Anda di halaman 1dari 23

PERANAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

TERHADAP PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh

ELLIWATI HASIBUAN, S.Si, M.Si


NIP. 1962 1017 2000 03 2 001

Pranata Laboratorium Perguruann Tinggi


Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
2015
JUDUL KARYA TULIS ILMIAH : PERANAN TEKNIK POLYMERASE
CHAIN REACTION (PCR TERHADAP
PERKEMBANGAN ILMU
PENGETAHUAN.

Nama : Elliwati Hasibuan, S.Si, M.Si


NIP : 1962 1017 2000 03 2 001

Karya tulis ilmiah ini telah disetujui oleh


Kepala LaboratoriumTerpadu Kultur Sel dan Jaringan
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara

Medan, 8 Juni 2015


Disetujui,

(Dr. dr.Dina Keumala Sari, MG,SpGK)


NIP. 1973122120003122001
PERNYATAAN
PERANAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
TERHADAP PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

KARYA TULIS ILMIAH

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak
terdapat karya pernah diajukan dan sepanjang pengetahuan saya tidak
terdapat karya atau pendapat orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan sumbernya dalam daftar pustaka.

Medan, 8 Juni 2015


Penulis

Elliwati Hasibuan, S.Si, M.Si


NIP. 196210172000 03 2001
ABSTRAK

Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik sintesis


amplifikasi DNA secara in vitro. Teknik PCR dapat digunakan untuk
mengamplifikasi segmen DNA dalam jumlah juataan kali hanya dalam beberapa
jam.

Pada proses PCR diperlukan beberapa komponen Utama, yaitu DNA


cetakan, Oligonukleotida primer, Deoksiribonukelotida trifosfat (dNTP), Enzin
DNA Polimerase, dan komponen pendukung lain adalah senyawa buffer. Pada
proses PCR menggunakan alat Termosiklus. Sebuah mesin yang memiliki
kemampuan untuk memanaskan sekaligus mendinginkan tabung reaksi dan
mengatur temperature untuk tiap tahapan reaksi. Ada tiga tahapan penting dalam
proses PCR yang selalu terulang dalam 30-40 siklus dan berlangsung dengan
cepat yaitu denaturasi, anneling dan pemanjangan untaian DNA. Produk PCR
dapat di identifikasi melalui ukurannya dengan menggunakan elektroforesis gel
agarosa.

Kata kunci : polymerase Chain Reaction (PCR)

Medan, 8 Juni 2015

Penulis

Elliwati Hasibuan, S.S.i, M.Si


NIP. 196210172000 03 2001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang memberi

limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

tulis ilmiah yang berjudul : PERANAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN

REACTION (PCR) TERHADAP PERKEMBANGAN ILMU

PENGETAHUAN

Ucapan terimakasih yang tak terhingga sampaikan kepada Bapak Prof.


dr. Gontar Alamsyah Siregar dan ibu Dr. dr.Dina Keumala Sari, MG,SpGK
selaku Kepala Laboratorium Kultur Sel dan Jaringan/Laboratorium Terpadu FK
USU yang memberi saran dan dorongan sehingga Karya tulis ilmiah ini dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari Karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu kritik dan saran sangat penulis harapkan ntuk perbaikan dan penyempurnaan
Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih atas segala perhatian yang


telah diberikan.

Medan, 6 Juni 2015

Penulis,

Elliwati Hasibuan, S.S.i, M.Si


NIP. 196210172000 03 2001
DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ........i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi....iii
Daftar Gambar .........iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Latar Belakang.....................................................................................1
1.2. Permasalahan.........................................................................................2
1.2. Tujuan ..................................................................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................4
2.1. Pengertian PCR.........................................................................4
2.2. Tahapan-tahapan Polymerase Chain Reaction (PCR) ..........................4
2.3. Alat dan Bahan yang Dibutuhkan dalam Polymerase Chain Reaction

(PCR) .....................................................................................................8

2.4. Komponen-Komponen Polymerase Chain Reaction (PCR)...10

2.5. Manfaat Polymerase Chain Reaction (PCR). .........11


BAB KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................14
6.1.Kesimpulan..............14
6.2. Saran15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
DAFTAR GAMBAR

