Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Hidup penuh dengan resiko yang terduga maupun tidak terduga, oleh
karena itulah kita perlu memahami tentang asuransi. Beberapa kejadian alam
yang terjadi pada tahun-tahun belakangan ini dan memakan banyak korban,
baik korban jiwa maupun harta, seperti mengingatkan kita akan perlunya
asuransi. Penggunaan asuransi tentu sudah tidak asing lagi bagi kebanyakan
orang, mengingat jumlah pengguna asuransi semakin hari semakin tinggi di
Indonesia. Tingginya pengguna asuransi ini didominasi oleh berbagi macam
produk asuransi seperti asuransi jiwa, asuransi kesehatan, serta asuransi
perlindungan harta (mobil, rumah, dll). Kesadaran masyarakat akan
pentingnya asuransi telah semakin tinggi. Namun hal tersebut tidak serta merta
membuat semua pengguna asuransi mengerti mengenai apa sebenarnya
manfaat dan keuntungan yang didapatkan dalam asuransi yang digunakan oleh
mereka, hal ini bisa terjadi akibat kurangnya pemahaman mengenai ketentuan
serta kebijakan yang ditetapkan di dalam asuransi itu sendiri.

Dalam beberapa kasus, kita seringkali menemukan nasabah yang


kecewa dan merasa dirugikan akibat penggunaan asuransi yang dirasa tidak
maksimal dan tidak sesuai dengan harapan mereka, di mana pada dasarnya hal
seperti ini bisa saja terjadi akibat kurangnya pemahaman kita pada semua
pasal serta peraturan yang sebenarnya wajib kita pahami sebelum
memutuskan untuk menggunakan asuransi.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian asuransi?
2. Apa dasar-dasar hukum asuransi ?
3. Apa fungsi dari asuransi dan tujuan asuransi ?
4. Bagaimana pengolongan asuransi ?
5. Apa prinsip-prinsip dalam asuransi ?
6. Apa itu polis asuransi ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian asuransi
2. Untuk mengetahui dasar-dasar hukum asuransi
3. Untuk mengetahui apa fungsi dari asuransi
4. Untuk mengetahui bagaimana pengolongan asuransi beserta tujuannya
5. Untuk mengetahui apa prinsip-prinsip dalam asuransi
6. Untuk mengetahui apa itu polis asuransi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ASURANSI
Pada prinsipnya, asuransi kerugian adalah mekanisme proteksi atau
perlindungan dari risiko kerugian keuangan dengan cara mengalihkan resiko
kepada pihak lain. Berikut adalah definisi asuransi .

1. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Pasal 246


Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana
seseorang penanggung, mengikatkan diri kepada seorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya
karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, yang mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak tertentu.

2. Menurut Undang-Undang no.2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian


Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung,
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggungh jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan
atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Usaha asuransi adalah suatu mekanisme yang memberikan


perlindungan pada tertanggung apabila terjadi resiko di masa mendatang.
Apabila resiko tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung akan
mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang diperjanjikan antara penanggung
dan tertanggung. Mekanisme perlindungan ini sangat dibutuhkan dalam dunia
bisnis yng penuh dengan resiko. Secara rasional para pelaku bisnis akan

3
mempertimbangkan usaha untuk mengurangi resiko yang dihadapi. Pada
tingkat kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk
mengurangi permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah satu
anggota keluarga yang menghadapi resiko cacat atau meninggal.

B. DASAR HUKUM ASURANSI


Asuransi mempunyai dasar hokum yang membuat asuransi tersebut
menjadi mempunyai legalitas hukum atau sebagai payung hukumnya dalam
penerapan berjalannya sistem asuransi tersebut, diantaranya :
1. Pasal 246 sampai dengan Pasal 308 KUH Dagang.
2. Pasal 1774 KUH Perdata.
3. Peraturan perundangan-undang di luar KUH Dagang dan KUH Perdata
seperti :
a) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
b) Undang-undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggung
Wajib Kecelakaan Penumpang.
c) Undang-undang Nomor 34 Tahun 1994 tentang Dana Kecelakan Lalu
Lintas Jalan.

