Anda di halaman 1dari 18

ETIKA POLITIK

DALAM PANDANGAN NURCHOLISH MADJID

DISUSUN UNTUK MEMENUHI REMEDIAL


MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DISUSUN OLEH :
NURUL FADHILAH
061440350757
TEKNIK TELEKOMUNIKASI DIV

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa


Taalla yang telah melimpahkan berbagai nikmatNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam juga tidak lupa penulis
haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Salallahu alaihi wa
sallam, yang telah membawa umat manusia keluar dari zaman jahiliyah.
Makalah ini merupakan salah satu tugas remedial dari mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Jadi tujuan utama pembuatan karya ilmiah ini
adalah untuk memenuhi tugas remedial dari mata kuliah Pendidikan Agama
Islam. Namun penulis juga beharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya,
Penulis menyadari akan kekurangan yang ada pada diri penulis, baik
dalam hal penulisannya maupun penyampaiannya, sehingga dalam
penulisan makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat penulis harapkan agar dapat memacu penulis untuk
membuat tulisan yang jauh lebih baik pada tulisan-tulisan yang akan datang.
Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca serta pembaca
dapat mengambil hikmah dari makalah ini.

Palembang, 28 Januari 2015

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG. 1
2. RUMUSAN MASALAH. 2
3. TUJUAN MASALAH. 2

BAB II PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN ETIKA DAN POLITIK.. 3
2. ETIKA POLITIK MENURUT NURCHOLIS MADJID. 3
3. SUDUT PANDANG NURCHOLISH MADJID
MELIHAT WACANA ETIKA POLITIK
DALAM ISLAM. 6
4. ANALISIS PEMIKIRAN ETIKA
POLITIK NURCHOLISH MADJID 9

BAB III PENUTUP


1. KESIMPULAN. 14
2. DAFTAR PUSTAKA 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Islam sebagai agama terbesar yang dianut oleh mayoritas masyarakat


Indonesia, dipastikan mampu memberikan wawasan dan tuntunannya
sebagai solusi dari segala persoalan yang menimpa kehidupan bangsa
Indonesia saat ini. Terutama sebagai wawasan dan tuntunan moral dalam
kehidupan politik bangsa. Islam sendiri sebenarnya telah menjelaskan dan
juga memberikan banyak petunjuk mengenai berbagai persoalan hidup
manusia di dunia. Salah satunya adalah masalah hubungan antara agama
dengan kehidupan masyarakat, termasuk di dalamnya persoalan politik. Hal
inilah yang menjadi salah satu keunikan Islam diantara agama-agama lain.
Menurut telaah perbandingan yang lebih luas dengan agama-agama
lain, keunikan Islam sebenarnya bukan terletak pada persoalan keterkaitan
yang erat antara agama dan politik. Agama-agama lain juga mengenal
keterkaitan yang erat dengan politik. Bahkan bisa dikatakan menyatu atau
tidak mengenal pemisahan dengan masalah politik. Istilah perpolitikan
theokrasi sendiri sudah menunjukkan adanya kemungkinan agama mana
saja untuk menyatu dengan politik, sehingga kekuasaan yang berlaku
dipandang sebagai kekuasaan (politik) Tuhan.
Terkait persoalan ini, Nurcholish Madjid, tokoh yang selama ini
banyakmemberikan sumbangan pemikirannya dalam kehidupan keagamaan
dan politik diIndonesia, memiliki pandangan yang secara jelas
menggambarkan keterkaitan antara agama (Islam) dan politik. Salah satunya
mengenai hubungan antara kekuasaan dan etika moral.

1
2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis menyusun


suatu rumusan permasalahan ke dalam bentuk pertanyaan sekaligus
membatasi permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut :
Bagaimana pemikiran Nurcholish Madjid mengenai etika, terutama
terkait dengan prinsip moral kemanusiaan dan keadilan dalam kehidupan
berpolitik?

