Anda di halaman 1dari 5

Nama : rizky bayu

Nrp : 160217081
Tugas individu topik 11 : negara,kesejahtraan dan korusi

Pengertian Negara Kesejaheraan

Negara kesejahteraan adalah konsep pemerintahan ketika negara mengambil


peran penting dalam perlindungan dan pengutamaan kesejahteraan ekonomi dan sosial
warga negaranya. Konsep ini didasarkan pada prinsip kesetaraan kesempatan, distribusi
kekayaan yang setara, dan tanggung jawab masyarakat kepada orang-orang yang tidak
mampu memenuhi persyaratan minimal untuk menjalani kehidupan yang layak. Istilah ini
secara umum bisa mencakup berbagai macam organisasi ekonomi dan sosial.Sosiolog
T.H. Marshall mengidentifikasi negara kesejahteraan sebagai gabungan demokrasi,
kesejahteraan, dan kapitalisme. Para pakar menaruh perhatian khusus pada cara Jerman,
Britania Raya dan negara-negara lain mengembangkan sistem kesejahteraannya secara
historis.

Negara kesejahteraan memerlukan transfer dana dari negara ke jasa-jasa yang


disediakan (misalnya layanan kesehatan dan pendidikan) dan perorangan (dalam bentuk
tunjangan). Dana tersebut berasal dari sistem pajak redistribusionis dan sering disebut
sebagai contoh "ekonomi campuran". Perpajakan semacam itu biasanya meliputi pajak
pendapatan yang lebih besar bagi orang-orang berpendapatan tinggi, yaitu pajak
progresif. Ini dapat membantu mengurangi kesenjangan pendapatan antara penduduk
kaya dan miskin

I. Pengertian Korupsi

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan
publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak[1].
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut:

perbuatan melawan hukum,


penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah

memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),


penggelapan dalam jabatan,
pemerasan dalam jabatan,
ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan
menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi
dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai
dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah
kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura
bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

PEMBAHASAN

Indonesia menganut sistem Negara Kesejahteraan

1. Kalau kita mempelajari bunyi pembukaan UUD 1945 khususnya yang


menyangkut masalah tujuan negara Indonesia, pada intinya dapat dirumuskan
sebagai memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa
yang didasarkan pada prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tujuan yang dimuat didalam pembukaan tersebut kemudian didalam batang tubuh
UUD 1945 dituangkan dalam berbagai ketentuan yang menyangkut kesejahteraan
rakyat. Berbagai ketentuan masalah ekonomi dan kesejahteraan rakyat terdapat
didalam pasal-pasal 27 ayat (2), 31, 32, 33, dan 34. Pasal 27 ayat (2) menentukan
bahwa tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan, pasal 31 menentukan bahwa tiap-tiap warganegara berhak
mendapat pengajaran. Sementara itu, pasal 32 menentukan mengenai tugas
pemerintah untuk memajukan kebudayaan nasional, dan pasal 34 menentukan
bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Sedang pasal
33 mengatur mengenai masalah ekonomi, yang menganut sistem kekeluargaan,
dan menentukan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi rakyat dan
bumi dan air, dan kekayaan alam yang ada diatasnya dikuasai oleh negara.
2. Setelah amandemen atas UUD 1945, khususnya dengan amandemen kedua, pasal-
pasal mengenai ekonomi dan kesejahteraan rakyat ditambah, yaitu dengan pasal
28H yang berbunyi:
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan.
Setiap orang berhak atas jaminan social yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai mansusia yang bermartabat.
Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.

I. Korupsi yang berada di Negara Indonesia


Sebab-sebab yang melatar belakangi Korupsi
Korupsi dapat terjadi karena beberapa factor yang mempengaruhi pelaku korupsi
itusendiri atau yang biasa kita sebutkoruptor. Adapun sebab- sebabnya, antara lain:
1. Ketiadaan dan kelemahan pemimpin. Ketidakmampuan pemimpin untuk
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, merupakan peluang bawahan
melakukan korupsi. Pemimpin yang bodoh tidak mungkin mampu melakukan
kontrol manajemen lembaganya.kelemahan pemimpin ini juga termasuk ke-
leadership-an, artinya, seorang pemimpin yang tidak memiliki karisma, akan
mudah dipermainkan anak buahnya.Leadership dibutuhkan untuk menumbuhkan
rasa takut,ewuh poakewuh di kalangan staf untuk melakukan penyimpangan.
2. Kelemahan pengajaran dan etika. Hal ini terkait dengan sistem pendidikan dan
substansi pengajaran yang diberikan. Pola pengajaran etika dan moral lebih
ditekankan pada pemahaman teoritis, tanpa disertai dengan bentuk-bentuk
pengimplementasiannya.
3. Kolonialisme dan penjajahan. Penjajah telah menjadikan bangsa ini menjadi
bangsa yangtergantung, lebih memilih pasrah daripada berusaha dan senantiasa
menempatkan diri sebagai bawahan. Sementara, dalam pengembangan usaha,
mereka lebih cenderung berlindung di balik kekuasaan (penjajah) dengan
melakukan kolusi dan nepotisme. Sifat dan kepribadianinilah yang menyebabkan
munculnya kecenderungan sebagian orang melakukan korupsi.
4. Rendahnya pendidikan. Masalah ini sering pula sebagai penyebab timbulnya
korupsi.Minimnya ketrampilan, skill, dan kemampuan membuka peluang usaha
adalah wujudrendahnya pendidikan. Dengan berbagai keterbatasan itulah mereka
berupaya mencsri peluang dengan menggunakan kedudukannya untuk
memperoleh keuntungan yang besar.Yang dimaksud rendahnya pendidikan di sini
adalah komitmen terhadap pendidikan yangdimiliki. Karena pada kenyataannya,
para koruptor rata-rata memiliki tingkat pendidikanyang memadai,kemampuan,
dan skill.
5. Kemiskinan. Keinginan yang berlebihan tanpa disertai instropeksi diri atas
kemampuan danmodal yang dimiliki mengantarkan seseorang cenderung
melakukan apa saja yang dapatmengangkat derajatnya. Atas keinginannya yang
berlebihan ini, orang akan menggunakankesempatan untuk mengeruk keuntungan
yang sebesar-besarnya.
KESIMPULAN

Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara
langsungmerugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi
meliputidua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan kedudukannya dan
aspek penggunaan uang negara untuk kepentingannya.Adapun penyebabnya antara lain,
ketiadaan dan kelemahan pemimpin, kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan
rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaan lingkungan
yang subur untuk perilaku korupsi,rendahnya sumber daya manusia, serta struktur ekonomi.

Dengan perumusan yang tidak jelas tersebut, nampaknya perumus amandemen


UUD RI masih setengah hati untuk mewujudkan hak-hak ekonomi rakyat dalam rangka
menjamin kesejahteraan hidup bagi seluruh rakyat. Bahkan, bukan hanya pasal-pasal
yang bersangkutan dengan jaminan kesejahteraan manusia saja, tetapi semua rumusan
hak azasi manusia yang dituangkan didalam pasal-pasal UUD RI dirumuskan dalam
kalimat positif tanpa tambahan ketentuan yang dikenai kewajiban, sehingga berbagai hak
tersebut menjadi mengambang. Nampaknya penyusun rumusan amandemen UUD RI
masih belum sepenuhnya ingin melindungi hak azasi manusia rakyat Indonesia dan tidak
sepenuh hati didalam menganut prinsip negara kesejahteraan. Karena itu, Indonesia layak
disebut sebagai negara kesejahteraan seolah-olah.

Anda mungkin juga menyukai