Akses 16 juli 2014.
Syarifah. 2007. Suke Sisi lain kedelai. Bandung: Bandung pikiran rakyat.
Van den Berg J.C.T 1988. Dairy Technology in the Topics and Subtropics .PUDOC,
Wageningen.
26