Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Tonsil

Tonsil merupakan bagian dari jaringan limfoid yang melingkari faring

dan secara kolektif dikenal sebagai cincin waldeyer. Cincin ini terdiri dari

jaringan limfoid dari dasar lidah (tonsil lidah), dua tonsil tekak, adenoid,

dan jaringan limfoid pada dinding posterior. Jaringan ini berperan sebagai

pertahanan terhadap infeksi, tetapi tonsil dapat menjadi tempat infeksi akut

atau kronis. 5

Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfoid yang

mengandung sel limfosit, 0,1-0,2% dari kesuluruhan limfosit tubuh pada

orang dewasa. Proporsi limfosit B danT pada tonsil adalah 50%:50%,

sedangkan di darah 55-75%:15-30%. Pada tonsil terdapat sistem imun

kompleks yang terdiri atas sel M (sel membran), makrofag, sel dendrit dan

antigen presenting cells) yang berperan dalam proses transportasi antigen ke

sel limfosit sehingga terjadi APCs (sintesis immunoglobulin spesifik). Juga

terdapat sel limfosit B, limfosit T, sel plasma dan sel pembawa Ig G. Tonsil

merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan

proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai dua fungsi

utama yaitu menangkapa dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif

dan sebagai organ produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan

antigen spesifik.6

4
Tonsil merupakan jaringan kelenjar limfa yang berbentuk oval yang

terletak pada kedua sisi belakang tenggorokan. Dalam keadaan normal

tonsil membantu mencegah terjadinya infeksi. Tonsil bertindak seperti filter

untuk memperangkap bakteri dan virus yang masuk ke tubuh melalui mulut

dan sinus. Tonsil juga menstimulasi sistem imun untuk memproduksi

antibodi untuk membantu melawan infeksi. 7

Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil

mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil

tidak selalu mengisi seluruh fossa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya

dikenal sebagai fossa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring.

Secara mikroskopik tonsil terdiri atas tiga komponen yaitu jaringan ikat,

folikel germinativum (merupakan sel limfoid) dan jaringan interfolikel


6
(terdiri dari jaringan limfoid). Lokasi tonsil sangat memungkinkan

terpapar benda asing dan patogen, selanjutnya membawanya ke sel limfoid.

Aktivitas imunologi terbesar tonsil ditemukan pada usia 3 10 tahun. 8

Gambar 2.1 Anatomi tosil

5
Tonsil terdiri atas:

1. Tonsil faringealis atau adenoid, agak menonjol keluar dari atas faring dan

terletak dibelakang koana.

2. Tonsil palatina atau faucial, dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa

lapisan tanduk

Tonsila palatina adalah suatu jaringan limfoid yang terletak di

fossa tonsilaris di kedua sudut orofaring dan merupakan salah satu bagian

dari cincin Waldeyer. Tonsila palatina lebih padat dibandingkan jaringan

limfoid lain. Permukaan lateralnya ditutupi oleh kapsul tipis dan di

permukaan medial terdapat kripta.8 Tonsila palatina merupakan jaringan

limfoepitel yang berperan penting sebagai sistem pertahanan tubuh terutama

terhadap protein asing yang masuk ke saluran makanan atau masuk ke

saluran nafas (virus, bakteri, dan antigen makanan). Mekanisme pertahanan

dapat bersifat spesifik atau non spesifik. Apabila patogen menembus lapisan

epitel maka sel-sel fagositik mononuklear pertama-tama akan mengenal dan

mengeliminasi antigen.9

3. Tonsil lingual atau tonsil pangkal lidah, epitel berlapis gepeng tanpa

lapisan tanduk.

Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh

tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung,

dan kerongkongan, oleh karena itu tidak jarang tonsil mengalami

peradangan. Peradangan pada tonsil disebut dengan tonsilitis, penyakit ini

merupakan salah satu gangguan Telinga, Hidung dan Tenggorokan ( THT ).