Gambar a. Thermocycler ........8


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berkembang semakin

pesat. Salah satu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sering

diterapkan adalah bioteknologi. Bioteknologi merupakan pemanfaatan berbagai

prinsip ilmiah dan rekayasa terhadap organisme, sistem, atau proses biologis

untuk menghasilkan atau meningkatkan potensi organisme maupun menghasilkan

produk dan jasa bagi kepentingan hidup manusia. Secara umum bioteknologi

dikelompokkan menjadi dua, yaitu bioteknologi tradisional dan bioteknologi

modern. Bioteknologi tradisional merupakan bioteknologi yang memanfaatkan

mikroba, proses biokimia, dan proses genetik yang terjadi secara alami. Produk

dari bioteknologi tradisional tersebut antara lain: tempe, oncom, yoghurt, dan

keju. Bioteknologi tradisional ini terus mengalami perkembangan hingga

ditemukannya struktur DNA yang diikuti dengan penemuan lainnya.Dengan

ditemukannya struktur DNA dan berkembangnya ilmu pengetahuan tentang DNA,

muncullah istilah bioteknologi modern. Bioteknologi modern merupakan

bioteknologi yang didasarkan pada manipulasi atau rekayasa DNA. Bioteknologi

yang didasarkan pada manipulasi DNA ini dilakukan dengan memodifikasi gen

spesifik dan memindahkannya pada organisme yang berbeda, seperti bakteri,

hewan, dan tumbuhan.


Reaksi berantai polymerase (Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah suatu

metode enzimatis untuk amplifikasi DNA dengan cara in vitro. PCR ini pertama

kali dikembangkan pada tahun 1985 oleh Kary B. Mullis.Amplifikas DNA pada

PCR dapat dicapai bila menggunakan primer oligonukleotida yang disebut

amplimers.Primer DNA suatu sekuens oligonukleotida pendek yang berfungsi

mengawali sintesis rantai DNA. PCR memungkinkan dilakukannya

pelipatgandaan suatu fragmen DNA. Umumnya primer yang digunakan pada

PCR terdiri dari 20-30 nukleotida. DNA template (cetakan) yaitu fragmen DNA

yang akan dilipat gandakan dan berasal dari patogen yang terdapat dalam

spesimen klinik. Enzim DNA polimerase merupakan enzim termostabil Taq dari

bakteri termofilik Thermus aquaticus. Deoksiribonukleotida trifosfat (dNTP)

menempel pada ujung 3 primer ketika proses pemanjangan dan ion magnesium

menstimulasi aktivasi polimerase.

1.2. Permasalahan

1. Apa yang dimaksud dengan Polymerase Chain Reaction (PCR)?

2. Apa saja tahapan-tahapan Polymerase Chain Reaction (PCR)?

3. Alat dan bahan apa saja yang dibutuhkan dalam Polymerase Chain

Reaction (PCR)?

4. Apakah komponen-komponen yang dibutuhkan dalam proses Polymerase

Chain Reaction (PCR)?


1. 3. Tujuan

Dari rumusan masalah tersebut, maka beberapa tujuan yang ingin dicapai antara

lain:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Polymerase Chain Reaction

(PCR).

2. Untuk mengetahui apa saja tahapan-tahapan Polymerase Chain Reaction

(PCR).

3. Untuk mengetahui alat dan bahan apa saja yang dibutuhkan dalam

Polymerase Chain Reaction (PCR).

4. Untuk mengetahui apakah komponen-komponen yang dibutuhkan dalam

proses Polymerase Chain Reaction (PCR).

5. Untuk mengetahui apa saja manfaat dari Polymerase Chain Reaction

(PCR).

1.4. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penulisan ini untuk dapat memperoleh

pengetahuan tentang proses Polymerase Chain Reaction (PCR) serta manfaat

dari PCR bagi mahasiswa/peneliti.

.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian PCR


Reaksi Polimerase Berantai atau dikenal sebagai Polymerase Chain Reaction

(PCR), merupakan suatu proses sintesis enzimatik untuk melipatgandakan suatu

sekuens nukleotida tertentu secara in vitro. Metode ini dikembangkan pertama

kali oleh Kary B. Mulis pada tahun 1985. Metode ini sekarang telah banyak

digunakan untuk berbagai macam manipulasi dan analisis genetic.Pada awal

perkembanganya metode ini hanya digunakan untuk melipatgandakan molekul

DNA, tetapi kemudian dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat digunakan pula

untuk melipatgandakan dan melakukan kuantitas molekul mRNA.

