Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Utang perusahaan sangatlah penting untuk diketahui jumlahnya karena
menyangkut kewajiban - kewajiban Yang harus dipenuhi oleh perusahaan di masa yang
akan datang. Oleh karena itu perlu mengetahui bagaimana karakteristik dari masing
masing utang perusahaan tersebut. Utang dalam akuntansi dapat didefinisikan
sebagai Pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang akan datang yang mungkin
terjadi akibat kewajiban suatu badan usaha pada masa kini untuk mentransfer aktiva
atau menyediakan jasa pada badan usaha lain di masa yang akan datang sebagai akibat
transaksi atau kejadian di masa lalu.(FASB, Conccepts no 3 Op,cit hal 3090).

Utang utang yang merupakan kewajiban suatu perusahaan dikelompokkan


menjadi dua kelompok yaitu:

1) utang jangka pendek

2) utang jangka panjang

Pengelompokkan utang didasarkan pada jangka waktu pembayaran utang.


Namun siklus usaha perusahaan berbeda-beda, batasan yang digunakan kurang
memenuhi oleh karena itu batasan yang digunakan berubah menjadi: Suatu kewajiban
akan dikelompokkan sebagai utang jangka pendek apabila pelunasannya akan dilakukan
dengan menggunakan sumber-sumber aktiva lancar atau dengan menimbulkan utang
jangka pendek yang baru.

1.2 Rumusan Masalah


Pembuatan paper ini tentu diawali dari sebuah masalah. Adapun masalah yang
melatar belakangi paper ini adalah :
1) Apa pengertian dari kewajiban ?
2) Apa pengertian dari kewajiban lancar?
3) Apa saja jenis-jenis kewajiban lancar?

1
4) Bagaimana pelaporan kewajiban lancar dalam neraca?
5) Apa yang dimaksud dengan akuntansi penggajian?
6) Apa yang dimaksud kewajiban kontinjensi?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah :
1) Untuk mengetahui pengertian dari kewajiban
2) Untuk mengetahui pengertian dari kewajiban lancar
3) Untuk mengetahui jenis-jenis kewajiban lancar
4) Mengetahui pelaporan kewajiban lancar dalam neraca
5) Mengetahui bagaimana akuntansi dalam penggajian
6) Mengetahui pengertian dari kewajiban kontinjensi

BAB II

PEMBAHASAN

2
2.1 Pengertian Kewajiban
Kewajiban adalah jumlah uang yang dinyatakan atas kewajiban-kewajiban
perusahaan untuk menyerahkan barang atau jasa kepada pihak lain dimasa yang akan
datang, kewajiban mana timbul akibat dari transaksi yang terjadisebelumnya.
Kewajiban (hutang) adalah kemungkinan pengorbanan masa depan atas manfaat
ekonomi yang muncul dari kewajiban saat ini entitas tertentu, untuk mentransfer aktiva
atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya dimasa depan sebagai hasil transaksi atau
kejadian masa lalu.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yg membahas tentang kerangka
dasar penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan dinyatakan bahwa karakteristik
esensial kewajiban (liabilities) adalah bahwa perusahaan mempunyai kewajiban
(obligation) masa kini. Kewajiban adalah suatu tugas atau tanggung jawab untuk
bertindak atau melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan
menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan
perundangan.
Hampir semua perusahaan, baik perusahaan kecil maupun besar memiliki
kewajiban atau untang. Dalam pengertian sederhana kewajiban adalah utang yang harus
dibayar oleh perusahaan. Secara lebih rinci kewajiban adalah utang atau kewajiban
suatu perusahaan yang timbul dari transakasi dari waktu yang lalu dan harus dibayar
dengan kas, barang, atau jasa, di waktu yang akan datang. Sebagai contoh adalah
kewajiban yang timbul dari pembelian secara kredit, perminjaman uang dari bank, dan
kewajiban untuk membayar gaji atau upah kepada para karyawan. Kewajiban di
kelompokan menjadi dua yaitu kewajiban lancar dan kewaijban jangka panjang.
2.1.1. Kejadian yang Timbul Akibat Kewajiban
Barang yang sudah dibeli dari pemasok tapi perusahaan belum membayarnya
(kewajiban dagang, trade account payable atau account payable). Pemasok sdh
membayar tetapi perusahaan belum mengirimkan barangnya (pendapatan diterima
dimuka atau unearned revenue).Penyebab lain timbulnya kewajiban antara lain : karena
adanya peminjaman dari satu perusahaan ke perusahaan lain, adanya barang yg dijual
dengan garansi, pembagian deviden tunai dan sebagainya.
2.1.2. Klasifikasi Kewajiban

3
Menurut pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.9 dinyatakan
bahwa perusahaan wajib menyajikan kewajibannya berdasarkan klasifikasi lancar dan
tidak lancar pada waktu menyusun laporan keuangan.Untuk membedakan mana yg
merupakan kewajiban lancar dan tidak lancar adalah jangka waktu jatuh temponya
kewajiban janka panjang.
Di tinjau dari jangka waktu pelunasan atau alat pelunasannya, hutang dapat
dibagi menjadi dua kelompok:
1.Kelompok hutang jangka pendek (hutang lancar)
2. Kelompok hutang jangka panjang (hutang tidak lancar)
2.2 Kewajiban Lancar
Hutang Jangka Pendek (Hutang Lancar), yaitu: hutang yang harus dilunasi
dalam jangka waktu pendek, paling lama satu tahun sesudah tanggal neraca, atau harus
dilunasi dalam jangka waktu satu siklus operasi normal perusahaan yang bersangkutan
(tergantung mana yang lebih panjang).Yang dimaksud dengan satu siklus operasi
normal adalah waktu yang diperlukan agar uang kontan dapat diubah menjadi
persediaan barang, persediaan barang diubah menjadi piutang usaha dan akhirnya
piutang usaha diubah menjadi uang kontan kembali.
Siklus operasi normal dari masing-masing perusahaan memerlukan jangka
waktu yang berbeda-beda, mulai dari kurang dari satu tahun, satu tahun, tetapi ada juga
yang lebih dari satu tahun. Perbedaan ini menyebabkan batasan hutang lancar seperti
tersebut di atas dianggap kurang tepat oleh banyak perusahaan, sehingga muncul
pendapat.yang.menyatakan:
Penyelesaian satu hutang jangka pendek (hutang lancar) biasanya memerlukan
pemakaian harta lancar. Perbandingan antara harta lancar terhadap hutang jangka
pendek (hutang lancar) dikenal sebagai rasio lancar atau current ratio. Rasio ini
merupakan suatu ukuran yang berguna bagi para pengusaha untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam melunasi hutang-hutang jangka pendek. Perusahaan yang memiliki
hutang lancar lebih besar dari harta lancar berada dalam posisi yang mengkhawatirkan
karena terdapat kemungkinan bahwa utang tersebut tidak akan dapat dilunasi. Menurut
Standar Akuntansi Keuangan hutang lancar adalah: hutang yang pelunasannya dengan
menggunakan sumbersumber aktiva lancar atau dengan menciptakan hutang lancar
baru.

