Pendahuluan
Jika manusia melakukan suatu pekerjaan maka sangat banyak faktor yang terlibat dan
mempengaruhi keberhasilan pekerjaan itu. Secara garis besar faktor-faktor yang
mempengaruhi manusia tersebut dapat dibagi dua, yaitu faktor individual dan faktor
situasional. Faktor individual berasal dari diri manusia itu sendiri misalnya usia, pendidikan,
motivasi, pengalaman. Faktor situasional berasal dari luar diri manusia itu mis. kondisi
mesin, kondisi pekerjaan, karakteristik lingkungan. Berbeda dengan faktor-faktor individual,
faktor-faktor situasional ini dapat diubah untuk memberikan pengaruh pada keberhasilan
kerja. Dengan kata lain agar pekerjaan yang dilakukan efisien, hasil kerja yang didapat efektif
dengan produktivitas tinggi. 1
Kecelakaan terjadi disebabkan oleh tiga faktor utama yaitu manusia (host), alat
(vector) dan lingkungan (environment) sesuai dengan teori Haddon.6
Menurut Side (1998) penyebab kecelakaan dapat diklasifikasikan menjadi 3 faktor, yaitu : 7
a) Faktor manusia yang terdiri dari pelatihan/kemampuan yang tidak memadai, tidak
mengikuti prosedur, bekas latihan yang tidak aman, penyimpangan dari peraturan
keselamatan, dan bahaya yang tidak terdeteksi.
b) Faktor keadaan seperti pengaruh rancangan perlengkapan, konstruksi yang tidak
memenuhi syarat, penyimpanan bahan atau peralatan bahaya yang tidak layak, serta
tata letak fasilitas yang tidak cukup.
c) Faktor lingkungan yang terdiri dari faktor fisika, paparan kimia, faktor biologis dan
faktor ergonomi. Faktor fisika seperti kebisingan, penerangan, atau getaran. Paparan
kimia yang berbentuk debu, gas, uap, asap atau kabut. Faktor biologis seperti
sensitivitas, usia, jenis kelamin, kekuatan atau kondisi. Faktor ergonomi seperti
gerakan berulang, pengangkatan dan rancangan stasiun kerja.
Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan dengan
suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun menurut
kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat, terjatuh di lantai dan
tertimpa benda jatuh, peakaian alat atau perkakas yang dipegang dengan tangan (manual),
menginjak atau terbentur barang, luka bakar oleh benda pijar, dan tansportasi. Kira kira
sepertiga dari kecelakaan ang menyebabkan kematian dikarenakan terjatuh, baik dari tempat
yang tinggi, maupun di tempat yang datar. 3
Faktor Peralatan dan Mesin-Mesin (unsafe condition) , mesin mesin tanpa alat
pelindung, alat kerja yang rusak dan instalasi yang tidak memenuhi syarat dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan. Oleh sebab itu, sangat diperlukan pemeriksaan secara
berkala untuk segala macam peralatan yang digunakan demi untuk menghindari kecelakaan
kerja. 8
Kondisi lingkungan kerja pada suatu perusahaan merupakan hal yang paling
berpengaruh dalam produktifitas kerja para karyawan. Kondisi lingkungan yang aman dan
nyaman dapat mencegah timbulnya penyakit serta mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Aman dalam konteks ini adalah hal yang berkaitan dengan keselamatan kerja atau dengan
Kondisi lingkungan perusahaan dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu faktor fisik, faktor
kimia, faktor biologis, faktor fisiologis, dan faktor psikologis. Faktorfaktor ini dalam jumlah
tertentu dapat mengganggu daya kerja seseorang ketika bekerja, misalnya suhu ruangan kerja
yang sangat panas dapat mengganggu konsentrasi kerja karyawan sehingga berpotensi
terjadinya kecelakaan kerja (Suardi, 2005). Faktor fisik hal paling utama yang mempengaruhi
kondisi kerja. Faktor fisik meliputi kebisingan, penerangan, suhu, dan kelembaban. 2
1. Kebisingan diartikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki, jika bunyibunyian tersebut
dapat memberikan pengaruh yang buruk. Menurut Syamsudin (2004) secara umum
tingkat bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kebisingan bagi pekerja dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu :
Intensitas dan frekuensi kebisingan.
Jenis kebisingan (steady atau non steady noise).
Waktu kontak harian dan tahunan (exposure duration).
Umur pekerja.
Penyakit-penyakit / ketidaksempurnaan sistem pendengaran bagi pekerja
(yang bukan disebabkan oleh kebisingan).