6
Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral. Imunitas

seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat memakan

kuman dan virus serta membunuhnya. Sedangkan imunitas humoral bekerja

karena adanya sel (limfoid B) yang dapat menghasilkan zat immunoglobulin

yang dapat membunuh kuman dan virus. Kuman yang dimakan oleh

imunitas seluler tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan tetap bersarang

disana serta menyebabkan infeksi tonsil yang kronis dan berulang (Tonsilitis

kronis). Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid

bekerja terus dengan memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga

ukuran tonsil dan adenoid akan membesar dengan cepat melebihi ukuran

yang normal.10

2.2 Pengertian Tonsilitis

Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian

dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa

yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil

palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba

Eustachius (lateral band dinding faring atau Gerlachs tonsil). Tonsilitis

merupakan suatu peradangan pada tonsil yang disebabkan karena bakteri

atau virus,prosesnya bisa akut atau kronis.11

2.3 Etiologi Tonsilitis

Penyebab tonsilitis adalah infeksi kuman Streptococcus beta

hemolyticus,Streptococcus viridans, dan Streptococcus pyogenes, dapat juga

disebabkan oleh infeksi virus.11

7
Tonsilitis terjadi dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui

kriptanya secara aerogen yaitu droplet yang mengandung kuman terhisap

oleh hidung kemudian nasofaring terus masuk ke tonsil maupun secara

foodborn yaitu melalui mulut masuk bersama makanan.9 Etiologi penyakit

ini dapat disebabkan oleh serangan ulangan dari Tonsilitis Akut yang

mengakibatkan kerusakan permanen pada tonsil, atau kerusakan ini dapat

terjadi bila fase resolusi tidak sempurna.12

Pada pendera Tonsilitis Kronis jenis kuman yang sering adalah

Streptokokus beta hemolitikus grup A (SBHGA). Selain itu terdapat

Streptokokus pyogenes, Streptokokus grup B, C, Adenovirus, Epstein Barr,

bahkan virus Herpes.13 Penelitian Abdulrahman AS, Kholeif LA, dan

Beltagy di mesir tahun 2008 mendapatkan kuman patogen terbanyak di

tonsil adalah Staphilokokus aureus, Streptokokus beta hemolitikus grup A,

E.coli dan Klebsiela.14

Dari hasil penelitian kultur apusan tenggorok didapatkan bakteri gram

positif sebagai penyebab tersering Tonsilofaringitis Kronis yaitu

Streptokokus alfa kemudian diikuti Stafilokokus aureus, Streptokokus beta

hemolitikus grup A, Stafilokokus epidermidis dan kuman gram negatif

berupa Enterobakter, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella dan E. Coli.15

8
2.4 Klasifikasi Tonsilitis

Macam-macam tonsillitis menurut (Soepardi, ,2007 )yaitu :11

1. Tonsilitis Akut

a. Tonsilis viral

Tonsilitis dimana gejalanya lebih menyerupai commond cold yang

disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab yang paling sering adalah virus

Epstein Barr. Hemofilus influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut

supuratif. Jika terjadi infeksi virus coxschakie, maka pada pemeriksaan

rongga mulut akan tampak luka luka kecil pada palatum dan tonsil yang

sangat nyeri dirasakan pasien.11

b. Tonsilitis bakterial

Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus,

hemolitikus yang dikenal sebagai strep throat, pneumokokus, Streptokokus

viridan, Streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan

tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit

polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Bentuk tonsilitis akut dengan

detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus

ini menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsilitis

lakunaris.11

2. Tonsilitis Membranosa

a. Tonsilitis difteri

Tonsilitis diferi merupakan tonsilitis yang disebabkan kuman Coryne

bacterium diphteriae. Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak-anak

berusia kurang dari 10 tahunan frekuensi tertinggi pada usia 2-5 tahun.11

9
b. Tonsilitis septik

Tonsilitis yang disebabkan karena Streptokokus hemolitikus yang

terdapat dalam susu sapi.11

c. Angina Plaut Vincent ( stomatitis ulsero membranosa )

Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri spirochaeta atau triponema

yang didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan

defisiensi vitamin C.11

d. Penyakit kelainan darah

Tidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan infeksi

mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu.

Gejala pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi

dan di bawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan.11

3. Tonsilis Kronik

Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok,

beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,

kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.11

2.5 Patofisiologi Tonsilitis

Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut.

Amandel atau tonsil berperan sebagai filter, menyelimuti organisme yang

berbahaya tersebut. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibody

terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang amandel

sudah kelelahan menahan infeksi atau virus. Kuman menginfiltrasi lapisan

epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan

10
reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli

morfonuklear.16

Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak

kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit,

bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut

tonsillitis falikularis, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka

terjadi tonsillitis lakunaris. Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit

tenggorokan ringan hingga menjadi parah. Pasien hanya mengeluh merasa

sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan. Tonsilitis dapat

menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan kelenjar getah

bening melemah didalam daerah sub mandibuler, sakit pada sendi dan otot,

kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada

telinga.16

Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan,

belakang tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal yang tidak

menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam. Bila bercak

melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu

(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses

radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga

pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan

ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang

akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan

akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada

anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.16

11
2.6 Manifestasi Klinik Tonsilitis

Tanda dan gejala Tonsilitis ialah sakit tenggorokan, demam, ngorok,

dan kesulitan menelan. Sedangkan menurut Soepardi, tanda dan gejala yang

timbul yaitu nyeri tenggorok, tidak nafsu makan, nyeri menelan kadang-

kadang disertai otalgia, demam tinggi, serta pembesaran kelenjar

submandibuler dan nyeri tekan, anoreksia, dan otalgia (nyeri telinga). Bila

laring terkena suara akan menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak faring

hiperemisis, tonsil membengkak, hiperemisis. 11

Gejala klinis Tonsilitis Kronis yaitu: 16

1) Sangkut menelan. Dalam penelitian mengenai aspek epidemiologi

faringitis mendapatkan dari 63 penderita Tonsilitis Kronis, sebanyak 41,3%

diantaranya mengeluhkan sangkut menelan sebagai keluhan utama

2) Bau mulut (halitosis) yang disebabkan adanya pus pada kripta tonsil.

3) Sulit menelan dan sengau pada malam hari (bila tonsil membesar dan

menyumbat jalan nafas)

4) Pembesaran kelenjar limfe pada leher.

5) Butiran putih pada tonsil

2.7 Determinan pada penderita Tonsilitis Kronis

Sejauh ini belum ada penelitian lengkap mengenai keterlibatan faktor

genetik maupun lingkungan yang berhasil dieksplorasi sebagai faktor risiko

penyakit Tonsilitis Kronis. Pada penelitian yang bertujuan mengestimasi

konstribusi efek faktor genetik dan lingkungan secara relatif penelitiannya

mendapatkan hasil bahwa tidak terdapat bukti adanya keterlibatan faktor

genetik sebagai faktor predisposisi penyakit Tonsilitis Kronis. 18

12
a. Umur

Data epidemiologi menunjukkan bahwa penyakit Tonsilitis Kronis

merupakan penyakit yang sering terjadi pada usia 5-10 tahun dan dewasa

muda usia 15-25 tahun. Dalam suatu penelitian prevalensi karier Group A

Streptokokus yang asimptomatis yaitu: 10,9% pada usia kurang dari 14

tahun, 2,3% usia 15-44 tahun, dan 0,6 % usia 45 tahun keatas.19

Menurut penelitian yang dilakukan di Skotlandia, usia tersering

penderita Tonsilitis Kronis adalah kelompok umur 14-29 tahun, yakni

sebesar 50 %.20 Sedangkan Kisve pada penelitiannya memperoleh data

penderita Tonsilitis Kronis terbanyak sebesar 294 (62 %) pada kelompok

usia 5-14 tahun. 18

b. Jenis Kelamin

Pada penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Serawak di Malaysia

diperoleh 657 data penderita Tonsilitis Kronis dan didapatkan pada pria 342
21
(52%) dan wanita 315 (48%). Sebaliknya penelitian yang dilakukan di

Rumah Sakit Pravara di India dari 203 penderita Tonsilitis Kronis, sebanyak

98 (48%) berjenis kelamin pria dan 105 (52%) berjenis kelamin wanita.22

c. Suku

Suku terbanyak pada penderita Tonsilitis Kronis berdasarkan

penelitian yang dilakukan di poliklinik rawat jalan di rumah sakit Serawak

Malaysia adalah suku Bidayuh 38%, Malay 25%, Iban 20%, dan Chinese

14%. 21

13
2.8 Komplikasi Tonsilitis

Komplikasi tonsilitis akut dan kronik yaitu :

1. Abses pertonsil

Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole,

abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan

oleh streptococcus group A. 11

2. Otitis media akut

Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius

(eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada

ruptur spontan gendang telinga.11

3. Mastoiditis akut

Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke

dalam sel-sel mastoid.11

4. Laringitis

Merupakn proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk

larynx. Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa

karena virus, bakter, lingkungan, maupun karena alergi.16

5. Sinusitis

Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua atau

lebih dari sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau

ruangan berisi udara dari dinding yang terdiri dari membran mukosa.16

6. Rhinitis

Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal

dan nasopharynx.16

14
7. Abses parafaring.

Gejala utama adalah trismus, indurasi atau pembengkakan di sekitar

angulus mandibula, demam tinggi dan pembengkakan dinding lateral faring

sehingga menonjol kearah medial. Abses dapat dievakuasi melalui insisi

servikal.16

8. Abses intratonsilar.

Merupakan akumulasi pus yang berada dalam substansi tonsil.

