A. Perlindungan tanaman yang diatur dalam UU No. 12 tahun 1992 adalah sebagai
berikut:
Pengertian perlindungan tanaman dan organisme pengganggu tanaman
sebagaimana diatur pada Pasal 1 butir 7 dan butir 8 bahwa "Perlindungan
tanaman adalah segala upaya untuk mencegah kerugian pada budidaya
tanaman yang diakibatkan oleh organisme pengganggu tumbuhan" dan bahwa
"Organisme pengganggu tumbuhan adalah semua organisme yang dapat
merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan".
Pelaksanaan perlindungan tanaman yang diatur dalam Bagian Keenam
Perlindungan Tanaman yang terdiri atas Pasal 20 sampai Pasal 27.
E. UU No. 16 Tahun 1992 yang terdiri atas 11 Bab dan 34 Pasal, sebagai berikut :
Bab I: Ketentuan umum yang mencakup Pasal 1 sampai Pasal 4, memuat
defenisi istilah (Pasal 1), azas (Pasal 2), tujuan (Pasal 3), dan ruang lingkup
(Pasal 4).
Bab II: Persyaratan karantina yang mencakup Pasal 5 sampai Pasal 8, memuat
ketentuan pemasukan media pembawa ke wilayah RI (Pasal 5), pemindahan
media pembawa antar area karantina (Pasal 6), pengeluaran media pembawa
dari wilayah RI (7), dan kewajiban tambahan (Pasal 8).
Bab III: Tindakan karantina yang mencakup Pasal 9 sampai Pasal 22, memuat
ketentuan mengenai pengenaan tindakan karantina (Pasal 9), jenis tindakan
karantina (Pasal 10), ketentuan mengenai setiap jenis tindakan karantina (Pasal
11-Pasal 19), pelaksanaan tindakan karantina (Pasal 20), tindakan karantina
terhadap oyek di luar media pembawa (Pasal 21), dan pengutan jasa karantina
(Pasal 22).
Bab IV: Kawasan karantina yang mencakup Pasal 23, memuat penetapan k
awasan sebagai suatu kawasan karantina.Bab V: Jenis Hama dan Penyakit,
Organisme Pengganggu, dan Media Pembawa yang mencakup Pasal 24 dan
Pasal 25, memuat penetapan jenis hama dan penyakit serta organisme
pengganggu karantina, dan jenis media pembawa yang dilarang (Pasal 24),
serta ketentuan mengenai media pembawa lain (Pasal 25).
Bab VI: Tempat pemasukan dan pengeluaran yang mencakup Pasal 26 dan
Pasal 27, memuat penetapan tempat-tempat pemasukan dan ketentuan
mengenai alat angkut transit (Pasal 27).
Bab VII: Pembinaan yang mencakup Pasal 28 dan Pasal 29, memuat
pembinaan kesadaran masyarakat (Pasal 28), dan penggalangan peranserta
masyarakat (Pasal 29).
Bab VIII: Penyidikan yang mencakup hanya Pasal 30, memuat ketentuan
mengenai penyidikan oleh petugas karantina.
Bab IX: Ketentuan pidana yang mencakup hanya Pasal 31, memuat ketentuan
mengenai sanksi pidana terhadap pelanggaran ketentuan karantina.
Bab X: Ketentuan peralihan mencakup hanya Pasal 32, memuat ketentuan
mengenai berlakunya peraturan perundang-undangan lain yang tidak
bertentangan.
Bab XI: Ketentuan penutup yang mencakup Pasal 33 dan Pasal 34, memuat
peraturan perundang-undangan yang dinyatakan tidak berlaku lagi (Pasal 33),
dan mulainya berlaku undang-undang ini (Pasal 34).