Pendahuluan
Pendahuluan
1
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 89 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Nomor RM : 054401
Alamat : Jl.Perintis Kemerdekaan
Tgl masuk RS : 3 Oktober 2012
B. ANAMNESIS
Anamnesis : Heteroanamnesis
Keluhan Utama : Sesak nafas
Anamnesis terpimpin :
Dialami sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Sesak
bertambah saat melakukan aktivitas. Pasien merasa sesak berkurang
dengan posisi duduk dan bertambah jika pasien berbaring dan beraktivitas.
Pasien berbaring dengan menggunakan 3 bantal. Pasien sering terbangun
di malam hari karena sesaknya.
Lemas (+),Pusing (-), sakit kepala (-)
Demam (-), riwayat demam (-)
Batuk (+), dialami pada malam hari sejak 1 minggu, lendir (-), darah (-).
RPS :
Pasien sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit karena keluhan sesak
Riwayat tekanan darah tinggi (+) berobat tidak teratur.
Riwayat penyakit gula (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
2
C. STATUS PRESENT
- Sakit Sedang
- Status Gizi
TB : 158 cm
- Composmentis
D. TANDA VITAL
Tekanan darah : 130/90 mmH20
Nadi (arteri radialis) : 84 x/menit, reguler
Pernapasan : 30 x/menit, tipe abdominothoracal
Suhu axilla : 36,60C
E. PEMERIKSAAN FISIS
- Kepala
Ekspresi : Lemas
Simetris muka : simetris ki = ka
Deformitas : (-)
Rambut : putih, sukar dicabut
- Mata
Eksoptalmus/Enoptalmus : (-)
gerakan : ke segala arah
Tekanan bola mata : TN normal
Kelopak mata : dalam batas normal
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterus (-/-)
Kornea : Refleks (+)
Pupil : isokor, reflex cahaya (+)
3
- Telinga
Tophi : (-)
Nyeri tekan di processus mastoideus : (-)
Liang telinga : otore (-)
- Hidung
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
- Mulut
Bibir : kering (-), sianosis (-)
Gigi geligi : tidak dilakukan pemeriksaan,
Gusi : perdarahan (-)
Tonsil : hiperemis (-), pembesaran (-)
Farings : hiperemis (-)
Lidah : kotor (-)
- Leher
DVS : R+3 cm H2O
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
Pembuluh darah : bruit (-)
Kaku kuduk : (-)
Tumor : (-)
- Thorax
Inspeksi : Simetris ki = ka
Palpasi : NT (-), MT (-), VF : ki = ka
Perkusi : Sonor ki = ka
Auskultasi : BP : vesikuler
BT : Rh : - - Wh : - -
+ + - -
+ -
4
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Pekak
Batas Atas :ICS III Linea Parasternalis Dextra
Ba.Kiri : ICS V Linea Axilaris Anterior sinistra
Ba.Kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni reguler, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung, ikut gerak nafas
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Palpasi : MT (-), NT (-), H/L : tidak teraba
Perkusi : Undulasi (+)
- Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
- Anus dan Rectum : tidak dilakukan pemeriksaan
- Ekstremitas :
Edema pretibia (+/+)
Edema dorsum pedis (+/+)
F. DIAGNOSIS SEMENTARA
5
Captopril 3x25mg
Combivent nebu/ 8 jam
Miniaspi 1x80mg
Candesartan 8mg 0-0-1
I. RENCANA PEMERIKSAAN
- Pemeriksaan laboratorium: darah rutin
SGOT/SGPT
HDL
LDL
Trigliserida
- EKG
- Foto X-ray PA
J. PROGNOSIS
Dubia
6
RESUME
7
DISKUSI
Penegakan Diagnosis
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan utama sesak napas.Sesak napas
mengindikasikan adanya penyakit mendasar berupa kelainan kardiovaskuler,
pulmoner ataupun neuromuskuler.Namun berdasarkan anamnesis, ditemukan
bahwa sesak napas yang dialami pasien berlangsung secara gradual sejak 1
minggu SMRS.Diketahui pula bahwa sesak napas yang dialami bertambah ketika
pasien beraktivitas (dyspnea deffort) dan saat berbaring, Pasien juga sering
terbangun tengah malam karena sesak napas ini (paroxysmal nocturnal
dyspne).Gejala tersebut di atas (PND) merupakan gejala khas kelainan jantung,
khususnya gagal jantung kongestif. Pemeriksaan fisis ditemukan batas jantung
melebar, ronkhi paru, edema kaki
Berdasarkan kriteria Framingham, diagnosis gagal jantung kongestif dapat
ditegakkan pada pasien di atas apabila terdapat paling sedikit 1 kriteri mayor dan
2 kriteria minor. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisis sudah bisa ditegakkan
diagnosis gagal jantung kongestif karena sudah ditemukan 3 kriteri mayor yaitu
(PND), kardiomegali, rokhi paru dan 2 kriteria minor dyspnea deffort dan edema
kaki.
Untuk menentukan derajat beratnya suatu gagal jantung kongestif
(congestive heart failure) pada pasien dalam kasus dengan pengaruhnya terhadap
aktivitas, dimana saat ini pasien sama sekali tidak bisa melakukan aktivitas
apapun dan harus tirah baring maka digunakan kriteria menurut The New York
Heart Association (NYHA) dan dari kriteria tersebut pasien didiagnosa CHF
NYHA IV.
Pengobatan
8
yang menyebabkan gagal jantung (penanganan causatif), dalam hal ini Hypertensi
grade II yang lama.
Terapi utama gagal jantung, kita dapat berpatokan pada standar AHA/ACC
2005 (The 2005 American Heart Association/American College of Cardiology
Guidelines for The Evaluation ang Managemen of Chronic Hert Failure in The
Adult). Berdasarkan guidline tersebut, pasien ini dapat dikategorikan dalam gagal
jantung stage C karena mengalami serangan gagal jantung sebagai akibat
strktural pada jantung. Obat yang diberikan berupa ACE-Inhibitor, beta blocker
dan digitalis.
Terapi pada pasien tersebut terdiri atas terapi farmakologis dan non-farmakologis:
1. Terapi Non-Farmakologis
- Oksigen 2 4 liter permenit untuk mempertahankan saturasi oksigen 95%-
98%.
- Pemasangan kateter urin untuk memantau keseimbangan cairan karena
pasien ini diberikan diuretic kuat.
- Diet rendah garam untuk retriksi Na* yang dikonsumsi.
2. Terapi Farmakologis
- Lasix (diuretik) IV dengan tujuan mengurangi kongestif secara cepat
melalui mekanisme penurunan preload.
- Farsorbid merupakan golongan nitrat. Golongan ini menimbulkan
vasodilatasi semua sistem cardiovaskuler. Dosis rendah obat ini
menimbulkan venodilatasi sehingga terjadi pengumpalan darah pada vena
perifer yang menyebabkan preload menurun. Dengan cara ini, golongan
nitrat mengurangi kebutuhan oksigen miokard yang dapat mencegah
bertambah luasnya daerah iskemik di miokard sedangkan pada dosis
tinggi, golongan obat ini menyebabkan dilatasi dari arteriol perifer
sehingga dapat juga menurunkan afterload yang pada akhirnya
mengurangi beban kerja jantung.
- Obat anti hipertensi yang diberikan adalah captopryl 6,25 mg 2 dd 1/PO
9
A. GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CONGESTIVE HEART FAILURE)
Definisi Gagal Jantung
Gagal jantung merupakan suatu keadaan patofisiologis dimana
jantung gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh
meskipun tekanan pengisisan cukup.(Paul Wood, 1958).Menurut pendapat
yang lain, gagal jantung adalah suatu sindrom dimana disfungsi jantung
berhubungan dengan penurunan toleransi latihan, insidensi aritmia yang
tinggi, dan penurunan harapan hidup. (Jay Cohn, 1988)1.
Gagal jantung kongestif (Congestive Heart Failure; CHF) adalah
gambaran sindrom klinik dengan kelainan struktur atau fungsi dari jantung
sehingga tidak mampu untuk memompa darah ke seluruh tubuh dalam jumlah
yang cukup untuk memenuhi metabolisme tubuh. Berdasarkan The New
york Heart Association (NYHA) gagal jantung (CHF) dibagi atas:2,3
Kelas I
Kelas II
Kelas III
10
Kelas IV
Penderita dengan gagal jantung yang tidak sanggup melakukan
kegiatan apapun tanpa keluhan, gejala sesak napas tetap ada
walaupun saat beristirahat.
11
Etiologi
12
Strauss dan poliarteritis nodosa. Kardiomiopati hipertropik dapat merupakan
penyakit keturunan (autosomal dominan) meski secara sporadic masih
memungkinkan.Ditandai dengan adanya kelainan pada serabut miokard
dengan gambaran khas hipertrofi septum yang asimetris yang berhubungan
dengan obstruksi outflow aorta (kardiomiopati hipertropik
obstruktif).Kardiomiopati restriktif ditandai dengan kekakuan serta
compliance ventrikel yang buruk, tidak membesar dan dihubungkan dengan
kelainan fungsi diastolic (relaksasi) yang menghambat pengisian ventrikel.
13
Patofisiologi
14
urine. Vasokontriksi arteri juga meningkatkan beban akhir dengan
memperbesar resistensi terhadap ejeksi ventrikel, beban akhir juga meningkat
karena adanya dilatasi jantung, akibatnya kerja jantung dan kebutuhan
oksigen miokardium juga meningkat. Hipertropi miokardium dan rangsangan
simpatis lebih lanjut akan meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium. Jika
peningkatan kebutuhan oksigen ini tidak dapat dipenuhi dengan peningkatan
suplai oksigen miokardium, maka akan terjadi iskemia miokardium dan
gangguan miokardium lainnya. Hasil akhir peristiwa yang saling berkaitan ini
adalah meningkatkan beban miokardium dan terus berlangsungnya gagal
jantung. 3,5
Penegakan Diagnosis
15
Kardiomegali Efusi pleura
Edema paru akut Kapasitas vital berkurang 1/3 dari
Gallop S3 normal
Refluks hepatojugular Takikardia (>120 denyut/menit)
Mayor atau Minor: Penurunan BB > 4.5 kg dalam 5 hari terapi
16
Guideline ACC/AHA Mengenai Tahap-Tahap Perkembangan Gagal Jantung dan
Terapinya4
17
Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran koroner:
Arteri koroner bermuara di pangkal aorta pada sinus valsava, yang berada di
belakang katup aorta.arus darah yang keluar dari bilik kiri bersifat turbulen
yang menyebabkan terhambatnya aliran koroner.5
Sistem otoregulasi
Tekanan Perfusi
18
menyebabkan kebutuhan jaringan tidak tercukupi.Dalam klinis keadaan ini
menunjukkan suatu fase hipotensif yang mengarah gagal jantung.Artinya
kerja jantung tidak mencukupi kebutuhan dirinya sendiri, karena sisitim
otoregulasi lumpuh.5
Sistem kolateral
19
darah akibat proses stenosis atau infark. Latihan fisik yang teratur diketahui
pula mampu merangsang pembentukan kolateral, salah satu kemungkinan
saat melakukan aktivitas fisik terjadi peningkatan kebutuhan miokard. Dalam
keadaan pasok tidak mencukupi namun tidak sampai menimbulkan proses
yang kritis, sudah cukup untuk merangsang terbukanya kolateral yang
memang telah ada. 5
20
DAFTAR PUSTAKA
21