C. FUNGSI ASURANSI DAN TUJUAN ASURANSI


Disamping sebagai bentuk pengendalian risiko secara finansial, asuransi
juga memiliki berbagai manfaat yang diklasifikasikan ke dalam beberapa

fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi Utama

a) Pengalihan Resiko

Sebagai sarana pengalihan kemungkinan resiko atau kerugian dari


tertanggung kepada satu atau beberapa penanggung, dengan syarat
pembayaran premi. Dengan proteksi asuransi, ketidak-pastian yang
berupa kemungkinan terjadinya kerugian sebagai akibat suatu

4
peristiwa tidak terduga dapat diatasi dengan kepastian akan ganti rugi
atau santunan klaim.

b) Penghimpun Dana

Dana yang dihimpun dari pemegang polis akan dikelola sedemikian


rupa sehingga berkembang, agar bisa dipergunakan kelak untuk
membayar kerugian yang mungkin diderita salah seorang tertanggung.

c) Premi Seimbang

Untuk memastikan biaya pembayaran premi tertanggung seimbang dan


wajar dibandingkan dengan resiko yang dialihkannya kepada
penanggung. Nilai premi yang harus dibayarkan tertanggung dihitung
berdasarkan suatu tarip premi dikalikan dengan Nilai Pertanggungan.

2. Fungsi Tambahan (Sekunder)

a) Export terselubung atas komoditas tak nyata.

b) Perangsang pertumbuhan usaha dengan mencegah dan mengendalikan


kerugian.

c) Sarana tabungan investasi dana dan invisible earnings.

d) Sarana Pencegah & Pengendalian Kerugian

Tujuan Asuransi

1. Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang

diderita satu pihak.

2. Meningkatkan efisiensi karena tidak perlu secara khusus mengadakan


pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang

memakan banyak tenaga, waktu dan biaya.

5
3. Pemerataan biaya yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang
jumlahnya tertentu dan tidak perlu mengganti atau membayar sendiri

kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti.

4. Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan

jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.

5. Sebagai tabungan karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan
dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk

asuransi jiwa.

6. Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha pada saat ia
tidak dapat berfungsi atau bekerja.

D. PENGGOLONGAN ASURANSI

Dalam Pasal 1774 KUH Perdata, asuransi dapat digolongkan sebagai


bunga selama hidup seseorang atau bunga cagak hidup dan perjudian dalam
perjanjian untung-untungan. Kenapa asuransi bisa dikatakan sebagai
perjanjian untung-untungan ? dikarenakan dalam asuransi mengandung unsur
kemungkinan , di mana kewajiban penganggung untuk menggantikan
kerugian yang diderita oleh tertanggung tersebut digantungkan pada ada atau
tidaknya suatu peristiwa yang tidak tertentu atau tidak pasti .

Berdasarkan atas perjanjian asuransi dapat digolongkan menjadi dua, yakni :

1. Asuransi Kerugian ( Schade Verzekering )


Adalah yang memberikan pergantian kerugian yang mungkin timbul pada
harta kekayaan tertanggung.

2. Asuransi jumlah ( Sommen Verzekering )


Adalah merupakan pembayaran sejumlah uang tertentu, tidak tergantung
kepada persoalan apakah evenement menimbulkan kerugian atau tidak.

Berdasarkan sifat pelaksanaanya asuransi dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:

6
1. Asuransi Sukarela
Adalah merupakan pertanggung yang dilakukan dengan cara sukarela yang
dilakukan atas dasar ketidakpastian atau kemungkinan terjadinya resiko
kerugian-kerugian atas suatu yang dipertanggungkan, misalnya asuransi
kendaraan bermotor, kebakaran, pendidikan, kematian.