4
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa kewajiban atau hutang memiliki
karakteristik sebagai berikut
1. Ada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa sebelumnya, yang dapat
menimbulkan adanya utang saat sekarang.
2. Kewajiban yang ditanggung berupa kewajiban untuk menyerahkan uang, barang
atau jasa.
3. Nilai kewajiban dinyatakan dalam bentuk kesatuan uang.
4. Kewajiban ditentukan oleh kedua pihak (yang berutang dan yang berpiutang).
Sebagai contoh penerapan rasio lancar, apabila PT ABC melaporkan bahwa
perusahaan tersebut memiliki asset lancar sebesar Rp. 21.000.000, dan kewajiban lancar
Rp. 15.000.000, maka modal kerja perusahaan tersebut adalah Rp. 6000.000, dan rasio
lancarnya adalah 1, 4:1. Angka tersebut menggambarkan bahwa PT ABC akan mampu
melunasi kewajiban jangka pendeknya.
2.3 Jenis-Jenis Kewajiban Lancar
Ada beberapa jenis-jenis kewajiban lancar, antara lain :

2.3.1 Hutang Dagang

Utang dagang adalah kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus
dipenuhi dalam jangka waktu yang singkat. Kewajiban ini timbul karena perusahaan
membeli secara kredit barang dagangan untuk dijual kembali kepada konsumen . Istilah
hutang dagang biasanya merujuk pada jumlah yang terhutang karena pembelian oleh :
(1) Perusahaan yang bergerak dibidang industri / pabrik atas pembelian baku atau bahan
pembantu, (2) Perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan barang dagangan atas
pembelian barang jadi.

Hutang dagang tidak dicatat pada waktu pemesanan dilakukan, tetapi hanya pada
saat hak pemilikan atas barang-barang tersebut beralih kepada pembeli. Apabila
terdapat potongan pembelian secara tunai, maka hutang dagang harus dilaporkan
sebesar jumlah hutang dagang setelah dikurangi potongan tunai. Apabila dalam
pembelian secara kredit tersebut terdapat PPN (Pajak Pertambahan Nilai), maka hutang
dagang termasuk PPN.

5
Kebijakan Pembayaran Hutang
1) Perencanaan pembayaran harus dilakukan setiap bulan, berdasarkan tanggal
jatuh tempo dan dapat dikontrol dengan melihat daftar hutang yang jatuh tempo.
2) Perencanaan pembayaran telah dibuat pada setiap akhir bulan untuk digunakan
oleh AP Staff dalam pembuatan prakiraan Cash flow/arus kas Bulanan.

3) AP Staff harus membuat proposal pembayaran secara rutin untuk direview oleh
Finance Controller dan disetujui oleh Finance Director. Proposal pembayaran
dibuat berdasarkan AP Aging/Umur Hutang.

4) Pemilihan dan prioritas pembayaran merupakan tanggung jawab Finance


Controller dan disetujui oleh Finance Director berdasarkan proposal pembayaran
yang diserahkan oleh AP Staff dan ketersediaan dana, proposal pembayaran
yang pasti atau telah ditentukan akan dibuat berdasarkan proses ini. Hal ini
mengacu kepada Payment List/Daftar Pembayaran.

5) Daftar pembayaran dibuat oleh AP Staff dan diinformasikan kepada Finance


Controller. AP Staff membuat voucher pembayaran dan cek berdasarkan daftar
pembayaran.

6) Pembayaran untuk transaksi operasional perusahaan dilakukan melalui bank


transfer, giro, transfer dana elektronik, namun pembayaran tunai dapat dilakukan
kepada supplier tertentu.

7) Pembayaran dengan cek dibatasi dan harus mendapat persetujuan dari BOD.

8) Pembayaran dengan cek juga dibatasi untuk transaksi biaya perjalanan dinas
karyawan. Jika melebihi jumlah yang ditentukan harus didiskusikan dan
disetujui oleh Head of Department dan Finance Controller.

9) Otorisasi batas pembayaran atau penandatanganan cek/giro atau transfer diatur


dalam manual of Authority (sesuai otorisasi dari masing-masing bank dengan
perusahaan). Oleh 2 BOD.

10) Voucher pembayaran bank atau tunai dibuat oleh AP Staff dan dicetak.

6
11) Voucher pembayaran bank atau tunai harus disertai dengan dokumen
pendukung.

12) Voucher pembayaran bank atau tunai harus direview dan disetujui oleh Head of
Finance.

13) Pembukuan transaksi pembayaran hanya bisa dilakukan setelah transaksi


disetujui dan transfer bank telah dilakukan.

14) AP Staff harus mencatat transaksi atas pembayaran hutang Dagang secara
harian.

Kategori umur hutang yang diterapkan oleh Perusahaan:


Belum jatuh tempo

1- 30 hari jatuh tempo

31 - 60 hari jatuh tempo

61 - 90 hari jatuh tempo

> 90 hari jatuh tempo

Penerimaan tagihan (tukar faktur) dari pemasok/rekanan/supplier :


1) Petugas penerima tagihan dari supplier mengecek : Kelengkapan dokumen
tagihan dan Kelengkapan antara barang yang dikirim dengan PO dan tagihan.
2) Setelah lengkap dibuatkan tanda terima faktur disi tanggal dan tanda tangan
serta nama jelas penerima dan diberi stampel Receipt.

3) Dokumen yang diterima distempel penerimaan tagihan sebagai dasar


perhitungan jatuh tempo.

4) Supplier mengirimkan tagihan lengkap kebagian terima tagihan /tukar faktur


meliputi :

1. Kwitansi bermaterai cukup.

2. Faktur asli Surat jalan asli setelah barang diterima oleh Receiver
Perusahaan sesuai Purchases Order (PO).

7
3. Faktur Pajak 2 (dua) rangkap asli dan copy asli (putih dan kuning)

4. Purchases Order /kontrak /SPK.

Prosedur Pembayaran Hutang Dagang

Prosedur pembayaran hutang dagang adalah sebagai berikut :

1) Menerima dokumen untuk pembayaran hutang yang telah diverifikasi dan


mempersiapkan voucher pembayaran.
2) Memeriksa pembayaran sesuai rencana pembayaran hutang yang telah dibuat.

3) Memasukkan ke system pembayaran yaitu : bilyet giro, cek, Cash,


(diambil/transfer), NPS SCB atau cara pembayaran lainnya.

4) Meminta persetujuan pembayaran ke yang berwenang ( persetujuan bilyet giro,


cek, tunai , transfer dengan NPS SCB atau cara lainnya)

5) Cek saldo untuk memastikan dana tersdia.

6) Melakukan pelaksanaan pembayaran.

7) Posting dalam buku kas atau buku bank

8) Memasukkan ke kartu hutang

9) Arsip dokumen pembayaran.

Penanganan hutang dagang bermasalah :


Tidak hanya piutang yang bermasalah, tetapi hutang dagang bisa bermasalah,
dan sebagaian besar terjadi karena kurang memperhatikan syarat-syarat jual beli dan
mengesampingkan administrasi, dan apabila tidak dimanage dengan baik dikemudian
hari baru timbul masalah .

Contoh-contoh masalah dari hutang dagang yaitu antara lain :

a) Pemenuhan barang atau jasa tidak sesuai order atau melebihi order, atau order
pemesanan via telepon tanpa dokumentasi, timbul masalah waktu penagihan..

8
b) Penagihan untuk harga, quantity atau specification atau tanggal pengiriman
tidak sesuai PO, atau PO tidak dikirim ke Supplier .

c) Perbedaan persepsi dalam perjanjian seperti pinalti dan lain-lain

Untuk hutang-hutang bermasalah difile tersendiri dan dibuatkan kronologisnya


mengapa hutang ini dapat bermasalah, layak untuk dibayar atau tidak, dan seberapa jauh
pengaruhnya terhadap komitmen dan nama baik perusahaan.