Kondisi lingkungan (kecepatan angin, suhu, kelembaban udara, dan
sebaliknya) dimana bahaya kebisingan tersebut sudah berada.
Jarak antara pekerja dengan sumber kebisingan
Posisi telinga dengan gelombang suara.
Kebisingan dari mesin dapat dikurangi dengan diberi penutup fiber glass atau
ditempatkan di atas bahan yang lunak seperti karet, plastik, asbes dan lain-lain. Pada
industri yang bersih, penggunaan karpet dapat mengurangi kebisingan. Namun jika
2. Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja melihat
pekerjaannya dengan teliti, cepat, dan tanpa usaha yang keras, serta membantu
menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan. Sebaliknya penerangan yang kurang
baik akan menimbulkan kesalahan, kelelahan dan keterlambatan dalam melakukan
pekerjaan. Hal ini disebabkan karena pekerja harus bekerja keras untuk memastikan hal
yang dikerjakannya benar dalam kondisi penerangan yang kurang baik. Bahkan mata
yang bekerja keras terus-menerus dan kelelahan pada akhirnya akan menimbulkan
kelelahan mental. Gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain adalah sakit kepala,
penurunan kemampuan intelektual, daya konsentrasi, dan kecepatan. Penerangan yang
baik akan sangat dipengaruhi ukuran obyek, derajat kontras, luminasi dan lamanya
melihat. Pada prinsipnya semakin teliti suatu pekerjaan diperlukan tingkat penerangan
yang lebih baik pula.
Menurut Sumamur (1980), usaha yang harus dilakukan untuk menciptakan suasana kerja
yang aman dan nyaman adalah :
i. Mencegah cahaya yang berlebihan
ii. Warna yang tepat pada lingkungan kerja
iii. Panas yang tidak berlebihan pada tempat kerja
iv. Pembagian cahaya / luminasi yang tepat
3. Suhu Pengaturan suhu yang tepat akan dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi
kerja. Suhu udara yang terlalu tinggi akan mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu
reaksi, mengganggu kecermatan kerja otak, dan mengganggu koordinasi syaraf perasa
dan motoris. Sedangkan suhu udara yang terlalu dingin akan mengurangi efisiensi dengan
keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot.
Menurut Sumamur (1980), suhu udara kerja yang terlalu tinggi dapat menyebabkan :
Heat Cramps, yaitu proses kehilangan garam tubuh akibat pengeluaran keringat
yang berlebihan. Gejala-gejala yang ditimbulkan seperti kejangkejang otot tubuh
dan perut.
Heat Exhaustion, biasanya timbul akibat kurang adanya aklimitasi. Gejala yang
ditimbulkan adalah keringat banyak keluar sedangkan suhu tubuh relatif normal.
Heat Stroke, yaitu dengan gejala suhu badan naik sedangkan kulit kering dan
panas.
Diagram Fishbone
Diagram sebab-akibat adalah suatu diagram yag menunjukkan faktor faktor atau
sebab sebab yang mengakiatkan kejadian tertentu dan bagaimana mereka dapat
dikategorikan. Diagram ini juga disebut sebagai Ishikawa diagram, karenan dikembangkan
oleh Kaoru Ishikawa. Juga disebut Fishbone Diagram, ini mengilustrasikan sebab sebab
utama dan sebab sebab sampingan yang mengarah/mengakibatkan suatu kejadian (gejala).9
Suatu diagram sebab akibat adalah metode grafis sederhana untuk membuat hipotesis
mengenai rantai penyebab dan akibat serta untuk menyaring potensi penyebab dan
mengorganisasikan hubungan antar variabel. Pada akhir garis horizontal, sebuah
permasalahan dituliskan.
Setiap cabang yang menunjuk ke ranting utama mewakili suatu kemungkinan penyebab.
Cabang cabang yang menunjuk ke sebab sebab merupakan kontributor dari sebab
tersebut. Diagram ini mengidentifikasi penyebab yang mungkin dari suatu masalah sehingga
pengumpulan data dan analisis lebih lanjut dapat dilaksanakan. (Gambar 1). 10
Diagnosis sebab akibat disusun dalam suatu atmosfer brainstorming. Semua orang
dapat terlibat dan merasa bahwa mereka adalah bagian yang penting dari proses pemecahan
masalah. Biasanya kelompok kelomok keci yang diamil dari wilayah operasi atau
manajemen bekerja dengan seorang fasilitator terlatih dan berpengalaman. Fasilitator tersebut
bertugas memandu perhatian kepada diskusi mengenai masalah yang dibicarakan dan sebab
sebabnya, bukan pada pendapat. 10
Manfaat
penggunaan
diagram sebab
akibat adalah membantu menentkan akar penyebab, mendorong partisipasi kelompok,
mengindikasikan variasi kemungkinan penyebab, meningkatkan proses pengetahuan dan
mengidentifikasi area pengumpulan data. 9
Berikut ini tahapan yang dilakukan dalam menyusun diagram sebab dan akibat : 11
a) Tentukan masalah/akibat yang akan dicari penyebabnya. Tuliskan dalam kotak yang
menggambarkan kepala ikan yaitu yang berada di ujung tulang utama (garis
horisontal).