2. Asuransi Wajib
Adalah bersifat wajib yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait dimana
pelaksanaannya dilakukan berdasarkan peraturan undang-undang yang
telah ditetapkan, misalnya jaminan sosial tenaga kerja ( Jamsostek ) dan
asuransi kesehatan.

3. Asuransi Kredit

Adalah asuransi yang selalu berkaitaan dengan dunia perbankan


yang menitik beratkan pada pada asuransi jaminan kredit baik berupa
benda bergerak atau benda tak bergerak, yang sewaktu-waktu beresiko
akan tertimpa kerugian bagi pemilik barang atau pemberi kredit khususnya
bank. Adapun fungsinya dari asuransi kredit adalah :

a) lindungi pemberi kredit dari kemungkinan tidak diperolehnya kembali


kredit yang diberikan kepada nasabahnya.
b) Memberi keamanan perkreditan, baik kredit perbankan atau kredit
diluar perbankan.

Dengan adanya asuransi kredit tersebut akan membantu perbankkan untuk


lebih giat dalam membantu nasabahnya dalam menyediakan modal untuk
mengembangkan usahanya.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha


Perasuransian, dapat digolongkan menjadi :

1. Usaha Asuransi

7
Usaha Asuransi terbagi atas :
a) Asuransi Kerugian ( Non Life Insurance )
Merupakan usaha memberikan jasa dalam penanggulangan resiko
kerugian atas, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.

b) Asuransi Jiwa ( Life Insurance )


Merupakan jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam
penggungungan resiko yang berkaitan dengan jiwa atau meninggalnya
seseorang yang dipertanggungkan.

c) Reasuransi ( Reinsurance )
Merupakan sistem penyebaran resiko di mana penanggung
menyebarkan seluruh atau sebagaian resiko pertanggungan yang
ditutupnya kepada penanggung yang lain.

2. Usaha Penunjang
Usaha asuransi ini terbagi atas :
a) Pialang Asuransi
Merupakan usaha jasa yang memberikan perantaraan dalam penutupa
asuransi dan penanganan penyelesaian ganti kerugian yang bertindak
untuk kepentingan tertangung.

b) Pialang Reasuransi
Memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan
penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk
kepentingan perusahaan asuransi tersebut.

c) Penilai Kerugian Asuransi


Memberikan jasa penilaian terhadap kerugian pada objek asuransi
yang dipertanggungkan.

8
d) Konsultan Aktuvaria
Merupakan usaha yang memberikan jasa konsultan aktuvaria.
e) Agen Asuransi
Merupakan pihak yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka
jasa pemasaran asuransi untuk dan atas nama penanggung.

Dari semua pengolongan / jenis Asuransi tersebut diatas mempunyai


sebuah tujuan yaitu untuk menutup semua kerugian yang diderita sebagai
akibat dari suatu peristiwa yang bersangkutan, dan yang belum dapat
ditentukan semua.

E. PRINSIP-PRINSIP DALAM ASURANSI


Adapun prinsip-prisip yang terdapat dalam sistem hukum asuransi, yakni :
1. Kepentingan yang dapat di Asuransikan ( Insurance Interset )
Adalah setiap pihak yang bermaksud mengadakan perjanjian
asuransi harus mempunyai kepentingan yang dapat diasuransikan, artinya
tertanggung harus mempunyai keterlibatan sedemikian rupa dengan akibat
dari suatu peristiwa yang belum pasti terjadi dan yang bersangkutan
menderita kerugian akibat dari peristiwa itu.
Dalam Pasal 250 KUH Dagang menyatakan kepentingan yang
diasuransikan tersebut harus ada pada saat ditutupnya perjanjian asuransi
tersebut. Apabila syarat tersebut tidak dipenuhi maka penanggung akan
bebas dari kewajiban untuk membayar kerugian, sedangkan menurut Pasal
268 KUH Dagang mensyaratkan kepentingan yang dapat diasuransikan
itu harus dapat dinilai dengan sejumlah uang.