Dengan menggunakan metode PCR dapat meningkatkan jumlah urutan DNA

ribuan bahkan jutaan kali dari jumlah semula, sekitar 106-107 kali. Setiap urutan

basa nukleotida yang diamplifikasi akan menjadi dua kali jumlahnya. Pada setiap

siklus PCR akan diperoleh 2n kali banyaknya DNA target. Kunci utama

pengembangan PCR adalah menemukan bagaimana cara amplifikasi hanya pada

urutan DNA target dan meminimalkan amplifikasi urutan non-target. Metode PCR

dapat dilakukan dengan menggunakan komponen dalam jumlah yang sangat

sedikit, misalnya DNA cetakan yang diperlukan hanya sekitar 5g,

oligonukliotida yang digunakan hanya sekitar 1 mM dan reaksi ini biasa

dilakukan dalam volume 50-100 l. DNA cetakan yang digunakan juga tidak
perlu dimurnikan terlebih dahulu sehingga metode PCR dapat digunakan untuk

melipat gandakan suatu sekuens DNA dalam genom bakteri.

PCR adalah reaksi polimerase berantai, yaitu reaksi yang melibatkan enzim

polimerase yang dilakukan secara berulang-ulang. Yang diulang-ulang adalah

proses pemisahan untai ganda DNA menjadi untai tunggal, hibridisasi primer

untuk mengawali replikasi DNA dilanjutkan dengan proses penambahan basa

pada cetakan DNA oleh enzim polimerase, untuk melakukan kegiatan ini

dibutuhkan tabung PCR yang bersifat reponsif dengan perubahan suhu dan mesin

thermal cycler, suatu mesin yang mampu menaikkan dan menurunkan suhu

dengan cepat, dan bahan-bahan untuk membuat reaksi PCR.

PCR merupakan suatu teknik atau metode perbanyakan (replikasi)

DNA secara enzimatik tanpa menggunakan organisme. Dengan teknik ini, DNA

dapat dihasilkan dalam jumlah besar dengan waktu relatif singkat sehingga

memudahkan berbagai teknik lain yang menggunakan DNA. Teknik ini dirintis

oleh Kary Mullis pada tahun 1983 dan ia memperoleh hadiah Nobel pada tahun

1994 berkat temuannya tersebut. Penerapan PCR banyak dilakukan di bidang

biokimia dan biologi molekular karena relatif murah dan hanya memerlukan

jumlah sampel yang kecil. PCR (Polimerase Chain Reaction) atau reaksi berantai

polimerase adalah suatu metode in vitro yang digunakan untuk mensintesis

sekuens tertentu DNA dengan menggunakan dua primer oligonukleotida yang

menghibridisasi pita yang berlawanan dan mengapit dua target DNA.

Kesederhanaan dan tingginya tingkat kesuksesan amplifikasi sekuens DNA yang

diperoleh menyebabkan teknik ini semakin luas penggunaannya. Konsep asli


teknologi PCR mensyaratkan bahwa bagian tertentu sekuen DNA yang akan

dilipatgandakan harus diketahui terlebih dahulu sebelum proses pelipatgandaan

tersebut dapat dilakukan. Sekuen yang diketahui tersebut penting untuk

menyediakan primer, yaitu suatu sekuens oligonukleotida pendek yang berfungsi

mengawali sintesis rantai DNA dalam reaksi berantai polimerasi.

2.2. Tahapan-tahapan Polymerase Chain Reaction (PCR)

Proses PCR terdiri dari tiga tahapan, yaitu denaturasi DNA templat, penempelan

(annealing) primer, dan polimerisasi (extension) rantai DNA. Denaturasi

merupakan proses pemisahan utas ganda DNA menjadi dua utas tunggal DNA

yang menjadi cetakan (templat) sebagai tempat penempelan primer dan tempat

kerja DNA polimerase, dengan pemanasan singkat pada suhu 90-95C selama

beberapa menit.

Penjelasan ringkas tentang setiap siklus reaksi PCR adalah sebagai berikut:

1).Denaturasi.

Selama proses denaturasi, DNA untai ganda akan membuka menjadi dua untai

tunggal. Hal ini disebabkan karena suhu denaturasi yang tinggi menyebabkan

putusnya ikatan hidrogen diantara basa-basa yang komplemen.Pada tahap ini,

seluruh reaksi enzim tidak berjalan, misalnya reaksi polimerisasi pada siklus yang

sebelumnya.Denaturasi biasanya dilakukan antara suhu 90oC 95oC.

2).PenempelanPrimer.