3. TUJUAN MASALAH

Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan dan memahami pemikiran


Nurcholish Madjid mengenai etika Islam dalam kehidupan politik bangsa
Indonesia, terutama yang berkaitan dengan prinsip moral kemanusiaan dan
keadilan. Kemudian, memberikan solusi bagi persoalan kemerosotan moral
dalam berpolitik. Tulisan ini juga memberikan manfaat serta menambah
wawasan dan pemahaman tentang kehidupan politik yang lebih beretika
dengan mengedepankan prinsip moral kemanusiaan dan keadilan di masa
mendatang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

ETIKA POLITIK
DALAM PANDANGAN NURCHOLIS MADJID

1. PENGERTIAN ETIKA DAN POLITIK

Etika politik adalah filsafat moral tentang dimensi politis kehidupan


manusia, atau cabang filsafat yang membahasa prinsip-prinsip moralitas
politik. Etika politik sebagai ilmu dan cabang filsafat lahir di Yunani pada
saat struktur-struktur politik tradisional mulai ambruk.
Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ethes yang berarti
kesediaan jiwa akan kesusilaan, atau dapat diartikan kumpulan peraturan
tentang kesusilaan.
Dengan kata lain, etika politik merupakan prinsip moral tentang baik-buruk
dalam tindakan atau perilaku dalam berpolitik. Etika politik juga dapat
diartikan sebagai tata susila (kesusilaan), tata sopan santun (kesopanan)
dalam pergaulan politik.
Dalam praktiknya, etika politik menuntut agar segala klaim atas hak
untuk menata masyarakat dipertanggungjawabkan pada prinsip-prinsip
moral dasar. Untuk itu, etika politik berusaha membantu masyarakat untuk
mengejawantahkan ideologi negara yang luhur ke dalam realitas politik
yang nyata.Suseno.

2. ETIKA POLITIK MENURUT NURCHOLIS MADJID

Menurut Nurcholish Madjid, atau yang lebih akrab disapa Cak Nur,
3
dalam kehidupan politik kita tidak boleh meninggalkan nilai-nilai
keagamaan. Kehidupan politik yang pada dasarnya bersifat duniawi, tidak
bisa lepas dari tuntunan moral yang tinggi. Berpolitik haruslah dengan
standar akhlak mulia, yang sekarang dikenal dengan etika politik. Persoalan
etika ini menggambarkan makna sentral semangat kepatuhan kepada hukum
atau aturan sebagai tiang pancang masyarakat berperadaban.
Menurut bahasa politik modern, ini adalah orientasi hukum dan
keadilan yang mendasari perkembangan suatu peradaban. Orientasi ini
sangat penting dalam menumbuhkan negara hukum dan mencegah
munculnya negara kekuasaan.
Tuntunan moral yang tinggi dalam etika politik, oleh Nurcholish
Madjid secara konsisten dijelaskan olehnya yaitu meliputi prinsip-prinsip
moral kemanusiaan dan keadilan. Permasalahan prinsip moral kemanusiaan
dan keadilan ini, dalam pandangan Nurcholis Madjid merupakan hal yang
mutlak penting adanya. Karena merupakan landasan ketahanan suatu bangsa
menghadapi perubahan kehidupan yang semakin kompleks.
Tanpa adanya prinsip moral atau akhlak yang baik, kehidupan suatu
bangsa dipastikan akan dibinasakan oleh Tuhan. Sebuah syair dalam bahasa
Arab menerangkan masalah ini: Sesungguhnya bangsa-bangsa itu tegak
selama (mereka berpegang) pada akhlaknya, bila akhlak mereka rusak,
maka rusak binasa pulalah mereka.
Prinsip moral kemanusiaan itu sendiri sangat terkait dengan agama,
terutama dengan rasa ketuhanan. Rasa kemanusiaan hanya terwujud jika
dilandasi rasa ketuhanan. Rasa kemanusiaan yang lepas dari rasa ketuhanan,
akan menyebabkan terjadinya praktek-praktek pemutlakan sesama manusia.
Karena itu kemanusiaan sejati harus bertujuan pada keridlaan Tuhan semata.
Orientasi keridlaan Tuhan ini merupakan landasan bagi peningkatan nilai-
nilai kemanusiaan seseorang.
Mengenai hal tersebut dijelaskan dalam Al Quran Surah Al Fathir
35: 10:

4
Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah
kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang
baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang
merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat
mereka akan hancur..
Nilai kemanusiaan dalam iman seseorang merupakan keseluruhan
pandangan transendental yang menyangkut kesadaran akan asal dan tujuan
wujud serta hidupnya, yang harus berpusat pada Tuhan Yang Maha Esa.
Karena manusia atau nilai kemanusiaan menjadi ukuran amal perbuatan.
Maka segala sesuatu yang ada di muka bumi ini, dan tak bermanfaat bagi
manusia dan kemanusiaan akan sirna. Sedangkan yang bermanfaat akan
tetap bertahan.
Prinsip etika moral kemanusiaan ini pada hakikatnya meliputi pula
kewajiban menegakkan keadilan. Keadilan mempunyai kedudukan yang
penting karena merupakan bagian dari Sunatullah, dan merupakan fitrah
manusia dari Allah, perjanjian primordial antara manusia dengan Allah.
Sebagai sunatullah, kewajiban menegakkan prinsip keadilan merupakan
hukum obyektif, tidak bergantung pada kemauan pribadi manusia dan
bersifat immutable (tidak akan berubah). Masalah keadilan ini dalam Al
Quran merupakan bagian dari hukum kosmos, yaitu hukum keseimbangan
(Al Mizan) yang menjadi hukum bagi jagad raya.
Al Quran dalam Q. S. Muhammad 47: 38 menegaskan prinsip
keadilan ini, terutama masalah keadilan sosial, berupa usaha pemerataan dan
peringanan penderitaan kaum yang tak berpunya. Dalam ayat tersebut
5
dijelaskan bahwa Allah akan membinasakan umat itu untuk diganti
dengan umat lain yang secara moraldan etika tidak seperti mereka.
Sedangkan dalam Q. S. Al Isra 17: 16, didapati ancaman Allah
untukmembinasakan suatu negeri, jika negeri itu tidak lagi ada rasa keadilan
dengan indikasi leluasanya orang yang hidup mewah dan tidak peduli
dengan keadaan masyarakat sekelilingnya yang kurang beruntung.9
Melihat begitu besarnya peran etika, terutama prinsip moral kemanusiaan
dan keadilan dalam menentukan kelangsungan hidup manusia -termasuk
dalam kehidupan politik- maka sangatlah penting bagi bangsa Indonesia
untuk kembali bersandar pada kedua hal tersebut. Hal itu sebagai upaya
untuk keluar dari berbagai persoalan yang menghimpit kehidupan politik
bangsa saat ini.
Pandangan Nurcholish Madjid terhadap kedua hal tersebut
diharapkan mampu menjadi pemicu tumbuhnya kesadaran dan kebangkitan
sikap membangun prinsip moral kemanusiaan dan keadilan sebagai sebuah
landasan etis, dan dijadikan sebagai upaya bagi bangsa ini untuk keluar dari
persoalan politik yang berkepanjangan. Serta dalam rangka mewujudkan
kehidupan politik bangsa yang beretika di masa yang akan datang.