2. Indemnitas ( Indemnity )

Adalah berdasarkan perjanjian asuransi penanggung memberikan suatu


proteksi kemungkinan kerugian ekonomi yang diderita tertanggung.
Dalam hal ini prisip Indemnitas berkaitan dengan pengukuran besarnya
nilai kerugian. Dimana Asuransi hanya menempatkan kembali seorang

9
tertanggung yang telah mengalami kerugian sama dengan keadaan
sebelum terjadinya kerugian. Dengan dipergunakan prinsip indeminitas
didalam asuransi didasarkan pada asas hukum perdata, yaitu larangan
memperkaya sendiri selama melawan hukum atau memperkaya diri tanpa
hak .

Prinsip indemintas berkaitan dengan pengukuran besarnya nilai


kerugian, contohnya dalam perjanjian asuransi kebakaran, pengukuran
nilai keugian yang sebenarnya adalah nilai ganti dari property yang rusak (
akibat kebakaran ) yang dikurangi dengan penyusutan.

3. Asas Kejujuran Sempurna / Itikad Baik ( Utmost Good Faith )


Adalah prinsip adanya itikad baik atas dasar kepercayaan antara
pihak penanggung dengan pihak tertanggung dalam perjanjian
asuransi,artinya :
a) Penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas tentang
segala sesuatunya tentang syarat/kondisi dari asuransi yang
bersangkutan dan menyelesaikan tuntutan gati rugi sesuai dengan
syaratdan kondisi pertanggungan.
b) Penanggung harus memberikan keterangangan yang jelas dan benar
atas objek atau kepentingan yang dipertanggungkan; misalnya,
tertanggung tidak boleh menyembunyikan keterangan yang diketahui
dan harus memberikan keterangan yang benar tentang sebab musabab
terjadinya kerugian.
Prinsip ini tercermin dalam Pasal 251 KUH Dagang yang menekakan
kewajiban tertanggung agar memberikan keterangan atau informasi
yang benar kepada pihak tertanggung.

4. Subrogasi bagi Penanggung ( Subrogation )


Dalam Pasal 284 KUH Dagang penanggung telah membayar uang
ganti kerugian yang dijanjikan kepada terjamin, mendapat alih hak-hak
dari terjamin terhadap seorang ketiga, yang ada hubungan dengan kerugian

10
itu. Secara umum Subrogasi berarti penggantian pihak yang berhak, dalam
suatu hubungan hukum perihal hak-haknya terhadap pihak yang berwajib.
Dalam hal ini asuransi si terjamin merupakan pihak berhak dalam suatu
hubungan hukum dengan seorang ketiga, berhubungan dengan kerugian
yang dijamin oleh penanggung. Menurut undang-undang subrogasi dapat
terjadi bila berlaku dua faktor berikut :
a) Apabila tertanggung di samping mempunyai hak terhadap penanggung
juga mempunyai hak terhadap pihak ketiga.
b) Hak-hak itu timbul karena kerugian, misalnya hak subrogasi timbul
degan sendirinya sehingga tidak perlu ditentukan dalam polis, tetapi
kadang-kadang dimuat dalam polis sebagai klausula subrogasi.

5. Proxima Causa
Dalam Pasal 276 KUH Dagang dan Pasal 249 KUH Dagang
menyatakan bahwa jika kerugian yang diderita oleh si tertanggung sendiri
disebabkan karena kebusukan, cacat, sifat atau macam dari baranngnya
sendiri ( Objek Asuransi ) maupun karena kesalahan, kesengajaan,
kelalaian dari diri si tertanggung sendiri makan dalam hal ini penanggung
dapat dibebaskan dari tanggung jawabnya untuk memberi ganti rugi
kepada tertanggung.