Pada tahap penempelan primer (annealing), primer akan menuju daerah yang

spesifik yang komplemen dengan urutan primer. Pada proses annealing ini, ikatan

hidrogen akan terbentuk antara primer dengan urutan komplemen pada templat.
Proses ini biasanya dilakukan pada suhu 50oC 60oC. Selanjutnya, DNA

polymerase akan berikatan sehingga ikatan hidrogen tersebut akan menjadi sangat

kuat dan tidak akan putus kembali apabila dilakukan reaksi polimerisasi

selanjutnya misalnya pada 72oC.

3). Reaksi Polimerisasi (Extension)

Umumnya, reaksi polimerisasi atau perpanjangan rantai ini, terjadi pada suhu

72oC. Primer yang telah menempel tadi akan mengalami perpanjangan pada sisi

3nya dengan penambahan dNTP yang komplemen dengan templat oleh DNA

polimerase.

Jika siklus dilakukan berulang-ulang maka daerah yang dibatasi oleh dua primer

akan di amplifikasi secara eksponensial (disebut amplikon yang berupa untai

ganda), sehingga mencapai jumlah copy yang dapat dirumuskan dengan (2n)x.

Dimana n adalah jumlah siklus dan x adalah jumlah awal molekul DNA. Jadi,

seandainya ada 1 copy DNA sebelum siklus berlangsung, setelah satu siklus, akan

menjadi 2 copy, sesudah 2 siklus akan menjadi 4, sesudah 3 siklus akan menjadi 8

kopi dan seterusnya. Sehingga perubahan ini akan berlangsung secara

eksponensial. PCR dengan menggunakan enzim Taq DNA polimerase pada akhir

dari setiap siklus akan menyebabkan penambahan satu nukleotida A pada ujung 3

dari potongan DNA yang dihasilkan. Sehingga nantinya produk PCR ini dapat di

kloning dengan menggunakan vektor yang ditambahkan nukleotida T pada ujung-

ujung 5-nya.Proses PCR dilakukan menggunakan suatu alat yang disebut

thermocycler.
Selain ketiga proses tersebut, secara umum PCR didahului dan diakhiri oleh

tahapan berikut:

a). Pradenaturasi

Dilakukan selama 1-9 menit di awal reaksi untuk memastikan kesempurnaan

denaturasi dan mengaktifasi DNA Polymerase (jenis hot-start alias baru aktif

kalau dipanaskan terlebih dahulu).

b). Final Elongasi

Biasanya dilakukan pada suhu optimum enzim (70-72oC) selama 5-15 menit

untuk memastikan bahwa setiap utas tunggal yang tersisa sudah diperpanjang

secara sempurna. Proses ini dilakukan setelah siklus PCR terakhir.

2.3. Gambar Alat dan Bahan yang Dibutuhkan dalam Polymerase Chain
Reaction (PCR)

a. Gambar thermocycler

Alat pengatur suhu reaksi yang biasanya digunakan pada teknik reaksi berantai
polimerase

Reagen khusus yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proses PCR secara in vitro

antara lain.
1. Pasangan primer oligonukleotida sintetik mengapit urutan yang akan

diamplifikasi

2. Buffer PCR 5X (250 mM KCl, 50 mM Tris-HCl pH 8,3, 7,5 mM MgCl2)

3. Campuran dari empat dNTP (dGTP, dATP, dTTP, dCTP) masing-masing

sebesar 2,5 mM (ultra murni DNTP set, Pharmacia # 27-2035-01). DNTP

campuran dibuat dengan volume 10 mM larutan dari masing-masing

empat dNTP terpisah yang digabung.

4. Taq DNA Polymerase (AmpliTaqTM, Perkin-Elmer/Cetus)

5. Minyak mineral ringan

6. Akrilamida (grade elektroforesis)

7. N, N-Methylenebisacrylamide (grade elektroforesis, Ultra-Pure/BRL, #

5516UB)

8. Amonium persulfat (Ultra-Pure/BRL, # 5523UA)

9. TEMED (N, N, NN Tetramethylethylenediamine, Ultra-Murni / BRL, #

5524UB)

Peralatan khusus yang yang dibutuhkan dalam pelaksanaan PCR antara lain:

1. Mighty-small II SE-250 vertical gel electrophoresis unit (Hoefer)

2. Perkin-Elmer/Cetus Thermal Cycler

3. Sterile Thin-wall 0.5 ml Thermocycler microfuge tubes: (TC-5, Midwest

Scientific)

2.4. Komponen-Komponen Polymerase Chain Reaction (PCR)

.Beberapa komponen-komponen PCR antara lain:


1).Enzim DNAPolymerase

Dalam sejarahnya, PCR dilakukan dengan menggunakan Klenow fragment DNA

Polimerase I selama reaksi polimerisasinya. Enzime ini ternyata tidak aktif secara

termal selama proses denaturasi, sehingga peneliti harus menambahkan enzim di

setiap siklusnya. Selain itu, enzim ini hanya bisa dipakai untuk perpanjangan 200

bp dan hasilnya menjadi kurang spesifik.Untuk mengatasi kekurangan tersebut,

dalam perkembangannya kemudian dipakai enzim Taq DNA polymerase yang

memiliki keaktifan pada suhu tinggi. Oleh karenanya, penambahan enzim tidak

perlu dilakukan di setiap siklusnya, dan proses PCR dapat dilakukan dalam satu

mesin

2). Primer

Primer merupakan oligonukleotida pendek rantai tunggal yang mempunyai urutan

synthesizer. komplemen dengan DNA templat yang akan diperbanyak. Panjang

primer berkisar antara 20-30 basa.Untuk merancang urutan primer, perlu diketahui

urutan nukleotida pada awal dan akhir DNA target.Primer oligonukleotida di

sintesis menggunakan suatu alat yang disebut DNA

3). Reagen lainnya

Selain enzim dan primer, terdapat juga komponen lain yang ikut menentukan

keberhasilan reaksi PCR. Komponen tersebut adalah dNTP untuk reaksi

polimerisasi, dan buffer yang mengandung MgCl2. Konsentrasi ion Mg2+dalam

campuran reaksi merupakan hal yang sangat kritis. Konsentrasi ion Mg2+ ini

sangat mempengaruhi proses primer annealing, denaturasi, spesifisitas produk,

aktivitas enzim dan fidelitas reaksi.


2.5. Manfaat Polymerase Chain Reaction (PCR)

Reaction (PCR Polymerase Chain) dapat digunakan untuk:

a. Amplifikasi urutan nukleotida.

b. Menentukan kondisi urutan nukleotida suatu DNA yang mengalami mutasi.

c. Bidang kedokteran forensik.

d. Melacak asal-usul sesorang dengan membandingkan finger print.

Saat ini PCR sudah digunakan secara luas untuk berbagai macam kebutuhan,

diantaranya:

1). Isolasi Gen.

Kita tahu bahwa DNA makhluk hidup memiliki ukuran yang sangat besar, DNA

manusia saja panjangnya sekitar 3 miliar basa, dan di dalamnya mengandung

ribuan gen. Fungsi utama DNA adalah sebagai sandi genetik, yaitu sebagai

panduan sel dalam memproduksi protein, DNA ditranskrip menghasilkan RNA,

RNA kemudian diterjemahkan untuk menghasilkan rantai asam amino alias

protein. Dari sekian panjang DNA genome, bagian yang menyandikan protein

inilah yang disebut gen, sisanya tidak menyandikan protein atau disebut junk

DNA, DNA sampah yang fungsinya belum diketahui dengan baik.

Para ahli seringkali membutuhkan gen tertentu untuk diisolasi. Sebagai contoh,

dulu kita harus mengekstrak insulin langsung dari pancreas sapi atau babi,

kemudian menjadikannya obat diabetes, proses yang rumit dan tentu saja mahal

serta memiliki efek samping karena insulin dari sapi atau babi tidak benar-benar

sama dengan insulin manusia.


Berkat teknologi rekayasa genetik, kini mereka dapat mengisolasi gen penghasil

insulin dari DNA genome manusia, lalu menyisipkannya ke sel bakteri (dalam hal

ini E. coli) agar bakteri dapat memproduksi insulin. Hasilnya insulin yang sama

persis dengan yang dihasilkan dalam tubuh manusia, dan sekarang insulin tinggal

diekstrak dari bakteri, lebih cepat, mudah, dan tentunya lebih murah ketimbang

cara konvensional yang harus mengorbankan sapi atau babi.

Untuk mengisolasi gen, diperlukan DNA pencari atau dikenal dengan nama

probe yang memiliki urutan basa nukleotida sama dengan gen yang kita

inginkan. Probe ini bisa dibuat dengan teknik PCR menggunakan primer yang

sesuai dengan gen tersebut.

2). DNA Sequencing.

