Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis ( TB ) adalah suatu penyakit infeksi menular disebabkan

bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ,

terutama paru-paru. Penyakit ini bila tidak di obati atau pengobatannya tidak

tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian.1

Data TB anak di Indonesia menunjukkan proporsi kasus TB anak di antara

semua kasus TB pada tahun 2010 adalah 9,4%, kemudian menjadi 8,5% pada

tahun 2011 dan 8,2 pada tahun 2012. Apabila dilihat data per provinsi,

menunjukkan variasi proporsi dari 1,8% sampai 15,9%. Hal ini menunjukkan

kualitas diagnosis TB anak masih sangat bervariasi pada level provinsi. Kasus

BTA positif pada TB anak tahun 2010 adalah 5,4% dari semua kasus TB

Anak, sedangkan tahun 2011 naik menjadi 6,3% dan tahun 2012 menjadi 6%.2

Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah

pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah india dan

cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB di dunia..3

Peningkatan jumlah kasus TB di berbagai tempat saat ini, diduga

disebabkan oleh berbagai hal, yaitu (1) diagnosis tidak tepat (2) pengobatan

tidak adekuat (3) program penangulangan tidak dilaksanakan dengan tepat (4)

1
infeksi endemik HIV (5) migrasi penduduk (6) mengobati sendiri (7)

meningkatnya kematian (8) pelayanan kesehatan kurang memadai. 4

Tuberkulosis anak merupakan faktor penting di Negara-negara berkembang

karena jumlah anak berusia <15 tahun adalah 40-50% dari seluruh jumlah

populasi.4

Jumlah kasus TB anak dari tujuh Rumah Sakit (RS) Pusat Pendidikan di

Indonesia selama 5 tahun (1998-2002) adalah 1086 penyandang TB.4

Strategi utama dalam pencegahan dan kontrol TB adalah deteksi dini dan

pengobatan, terapi pencegahan, pencegahan penularan dan imunisasi BCG.

Pencegahan dengan imunisasi atau vaksinasi merupakan tindakan yang

mangakibatkan seseorang mempunyai ketahanan tubuh yang lebih baik,

sehingga mampu mempertahankan seseorang mempunyai ketahanan tubuh

yang lebih baik, sehingga mampu mempertahankan diri terhadap penyakit atau

masuknya kuman dari luar.5

Vaksin terhadap penyakit tuberkulosis adalah vaksinasi Bacillus Calmette-

Guerin (BCG) yang telah diwajibkan di 64 negara dan direkomendasikan

dibeberapa negara5

Secara global pada tahun 2014 , diperkirakan 9,6 juta insiden kasus TB : 5,4

juta pria, 3,2 juta di antara perempuan dan 1,0 juta anak-anak. survei prevalensi

di Indonesia diperkirakan bahwa ada sekitar 1 juta kasus TB baru per tahun di

Indonesia.6

Hasil pengumpulan data profil kesehatan Pada tahun 2009 di Sulawesi

Selatan, jumlah TB paru klinis sebanyak 37.286 orang, tercatat BTA positif

2
sebanyak 5.76144 orang, diobati sebanyak 6.442 orang dan sembuh sebanyak

4.763 orang (73,94%). BTA positif pada kab/kota yang tertinggi masih di Kota

Makassar yakni sebanyak 1.434 orang. terendah di Kabupaten Maros 16

orang.7

Dari data yang telah dipaparkan di atas, penyakit TB pada anak merupakan

masalah serius yang harus diperhatikan. Pencegahan dini dapat menekan

seminimal mungkin jumlah kasus maupun kematiannya. Oleh karena itu,

penelitian menganggap perlu melakukan penelitian Hubungan Pengetahuan

dan sikap Ibu terhadap Imunisasi BCG dengan kejadian TB Anak.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Imunisasi BCG dengan Kejadian TB

Anak di Balai Besar Kesehatan Paru Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap Imunisasi

BCG dengan kejadian TB Anak di Balai Besar Kesehatan Paru Kota

Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu terhadap imunisasi BCG

dengan kejadian TB anak.

3
b. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu terhadap imunisasi BCG paru

dengan kejadian TB anak.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat antara lain bagi :

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

peneliti tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Imunisasi

BCG dengan Kejadian TB Anak sehingga dapat menerapkan dalam

pelayanan dilapangan.

2. Bagi pelayanan kesehatan

Dapat menambah pengetahuan bidan/tenaga kesehatan sehingga dapat

memberikan konseling kepada ibu tentang hubungan sikap dan

pengetahuan ibu tentang Imunisasi BCG sehingga dapat menjadi dasar

untuk mencegah penyakit TB Anak.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan informasi dan referensi bagi mahasiswa khususnya mata

kuliah Respirasi dan Pediatri.

BAB II

4
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis

1. Pengertian Tuberkulosis (TB)

TB adalah penyakit infeksi, dimana sebagian besar infeksi terjadi pada

paru 8

2. Etiologi

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis

kuman berbentuk batang dan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um.

Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian

peptidoglikan dan arabinonomannan. Lipid inilah yang membuat kuman

lebih tahan terhadap asam ( asam alkohol ) sehingga disebut bakteri tahan

asam (BTA) dan ia juga tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman

dapat tahan hidup dalam udara kering maupun dalam keadaan dingin ( dapat

tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini dapat terjadi karena kuman

berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkin

kembali dan memjadi penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi.

Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam

sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula mengfagositasi malah

kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid.

Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan kuman lebih

menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini

tekanan oksigen pada bagian apikal paru- paru lebih tinggi dari bagian lain,

5
sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit

tuberkulosis.9

3. Patogenesis TB

Infeksi primer terjadi pada anak yang sebelumnya belum pernah terpajan

dengan kuman TB. Droplet yang terhirup masuk kedalam paru, karena

ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dapat masuk sampai ke alveolus.

Paru merupakan port dentre lebih dari 98% kasus infeksi TB. Kuman TB

yang masuk ke paru, pada sebahagian kasus akan dihancurkan oleh imunitas

nonspesifik, namun pada sebahagian kasus lainnya, tidak dapat

menghancurkan seluruh kuman TB, sehingga kuman TB ini akan

berkembang biak dalam makrofag dan menyebabkan lisis makrofag dan

membentuk lesi yang disebut fokus primer Ghon. Melalui aliran saluran

limfe, dari fokus Ghon, kuman TB akan dibawa ke kelenjar limfe regional.

Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe

(limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis). Gabungan antara fokus

primer Ghon, limfangitis dan limfadenitis dinamakan kompleks primer

(primary complex). Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB

sampai terbentuk kompleks primer disebut masa inkubasi. Masa inkubasi

TB berlangsung sekitar 2-12 minggu, biasanya 4-8 minggu. Setelah

kompleks primer terbentuk, saat itu imunitas seluler juga terbentuk yang

ditandai oleh adanya hipersensitivitas tubuh terhadap tuberkuloprotein yaitu

uji tuberkulin positif dan infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi.2

4. Faktor Resiko

6
Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya infeksi TB

maupun timbulnya penyakit TB pada anak. Faktor-faktor tersebut dibagi

menjadi faktor risiko infeksi dan faktor risiko penyakit.

(1) Risiko Infeksi TB

Kejadian infeksi TB tidak sama pada semua kelompok umur.

Kemungkinan terjadinya infeksi lebih tinggi pada kelompok umur yang

lebih muda. Selain itu, juga dipengaruhi oleh daya tahan tubuh anak.

Kondisi yang membuat daya tahan anak turun, meningkatkan kejadian

infeksi TB anak. Kejadian epidemik dari infeksi HIV saat ini,

meningkatkan insidensi kejadian infeksi TB anak. Suatu penelitian di

Kenya melaporkan prevalensi TB meningkat 50% pada yang terinfeksi

HIV. Risiko infeksi juga meningkat pada anak-anak yang tinggal

serumah dengan penderita TB dewasa terutama anak-anak yang kontak

dengan penderita dewasa dengan BTA sputum positif.10,11 Selain itu juga

dipengaruhi oleh kondisi tempat tinggal yaitu ukuran rumah, kepadatan

penghuni dan ventilasi rumah.10

(2) Risiko Sakit TB

Risiko sakit TB pada anak dipengaruhi oleh usia. Anak-anak usia 5

tahun yang telah terinfeksi TB memiliki risiko lebih besar untuk

mengalami progresi infeksi menjadi sakit TB karena imunitas selulernya

belum berkembang sempurna. Selain itu, juga dipengaruhi oleh konversi

uji tuberkulin dalam satu tahun terakhir, malnutrisi, keadaan

imunokompromais, kepadatan hunian, dan virulensi M. tuberculosis.11

7
5. Diagnosis

Manifestasi Klinis Gejala umum pada TB anak adalah sebagai berikut:

1. Demam lama (2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas

(bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain),

yang dapat disertai dengan keringat malam. Demam umumnya tidak

tinggi.

2. Batuk lama >3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan.

3. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas, atau tidak naik dalam 1 bulan

dengan penanganan gizi yang adekuat.

4. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat

badan tidak baik dengan adekuat (failure to thrive).

5. Lesu dan malaise.

6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare.12

6. Penegakan Diagnosis

Diagnosis TB pada anak sulit karena anak berusia di bawah 10 tahun

biasanya tidak dapat membatukkan sputum untuk dikirim ke laboratorium

untuk mengkonfirmasi adanya kuman TB. Oleh karena itu, penegakan

diagnosis dapat dilakukan berdasarkan gambaran klinis, berat badan

menurun, riwayat kontak dengan pasien dewasa TB menular yang

keseluruhannya dapat diketahui melalui anamnesis (WHO, 2012). Hal lain

yang dapat mendukung diagnosis pasti TB dengan uji tuberkulin,

pemeriksaan laboratorium, dan foto rontgen dada, serta ditemukannya M.

Tuberculosis pada pemeriksaan sputum atau bilasan lambung, cairan

8
serebrospinal, cairan pleura, atau pada biopsi jaringan. Pada anak, kesulitan

menegakkan diagnosis pasti disebabkan oleh 2 hal, yaitu sedikitnya jumlah

kuman (paucibacillary) dan sulitnya pengambilan spesimen (sputum). Jumlah

kuman TB di sekret bronkus pasien anak lebih sedikit daripada dewasa karena

lokasi kerusakan parenkim paru tidak seberat pada dewasa. Kuman BTA baru

dapat dilihat dengan mikroskop bila jumlahnya paling sedikit 5.000 kuman

dalam 1 ml dahak.13

7. Komplikasi

Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut:

a) Hemoptis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya

jalan nafas.

b) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.

c) Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan

jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru

d) Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan yaitu kolaps

spontan karena kerusakan jaringan paru.

e) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal

dan sebagainya.

f) Insufiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)14

B. Imunisasi BCG

9
Strategi utama dalam pencegahan dan kontrol TB adalah deteksi dini dan

pengobatan, terapi pencegahan, pencegahan penularan dan imunisasi BCG.15

Vaksin BCG dikembangkan oleh Camille Calmett dan Albert Guerin sejak

tahun 1906, dan pada tahun 1921 vaksin BCG yang berasal dari strain M.

bovis yang dilemahkan mulai digunakan pada manusia.16

Tujuan imunisasi BCG, diharapkan infeksi primer M. tuberculosis yang

berbahaya diganti dengan infeksi BCG yang tidak berbahaya dan timbul

aktivasi imunitas seluler terhadap M. tuberculosis. Anak yang sudah

diimunisasi BCG jika terinfeksi TB alamiah maka sel limfosit T memori

segera berproliferasi, berdifferensiasi, mengaktifkan makrofag dan

memproduksi sitokin. Sitokin akan meningkatkan kemampuan makrofag

dalam mekanisme mikrobisida dan telah dibuktikan bahwa sitokin ini mampu

menghambat pertumbuhan basil, dan menghambat mobilitas makrofag yang

terinfeksi sehingga tidak terjadi penyebaran infeksi secara hematogen.3

Selama ini, lebih dari 3 milyar dosis vaksin BCG telah diberikan di seluruh

dunia. Meskipun demikian, perdebatan mengenai efektivitas BCG dalam

memproteksi bayi/anak terhadap TB masih terus berlangsung.3 Sejak tahun

1975, telah banyak penelitian kasus kontrol yang dilakukan untuk mengetahui

efektivitas BCG. Daya proteksi BCG untuk mencegah meningitis TB dan TB

milier pada anak 52%-100%, sedangkan untuk mencegah TB paru 2%-80%.

Efek proteksi vaksin BCG pada anak maupun dewasa, tidak ditemukan lagi

lima tahun setelah penyuntikan.15 Hingga saat ini, pemberian imunisasi BCG

masih menjadi bagian dari strategi WHO dalam menanggulangi masalah TB,

10
terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Satgas imunisasi

IDAI merekomendasikan pemberian BCG pada bayi 2 bulan. Pemberian

BCG setelah usia 1 bulan lebih baik.3 Imunisasi BCG memiliki efek proteksi

terhadap penyakit TB, selain itu juga memiliki efek proteksi terhadap infeksi

TB alamiah. Suatu penelitian yang dilakukan pada anak yang terpapar dengan

penderita TB dewasa di Turki melaporkan, BCG dapat mencegah infeksi TB

sebesar 40%. Penelitian ini menggunakan uji ELISpot dalam mendeteksi

infeksi TB dimana ELISpot ini spesifik untuk infeksi akibat M.tuberculosis.16

Imunisasi BCG dapat mempengaruhi hasil uji tuberkulin, dan belum ada

metode yang reliable yang dapat membedakan hasil uji tuberkulin akibat

imunisasi BCG atau infeksi M. tuberculosis. Interferon- disebutkan memiliki

spesifitas yang lebih baik dibanding uji tuberkulin untuk mendeteksi infeksi

M. tuberculosis pada anak yang telah diimunisasi BCG.3

C. PENGETAHUAN

A. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba 17

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya

suatu tindakan. Dengan demikian terbentuknya perilaku terhadap seseorang

karena adanya pengetahuan yang ada pada dirinya terbentuknya suatu perilaku

baru, terutama yang ada pada orang dewasa dimulai pada dominan kognitif.

11
Dalam arti seseorang terlebih dahulu diberi stimulus yang berupa informasi

tentang imunisasi BCG dengan kejadian TB sehinggga menimbulkan

pengetahuan yang baru dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam

bentuk sikap pada ibu tersebut terhadap informasi Imunisasi BCG dengan

kejadian TB yang di ketahuinya. Akhirnya rangsangan yakni informasi

Imunisasi BCG dengan kejadian TB yang telah diketahuinya dan disadari

sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa

tindakan atau sehubungan dengan stimulus atau informasi upaya memberikan

imunisasi BCG (Notoadmodjo,2007)

B. Tingkat Pengetahuan

Menurut Heri D. J. Maulana tingkat pengetahuan dapat di bagi menjadi 6 ,

yaitu :

a) Tahu (Know)

Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima sebelumnya. Tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa

seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan,

mendefenisikan, dan menyatakan.

b) Memahami (comprehension)

Memahami berarti kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang paham harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan.

12
c) Apliksi/penerapan (application)

Apliksi berarti kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan

prinsip dalam konteks atau situasi nyata.

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau objek kedalam

bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih dalam satu struktur

organisasi dan ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat

mengambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, dan

mengelompokkan.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan meletakan atau hubungan bagian-

bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan

menyusun formalisasi yang sudah ada. Sebagai contoh, dapat

menyusun, merencanakan, dapat meringkas, dan dapat menyesuaikan

terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada

f) Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi melakukan dengan

menggunakan kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada.17

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

13
Menurut Wahit Iqbal Mubarak (2011) bahwa terdapat tujuh faktor yang

memperngaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

a) Pendidikan

Pedidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain

agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa

semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka

menerima informasi, dan pada akhirnya pengethuan menghambat

perkembangan sikap orang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai

yang baru diperkenalkan.

b) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh

pengalaman dn pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

c) Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek

fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar pertumbuhan fisik terdiri

atas empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuaran, perubahan

proporsi, hilangnya cirri-ciri lama, dan timbulnya cirri-ciri baru.

Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek

psikologis atau mental, taraf berfikir seseorang menjadi semakin matang

dan dewasa.

d. Minat

14
Minat sebagai suastu kencendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni

suatu hal, sehingga memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

e. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan linkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan

pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut

menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan

yang sangat mendalam dan membakas dalam emosi kejiwaan sesorang.

Pengalaman naik ini akhiarnya dapat membentuk sikap positif dalam

kehidupannya.

f. Kebudayaan lingkungan sekitar

Lingkungan sangat berpangaruh dalam pembantukan sikap pribadi atau

sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan

dibesarkan terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu

wilayah mempuanyai sikap menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat

mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga

kebersihan lingkungan.

g. Informasi.

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat

seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.

D. Sikap

15
A. Pengetian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu

stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat tetapi hanya

dapat ditafsirkan. Sikap merupakan kecendrungan yang berasal dari

dalam diri individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu,

terhadap suatu objek akibat pendirian dan perasaan terhadap objek

tersebut.

Sikap dalam hal ini merupakan sikap ibu dalam mencegah penyakit

tuberkulosis anak dengan pemberian imunisai BCG.

Proses pembentukan sikap dapat terjadi karena adanya rangsangan,

seperti pengetahuan ibu tentang pemberan imunisai BCG. Rangsangan

tersebut menstimuus diri ibu untuk memberi respon, dapat berupa sikap

positif atau negatif, akhirnya akan iwujudkan dalam perilaku atau tidak.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar S,faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu:

a. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap

apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat.

Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi

tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

16
Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap

penting.Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan

untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan orang

yang dianggap penting tersebut.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-

individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa

disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap

kita terhadap berbagai masalah.

d. Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan

secara obyektif berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga

agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah

mengherankan apabila pada gilirannya konsep tersebut

mempengaruhi sikap.

f. Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam

17
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.(18)

C. Komponen Yang Membentuk Sikap.

a. Komponen kognitif (cognitive).

Di sebut juga komponen perceptual, yang berisi kepercayaan yang

berhubungan dengan persepsi individu terhadap objek sikap dengan

apa yang di lihat dan di ketahui, pandangan, keyakinan, pikiran,

pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang

lain. Sebagai contoh seorang tahu kesehatan itu sangat berharga jika

menyadari sakit dan terasa hikmah nya sehat.

b. Komponen afektif (komponen emosional). Komponen ini

menunjukkan dimensi emosional subjektif indivudu terhadap objek

sikap, baik bersifat positif (rasa senang) maupun negatif (rasa tidak

senang). Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh apa yang kita

percayai sebagai suatu yang benar terhadap objek sikap tersebut.

c. Komponen konatif (komponen prilaku). Komponen ini merupakan

predisposisi atau kecendrungan bertindak terhadap objek sikap yang

di hadapinya.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama memberikan sikap yang

utuh ( total attidue ). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,

pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peran

penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu mendengar penyakit TB

18
Anak ( Penyebabnya, akibatnya pencegahannya, dan sebagainya ).

Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berfikir dan berusaha

supaya anaknya tidak terkena penyakit TB Anak. Dalm berfikir ini

komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tesebut

berniat untuk melakukan pencegahan agar anaknya tidak terkena

penyakit TB Paru. Ibu mempunyai sikap tertentu terhadap objek

yang berupa penyakit TB Anak.

D. Fungsi Sikap

a. Fungsi instrumental, yaitu sikap yang dikaitkan dengan alasan praktis

atau manfaat dan menggabungkan keadaan keinginannya atau tujuan.

b. Fungsi pertahanan ego, yaitu sikap yang diambil untuk melindungi

diri dari kecemasan atau ancaman harga dirinya.

c. Fungsi nilai ekpresi, yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang ada

pada dirinya. Sistem nilai individu dapat dilihat dari sikap yang

diambil individu bersangkutan (misalnya, individu yang telah

menghayati ajaran agama, sikapnya akan tercermin dalam tutur kata,

prilaku, dan perbuatan yang dikenakan ajaran agamanya).

d. Fungsi pengetahuan setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu,

ingin mengerti, ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan

yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

e. Fungsi penyesuaian sosial, yaitu sikap yang diambil sebagai bentuk

adaptasi dengan lingkungannya.

19
E. Tingkatan Sikap

a. Menerima (receiving). Menerima berarti mau dan memperhati kan

stimulus yang diberikan/objek (misalnya, sikap terhadap gizi dapat

dilihat dari kesediaan dan perhatian terhadap ceramah-ceramah gizi).

b. Merespon (responding). Memberikan jawaban jika ditanya,

mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan

indikasi sikap, terlepas dari benar atau salah, hal ini berarti individu

menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing). Pada tingkat ini, individu mengajak orang

lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible). Merupakan sikap yang paling

tinggi, dengan segala resiko bertanggung jawab terhadap suatu yang

telah dipilih, meskipun mendapat tantangan dari keluarga.

Pengukuran sikap dapat di lakukan secara langsung (langsung

ditanya) dan tidak langsung.

F. Ciri-Ciri Sikap

a. Sikap tidak dibawa dari lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk melalui

pengalaman, latihan sepanjang perkembangan.

b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat

untuk itu sehingga dapat dipelajari.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi slalu berhubungan dengan objek

sikap.

20
d. Sikap dapat dituju pada satu atau banyak objek.

e. Sikap dapat berlangsung lama dan sebentar.

f. Sifat mengandung faktor persaan dan motivasi, hal ini yang

membedakan dengan pengetahuan. 18

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross

sectional. Rancangan cross sectional disebut sebagai studi prevalensi atau

survey, merupakan studi yang sederhana yang sering dilakukan. Dimana

dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan pengetahuan

dan sikap ibu terhadap Imunusasi BCG dengan kejadian TB Anak di Balai

Besar Kesehatan Paru Makassar.

21
B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Kesehatan Paru Makassar, Jalan

A.P. Pettarani No.43 Panakukang Kec. Makassar, Sulawesi Selatan.

Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2015 sampai Januari

2016.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Hifayat,2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang yang

ada di Makassar

2. Sampel

a) Kriteria Inklusi

Seluruh Ibu yang membawa anaknya ke Balai Besar Kesehan

Paru Makassar

Bersedia menjadi responden.

Bisa membaca dan menulis

b) Kriteria Eksklusi

Seluruh Ibu yang membawa anaknya yang berusia 0-14 tahun

ke Balai Besar Kesehatan Paru Makassar

Ibu yang memiliki anak TB komplikasi

22
Ibu yang sedang melakukan pemeriksaan

D. Besar Sampel Dan Rumus Besar Sampel

Rumus mencari besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus

besar sampel penelitian analitik kategorik tidak berpasangan, yaitu :


2
2 + 11 + 22
=[ ]
P1 P2

Keterangan

n : Besar sampel

Z : Kesalahan tipe I

Z : Kesalahan tipe II

P2 : Proporsi pada kelempok yang sudah diketahui nilainya.

Q2 :1 P2

P1 : Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement

peneliti = P2 + 0,2

Q1 :1 P1

P1 P2 : Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna

P : Proporsi total = (P1 + P2)/2

Q :1P

Diketahui :

Z : 5% = 1.96

Z : 20% = 0.842

P2 : 0.02 Depkes Sulawesi Selatan 2014

23
Q2 :1 0,02 = 0.98

P1 : 0,02+ 0.2 = 0,22

Q1 :1 0,22 = 0.78

P1 P2 : 0,22 0,02 = 0.2

P : (0.22 + 0.02)/2 = 0,12

Q : 1 0.12 = 0.88
2
1.9602(0.12)(0,88) + 0.842(0,22)(0,78) + (0,02)(0,98)
=[ ]
0.22 0.02

1.960 . 0,459 + 0.842 . 0,437 2


=[ ]
0.2

= 40,13

Berdasarkan rumus besar sampel diatas, didapatkan jumlah sampel

yang dibutuhkan sebesar 40,13 dibulatkan menjadi 40 responden.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Purposive

Sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel

diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan atau

masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili

karakteristik populasi yang telah dikenali sebelumnya.(19)

F. Pengumpulan Data

24
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan kuesioner.

Sebelumnya akan dilakukan penjelasan terlebih dahulu kepada responden

mengenai penelitian yang sedang dilakukan ini dan menjelaskan bahwa

penenlitian ini tidak memberi dampak buruk bagi responden dn tidak ada

sanksi bagi responden yang menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini

maupun bagi responden yang mengundurkan diri.

G. Pengolahan Dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan diolah dengan

menggunakan aplikasi computer SPSS (Statistical Product and Service

Solutions) for windows versi 21 melalui prosedur seperti berikut;

A. Editing

Editing bertujuan untuk meneliti kembali jawaban menjadi lengkap.

Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau

ketidaksengajaan kesalahan pengisian dapat segera dilengkapi atau

disempurnakan. Editing dilakukan dengan cara memeriksa

kelengkapan data, memperjelas serta melakukan pengolahan

terhadap data yang dikumpulkan.

B. Coding

Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang

termasuk dalam katagori yang sama. Kode adalah isyarat yang

25
dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk

atau identitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis.

C. Entry (Penginputan Data)

Pada tahap ini dilakukan pemasukan data-data yang sudah

dikumpulkan kedalam program komputer untuk proses analisis

D. leaning (Pembersihan Data)

Pada tahap ini dilakukan proses pembersihan data untuk

mengidentifikasi dan menghindari kesalahan sebelum data di analisa.

Proses cleaning diawali dengan menghilangkan data yang tidak

lengkap.

2. Penyajian Data

Hasil pengolahan data tersebut disajikan dalam bentuk narasi, tabel,

distribusi frekuensi disertai interpretasi.

H. Analisis Data

1. Analisis univariat

Adalah analisis yang dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil

penelitian. Analisis univariat berfungsi untuk mengetahui gambaran data

yang dikumpulkan misalnya dalam bentuk distribusi frekuensi.

2. Analisis bivariat

26
Adalah analisis yang dilakukan terhadap hubungan antara dua variabel

yaitu variabel dependen dan independen dalam bentuk tabulasi silang

dengan menggunakan komputerisasi program SPSS.

I. Etika Penelitian

Penelitian dilakukan dengan persetujuan pihak responden. Responden

diberikan penjelasan secara lisan mengenai tujuan, cara penelitian, dan

diberi kerahasiaan serta dalam pelaksanaannya telah melewati informed

consent.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI. Tuberkulosis

temukan, obati sampai sembuh ; 2015

2. Juknis TB anak:2013

3. Pedoman nasional penanguulangan tuberkulosis

4. Journal reading tuberkulosis pada anak

5. Jurnal kesehatan surya medika

6. Global tuberculosis report

27
7. Profil kesehatan provinsi sulawesi selatan : 2012

8. Koplewich, 2005. Penyakit Anak: Diagnosa dan Penanganannya. Prestasi

Pustaka, Jakarta.

9. IPD

10. Gie RP, Beyer N, Enarson DA. Epidemiology of childhood tuberculosis.

Dalam: Schaaf HS, Zumla AI, penyunting. Tuberculosis a comprehensive

clinical reference. Cape Town: Saunders, 2009. h.38-43.

11. Singh M, Mynak ML, Kumar L, Mathew JL, Kindal SK. Prevalence and

risk factors for transmission of infection among children in household

contact with adult having pulmonary tuberculosis. Arch Dis Child. 2005;

90:624-8

12. Rahajoe, N.N., Supriyanto, B., Setyanto, D.B., 2010. Buku Ajar

Respirologi Anak. Jakarta: UKK Respirologi PP IDAI.

13. Raharjoe, N.N., 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis Anak,

Jakarta: Depkes-IDAI.

14. Departeman Kesehatan R.I. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis. Jakarta

15. Pereira SM, Souza OM, Ximenes R, Barreto M. BCG vaccine against

tuberculosis: its protective effect and vaccination policies. Rev Saude

Publica. 2007; 41:1-7.

16. Sanofi Pasteur. 2010 BCG vaccine (freze-dried). Diunduh dari

http://www.sanofi Pasteur.ca.

28
17. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta.

18. Maulana, H. D. J. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta : Buku Kedokteran

EGC.

19. Laily isroin, sulistyo A. 2012. Konsep dan aplikasi dalam praktik

keperawatan. Jakarta: graha ilmu

29

Anda mungkin juga menyukai