b) Tentukan grup/kelompok faktor faktor penyebab utama yang mungkin akan menjadi
penyebab masalah itu dan tuliskan masing masing pada kotak yang berada pada
cabang. Pada umumnya, pengelompokkan didasarkan atas unsur material peralatan
(mesin), metode kerja (manusia), dan pengukuran (inspeksi). Namun, pengelompokan
dapat juga dilakukan atas dasar analisis proses.
c) Pada setiap cabang, tulis faktor faktor penyebab yang lebih rinci yang dapat menjadi
faktor penyebab masalah yang dianalisis. Faktor faktor penyebab ini berupa ranting,
yang bila diperlukan bisa dijabarkan lebih lanjut ke dalam anak ranting.
d) Lakukan analisis dengan membandingkan data/keadaan dengan persyaratan untuk
setiap faktor dalam hubungannya dengan akibat, sehingga dapat diketahui penyebab
utama yang mengakibatkan terjadi masalah mutu yang diamati.
Pencegahan Kecelakaan
Jelas bahwa kecelakaan kerja menelan biaya yang luar biasa tinggi. Dari segi biaya
saja dapat dipahami, bahwa terjadinya kecelakaan kerja harus dicegah. Pernyataan ini
Gedung harus memiliki alat pemadam kebakaran, pintu dan jalan keluar daerurat,
instalasi bentilasi, dan lantai yang terpelihara. Perencanaan yang baik tercermin dari
pengaturan operasi proses produksi, pengaturan instalasi mesin, penerapan norma
keselamatan, cukup peralatan dan perlengkapan, dan memadainya pedoman dan aturan
pelaksanaan kerja. Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan perencanaan yang baik dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku, serta cukup dilengkapi alat pelindung. 3
Perencanaan yang baik terlihat dari baiknya pagar atau tutup pengaman (guarding)
pada bagian bagian mesin atau perkakas yang bergerak antara lain bagian yang berputar.
Bila pagar atau tutup pengaman telah terpasang, harus diketahui dengan pasti efektif tidaknya
lat pelindung keaselematan dimaksud. Efektif tidaknya pagar atau tutup pengaman terlihat
Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Kecelakaan di Tempat Kerja Page 8
dari bentuk dan ukurannya yang sesuai terhadap mesin atau alat serta perkakaks yang
terhadapnya keselamatan pekerja dilindungin. 3
Selain tentang perencanaan, juga perawatan mesin dan perkakas kerja harus
diperhatikan. Dalam hal ini dikenal apa yang disebut upaya perawatan preventif dalam
keselamatan sehingga mesin atau peralatan kerja tidak menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Kurangnya perawatan sering mengakibatkan bencana besar, seperti misalnya meledaknya
mesin disel atau kompor gas atau pesawat uap. Alat pelindung diri berupa pakaian kerja,
kacamata, sarung tangan, harus cocok ukurannya sehingga nyaman penggunaannya. 3
Aturan kerja harus lengkap, jelas dan diterapkan dengan penuh kepatuhan, agar pekerja
melaksanakannya dengan penuh kesungguhan. Ketidakmampuan pekerja meliputi kurangnya
pengalaman, tidak memadainya kecakapan, dan lambatnya mengambil keputusan.