Biasanya diikuti dengan penutupan kripta pada Tonsilitis Folikular akut.

Dijumpai nyeri lokal dan disfagia yang bermakna. Tonsil terlihat membesar

dan merah. Penatalaksanaan yaitu dengan pemberian antibiotika dan

drainase abses jika diperlukan; selanjutnya dilakukan tonsilektomi.16

9. Tonsilolith (kalkulus tonsil).

Tonsililith dapat ditemukan pada Tonsilitis Kronis bila kripta

diblokade oleh sisa-sisa dari debris. Garam inorganik kalsium dan

magnesium kemudian tersimpan yang memicu terbentuknya batu. Batu

tersebut dapat membesar secara bertahap dan kemudian dapat terjadi

ulserasi dari tonsil. Tonsilolith lebih sering terjadi pada dewasa dan

menambah rasa tidak nyaman lokal atau foreign body sensation. Hal ini

didiagnosa dengan mudah dengan melakukan palpasi atau ditemukannya

permukaan yang tidak rata pada perabaan.16

10. Kista tonsilar.

Disebabkan oleh blokade kripta tonsil dan terlihat sebagai pembesaran

kekuningan diatas tonsil. Sangat sering terjadi tanpa disertai gejala. Dapat

dengan mudah didrainasi. 16

15
2.9 Pemeriksaan Tonsilitis

Dari pemeriksaan dapat dijumpai:

1. Tonsil dapat membesar bervariasi.

Kadang-kadang tonsil dapat bertemu di tengah. Standart untuk

pemeriksaan tonsil berdasarkan pemeriksaan fisik diagnostik

diklasifikasikan berdasarkan ratio tonsil terhadap orofaring (dari medial ke

lateral) yang diukur antara pilar anterior kanan dan kiri.

Menurut brodsky T0: Tonsil terletak pada fosa tonsil, T1: <25%, T2:

>25%<50%, T3:>50%<75%, T4: >75% .17

Sedangkan menurut Thane dan Cody menbagi pembesaran tonsil

atas: 23

T1: batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai jarak pilar anterior

uvula.

T2: batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula sampai jarak

pilar anterior-uvula.

T3: batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula sampai jarak

pilar anterior-uvula.

T4: batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula sampai uvula

atau lebih

2. Dapat terlihat butiran pus kekuningan pada permukaan medial tonsil. 11

3. Bila dilakukan penekanan pada plika anterior dapat keluar pus atau

material menyerupai keju .11

16
4. Warna kemerahan pada plika anterior bila dibanding dengan mukosa

faring, merupakan tanda penting untuk menegakkan infeksi kronis pada

tonsil.11

Dari hasil penelitian yang melihat hubungan antara tanda klinis

dengan hasil pemeriksaan histopatologis dilaporkan bahwa tanda klinis pada

Tonsilitis Kronis yang sering muncul adalah kripta yang melebar,

pembesaran kelenjar limfe submandibula dan tonsil yang mengalami

perlengketan. Tanda klinis tidak harus ada seluruhnya, minimal ada kripta

yang melebar dan pembesaran kelenjar limfe submandibula.11

Disebutkan dalam penelitian lain bahwa adanya keluhan rasa tidak

nyaman di tenggorokan, kurangnya nafsu makan, berat badan yang

menurun, palpitasi mungkin dapat muncul. Bila keluhan-keluhan ini disertai

dengan adanya hiperemi pada plika anterior, pelebaran kripta tonsil dengan

atau tanpa debris dan pembesaran kelenjar limfe jugulodigastrik maka

diagnosa Tonsilitis Kronis dapat ditegakkan Untuk menegakkan diagnosa

penyakit Tonsilitis Kronis terutama didapatkan berdasarkan hasil anamnesa

dan pemeriksaan fisik diagnostik yang didapatkan dari penderita.19

17
2.10 Pemeriksaan penunjang tonsilitis

a.Mikrobiologi

Penatalaksanaan dengan antimikroba sering gagal untuk

mengeradikasi kuman patogen dan mencegah kekambuhan infeksi pada

tonsil. Kegagalan mengeradikasi organisme patogen disebabkan

ketidaksesuaian pemberian antibiotika atau penetrasi antibiotika yang

inadekuat. Gold standard pemeriksaan tonsil adalah kultur dari dalam tonsil.