6. Kontribusi
Dalam pasal 278 KUH Dagang menyebutkan bilamana pada polis
yang sama oleh berbagai penanggung, meskipun pada hari-hari yang
berlainan dipertanggungkan untuk lebih dari pada harganya maka mereka
bersama-sama menurut keseimbangan jumlah untuk mana mereka
menandatangani hanya memikul harga sesungguhnya yang
dipertanggungkan.Ketentuan yang sama berlaku, bilamana pada hari yang
sama, mengenai benda yang sama diadakan pertanggungan-pertanggungan
yang berlainan. Asas kontribusi ini hanya berlaku dalam hal-hal seperti
berikut :

11
a) Apabila polis-polis diadakan untuk resiko atau bahaya yang sama
menimbulkan kerugian.
b) Polis-polis itu menutup kepentingan yang sama, dari tertanggung yang
sama, dan terhadap benda yang sama pula.
c) Polis-polis itu masih berlaku pada saat terjadinya kerugian.

Apabila dalam polis memuat klasula non contribution maka


pembayaran di bawah polis ini terbatas hanya jumlah kerugian yang
melebihi jumlah yang tertanggung oleh polis-polis yang lainnya sehingga
asa kontibusi tidak berlaku dan polis itu berubah menjadi excess policy.
Dengan demikian, tertanggung pertama-tama menuntut ganti kerugian
kepada penanggung pertama, barulah kalau ada sisanya dia dapat
menuntut ganti kerugian kepada penanggung kedua.

F. POLIS ASURANSI
Polis Asuransi adalah kontrak tertulis antara maskapai asuransi dan pihak
yang dijamin memuat persyaratan dan ketentuan perjanjian. Dengan demikian,
dalam setiap perjanjian perlu dibuat bukti tertulis atau surat perjanjian antara
pihak-pihak yang mengadakan perjanjian sebagai bukti tertulis telah terjadi
perjanjian asuransi. Untuk itu dikeluarkan surat yang disebut dengan polis
sesuai dengan Pasal 255 KUH Dagang.

Adapun fungsi polis secara umum yaitu antara lain :

a) Bukti perjanjian pertanggungan.


b) Bukti jaminan dari penanggung kepada tertanggung untuk menggantikan
kerugian yang mungkin dialami oleh tertanggung akibat peristiwa yang
tidak terduga sebelumnya dengan prinsip, yakni :
c) Untuk mengembalikan tertanggung kepada kedudukkannya semula
sebelum mengalami kerugian.
d) Untuk menghindarkan tertanggung dari kebangkrutan.

12
Isi polis menurut Pasal 256 KUHD surat polis bagi segala jenis asuransi harus
memuat :

1. Hari pembentukan asuransi.


2. Nama pihak yang selaku terjamin menyetujui terbentuknya asuransi, yaitu
atas tertanggungnya sendiri atau atas tertanggung orang lain.
3. Penyebutan yang cukup terang dari hal atau objek yang dijamin.
4. Jumlah uang, untuk mana diadakan jaminan (uang asuransi)
5. Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh si penjamin.
6. Mulai dan akhir tenggang waktu, dalam mana diadakan jaminan oleh si
penjamin.
7. Uang premi yang harus dibayar oleh si terjamin
8. Pada umumnya, hal-hal yang perlu diketahui oleh pihak pejamin, serta hal-
hal janji tertentu yang diadakan antara kedua belah pihak

Berikut contoh beberapa isi polis dalam beberapa asuransi kebakaran, asuransi
pertanian, asuransi laut. Bagi asuransi kebakaran menurut Pasal 287 KUHD
dalam polis harus dimuat pula :

1. Terletaknya barang-barang tak bergerak yang dijamin, serta barang-barang


yang menempel atau berdekatan.
2. Pemakaian barang-barang yang dijamin itu untuk apa.
3. Sifat dan pemakaian bagunan-bangunan yang menempel atau yang
berdekatan, sekedar ada pengaruh pada hal jaminan ini
4. Nilai harga dari barang-barang yang dijamin.
5. Terletaknya bangunan-bangunan dan tempat-tempat dimana barang-
barang bergerak yang dijami berada atau disimpan, serta barang-barang
yang menempel atau berdekatan dengan bangunan-bangunan dan tempat-
tempat itu.