Konsentrasi berkurang biasanya merupakan akibat ngelamun, kurangnya perhatian, dan sikap
yang tidak mau memperhatikan, atau pelupa. Disiplin kurang harus diatasi dengan peringatan
(warning) kepada pekerja yang melanggar peraturan, atau kepada sesame pekerja yang
mengganggu pekerjaan lain, serta kepada pekerja yang main main ketika bekerja. Perilaku
yang mendatangkan bahaya ialah berbuat iseng atau main coba coba, mengambil jalan
pintas atau cara mudahnya, dan sifat tergesa gesa. Untuk mengatasi ketidakcocokkan fisik
perlu diperhatikan kecacatan fisik, kelelahan dan penyakit. Ketidak-cocokkan mental yang
terutama perlu diatasi adalah kelelah menyal berupa kejemuan atas dasar konflik batin, sifat
permarah yang luar biasa dan emosi mudah tersinggung. 3
Selain dengan cara pencegahan tersebut banyak hal dapat membantu upaya
pencegahan kecelakaan kerja di perusahaan. Pemeriksaan kesehatan sebelum dan pada waktu
waktu kerja sangat berguna dalam rangka upaya menemukan aspek factor manusia yang
potential dapat mendatangkan kecelakaan. Pelatihan kerja yang dengannya keterampilan
kerja senantiasa ditingkatkan sangat mengurangi frekuensi dan parahnya kecelakaan kerja.
Lebih berarti lagi, jika keselamatan telah dijadikan bagian terintegrasi dari keterampilan
Salah satu faktor yang berperan untuk terjadinya cedera akibat kerja adalah
pemakaian APD yang sesuai dan benar cara pakainya. Hasil penelitian menyatakan bahwa
cedera akibat kerja 11% terjadi karena kurangnya perhatian tenaga kerja untuk menggunakan
alat pelindung diri pada saat bekerja khususnya pada tenaga kerja bagian produksi.12
APD merupakan seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi
seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan danya potensi bahaya/kecelakaan kerja.
APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha
rekayasa(engineering) dan administratif telah dilakukan namun masih terdapat potensi yang
dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pemakaian APD bukanlah
pengganti dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir. 4
Menurut Bennet (1995), dari kasus kecelakaan yang sering terjadi di tempat kerja,
penyebab terbesar antara lain karena rendahnya pengetahuan dan pemahaman serta kesadaran
tentang keselamatan dan kesehatan kerja menempati persentase tertinggi, yaitu 64,26 %.13
Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya kecelakaan.
Pakaian pekerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak
longgar) pada dada atau suatu punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan ataupun kerutan
yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memakai celana panjang, jala atau
ikat rambut, baju yang pas dan tidak mengenakan perhiasan. Pakaian kerja sintetis hanya baik
terhadap bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahan
yang dapat meledak oleh aliran listris statis. 3
Alat proteksi diri beraneka ragam. Jika digolongkan menurut tubuh yang
dilindunginya, maka jenis alat proteksi diri dapat dilihat pada daftar sebagai berikut : 3
a. Kepala
Pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai jenis yaitu topi pengaman
(safety helmet), topi atau tudung kepala, tutup kepala.
b. Mata
Kacamata pelindung (protective googles)
c. Muka
Pelindung muka (face shields)
d. Tangan dan jari
sarung tangan biasa (gloves), pelindung telapak tangan (hand pad), dan sarung
tangan menutupi pergelangan tangan sampai lengan (sleeve).
e. Kaki
Sepatu pengaman (safety shoes)
f. Alat pernafasan
Respirator, masker, alat bantu pernafasan
g. Telinga
sumbat telinga, tutup telinga
h. Tubuh
Pakaian kerja menurut keperluan yaitu pakaian kerja tahan panas, pakaian kerja
tahan dingin, pakaian kerja lainnya.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu aspek perlindungan
tenaga kerja sekaligus melindungi asset perusahaan. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok
pikiran dan pertimbangan dikeluarkannya Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yaitu bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatan dalam melakukan pekerjaan dan setiap orang lainnya yang berada di tempat
kerja perlu terjamin keselamatannya serta setiap sumber produksi perlu dipakai dan
dipergunakan secara efisien sehingga proses produksi berjalan lancar. Oleh karena itu, K3
harus dianggap sebagai kebutuhan dan bukan sebagai beban tambahan, karena pada dasarnya
K3 merupakan suatu manfaat yang jelas menguntungkan bagi tempat kerja. Hak atas jaminan
keselamatan ini membutuhkan persyaratan adanya lingkungan kerja yang sehat dan aman
bagi tenaga kerja dan masyarakat di sekitarnya.4,5
Gambar 2.
Prinsip
Penerapan
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja
(SMK3).
Lima prinsip yang menjadi pedoman untuk penerapan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja yaitu:
c. Penerapan
o Kemampuan menyiapkan sumberdaya yang andal dan profesional.
o Integrasi SMK3 ke dalam sistem manajemen perusahaan sehingga
dapat berjalan secara selaras dan seimbang.
o Kesadaran semua pihak untuk mendukung.
Kesimpulan
Daftar Pustaka