Berdasarkan penelitian Kurien di India terhadap 40 penderita Tonsilitis

Kronis yang dilakukan tonsilektomi, didapatkan kesimpulan bahwa kultur

yang dilakukan dengan swab permukaan tonsil untuk menentukan diagnosis

yang akurat terhadap flora bakteri Tonsilitis Kronis tidak dapat dipercaya

dan juga valid. Kuman terbayak yang ditemukan yaitu Streptokokus beta

hemolitikus diukuti Staflokokus aureus .24

b.Histopatologi

Penelitian yang dilakukan Ugras dan Kutluhan tahun 2008 di Turkey

terhadap 480 spesimen tonsil, menunjukkan bahwa diagnosa Tonsilitis

Kronis dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi dengan tiga

kriteria histopatologi yaitu ditemukan ringan- sedang infiltrasi limfosit,

adanya Ugras abses dan infitrasi limfosit yang difus. Kombinasi ketiga hal

tersebut ditambah temuan histopatologi lainnya dapat dengan jelas

menegakkan diagnosa Tonsilitis Kronis .7

18
2.11 Penatalaksanaan Tonsilitis

Penatalaksanaan pasien tonsilitis secara umum :

1. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama

10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk

suntikan (intravena)

2. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi) dilakukan jika:

a. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.

b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2

tahun.

c. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3

tahun.

d. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Kontraindikasi Tonsilektomi

Terdapat beberapa keadaan yang disebut sebagai kontraindikasi,

namun bila sebelumnya dapat diatasi, operasi dapat dilaksanakan dengan

tetap memperhitungkan imbang manfaat dan risiko. Keadaan tersebut yakni:

gangguan perdarahan, risiko anestesi yang besar atau penyakit berat,

anemia, dan infeksi akut yang berat.25

Penatalaksanaan pasien tonsilitis adalah :

1. Penatalaksanaan tonsilitis akut :11

a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat

kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan

eritromisin atau klidomisin.

19
b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid

untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.

c. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari

komplikasi kantung selama 2 sampai 3 minggu atau sampai hasil usapan

tenggorok 3 kali negatif.

d. Pemberian antipiretik

2. Penatalaksanaan tonsillitis kronik11

a. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur atau hisap.

b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi

konservatif tidak berhasil. The American Academy of Otolaryngology

Head and Neck Surgery Clinical Indikators Compendium tahun 1995

menetapkan indikasi dilakukannya tonsilektomi yaitu:

1) Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah

mendapatkan terapi yang adekuat.

2) Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan

gangguan pertumbuhan orofasial.

3) Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan

jalan nafas,sleep apnea, gangguan menelan, dan gangguan bicara.

4) Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil, yang

tidak berhasil hilang dengan pengobatan.

5) Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.

6) Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A Sterptococcus

hemoliticus

7) Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.

20
8) Otitis media efusa atau otitis media supuratif

2.12 Prognosa Tonsilitis

Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristrahat

dan pengobatan suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat

membuat penderita Tonsilitis lebih nyaman. Bila antibiotika diberikan untuk

mengatasi infeksi, antibiotika tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan demi

penatalaksanaan yang lengkap, bahkan bila penderita telah mengalami

perbaikan dalam waktu yang singkat. Gejala-gejala yang tetap ada dapat

menjadi indikasi bahwa penderita mengalami infeksi saluran nafas lainnya,

infeksi yang sering terjadi yaitu infeksi pada telinga dan sinus. Pada kasus-

kasus yang jarang, Tonsilitis dapat menjadi sumber dari infeksi serius

seperti demam rematik atau pneumonia.19

2.13 Pencegahan Tonsilitis

Bakteri dan virus penyebab Tonsilitis dapat dengan mudah menyebar

dari satu penderita ke orang lain. Tidaklah jarang terjadi seluruh keluarga

atau beberapa anak pada kelas yang sama datang dengan keluhan yang

sama, khususnya bila Streptokokus pyogenase adalah penyebabnya. Risiko

penularan dapat diturunkan dengan mencegah terpapar dari penderta

Tonsilitis atau yang memiliki keluhan sakit menelan. Gelas minuman dan

perkakas rumah tangga untuk makan tidak dipakai bersama dan sebaiknya

dicuci dengan menggunakan air panas yang bersabun sebelum digunakan

kembali. Sikat gigi yang talah lama sebaiknya diganti untuk mencegah

infeksi berulang. Orang-orang yang merupakan karier Tonsilitis semestinya

21
sering mencuci tangan mereka untuk mencegah penyebaran infeksi pada

orang lain.19

22

Anda mungkin juga menyukai