13
Bagi isi polis asuransi pertanian menurut pasal 299 KUHD dalama surat polis
asuransi harus dimuat pula :

1. Terletaknya perkebunan yang hasil pertaniannya dijamin, serta barang-


barang yang berdekatan dengan perkebunan itu.
2. emakaian perkebunan itu untuk apa

Sedangkan contoh isi polis dalam asuransi laut menurut Pasal 592 KUHD
dalam polis harus memuat pula :

1. Nama nahkoda dan nama kapal, dengan disebutkan macam kapal yang
dipakai untuk mengangkut barang-barang yang dijamin. Apabila yang
dijamin adalah kapalnya sendiri, maka harus disebutkan pula apa kapal itu
terbuat dari kayu api, atau keterangan dari pihak terjamin bahwa ia tidak
tahu hal itu.
2. Tempat, dimana barang-barang yang dijamin, telah atau akan dimasukan
dalam kapal.
3. Pelabuhan, dari mana kapalnya harus berangkat.
4. Pelabuhan, di mana kapalnya harus mengeluarkan muatan.
5. Tempat, di mana bahaya bagi barang-barang yang dijamin, mulai
ditanggung oleh pihak penjamin.
6. Nilai harga kapal yang dijamin, ini semua dengan pengecualian yang
dimungkinkan dalam titel 9 dari buku II KUHD.

Dalam polis sendiri terdapat sifat khusus polis, yang dimaksud dengan sifat
polis khusus adalah mengenai hal-hal yang secara mutlak harus dimuat dalam
polis, dalam arti bahwa hal-hal tidak dimuat maka persetujuan asuransinya
batal.

Mengenai sifat khusus dari polis tersebut diatas telah diatur di beberapa pasal
KUHD dianataranya :

14
1. Pasal 271 KUHD pihak penjamin dapat menyuruh barang-barang yang
dijamin supaya dijamin lagi oleh penjamin lain ( Re asuransi ), sedangkan
menurut pasal 272 ayat (1) apabila seorang terjamin sebagai akibat dari
pemberhentian asuransi dengan perentara hakim, membebaskan pihak
terjamin dari kewajiban-kewajibannya untuk waktu yang akan datang,
maka si terjamin leluasa menyuruh menjamin kepentingannya untuk waktu
yag sama dan terhadap bahaya-bahaya yang sama.
Kalau ini terjadi, maka dalam polis baru harus disebutkan adanya asuransi
yang lama, dan pemberhentian asuransi melalui perantara hakim. Kalau
penyebutan ini dilalaikan, maka menurut pasal 272 ayat(2) asuransi yang
baru adalah batal.

2. Pasal 280 ayat (1) KUHD membuka kemungkinan dalam hal suatu barang
sudah di jamin untuk nilai harga penuh, si terjamin leluasa menyuruh
menjamin lagi barang-barang itu, dengan pengertian bahwa ia dalam
asuransi yang baru hanya dapat meminta kerugian, apabila kerugiannya
tidak diganti sepenuhnya dalam asuransi yang lama. Kalau ini terjadi,
maka menurut pasal 280 ayat (2) dalam polis asuransi yang baru hasrus
dimuat janji-janji yang termuat dalam polis asuransi yang lama. Kalau ini
dilalaikan, maka asuransi yang baru batal. Dengan asuransi yang baru ini,
sebetulnya yang dijamin ialah kemampuan pihak penjamin yang lama
untuk mengganti kerugian yang diderita oelh si terjamin.