Pelaporan Hutang Dagang :


Pengelolaan hutang dagang harus ditangani secara profesional, intinya bahwa
hutang dagang harus ditangani secara serius, seluruh bentuk hutang dagang harus dicatat
secara tertib, up to date baik yang telah menjadi hutang dagang atau yang belum
menjadi hutang dagang karena tagihan dari pemasok belum diterima, walaupun barang
atau jasa telah diserahkan.

Untuk itu akan dibuatkan laporan agar penerima laporan atau manajemen dapat
membaca, menganalisa, dan mengambil langkah-langkah untuk keputusan yang tepat,
itulah pentingnya dibuat laporan secara tertulis, terperinci, tepat waktu dan akurat.

Contoh :

1. Contoh :
Pada tanggal 25 Januari PT. Airlangga membeli barang dagangan secara kredit seharga
Rp 10.000,- dengan termin 2/10 n/30
Penyelesaian :
Jurnal
Persediaan barang dagangan Rp 9.800,-
Hutang Dagang Rp 9.800,-
Jika potongan tunai tersebut tidak diambil maka pencatatannya adalah :
Hutang Dagang Rp 9.800
Pot. Pembelian yg tdk diambil Rp 200
Kas Rp 10.000

9
2. CV.Angin Timur melakukan pembelian sepeda motor dengan cara kredit dengan
harga 15.000.000, potongan harga 1.000.000 serta PPN sebesar 1.400.000 (14.000.000 x
10 %).
Hutang Dagang/Hutang Usaha dicatat sebesar :
Harga Sepeda Motor : 15.000.000
Potongan Harga : (1.000.000)
PPN : 1.400.000 +
Hutang Dagang : 15.400.000
Jadi Hutang Dagang/Hutang Usaha CV.Angin Timur atas pembelian sepeda motor
adalah sebesar 15.400.000

2.3.2 Utang Wesel


Utang wesel adalah utang yang berbentuk bukti tertulis formal, yang isinya
tertulis kesanggupan untuk membayar pada tanggal tertentu. Orang atau perusahaan
yang mempunyai tagihan biasanya lebih menyukai jenis ini karena ada bukti yang kuat
untuk menagih, apalagi jika urusannya dengan pengadilan.

Wesel digolongkan menjadi dua jenis yaitu :

a) Wesel berbunga

Wesel berbunga adalah wesel yang pada saat pembayarannya selain membayar
pokok utangnya juga harus membayar bunga yang telah disepakati.

Contoh : bank A pada tanggal 1 oktober 2008 setuju memberikan pinjaman kepada PT.
B sebesar Rp. 6.000.000; untuk itu PT. B harus menandatangani promes dengan bunga
10% yang berjangka waktu 5 bulan.

Jurnal penerimaan kas oleh PT. B :

Kas Rp 6.000.000

Utang wesel ..Rp 6.000.000

Saat tutup tahun, 31 desember 2008, PT. B membuat jurnal penyesuaian untuk
biaya bunga selama tiga bulan (okt-des)

10
Biaya bungaRp 150.000

Utang bunga.. Rp 150.000

Rp 6.000.000 X 10% X 3/12 = Rp 150.000

Jurnal saat pembayaran utang wesel, 1 maret 2009 :

Rp 6.000.000 X 10% X 3/12 = Rp 150.000

Utang wesel. Rp 6.000.000

Utang bunga Rp 150.000

Biaya bunga.Rp 100.000

Kas Rp 6.250.000

Keterangan :

Utang biaya Rp 150.000 telah dibebankan pada tahun 2008


Biaya bunga Rp 100.000, biaya bunga untuk bunga bulan januari dan februari
2009

Contoh 2 : pada tanggal 3 desember 2008 PT. C menarik wesel sebesar Rp 12.000.000
dengan bunga 10% dan jangka waktu 2 bulan untuk menggantikan utang yang telah
jatuh tempo

Jurnal saat penggantian utang :

Utang dagang.Rp 12.000.000

Wesel bayar. Rp 12.000.000

Jurnal saat pembayaran/ pelunasan

Rp 12.000.000 X 10% X 2/12 = Rp 200.000

Wesel bayar.Rp 12.000.000

11
Bunga...Rp 200.000

Kas.. Rp 12.200.000

b) Wesel Tidak Berbunga

Wesel tidak berbunga adalah wesel yang tidak secara eksplisit menyebutkan
tingkat bunga tertentu dalam surat wesel yang bersangkutan.

Sebenarnya wesel tersebut tetap ada bunganya karena peminjam wajib


membayar lebih besar daripada pinjaman yang diterima. Selisih antara pinjaman yang
diterima dengan yang harus dibayar inilah bunga. Dengan kata lain, peminjam
menerima kas sebesar nilai tunai atau nilai wesel saat ini (present value).

Nilai tunai adalah sama dengan nilai nominal wesel pada tanggal jatuh tempo
dikurangi bunga/ diskonto yang dibebankan.

Contoh :

PT. C menandatangani wesel dengan nilai nominal Rp 9.300.000, jangka waktu 3 bulan
tanpa bunga. Nilai tunai wesel adalah Rp 9.000.000.

Jurnal untuk mencatat transaksi di atas dalam pembukuan PT. C adalah :

Kas Rp 9.000.000

Diskonto utang wesel Rp 300.000

Utang wesel.. Rp 9.300.000

Rekening diskonto utang wesel adalah merupakan lawan (contra account)


terhadap rekening utang wesel, rekening ini dalam neraca dikurangkan terhadap
rekening utang wesel. Diskonto utang wesel ini diamortisasi selama jangka waktu utang
wesel.

Jurnal untuk mencatat amortisasi diskonto utang wesel :

Biaya bungaRp 300.000

Diskonto utang wesel Rp 300.000

12
2.3.3 Pendapatan Diterima Dimuka

Pendapatan diterima dimuka dapat dimaknai sebagai suatu pendapatan (baik


pendapatan dari usaha jasa maupun pendapatan dari hasil penjualan barang) yang sudah
diterima oleh perusahaan, tetapi pendapatan tersebut belum sepenuhnya menjadi hak
perusahaan dalam periode tersebut. Pendapatan diterima dimuka dikatakan belum
sepenuhnya menjadi hak perusahaan hal ini karena secara umum pendapatan tersebut
merupakan pendapatan untuk beberapa periode akuntansi baik dua periode maupun
lebih. Atau dengan kata lain ketika perusahaan menerima pendapatan diterima dimuka
dari peanggannya maka perusahaan telah menerima uang tetapi perusahaan belum
memberikan pelayanan jasa atau penyediaan barang dagang kepada pelanggannya
secara penuh dalam periode akuntansi tersebut.

