KONSEP DESAIN
137
Tata Letak : Area Utama diperuntukkan kegiatan yang
suci/berhubungan dengan Sang Hyang Widhi. Area Madya diperuntukkan
kegiatan yang berhubungan dengan manusia. Area Nista diperuntukkan
kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan yang bersifat kotor.
Ruang luar dan ruang dalam terintegrasi secara selaras, dengan pusat
dibiarkan terbuka tak ternaungi sebagai jalan langsung hubungan kepada
Tuhan.
Tata letak tiap unit bangunan diatur dalam jarak-jarak tertentu yang
dihubungkan oleh ruang-ruang terbuka.
4. Kejujuran Material
138
Karakteristik material menjadi estetika tersendiri bagi arsitektur
tradisional Bali yang menampakkan kejujuran, kesederhanaan, apa adanya,
dan keharmonisan terhadap alam.
139
Sedikit adalah lebih dan lebih adalah terlalu banyak (Less is more only
when more is too much ) yang dikatakan oleh Frank Llyod Wright.
Sedikit itu membosankan (Less is a bore) yang dicetuskan oleh Robert
Venturi, pelopor arsitektur Postmodern sebagai jawaban atas Gaya
Internasional yang tidak menarik yang dipopulerkan oleh Mies van der
Rohe.
Lokasi resort mengambil lahan di pinggir tebing pantai. Hal ini akan
menjadi potensi lokasi yang dimanfaatkan dalam mewujudkan view yang eksotis.
Penggunaan tangga-tangga dan dinding-dinding berbatu akan dihadirkan pada
setiap unsure spasial hotel, menjadi sebuah pengantar atau transisi yang
memberikan kejutan view lembah yang menarik pada bagian akhir.
Resort ini direncanakan memiliki 52 kamar dan 8 villa sebagai guest room.
Kesemua unit memiliki vista kearah pemandangan laut dari atas tebing yang
menarik. 52 unit kamar yang tersedia dibagi menjadi beberapa blok yang disusun
seperti perkampungan dengan dilengkapi jalan setapak sebagai area sirkulasi.
Setiap blok terdiri dari 4 unit kamar yang disusun bertingkat, 2 unit kamar di
bawah dan 2 unit kamar di atas. Unit-unit kamar dibawah dinamakan Deluxe
Room dan yang unit-unit yang menempati lantai atas dinamakan Superior Room.
a. Deluxe Room
b. Superior Room
c. Valley Villa
d. Pool Villa
Unit-unit yang ada di desain tetap dengan konsep memorable exotic view,
perpaduan modern dengan tradisional Bali. Permainan material kayu, batu, kaca
tetap menjadi pilihan utama dalam mewujudkan konsep. Unsur tradisional
terdapat pada bagian atap yang menggunakan material dan sistem konstruksi
tradisional Bali. Unit juga semaksimal mungkin didesain terbuka untuk
mendapatkan vista alam setempat yang juga maksimal.
Public Space
141
Area guest arrival and registration terintegrasi dengan lobby lounge
dengan konsep open-air yang memberikan kesempatan bagi tamu yang dating
langsung merasakan kesan alami sebagai kesan pertama. Latar pepohonan dan
kicauan burung hutan lereng sekitar akan terasa jelas dari lobby lounge. Kesan
tradisional juga diperlihatkan dari pemakaian material seperti terrazzo tile pada
lantainya, batang pohon kelapa pada tiang-tiang kolomnya, dan atap alang-alang
khas Bali. Tapi kesan modern tetap ditampilkan dengan desain furniture yang
minimalis memakai warna-warna alam, warna-warna kecokelatan, menyesuaikan
konsep.
Pada area lobby, tamu bisa menemukan area food and beverages dengan
tiang-tiang kolom batang pohon kelapa dan atap ilalang khas tradisional Bali.
Area ini terbuka dengan menampilkan vista pemandangan laut dan swimming
pool spot unggulan resort ini.
Pada bagian lanskap yang difokuskan adalah pada bagian area publik yang
intensitas penggunaannya setiap harinya. Lanskap ini akan menjadi bagian yang
yang sangat luar biasa dan dramatik. Dengan proses pembangunan konsep ini
akan mengubah semua keadaannya, namun desain yang tawarkan tetap akan
melihat keunikan topograpi dan karakter dari tapak, bagian utamanya adalah
pemandangan yang mengarah ke laut, vegetasi yang sesuai, dan batu karang yang
unik dan menarik.
Konsep yang dituangkan pada Resort ini yaitu menciptakan sebuah resort
yang menyatu dengan alam dan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya yang
ada. Konsep dibagi menjadi tiga bagian yaitu konsep ruang, konsep sirkulasi, dan
konsep vegetasi. Konsep ruang yang dimaksud disini adalah konsep lanskap yang
dibagi menjadi beberapa ruang, pada pengembagannya, konsep ruang dibagi
menjadi lima ruang yaitu area masuk (Entrance area), area lembah (Valley floor),
area sungai (River Area), dan area hutan (Forest Area).
142
Konsep sirkulasi pada tapak dibedakan menjadi dua, yaitu sirkulasi primer
dan sekunder. Selain itu terdapat jalur akses masuk ke dalam tapak yang dibuat
dua jalur kendaraan menuju jalan raya utama. Sedangkan untuk konsep vegetasi,
berupa konsep indigenous (tanaman asli asia) yang akan dibedakan menjadi
pohon eksisting, pohon peneduh, pohon estetika, tanaman pantai, dan semak.
Desain Resort ini tidak melepaskan nilai-nilai budaya yang sangat lekat
bagi masyarakat Bali. Hal ini dituangkan pada bentuk atap dari gedung reception,
restoran, dan spa dengan bentukan atap tradisional Bali yang menggunakan bahan
ijuk. Sedangkan untuk bangunan resortnya sendiri yang mencirikan nilai budaya
Bali adalah dari penggunaan warna pada bagian interior bangunan tersebut.
Dalam interior Design terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Deluxe Room dan superior room, menggunakan warna dan material alami yang
menjadi cirri khas bali seperti warna merah yang dominan di setiap hasil kerajinan
budaya Bali salah satunya pada kain Bali, warna dari batuan yang ada di kuil.
2. Valley villa, menggunakan dominan warna biru yang menggambarkan
keindahan laut Bali, karena Bali memiliki garis pantai yang panjang dan pantai
yang indah. Material yang digunakan berupa batuanbatuan alami yang ada di Bali.
3. Pool villa, menggunakan dominan warna hijau yang menggambarkan hamparan
sawah Bali yang masih banyak dijumpai disepanjang jalan, salah satunya
hamparan sawah yang berada di Ubud.
Nilai budaya Bali juga diaplikasikan pada penggunaan vegetasinya, yaitu
dengan banyak menggunakan tanaman berbunga salah satunya adalah Plumeria
rubra karena masyarakat Bali tidak lepas dari penggunaan bunga-bunga untuk
peribadatannya. Oleh karena itu penggunaan tanaman berbunga menjadi salah
satu aplikasi desain berdasarkan nilai budaya Bali.
Material yang digunakan diusahakan dapat menyatu dengan alam, yang
dimaksudkan disini adalah dalam pemilihan material yaitu yang menggunakan
batuan-batuan alami yang ada di Bali dan yang ada ditapak salah satunya adalah
penggunaan batu kapur pada dinding pembatas, batu kapur sebagai paving atau
menggunakan batu cobbles sebagai paving. Selain itu dalam pemilihan warna juga
143
diperhatikan dengan cara memilih warna-warna yang ada di alam seperti warna
hitam, putih, cokelat, hijau, merah, biru, dan lain-lainya.
145