3. SUDUT PANDANG NURCHOLISH MADJID MELIHAT


WACANA ETIKA POLITIK DALAM ISLAM

Salah satu hal yang sangat diperlukan dalam menghadapi perubahan


kehidupan politik dewasa ini adalah masalah akhlak atau moral. Keberadaan
Islam sebagai agama mayoritas penduduk negeri ini diharapkan mampu
memberi peranan yang besar dalam membentuk sisi kesadaran moral dan
wawasan etis dalam kehidupanpolitik bangsa ini.
Sisi kesadaran moral yang sangat terkait dengan masalah etika inilah
yang kemudian membentuk lahirnya prinsip atau segi etis dalam berpolitik
yang sesuai dengan ajaran agama Islam, yaitu etika Islam dalam politik.
6
Kegiatan politik sendiri adalah kegiatan yang bertujuan untuk
merebut dan memperoleh kekuasaan, karena dengan kekuasaan seseorang
atau kelompok masyarakat akan mempunyai akses yang besar untuk ikut
merumuskan dan menetapkan kebijakan publik yang menguntungkan
dirinya atau kelompoknya. Bahkan kekuasaan politik dianggap sebagai
kekuatan nyata untuk mengatur kehidupan masyarakat dalam berbagai
aspeknya, karena tanpa kekuasaan politik pengaruh seseorang atau
kelompok tidak akan efektif dalam kehidupan masyarakat.
Prinsip etika politik bersinggungan dengan mengatur, mengarahkan,
dan memaksakan masalah-masalah kebijakan serta keputusan publik. Pada
kasus Islam, diperlukan suatu pola dan sistem etika politik yang begitu jelas,
mengingat bahwa selama ini pertumbuhan Islam tidak dapat dilepaskan dari
relasi kuasa-politik. Sampai saat ini terkesan bahwa politik Islam
merupakan suatu reaksi budaya yang bersifat defensif terhadap perubahan
sosial yang demikian cepat. Sejak abad ke-18, masalah Islam modern
sebagai sistem agama dibangun berdasarkan konfrontasi dengan kekuasaan
superior di dalam bidang sains, teknologi, yang disebut dengan Eropa
modern. Imbas secara politik adalah tidak terbangunnya suatu tatanan etik-
politis dalam berbagai lapisannya.
Dalam konsep filsafat Islam, etika politik didasarkan pada politik moral,
bukan politik kekuasaan. Kekuasaan sifatnya relatif dan tidak mutlak, yang
dijalankan dengan pengetahuan konseptual yang berdimensi transendental.
Kepemimpinan politik Islam tidak terletak pada Islam yang formalistik,
tetapi pada Islam yang substansinya ada pada aktualitas prinsip
musyawarah, keadilan, kebenaran, persamaan, dan kebebasan berpikir. Oleh
karena itu, pilar penyangga dari lembaga kepemimpinan politik Islam, tidak
hanya pada adanya lembaga eksekutif, yudikatif, legislatif, tetapi juga
berfungsinya lembaga pers dan organisasi non pemerintah atau lembaga
swadaya masyarakat (LSM).
Dalam kehidupan politik, seringkali rnuncul fenomena politik kekuasaan,
bukan politik moral, yaitu tindakan politik yang semata-mata untuk merebut
7
dan memperoleh kekuasaan, karena dengan kekuasaan politik yang
dimilikinya, seseorang atau kelompok masyarakat akan memperoleh
keuntungan materi, popularitas dan fasilitas yang membuat hidupnya
berkecukupan dan terhormat. Kondisi ini akan menyebabkan seseorang
menghalalkan segala macam cara dalam mencapai tujuan politiknya,
termasuk menjatuhkan kawan dan lawan sesuai dengan kepentingan politik
yang ingin dicapai. Sedangkan dalam politik moral, kekuasaan politik bukan
tujuan akhir, tetapi merupakan alat perjuangan dan cita-cita moral dan
kemanusiaan. Tujuan kekuasaan yang hendak dicapai, tidak menghalalkan
segala cara, tetapi ditentukan oleh cara-cara yang bijak, yang dibenarkan
oleh moralitas kemanusiaan dan kepatutan sosial.
Melihat hubungan antara etika politik dengan upaya menumbuhkan
prinsip moral maka masalah moral atau akhlak ini menjadi penting, karena
merupakan sendi atau ketahanan suatu bangsa dalam menghadapi cobaan
dan perubahan. Tanpa moral atau akhlak yang baik suatu bangsa akan
binasa. Sebuah syair dalam bahasa Arab menyatakan:
"Sesungguhnya bangsa-bangsa itu tegak selama (mereka berpegang pada)
akhlaknya, bila akhlak mereka rusak, maka rusak-binasa pulalah
mereka".(Ibid hal.174)
Saat ini moral atau akhlak merupakan suatu hal yang sangat
diperlukan dalam menghadapi perubahan kehidupan bangsa yang sangat
kompleks. Harapan pada peranan ajaran Islam menjadi suatu hal yang wajar
dalam menyikapi hal ini, terkait dengan kesadaran keimanan seseorang
karena beragama Islam, ataupun pada kenyataan bahwa sebagian besar
penduduk Indonesia memeluk agama Islam. Kondisi diatas diharapkan
mampu melahirkan kesadaran bagi bangsa Indonesia untuk melihat secara
jujur dirinya melalui pertanyaan: Benarkah bangsa Indonesia, khususnya
umat Islam, telah dijiwai dan dibimbing oleh akhlak yang
mulia?. Sudahkah umat Islam memenuhi penegasan Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam, bahwa Beliau diutus hanyalah untuk menyempurnakan
berbagai keluhuran akhlak?
8
Bangsa Indonesia sering membanggakan diri sebagai Bangsa Timur
(dengan konotasi berbudaya tinggi dan sopan) atau bangsa yang religius
(yang tentunya juga berarti bangsa yang berakhlak tinggi). Tetapi dengan
jujur harus diakui bahwa kebanggaan tersebut sering kosong belaka.
Mungkin sekali bahwa bangsa ini adalah bangsa yang sopan dan ramah.
Banyak orang asing yang membawa pulang kesan positif itu, tetapi hal itu
tampaknya terbatas hanya pada bidang-bidang pergaulan perorangan sehari-
hari. Meskipun hal ini juga penting, namun bukanlah hal yang sangat
sentral.
Terkait dengan masalah moral atau akhlak tersebut, hal utama yang
paling menentukan bertahan atau hancurnya suatu bangsa adalah masalah
keadilan, sebagaimana menurut Al Quran, Q. S. Ar Rahman 55: 7-8, yang
menerangkan bahwa keadilan adalah prinsip yang merupakan hukum
seluruh jagad raya. Melanggar keadilan adalah melanggar hukum kosmos,
dan dosa ketidakadilan akan menyebabkan dampak kehancuran tatanan
masyarakat manusia, tidak peduli apakah masyarakat itu (secara formal)
terdiri dari masyarakat yang beragama atau tidak.
Namun, sebelum membicarakan prinsip moral keadilan ini, ada hal
lain yang lebih mendasar, dan bahkan menjadi landasan bagi umat manusia
untuk mewujudkan keadilan ini, yaitu adanya prinsip moral kemanusiaan
yang menjelaskan mengenai kesadaran manusia akan asal dan tujuan wujud
serta hidupnya, yang harus berpusat pada Tuhan Yang Maha Esa.