Urutan basa suatu DNA dapat ditentukan dengan teknik DNA Sequencing,

metode yang umum digunakan saat ini adalah metode Sanger (chain termination

method) yang sudah dimodifikasi menggunakan dye-dideoxy terminator, dimana

proses awalnya adalah reaksi PCR dengan pereaksi yang agak berbeda, yaitu

hanya menggunakan satu primer (PCR biasa menggunakan 2 primer) dan adanya

tambahan dideoxynucleotide yang dilabel fluorescent. Karena warna fluorescent

untuk setiap basa berbeda, maka urutan basa suatu DNA yang tidak diketahui bisa

ditentukan.

3). Identifikasi Forensik.

Seseorang yang terlibat kejahatan (baik pelaku maupun korban), atau korban

kecelakaan/bencana kadang sulit dilakukan.Jika identifikasi secara fisik sulit atau

tidak mungkin lagi dilakukan, maka pengujian DNA adalah pilihan yang tepat.
DNA dapat diambil dari bagian tubuh manapun, kemudian dilakukan analisa PCR

untuk mengamplifikasi bagian-bagian tertentu DNA yang disebut fingerprints

alias DNA sidik jari, yaitu bagian yang unik bagi setiap orang. Hasilnya

dibandingkan dengan DNA sidik jari keluarganya yang memiliki pertalian darah,

misalnya ibu atau bapak kandung.Jika memiliki kecocokan yang sangat tinggi

maka bisa dipastikan identitas orang yang dimaksud.

Banyak orang yang juga yang memanfaatkan pengujian ini untuk menelusuri

orang tua sesungguhnya dari seorang anak jika sang orang tua merasa ragu.

4). Diagnosa Penyakit.

Penyakit Influenza A (H1N1) yang sebelumnya disebut flu babi sedang mewabah

saat ini, bahkan satu fase lagi dari fase pandemi. Penyakit berbahaya seperti ini

memerlukan diagnosa yang cepat dan akurat.PCR merupakan teknik yang sering

digunakan. Teknologi saat ini memungkinkan diagnosa dalam hitungan jam

dengan hasil akurat. Disebut akurat karena PCR mengamplifikasi daerah tertentu

DNA yang merupakan ciri khas virus Influenza A (H1N1) yang tidak dimiliki

oleh virus atau makhluk lainnya


BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Reaksi Polimerase Berantai atau dikenal sebagai Polymerase Chain Reaction

(PCR), merupakan suatu proses sintesis enzimatik untuk melipatgandakan suatu

sekuens nukleotida tertentu secara in vitro.

PCR merupakan suatu teknik atau metode perbanyakan (replikasi) DNA secara

enzimatik tanpa menggunakan organisme.

Tahapan-Tahapan Polymerase Chain Reaction (PCR), denaturasi DNA templat,

penempelan (annealing) primer, dan polimerisasi (extension) rantai DNA.

Komponen-Komponen Polymerase Chain Reaction (PCR), Enzim DNA

Polymerase: enzim Taq DNA polymerase yang memiliki keaktifan pada suhu

tinggi; Primer merupakan oligonukleotida pendek rantai tunggal yang mempunyai

urutan komplemen dengan DNA templat yang akan diperbanyak. Panjang primer

berkisar antara 20-30 basa; Reagen lainnya berupa dNTP untuk reaksi

polimerisasi, dan buffer yang mengandung MgCl2.

Manfaat Polymerase Chain Reaction (pcr), yaitu: amplifikasi urutan nukleotida,

menentukan kondisi urutan nukleotida suatu DNA yang mengalami mutasi,

bidang kedokteran forensik, melacak asal-usul sesorang dengan membandingkan

DNA finger print.

3.2. Saran

Disarankan pengetahuan kita tentang PCR diperdalam mengingat hasil


pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosa sepanjang
pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai dengan
standar internasional.
DAFTAR PUSTAKA

Annas Kurniawan, 2012 PCR (Polimerase Chain Reaction) Universitas


Pendidikan Ganeshan Singaraja Bali

Budi, Siska. 2012. PCR ( Polymerase Chain Reaction ) (Online).

Yudha. 2012. Polymerase Chain Reaction (PCR). (Online).


http://biologi-yudha. blogspot .com /2012/ 06/
polymerase-chain-reaction-pcr.html.

Mahmudin, 2010 Polimerase Chain Reaction (PCR)

Nasir, M 2002 Bioteknologi Molekuler. Citra Aditya Bandung

Zuhriana K Yusuf 2010 Saintek vol 5, N0 6, Tahun 2010 Polimerase Chain


Reaction (PCR)

Anda mungkin juga menyukai