Bila gizi makanan seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi
malnutrisi. Penyakit gangguan kesehatan akibat kelebihan atau kekurangan gizi, diantaranya ;
HACCP adalah suatu piranti yang digunakan untuk menilai bahaya dan menetapkan
sistem pengendalian pengendalian untuk menjamin keaman pangan.
Dikarenakan banyaknya usaha kecil pada bidang jasaboga seperti katering, warung
nakanan yang kurang terdidik dalam masalah keamanan dapat mengakibatkan timbulnya
kasis keracunan makanan.Untuk mencegah hal-hal seperti demikian maka diperlukannya
sistem keamanan pangan terpadu yang akan melibatkan tiga jejaring yaitu food intelligence
yang mengkaji sistem keamanan pangan ( data surveilan, inspeksi, riset keamanan pangan),
food safety control yang mengawasi keamanan makanan (standarisasi dan legalisasi, uji lab),
food safety promotion yang mengkomunikasikan keamanan pangan ( poster brosur).
Tujuan HACCP
Tujuan khusus :
Prinsip HACCP
Prinsip HACCP secara umum adalah pendekatan sistematis pada produksi makanan untuk
menjamin keamanan makanan. Yang tertuang dalam 7 poin.
Prinsip 1
Pendekatan pertama pada HACCP adalah analisis bahaya yang berkaitan dengan
semua aspek produk yang sedang diproduksi. Analisis bahaya harus dilaksanakan
menyeluruh dan realistik, dari bahan baku hingga ke tangan konsumen.
Jenis bahaya yang mungkin terdapat di dalam makanan dibedakan atas tiga kelompok
yaitu :
1. Bahaya Biologis/Mikrobiologis
a. Disebabkan oleh bakteri patogen, virus, parasit yang menyebabkan keracunan,
penyakit infeksi atau infestasi misalnya E.coli, Listeria monocytogenes,
Bacillus sp, virus Hepatitis.
2. Bahaya Kimia
a. Tertelannya toksin alami atau bahan kimia yang beracun misalnya : alfatoksin,
histamin, toksin jamur, pestisida, alkoloid pirolizidin, antibiotika, hormon
pertumbuhan, dsb
3. Bahaya Fisik
a. Tertelan benda asing yang seharusnya tidak boleh terdapat di dalam makanan
misalnya pecahan gelas, potongan kayu, kerikil.
Agar analisis bahaya ini dapat mencapai hasil yang dapat menjamin semua
informasi mengenai bahaya yang dapat diperoleh, maka analisis bahaya dilaksakan
dengan sistemik dan terorganisir.
Prinsip 2
Titik kendali kritis (CCP) didefinisikan sebagai suatu titik lokasi, setiap langkah
dalam proses atau prosedur, apabila tidak terkendali/terawasidengan baik maka
kemungkinaan dapat menimbulkan tidak amannya makanan, kerusakan dan risiko kerugian
ekonomi. Secara sistematis untuk mengidentifikasi titik kendali dapat dilakukan dengan
metode alur keputusan, seperti bagan di bawah ini :
Prinsip 3
Setelah semua CCP dan parameter pengendali telah teridentifikasi pada tahap dua
makan TIM HACCP harus menetapkan batas kritis untuk setiap CCP. Biasanya bayas kritis
untuk bahaya biologis/mikrobiologis, kimia, dan fisika untuk setiap jenis produk berbeda satu
sama lain.
Batas kritis ialah batas toleransi yang dapat diterima untuk mengamankan bahaya
sehingga titik kendali dapat mengendalikan bahaya kesehatan secara cermat dan efektif.
Batas kritis ini tidak boleh dilanggar atau dilampaui nilainya. Bila dilanggar dan titik
kritisnya lepas dari kendali dapat menyebabkan bahaya kesehatan pada konsumen
Contoh batas kritis yang ditetapkan untuk pencegahan timbul bahaya misalnya : suhu
dan waktu maksimal untuk proeses thermal, suhu maksiamal untuk menjaga kondisi
pendinginan, waktu tertentu untuk proses sterilisasi, jumlah residu pestisida tertentu yang
diperkenankan ada pada makanan, pH maksimal yang diperkenankan, batas kritis untuk
bahan tambahan makanan, bahan kimia untuk proses pengemasan,dll.
Prinsip 4
Setelah prisinp 3 dilengkapi dengan penempatan batas kritis untuk semua CCP, Tim
HACCP harus menetapkan persyaratan monitoring untuk setiap CCPnya.
Cara dan prosedur monitoring untuk setiap CCP perlu diidentidikasi agar memberikan
jaminan bahwa proses pengendalian dan pengelolaan produk pangan masih dalam batas
kritisnya dan dijamin tidak ada bahayanya.
Prinsip 5
Tindakan koreksi adalah prosedur proses yang harus dilaksanakan ketika kesalahan
serius atau kritis diketemukan dan batas kritisnya terlampaui. Dengan demikian, apabila
terjadi kegagalan dalam pengawasan pada CCP-nya, maka tindakan koreksi harus segera
dilaksanakan. Tindakan koreksi ini dapat berbeda-beda tergantung dari tingkat resiko produk,
yaitu semakin tinggi resiko produk semakin cepat tindakan koreksi harus dilakukan.
Tindakan koreksi harus dapat mengurangi dan mengeliminasi potensi bahaya dan
risiko yang terjadi, ketika batas kritisnya terlampaui pada CCPnya sehingga menjamin tidak
mengakibatkan potensi bahaya baru. Setiap tindakan koreksi dilaksanakn harus
didokumentasikan dengan tujuan mofidikasi suatu proses atau pengembangan lainnya.
Prinsip 6
Prosedur verifikasi dibuat dengan tujuan : memeriksa apakah program HACCP telah
dilaksanakan sesuai dengan rancangan HACCP yang ditetapkan, dan menjamin rancangan
HACCP yang ditetapkan masih efektif dan benar. Hasil verifikasi ini dapat digunakan
sebagai informasi tambahan dalam memberikan jaminan bahwa HACCP telah terlaksana
dengan baik.