4. ANALISIS PEMIKIRAN ETIKA POLITIK NURCHOLISH


MADJID

Etika Politik Nurcholish Madjid dalam buku Fatsoen dengan al-


Quran dan Hadist sebagai ukuran untuk mengetahui korelasi antara pesan
Etika Politik Nurcholish Madjid dengan dakwah. Pesan-pesan Etika politik
yang tertuang dalam Buku Fatsoen yang disampaikan Nurcholish Madjid
sebagai berikut :
9
Pemikiran tentang Demokrasi
Kehadiran Nurcholish Madjid telah memperkaya khazanah literatur
intelektual di Indonesia, dengan berbagai macam pemikirannya telah ikut
meramaikan dinamika intelektual di dalam masyarakat Indonesia. Salah satu
pemikirannya adalah menyoroti persoalan demokratisasi di Indonesia, yang
terurai dalam beberapa materi pemikiran sebagai berikut:
a. Oposisi
Pada dasarnya orang tidak bisa mengembangkan demokrasi, kalau
tidak terbiasa berfikir alternatif, karena itu akan berkaitan dengan kesediaan
untuk berbeda pendapat, mendengarkan pendapat orang lain, dan
menyatakan pikiran. Untuk itu salah satu lembaga yang diperlukan adalah
lembaga oposisi. Yang sebetulnya hanyalah kelembagaan dari suatu
kecenderungan yang selalu ada dalam masyarakat, yaitu adanya sekelompok
orang yang tidak setuju kepada hal yang sudah mapan. Oposisi menurut Cak
Nur tidak perlu dipahami sebagai sikap menentang (to oppose memang
berarti menentang), sebab dalam oposisi ada pula segi to Support-nya,
sehingga dalam konteks politik oposisi lebih merupakan kekuatan
penyeimbang, suatu Check and balance yang bisa membuat perasaan-
perasaan yang tersumbat tersalurkan.
Pada dasarnya, perlunya oposisi bisa dimulai dengan suatu postulat
yang sederhana sekali, yaitu bahwa masalah sosial dan politik tidak bisa
dipertaruhkan dengan itikad baik pribadi, betapapun klaim orang itu
mempunyai itikad baik, sebab yang dipertaruhkan adalah kehidupan orang
banyak. Dan kalau sesuatu itu sudah bersifat sosial yang menyangkut orang
banyak, maka itu harus dipersepsi, dipahami, dan dipandang sebagai
persoalan yang terbuka, dimana partisipasi menjadi suatu bentuk keharusan.
Salah satu bentuk partisipasi adalah oposisi, yakni suatu kegiatan
sosialpolitik yang mengingatkan, jangan sampai kita menjadi korban yang
fatal untuk suatu kenyataan yang sederhana; bahwa manusia itu bisa selalu
salah. Hal di atas sesuai dengan firman Allah Azza wa Jalla dalam surat al
Ashr ayat 1-3:
10
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran.
b. Prinsip Musyawarah
Pada dasarnya prinsip musyawarah tidak akan berjalan produktif tanpa
adanya kebebasan menyatakan pendapat, yang dalam tatanan modern
kehidupan bermasyarakat dan bernegara dilembagakan antara lain dalam
kebebasan akademik dan kebebasan pers, tapi prinsip musyawarah itu juga
akan dirusak oleh sikap-sikap absolutistik dan keinginan mendominasi
wacana karena tidak adanya perasaan cukup rendah hati untuk melihat
kemungkinan orang lain berada dipihak yang lebih baik atau lebih benar.
Musyawarah yang benar adalah musyawarah yang terjadi atas dasar
kebebasan dan tanggungjawab kemanusiaan: dasar tatanan masyarakat dan
negara demokratis. Oleh karena itu pula demokrasi dengan musyawarah
yang benar sebagai landasannya itu tidak akan terwujud tanpa pandangan
persamaan manusia atau egalitarianisme yang kuat dan akan kandas oleh
adanya stratifikasi sosial yang kaku dan apriori dalam sistem-sistem
paternalistik dan feodalistik.
Pemikiran di atas sesuai dengan firman Allah dalam surat Asy-Syura ayat
38 :