3. Pasal 603 ayat(1) KUHD membuka kemungkinan orang menjamin


keselamatan barang-barang yang diangkut oelh kapal yang sudah
berangkat belayar. Dalam hal ini, menurut pasal 603 ayat 2 dalam polis
harus dimuat kabar terakhir yang diterima oleh si terjamin dari kapal itu.
Penyebutan kabar terakhir tidak ada, maka persetujuan asuransi adalah
batal.

4. Pasal 606 ayat (1) KUHD menyatakan bahwa suatu asuransi adalah batal,
apabila diadakan terhadap kapal yang belum sampai pada tempat, dari
mana mulai diadakan jaminan kecuali jika hal itu disebutkan dalam polis.

15
5. Pasal 615 ayat (1) KUHD memungkinkan asuransi terhadap suatu
keuntungan yang diharapkan. Hal ini harus di jelaskan dalam polis dengan
disebutkan secara khusus barang-barang yang bersangkutan. Kalau
penyebutan ini diabaikan, maka asuransi batal.

Dari hal-hal yang tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa adakalanya sah
atau tidaknya suatu asuransi digantungkan pada ya atau tidak disebutkannya
hal-hal tertentu dalam suatu polis. Sifat khusus dari polis ini adalah sifat
istimewa yang tidak terdapat pada suatu tulisan biasa selaku alat bukti.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah hukum asuransi dapat ditarik kesimpulan :

1. Asuransi adalah suatu mekanisme yang memberikan perlindungan pada


tertanggung apabila terjadi resiko di masa mendatang. Apabila resiko
tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung akan mendapatkan ganti
rugi sebesar nilai yang diperjanjikan antara penanggung dan tertanggung.
2. Dasar hukum asuransi
1. Pasal 246 sampai dengan Pasal 308 KUH Dagang.
2. Pasal 1774 KUH Perdata.
3. Peraturan perundangan-undang di luar KUH Dagang dan KUH Perdata
seperti :
a) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian.
b) Undang-undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggung
Wajib Kecelakaan Penumpang.
c) Undang-undang Nomor 34 Tahun 1994 tentang Dana Kecelakan
Lalu Lintas Jalan.
3. Polis Asuransi adalah kontrak tertulis antara maskapai asuransi dan pihak
yang dijamin memuat persyaratan dan ketentuan perjanjian. Dengan
demikian, dalam setiap perjanjian perlu dibuat bukti tertulis atau surat
perjanjian antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian sebagai bukti
tertulis telah terjadi perjanjian asuransi. Untuk itu dikeluarkan surat yang
disebut dengan polis sesuai dengan Pasal 255 KUH Dagang.

17
B. SARAN
Sebagai manusia atau warga masyarakat yang akan mengalami hal yang
terduga maupun tidak terduga yang akan mengakibatkan resiko atau kerugian
sebaiknya kita perlu merencanakan kehidupan ini dengan semaksimal
mungkinn dengan mengantispasinya pada sebuah asuransi sesuai dengan
kebutuhan kita kedepannya.
Sebainklnya kita lebih menyadari betapa petingnya arti sebuah Asuransi
dalam kehidupan saat ini dan belajarlah mendalami apa itu asuransi beserta
dasar-dasar hukumnya karena seiring perkembangan zaman hal itu merupakan
sebuah kebutuhan dalam hal keamanan dari segi keuangan serta usaha-usahan
atau bahkan dunia kesehatan, pendidikan, yang dari semuanya itu kita tak
ingin mengalami sebuah kerugian atau kebangkrutan dalam persaingan zaman
ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sari Kartika Elsi,SH.MM, Simangungsong,SH.MM,2008,Hukum Dalam


Ekonomi(Bab 6 hal: 102-111),Jakarta,PT Grasindo

Prakoso Wahyu,SH,1987,Asuransi Indonesia,Semarang,Dahara Prize

19

Anda mungkin juga menyukai