Misalnya Pak Kusrin adalah seorang pengusaha yang menyediakan jasa


kontrakan dan rumah kos untuk disewakan kepada mahasiswa di sekitar universitas
terkemuka di Indonesia. Ketika bulan September 2013 Pak kusrin menerima uang
pembayaran dari mahasiswa yang mengontrak salah satu kontrakannya sebesar Rp
120.000.000 untuk satu tahun. Dari contoh ini maka dapat diketahui bahwa pak kusrin
telah menerima pendapatan diterima dimuka sebesar 120.000.000 juta untuk satu tahun
dimulai dari september 2013 hingga agustus 2014. Namun uang yang diterima pak
kusrin sebesar 120 juta tersebut sampai dengan akhir periode yaitu 31 desember 2013
yang benar-benar menjadi pendapatan pak kusrin hanya sebesar 40.000.000, hal ini
karena mahasiswa yang mengontrak rumah tersebut baru menempati kontrakan selama
4 bulan yaitu bulan september hingga desember 2013, sedangkan bulan januari sampai
agustus 2014 belum menjadi pendapatan karena belum dirasakan manfaat jasa kontrak
rumah tersebut oleh mahasiswa, sehingga tidak boleh diakui sebagai pendapatan bagi
pak kusrin melainkan diakui sebagai pendapatan diterima dimuka atau disebut juga
hutang pendapatan. Pendapatan diterima dimuka harus disesuaikan setiap akhir periode
dengan dibuatkan jurnal penyesuaian

Penyesuaian pendapatan diterima di muka dapat dilakukan dengan dua cara


yaitu dicatat sebagai utang (pendekatan neraca) dan dicatat sebagai pendapatan
(pendapatan laba-rugi). Penggunaan salah satu pendekatan dalam penyesuaian tersebut
didasarkan pada catatan pada ketika melakukan pencatatan dalam jurnal umum. Untuk

13
memudahkan pemahaman anda tentangpendekatan neraca dan pendekatan laba-rugi
dalam penyesuaian pendapatanditerima dimuka, simaklah ilustrasi berikut:

Contoh:

Sebuah perusahaan menyewakan sebuah ruangan kepada konsumennya untuk


jangka waktu 1 tahun dengan tarif sewa senilai 12.000.000 rupiah. Pada 1 Oktober 2012
perusahaan tersebut menerima uang sewa dari konsumennya secara tunai untuk 1 tahun
dari bulan oktober 2012 sampai bulan september 2014. Berdasarkan ilustrasi ini,
bantulah perusahaan tersebut mencatat pendapatan diterima dimuka atas jasa sewa
ruangan dari konsumennya tersebut untuk tahun 2013!

Jadi, untuk mencatat pendapatan diterima dimuka dapat dilakukan dengan dua
pendekatan sebagaimana sebutkan diatas. Silahkan pahami proses pencatatan
pendapatan diterima dimuka dengan kedua pendekatan tersebut dibawah ini:

Pendekatan Neraca untuk Mencatat Pendapatan Diterima Dimuka

Jurnal umum untuk mencatat pendapatan diterima dimuka diakui sebagai utang
Pada tanggal 1-10-2013 ketika perusahaan menerima pembayaran sewa dari
pelanggannya apabila perusahaan menggunakan pendekatan neraca maka transaksi
penerimaan uang tunai dari pelanggan dicatat sebagai berikut:

(Db) Kas .............................IDR 12.000.000

(Kr) Pendapatan Sewa diterima dimuka (utang pendapatan) ......IDR 12.000.000

Kas ada diposisi debet hal ini karena telah terjadi penambahan kasakibat adanya
penerimaan uang tunai dari pelanggan, pendapatan sewa diterima dimuka atau dapat
ditulis utang pendapatan posisinya kredit karena telah terjadi penambahan hutang,
dalam hal ini hutang pendapatan.

Jurnal Penyesuaian untuk Menyesuaikan Pendapatan Diterima Dimuka

Jurnal penyesuaian ini disusun pada akhir periode akuntansi dalam ilustrasi ini
pada 31 desember 2013. Perusahaan perlu membuat jurnal penyesuaian karena
sebenarnya saldo pendapatan diterima dimuka atau hutang pendapatan yang menjadi

14
tanggungan perusahaan sampai dengan akhir periode adalah sebesar 9.000.000 rupiah
sementara perusahaan telah mencatatnya sebesar 12.000.000 rupiah ketika terjadi
transaksi tanggal 1-10-2013. Yang menjadi utang pendapatan hanya 9 juta rupiah hal ini
karena saldo sebesar 3 jutra rupiah telah dapat diakui sebagai pendapatan perusahaan
yaitu selama 3 bulan dari oktober-desember 2013. Oleh karena itu perlu dibuatkan
jurnal penyesuaian agar dalam laporan keuangan pendapatan sewa diterima dimuka
menunjukan saldo yang sebenarnya yaitu Rp 9000.000 dan pendapatan sewa sebesar
3.000.000. Jurnal penyesuaian yang dibuat dengan pendekatan neraca adalah
sebagaiberikut:

(Db) Pendapatan Sewa diterima dimuka............................IDR 3000.000

(Kr) Pendapatan sewa......................................................IDR 3000.0000

Pendekatan Laba-Rugi untuk Mencatat Pendapatan Diterima Dimuka

Jurnal umum pencatatan pendapatan diterima dimuka diakui sebagai pendapatan

Pada tanggal 1-10-2013 ketika perusahaan menerima pembayaran sewa dari


pelanggannya apabila perusahaan menggunakan pendekatan laba-rugi maka transaksi
penerimaan uang tunai dari pelanggan dicatat sebagai berikut:

(Db) Kas .............................IDR 12.000.000

(Kr) Pendapatan Sewa ...........IDR 12.000.000

Kas posisi debet karena telah terjadi penambahan kas akibat adanya penerimaan
uang tunai dari pelanggan, pendapatan sewa posisinya kredit karena telah terjadi
penambahan pendapatan, dalam hal ini pendapatan sewa ruangan.

Jurnal penyesuaian pendapatan diterima dimuka Pendekatan laba-rugi

Jurnal penyesuaian ini disusun pada akhir periode akuntansi dalam ilustrasi ini
pada 31 desember 2013. Perusahaan perlu membuat jurnal penyesuaian karena
sebenarnya saldo pendapatan sewa yang dapat diakui sebagai pendapatan oleh
perusahaan sampai dengan akhir periode hanyasebesar 3.000.000 rupiah sementara

15
perusahaan telah mencatatnya sebesar12.000.000 rupiah dalam jurnal umum yaitu
ketika terjadi transaksi tanggal 1 oktober 2013.

Yang diakui sebagai pendapatan hanya 3 juta rupiah hal ini karena saldo sebesar
9 juta rupiah belum dapat diakui sebagai pendapatan saldo tersebut masih diakui sebagai
utang pendapatan perusahaan karena perusahaan baru memberi jasa sewa selama 3
bulan saja sedangkan yang 9 bulan belum diberikan atau dengan kata lain pelanggan
baru menikmati jasa sewa ruangan selama 3 bulan dan masih mempunyai hak untuk
menikmati sewa ruang tersebut 9 bulan lagi.

Dengan demikian perusahaan perlu membuat jurnal penyesuaian sehingga dalam


penyajian laporan keuangan pendapatan sewa menunjukan saldo yang sebenarnya yaitu
Rp 3000.000 dan pendapatan sewa diterima dimuka sebesar 9.000.000. Jurnal
penyesuaian yang dibuat dengan pendekatan laba-rugi adalah sebagai berikut:

(Db) Pendapatan Sewa............................IDR 9.000.000

(Kr) Pendapatan sewa diterima dimuka........................IDR 9.000.0000

2.3.4. Utang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo


Hutang ini terjadi jika dalam ketentuan perjanjian hutang jangka panjang yang
bersangkutan menyebutkan pembayaran dengan angsuran. Bagian angsuran yg jatuh
tempo dalam tahun buku yang bersangkutan dibukukan dalam kelompok kewajiban
jangka pendek.
Contoh :
Pada tahun 2010 PT Suci hutang kepada Bank dengan jangka waktu 5 tahun sebesar Rp
5.000.000. Pada tahun 2011 perusahaan harus mengangsur Rp 1.000.000.
Penyelesaian :
Kewajiban Jangka Panjang (Bank) Rp 1.000.000
Kewajiban Jangka Pendek (Bank).Rp 1.000.000

Dengan adanya jurnal reklasifikasi tersebut, maka dalam laporan keuangan akan
nampak besarnya kewajiban jangka pendek sebesar Rp 1.000.000,- sedangkan
kewajiban jangka panjang sebesar 4.000.000.
2.3.5 Utang Deviden

16
Hutang Deviden timbul pada saat dewan direksi perusahaan yg berbentuk
perseroan mengumumkan adanya pembagian deviden dan terhutang sampai dengan
dibayarnya deviden. Dengan adanya pengumuman pembagian deviden tersebut
menjadikan keberadaan hutang deviden menjadi pasti.

Contoh :
Pada tanggal 3 Maret 2010 PT ABC mengumumkan akan membagikan deviden sebesar
Rp 1.000.000 yang akan dibayarkan pada tanggal 3 April 2010.
Jurnal
Laba yg Ditahan..Rp 1.000.000
Hutang devidenRp 1.000.000
(utk mencatat adanya hutang deviden)
2.3.6 Utang Gaji dan Utang Biaya
Hutang Gaji dan hutang bunga, seperti biaya bunga, biaya iklan, biaya telepon,
listrik, dsb, timbul karena adanya konsep accrual basis yang akan digunakan dalam
akuntansi, yg antara lain menyatakan bahwa biaya yang dinikmati manfaatnya
meskipun belum dibayar harus diakui. Oleh karena itu jika pada akhir periode terdapat
gaji atau biaya yang sudah menjadi kewajiban meskipun belum dibayar harus diakui
adanya hutang.
Contoh :
Pada tanggal 31 Desember 2010 data yang ada pada PT Suci menunjukkan adanya upah
buruh yang belum dibayar selama 4 hari. Analisa berikutnya menunjukkan bahwa upah
buruh per hari sebesar Rp 15.000
Jurnal
Biaya Gaji dan Upah..Rp 60.000
Hutang gaji dan upahRp 60.000
2.3.7 Utang Bonus
Untuk meningkatkan semangat kerja karyawannya maka biasanya perusahaan pd
akhir tahun memberikan bonus kepada sebagian atau kepada seluruh karyawan.
Sedangkan besarnya bonus yang diberikan bisa didasarkan pada :
1) Gaji pokok

17
Jika besarnya bonus didasarkan pd gaji pokok, maka dlm perhitungannya tdk
ada masalah karena jumlah bonus yg dibayarkan dapat diketahui dan ditentukan jauh
sebelum dibayarkan.

2) Laba tahun berjalan


Jika besarnya bonus dihitung berdasarkan pd laba, maka masalah yg timbul adalah
laba yg mana sebagai dasar penentuan besarnya bonus. Ada beberapa dasar yg bisa
digunakan, yaitu :
Laba sebelum bonus dan pajak
Laba setelah bonus tetapi sebelum pajak
Laba setelah pajak tetapi sebelum bonus
Laba setelah bonus dan pajak
Untuk memudahkan perhitungan maka dari beberapa dasar perhitungan bonus diatas
dapat dibuatkan persamaan berikut :
B = bI
B = b ( I B)
B=b(IT)
B = b ( I B T)
Dimana :
b = tarif bonus
I = Laba sebelum bonus dan pajak
B = Bonus dalam rupiah
T = Pajak
Adapun pajak (T) dpt dihitung dengan memasukkan tarif pajak (t) dalam persamaan.
sehingga persamaan pajak adalah sbb : T = t( I B )
Contoh :
1.Pada awal tahun 2010 PT Suci telah memberikan kepada seorang manajer sebesar
10% dari laba perusahaan. Laba tahun 2010 sebelum pemotongan pajak dan bonus
sebesar Rp 10.000.000. adapun tarif pajak yg berlaku adalah 40%.
Diminta :

18
a. Laba sebelum bonus dan pajak
b. Laba setelah bonus tetapi sebelum pajak
c. Laba setelah pajak tetapi sebelum bonus
d. Laba setelah pajak dan bonus.

Penyelesaian :
a. Laba Sebelum bonus dan Pajak
B = 0,10 x Rp 10.000
B = Rp 1.000,-
b. Laba setelah bonus tetapi sebelum pajak
B = 0,10 (Rp 10.000 B)
B + 0,10B = Rp 1.000
1,10 B = Rp 1.000
B = Rp 909,091
c. Laba setelah pajak tetapi sebelum bonus
B = 0,10 (Rp 10.000 T)
T = 0,40 (Rp 10.000 B)
B = 0,10 (Rp 10.000 0,40) (Rp 10.000 B)
B = 0,10 (Rp 10.000 Rp 4.000 + 0,40B)
B = Rp 600 + 0,04B
0,96B = Rp 600
2. Misalnya karena perusahaan mendapatkan laba yang diharapkan, maka perusahaan
tersebut memberikan bonus yang telah dijanjikan kepada karyawannya sebesar
Rp100.000.000 dan akan dibayarkan pada bulan Januari 2012. Maka perusahaan
tersebut akan mencatat bonus tersebut kedalam ayat jurnal penyesuaian pada tanggal 31
Desember 2011.
Beban bonus karyawan..Rp100.000.000
Utang bonusRp100.000.000
Maka ayat jurnal utnuk mencatat transaksi saat membagikan bonus tersebut
adalah sebagai berikut:
Utang bonus..Rp100.000.000

19
Kas.Rp100.000.000
Utang bonus dapat dihitung dengan 3 cara yaitu:
a. Dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan pajak penghasilan
b. Dihitung dari laba sesudah dikurangi pajak penghasilan sebelum dikurangi
bonus
c. Dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus dan pajak penghasilan
Berikut ini adalah contohperhitungan utang bonus melalui 3 cara tersebut yaitu:

PT RS memberikan bonus untuk kepala bagian penjualan sebesar 10% dari laba.
Laba tahun 2004 Rp 1.000.000. PPh 15% dari laba bersih.
a. Dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus & PPh
Bonus = 0,10 x Rp 1.000.000

Bonus = Rp 100.000

PPh = 15% x (Rp1.000.000 Rp 100.000)

PPh = Rp 135.000,-

b. Dihitung dari laba sesudah dikurangi PPh sebelum dikurangi bonus

Bonus =0,10 ( Rp 1.000.000 PPh)

PPh = 0,15 (Rp 1.000.000 Bonus)

Bonus = 0,10 {1.000.000 0,15(Rp 1.000.000 Bonus)}

Bonus = 0,10 (1.000.000 150.000 + 0,15 Bonus)

Bonus 0,015 Bonus = 85.000

0,985 Bonus = 85.000

Bonus = Rp 86.294,40

PPh = 0,15 (1.000.000 Rp 86.294,40)

PPh = 0,15 x 913.705,60

PPh = Rp 137.055,84

c. Dihitung dari laba sesudah dikurangi PPh dan bonus

20
Bonus = 0,10 ( Rp 1.000.000 Bonus PPh)

PPh = 0,15 (Rp 1.000.000 Bonus)

Bonus = 0,10{1.000.000 - Bonus - 0,15(Rp 1.000.000


Bonus)}

Bonus =0,10 (1.000.000 Bonus 150.000 + 0,15Bonus)

Bonus = 100.000 0,10 Bonus 15.000 + 0,015 Bonus

Bonus + 0,10 Bonus 0,015Bonus = 85.000

1,0985 Bonus = 85.000

Bonus = Rp 77.378

PPh = 0,15 (1.000.000 77.378)

PPh = 0,15 x 922.622

PPh = Rp 138.393

2.3.8 Utang Pajak

Sebagai konsumen kita sering dikenai pajak atau barang atau jasa yang kita beli.
Seperti kalau kita makan dirumah makan, menginap dihotel, atau kita membeli barang-
barang tertentu, missal mobil. Pajak ini disebut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau
pajak penjualan. Tarif pajak di tetapkan atas dasar persentase tertentu dari harga jual.
Pihak penjual (pabrikan) memungut pajak tersebut dari pembeli pada saat penjualan
terjadi, dan secara priodik (biasanya secara bulanan) disetorkan ke kas Negara di tinjau
dari pihak penjual merupakan hutang kepada Negara yang disebut utang pajak PPN.

2.4. Pelaporan Kewajiban Lancar dalam Neraca


Kewajiban lancar adalah kelompok kewajiban yang harus dilaporkan paling atas
dalam sebuah neraca. Dalam kelompok ini, setiap jenis kewajiban dicantumkan secara
terpisah. Selain itu, jangka waktu utang wesel dan informasi penting lainnya, harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

21
Kewajiban lancar biasanya tidak dicantumkan berdasarkan urutan tanggal
pelunasannya, karena tanggal pelunasan untuk suatu kewajiban lancar tertentu mungkin
terdiri dari beberapa tanggal jatuh. Cara penyajian yang lazim dalam praktik, ialah
mencantumkan utang wesel paling atas, kemudian diikuti dengan utang
dagang,berikutnmya utang lancar lainnya.

2.5. Akuntansi Pengajian


Dalam suatu perusahaan kewajiban yang harus ada yaitu kewajiban penggajian
kepada para karyawan yang dalam bentuk upah dan gaji yang belum dibayar. Selain
gaji, perusahaan biasanya memberikan berbagai kompensasai berupa tunjangan, seperti
tunjangan kesehatan, tunjangan asuransi, dan tunjangan lainnya. Dengan adanya
berbagai kompensasi tersebut, maka diperlukan akuntansi yang tepat disertai
pengawasan yang memadai.
Akuntansi penggajian tidak semata-mata menyangkut soal pembayaran gaji atau
upah kepada para karyawan. Perusahaan juga mempunyai kewajiban untuk
menyelenggarkan administrasi penggajian untuk stiap karyawan, termasuk juga data
pajak penghasilan tiap karyawan.

2.5.1 Pengendalian Atas Pengajian


Tujuan dari pengendalian itu sendiri terbagi menjadi 2, yaitu :
1) Untuk mengamankan kekayaan perusahaaan dari pembyaran gaji yang tidak sah.
2) Untuk menjamin ketelitian dan dapat dipercayanya catatan akuntansi dalam
penggajian.
Pentingnya kedua tujuan pokok tersebut sangat jelas. Apabila perusahaan
menarik cek untuk karyawan fiktif atau membayar upah lebih besar dari pendapatan
karyawan yang sesungguhnya, maka perusahaan akan menderita kerugian yang tidaka
perlu berupa hilangnya kas. Demikian pula catatan yang tidak benar akan
mengakibatkan penarikan chek dalam jumlah yang keliru, selanjutnya akan
mengakibatkan laporan keuangan dan pembayaran pajak karyawan yang salah pula.
Kegiatan penggajian meliputi empat fungsi, yaitu :
1. Pengangkatan pegawai

22
Dalam hal pengangkatan pegawai ini bagian yang memegang peranan penting yaitu
bagian personalia, pada bagian ini tugasnya pada pendafaran calon pegawai,wawancara
dan seleksi pendaftaran, serta pengangkatan pegawai. Bagian ini memegang peranan
yang penting dalam pengawasan karyawan, terutama dalam dokumentaswi dan
pemberian otorisasi. Apabila seorang karyawan diangkat bagian personalia akan
mencatat berbagai informasi penting mengenai karyawan tersebut, yang meliputi data
diri, status, tingkat upah/gaji, mutasi, dan lain sebagainya. Bagian personalia juga
bertanggung jawab untuk mengotorisasi 2 hal, yaitu :
a) Perubahan tingkat gaji atau upah
b) Pembersihan pegawai
2. Pencatatan waktu kerja
Bidang kegiatan lain yang penting ditinjau dari segi pengendalian intern ialah
pencatatan waktu kerja. Karyawan harian atau karyawan yang upahnya dihitung
berdasarkan tariff per jam, biasanya diwajibkan untuk mencatatkan waktu kerja dengan
cara memasukkan timeclock. Waktu kedatangan dan waktu pulang akan dicatat secar
otomatis apabila pegawai memasukkan kartu waktu ke dalam mesin pencatat waktu
yang disediakan perusahaan.
3. Pembuatan daftar gaji
Daftar gaji dibuat oleh bagian penggajian berdasarkan 2 sumber, yaitu:
a) Otoritasi dari bagian personalia
b) Kartu waktu yang telah mendapat persetujuan.
4. Pembayaran Gaji
biasanya dilakukan oleh kasir di bagian keuangan. Pembayaran dengan menggunakan
cek dilakukan dengan maksud untuk mengurangi resiko kerugian akibat pencurian, dan
demi kepraktisan.
2.5.2 Penghasilan Kotor dan Potongan Gaji serta Penghasilan Bersih
2.5.2.1 Penghasilan Kotor
Penghasilan kotor adalah total penghasilan yang didapatkan berasal dari tiga
sumber yaitu Upah, gaji dan bonus.
Total upah seorang pegawai dihitung dengan mengalikan tarif upah per jam
dengan jumlah bjam kerja pegawai yang bersangkutan. Selain upah yang di bayar untuk
jam kerja biasa, pegawai mungkin masih menerima upah lembur yang tarifnya biasanya

23
lebih tinggi dari pada tariff biasa. Pegawai juga bekerja pada jam atau hari tertenyu
basanya juga menerima pembayaran denga tarif istimewa.
Perusahaan terkadang memiliki sebuah perjanjian pemberian bonus dengan
karyawannya. Mereka yang mendapat bonus umumnya adalah personil-personil kunci
dalam perusahaan. Perjanjian bonus bisa didasarkan pada macam-macam factor.

2.5.2.2 Potongan gaji


Jumlah gaji yang dibayarkan kepada karyawan sering kali tidak sama dengan
jumlah penghasilan kotor karyawan. Hal ini disebabkan adanya berbagai potongan yang
dikenakan terhadap pengahasilan kotor. Potongan tersebut ada yang sifatnya wajib dan
ada pula yang ditetapkan berdasankan aturan intern dalam perusahaan.
Potongan wajib adalah potongan yang harus dilakukan oleh peruusahaan atas
penghasilan kotor para karyawan yang ditetapkan berdasarkan UU atau peraturan
pemerintah.
A. Pajak
Pajak Penghasilan Karyawan, Berdasarkan UU no 7 tahun 1983 tentang pajak
penghasilan (UU. PPh 1984). Perusahaan wajib melakukan potongan pajak atas
penghasilan para karyawannya yang memenuhi ketentuan sebagaiman adiatur dalam
undang-undang tersebut. Pajak pengahasilan bagi karyawan yang kerja pada suatu
perusahaan menurut UU.PPh 1984 tergolong dalam pajak pasal 21.
Pajak penghasilan (PPh) pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran alindengan nama apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatanatau sebagai imbalan jasa. Wajib pajak PPh
pasal 21` adalah wajib pajak dalam negeri yang meliputi:
a) Pegawai, karyawan atau karyawati tetap.
b) Pegawai ,karyawan atau karyawati lepas.
c) Penerima honorarium.
d) Penerima upah, baik upah harian, upah borongan, maupun upah satuan.
Obyek PPh pasal 21 adalah penghasilan. Adapun penghasilan yang dikenakan
pemotongan PPh pasal 21 adalah:
a) Penghasilan rutin bulanan, baik berupa penghasilan pokok maupun tunjangan-
tunjangan rutin per bulan.

24
b) Penghasilan tidak rutin bulanan dan yang biasanya diberikan sekali saja atau sekali
dalam setahun.
c) Upah harian, mingguan, upah satuan dan upah borongan.
d) Upah pensiun, uang tebusan pensiun, uang tabungan hari tua (THT), uang tunggu,
uang pesangon dan pembayaran lain sejenisnya.
e) Honorarium, komisi atau pembayaran lain sebagai imbalan atas jasa yang dilakukan
di Indonesia.
B. Iuran
Iuran Program Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK),Berdasarkan pasal 3 ayat 1
peraturan pemerintah No 33 tahun 1977, perushaan wajib menyelenggarakan program
ASTEK baik dengan mempertanggungkan tenaga kerjanya yang bekerja dalam suatu
ikatan kerja dengan perusahaan dalam program asuransi kecelakaan kerja dan asuransi
kematian, maupun dengan memenuhi kewajibannya dalam program tabunga hari tua
kepada badan penyelenggara. Program ASTEK meliputi :
a) Program asuransi kecelakaan kerja.
b) Program tabungan hari tua yang dikaitkan dengan asuransi kematian.
Berbeda dengan pajak penghasilan karyawan yang sepenuhnya menjadi
tanggung jawab karyawan, iuran astek sebagian ditanggung oleh perushaan dan
sebagian lagi ditanggung bersama oleh perusahaan dan karyawan. Bagian dari iuran
yang ditanggung perusahaan adalah menjadi biaya perusahan, sedangkan bagian yang
ditanggung karyawan bukan merupakan biaya perusahaan. Berdasarkan peraturan
pemerintah No. 33 Tahun 1977, besarnya iuran dan penanggung iuran adalah sbb :
a) Iuran Asuransi Kecelakan Kerja.
b) Iuran Tabungan Hari Tua.
c) Iuran Asuransi Kematian
C. Potongan Sukarela
Potongan sukarela adalah pengahasilan kotor karyawan bias dipotong untuk
tujuan-tujuan tertentu atas permintaan atau persetujuan karyawan. Potongan ini bias
dilakukan secara kelompok atau perorangan.
3. Penghasilan Bersih

25
Penghasilan bersih yaitu seluruh penghasilan setelah dikurangi biaya atau bagi
perusahaan selisih antara jumlah nominal obligasi atau sejenisnya dan
jumlah penghasilan bersih dari penjualan obligasi tersebut.

2.6 Kewajiban Kontinjensi


Kontinjensi (contingencies) dalam FASB (Financial Accounting Standard
Board) Statement No. 5 adalah suatu kondisi, situasi, atau serangkaian situasi yang ada
yang melibatkan ketidakpastian mengenai keuntungan atau kerugian untuk perusahaan
yang pada akhirnya akan diselesaikan apabila satu atau lebih kejadian di masa depan
terjadi atau tidak terjadi.

a. Keuntungan Kontinjensi

Pengertiannya adalah klaim atau hak untuk menerima aktiva (atau memiliki
kewajiban yang menurun) yang keberadaannya tidak pasti tetapi pada akhirnya mungkin
akan menjadi sah.

Jenis keuntungan kontinjensi adalah:

1) Penerimaan atas uang dari hadiah, sumbangan, bonus, dan lain sebagainya.

2) Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan pajak.

3) Penundaan kasus pengadilan yang hasilnya mungkin menguntungkan.

4) Kerugian pajak yang dikompensasi ke depan.

Keuntungan kontinjensi tidak akan dicatat dan akan diungkapkan dalam catatan
hanya jika probabilitasnya tinggi bahwa suatu keuntungan kontinjensi akan menjadi
kenyataan.

b. Kerugian Kontinjensi

26
Pengertiannya adalah situasi yang melibatkan ketidak-pastian atas kemungkinan
terjadinya kerugian. Kewajiban yang terjadi sebagai akibat dari kerugian kontinjensi
menurut definisinya disebut sebagai kewajiban kontinjen / contingent liabilities
(kewajiban yang bergantung pada terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih
kejadian di masa depan untuk mengkonfirmasi jumlah hutang, pihak yang dibayar,
tanggal pembayaran, atau keberadaannya).

Jenis kerugian kontinjensi, yaitu :

a) Perkara Pengadilan, Klaim, dan Pengenaan, seperti :

Periode waktu penyebab dasar tindakan.

Probabilitas hasil yang tidak menguntungkan.

Estimasi layak mengenai jumlah kerugian.

b) Biaya Garansi dan Jaminan; jaminan (garansi produk) adalah janji yang dibuat oleh
penjual kepada pembeli untuk memperbaiki defisiensi kuantitas, kualitas, atau
kinerja suatu produk. Jaminan ini umumnya digunakan oleh manufaktur sebagai
teknik promosi penjualan. Metode dasar akuntansi yang digunakan untuk biaya
jaminan adalah matode dasar kas dan matode akrual.

c) Premi dan kupon ; premi adalah peralatan dari perak, pirung, alat rumah tangga
kecil, mainan, barang lainnya, atau transportasi gratis. Kupon adalah sesuatu yang
ditebus untuk potongan tunai atas barang yang dibeli.

c. Pencatatan Kewajiban Kontinjensi

Salah satu contoh kewajiban kontinjensi yang harus dicatat adalah garansi
produk. Garansi menimbulkan biaya masa depan yang mungkin terjadi apabilah produk
rusak atau cacat. Umumnya perusahaan akan mengestimasi secara andal biaya-biaya
yang harus diantisipasi untuk garansi produk atau biaya jasa tersebut. berikut contoh
jurnal penyesuaian untuk mencatat estimasi biaya garansi

31 Des Beban Garansi xxx -

27
Estimasi Kewajiban Garansi - xxx

(Mengakru estimasi biaya garansi)

2.7 Kasus

Ada apa dengan P.I.G.S?

Dua pekan lalu pasar modal dunia mengalami guncangan hebat. Bursa Asia yang
sebelumnya terpengaruh oleh pengetatan likuiditas di China dan India kembali
berhadapan dengan perkembangan global yang berasal dari Eropa.

Semua ini adalah lanjutan dari krisis di Yunani yang telah berlangsung sejak Desember
lalu, dan saat ini melebar ke Portugal dan Spanyol, dan diperkirakan masih akan
berlanjut hingga ke Italia ataupun Irlandia. Dari rangkaian inilah muncul istilah PIGS
(Portugal, Italy/Ireland, Greece, Spain). Pendeknya, pasar modal dunia terseret oleh
PIGS.

Mata uang euro yang semula dianggap sebagai safe heaven mulai pudar reputasinya.
Dolar pun beranjak menguat kendati fundamental ekonomi Amerika masih lemah. Efek
dari hal ini bersifat negatif terhadap instrumen investasi global, karena kenaikan harga
instrumen global selama setahun terakhir ini banyak berasal dari aksi carry trade.

Dalam skema carry trade, spekulator melakukan short pada instrumen dengan imbal
hasil rendah (seperti USD) sekaligus mengambil posisi long pada instrumen dengan
potensi imbal hasil tinggi semisal saham di emerging markets dan komoditas.

Ketika mata uang yang mengalami posisi short menguat, maka spekulan membalik
posisi dengan melakukan carry trade unwinding, di mana saham dan komoditas dijual

28
dan posisi short dinetralkan dengan cara mengambil posisi long.

Akar masalah

Lalu, apa yang menyebabkan Euro melemah? Akar masalah terletak pada konsekuensi
penghentian Quantitative Easing (QE) oleh Bank Sentral Eropa (ECB) pada Desember
2009 lalu.

QE adalah usaha bank sentral menstimulasi ekonomi dengan cara melonggarkan kriteria
kredit bagi korporasi dan lembaga keuangan. Dengan cara ini, Bank Sentral akan
membeli ataupun menerima gadai surat-surat berharga pasar uang dari rating lebih
rendah. Untuk kasus Eropa, rating minimal untuk memperoleh pinjaman jangka pendek
telah diturunkan menjadi BBB dari semula rating A-.

Sebagai akibatnya, Yunani yang menjadi salah satu negara pengguna mata uang Euro
(negara Eurozone) dengan peringkat utang terendah (yaitu BBB), menerbitkan surat
utang jangka pendek sebanyak-banyaknya. Hal ini dipicu oleh tingginya permintaan
akibat selisih bunga yang tinggi antara surat utang Yunani dan tingkat bunga repo ECB.

Masalah serius muncul saat berakhirnya skema QE. ECB mengetatkan kembali kriteria
surat utang yang boleh digunakan untuk transaksi repo. Sialnya, hal ini terjadi
bersamaan dengan dua perkembangan penting di Yunani, yaitu peningkatan defisit
anggaran pemerintah dan dibukanya penyelidikan atas manipulasi data ekonomi oleh
Yunani saat mengajukan diri menjadi anggota Eurozone pada 2002.

Hal itulah yang mendorong terjadinya krisis mini terhadap surat utang Yunani tepat
sebulan setelah program QE ECB berakhir pada Desember 2009.

Berhenti sampai di situ? Ternyata tidak. Perhatian pasar uang global bergeser ke negara-
negara Eurozone lain yang berpotensi mengalami masalah dalam pendanaan, terkait
dengan tingginya defisit anggaran serta tingkat utang terhadap PDB. Dari kriteria
lanjutan inilah negara-negara seperti Portugal, Spanyol, Italia dan Irlandia masuk dalam
daftar pantau investor global.

29
Negara-negara dalam PIGS dikenal memiliki defisit anggaran yang lebar dan posisi
utang terhadap PDB yang tinggi. Kesepakatan Maastricht yang dijadikan acuan
keanggotaan Eurozone memang mengisyaratkan angka defisit maksimum sebesar 3%
dan rasio utang terhadap PDB sebesar 60%, namun akibat krisis ekonomi global,
diberikan kelonggaran temporer bagi negara-negara Eurozone selama 3 tahun sejak
pelanggaran besaran defisit maupun utang.

Masalahnya, tenggat waktu bagi Yunani untuk menekan defisit dan utang adalah tahun
2010 ini. Mengapa secepat itu? Karena bahkan sebelum krisis global berkecamuk
Yunani telah melanggar batas kesepakatan Maastricht.

Melihat postur anggaran Yunani tahun ini dan tahun depan, pengetatan defisit dan utang
akan sulit sekali terwujud dan terdapat kemungkinan Yunani harus menghadapi sanksi
dengan kemungkinan terburuk dipaksa keluar dari keanggotaan Eurozone. Untuk
mencegah hal tersebut, usulan agar Yunani meminta bantuan darurat dari IMF telah
diwacanakan. Langkah ini dilakukan setelah rencana meminta pinjaman dari China
gagal terwujud.

Di dalam Eurozone sendiri terdapat masalah lanjutan, di mana kegagalan dalam


mendisiplinkan Yunani akan berkonsekuensi buruk, mengingat hampir seluruh negara
Eurozone mengalami pelebaran defisit anggaran sebagai konsekuensi dari penanganan
krisis, sehingga tambahan volume utang yang meningkat dapat meningkatkan risiko
kegagalan pembayaran (default). Secara empiris, risiko ini meningkat tajam pada negara
dengan posisi utang terhadap PDB sekitar 100%. Bila terjadi default, maka efeknya
akan menyebar ke seluruh Eurozone.

Hubungan dagang dan transaksi intra Eurozone yang mencapai lebih 70% volume
perdagangan, juga membawa konsekuensi pelemahan di salah satu negara anggota
berpotensi negatif terhadap ekonomi negara lain lewat transmisi melemahnya angka
penjualan bagi korporasi di wilayah Eurozone. Konsekuensinya, potensi penerimaan
pajak dapat terganggu dan semakin menyulitkan usaha pemulihan ekonomi Eropa.

Risiko ke depan adalah perlambatan ekonomi dari kawasan Eropa dapat mengganggu

30
pemulihan ekonomi global. Padahal tekanan di sektor keuangan publik masih akan
berlanjut, di mana konsultan McKinsey Global mencatat bahwa berbagai pemerintah di
dunia secara kumulatif menerbitkan sekitar US$ 3 triliun surat utang baru hanya untuk
tahun ini saja.

Dampak ke Indonesia

Menyaksikan betapa sensitifnya dunia terhadap gejolak finansial PIGS, maka negara-
negara ekonomi berkembang dan terlebih Indonesia, tentu harus bersikap waspada.
Berakhirnya QE oleh Bank of England pada Februari 2010, serta berakhirnya QE oleh
The Fed pada bulan Maret 2010 mengisyaratkan bahwa volatilitas tinggi di pasar uang
global masih akan berlangsung.

Beruntunglah Indonesia yang secara tepat menerbitkan Global Bond senilai US$2 miliar
pada awal Januari 2010 pada saat volatilitas dan tingkat suku bunga masih relatif
rendah. Dibantu oleh postur defisit anggaran Indonesia yang lebih rendah daripada
tahun 2009 serta posisi utang pemerintah terhadap PDB di bawah 30%, maka posisi
Indonesia jauh lebih baik dibanding dengan kebanyakan negara maju dan negara
berkembang. Hal itu yang harus terus dipertahankan.

Namun begitu, kewaspadaan finansial masih harus terus dipelihara, mengingat imbas
eksternal dari pergerakan nilai tukar, harga komoditas, serta arus investasi global-masih
akan berlangsung setidaknya hingga akhir semester pertama tahun 2010 ini. Kita tidak
bisa lagi hanya bergantung pada keberuntungan.

31
BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan

Hutang lancar adalah hutang yang di harapkan akan di bayarkan dalam jangka
waktu satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan dan dengan menggunakan
aktiva lancar yang ada atau hasil dari pembentukan hutang lancar yang lain.

Jenis- jenis hutang lancar antara lain : Hutang usaha atau hutang dagang, utang
wesel, jatuh tempo berjalan hutang jangka panjang, uutang dividen, utan pajak,
pendapatan diterima dimuka, utang gaji dan utang bonus.

Dalam suatu perusahaan kewajiban yang harus ada yaitu kewajiban penggajian
kepada para karuyawan yang dalam bentuk upah dan gaji yang belum dibayar. Selain
gaji, perusahaan biasanya memberikan berbagai kompensasai berupa tunjangan, seperti
tunjangan kesehatan, tunjangan asuransi, dan tunjangan lainnya. Dengan adanya
berbagai kompensasi tersebut, maka diperlukan akuntansi yang tepat disertai
pengawasan yang memadai.
3.2 Saran

Adapun saran saran yang dapat kami sampaikan terkait masalah diatas adalah
sebagai mahasiswa Universitas Udayana, ada baiknya kita memahami kewajiban lancar
karena antara kewajiban lancar dan tidak lancar aspek-aspeknya berbeda satu sama lain

32
33

Anda mungkin juga menyukai