11
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan)
dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari
rezeki yang Kami berikan kepada mereka.
Dalam ayat di atas disebutkan bahwa musyawarah merupakan sifat
terpuji bagi orang beriman, dalam ayat selanjutnya Allah memerintahkan
agar sebuah urusan diselesaikan dengan musyawarah.
c. Pluralisme
Menurut Cak Nur, pluralisme haruslah dipahami sebagai pertalian
sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban (genuine engagement of
diversities within the bonds of civility). Artinya pluralisme adalah suatu
tatanan masyarakat dimana kita harus bersedia untuk terlibat dalam
keanekaragaman dan menyelesaikan persoalan itu dengan suatu keadaban.
d. Kedaulatan Rakyat
Kedaulatan rakyat adalah inti dari partisipasi umum rakyat dalam
kehidupan bernegara. Dan adanya kesempatan melakukan partisipasi umum
secara efektif adalah wujud sebenarnya dari kebebasan dan kemerdekaan.
Oleh karena itu, seluruh cita-cita kemasyarakatan dan kenegaraan
sebagaimana dinyatakan dalam nilainilai kesepakatan luhur dalam
pembukaan UUD 1945, akan sirna tak bermakna tanpa adanya partisipasi
umum rakyat. Bahkan kedaulatan negara dalam hubungannya dengan
negara-negara lainpun adalah kelanjutan kedaulatan rakyat itu. Hal ini
terbukti dengan nyata sekali dalam saat-saat kritis negara menghadapi
ancaman. Nilai-nilai kedaulatan rakyat di atas sesuai dengan surat Ali Imran
159 yakni :

12
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada- Nya.

13
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Deskripsi Nurcholish Madjid tentang etika politik adalah


pembahasan yang melihat realitas kehidupan masyarakat. Nurcholish
Madjid membangun keyakinannya bahwa kebenaran dari setiap agama
mutlak dari Tuhan.
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa:
1. Kehidupan politik yang pada dasarnya bersifat duniawi, tidak bisa
lepas dari tuntunan moral yang tinggi. Berpolitik haruslah dengan
standar akhlak mulia, yang sekarang dikenal dengan etika politik.
Persoalan etika ini menggambarkan makna sentral semangat
kepatuhan kepada hukum atau aturan sebagai tiang pancang
masyarakat berperadaban.
2. Hubungan antara etika politik dengan upaya menumbuhkan prinsip
moral membuat masalah moral atau akhlak menjadi penting, karena
merupakan sendi atau ketahanan suatu bangsa dalam menghadapi
cobaan dan perubahan. Tanpa moral atau akhlak yang baik suatu
bangsa akan binasa.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Etika_politik

repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20I.pdf

http://library.walisongo.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtp
tiain-gdl-s1-2005-midiatulus-35

http://digilib.uin-
suka.ac.id/3186/1/BAB%20I,V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai