Anda di halaman 1dari 6

BAB II

I. Definisi Transfer Teknologi


Teknologi merupakan suatu pemikiran intelektual manusia yang lahir dari suatu kegiatan
penelitian dan pengembangan yang tentu saja membutuhkan waktu, tenaga dan biaya.
Karena itulah teknologi mempunyai manfaat dan nilai ekonomis, sehingga merupakan suatu
hal yang wajar apabila terhadap hak atas penemuan tersebut, penemu diberi perlindungan
hukum sehingga akan dapat memacu semangat mereka untuk terus melakukan penelitian
dan pengembangan teknologi.

Transfer teknologi, disebut juga dengan komersialisasi teknologi, adalah proses


memindahkan kemampuan, pengetahuan, teknologi, metode manufaktur, sampel hasil
manufaktur, dan fasilitas, antara pemerintah, universitas, dan institusi lainnya yang menjamin
bahwa perkembangan ilmu dan teknologi dapat diakses oleh banyak pengguna. Hal ini
penting demi pengembangan lebih lanjut dan penggunaannya menjadi produk, proses,
aplikasi, material dan produk jasa baru. Transfer teknologi sangat erat kaitannya dengan
transfer pengetahuan.

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2005 definisi alih teknologi dikemukakan
sebagai pengalihan kemampuan memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi antar lembaga, badan atau orang, baik yang berada dalam lingkungan dalam negeri
maupun yang berasal dari luar negeri ke dalam negeri atau sebaliknya.

Dapat disimpulkan bahwa Transfer Teknologi adalah pengalihan kemampuan memanfaatkan


dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga, badan atau orang,
universitas, institusi bahkan negara, baik lingkungan dalam negeri maupun luar negeri baik
dengan tujuan komersil maupun non komersil.

Transfer teknologi dibagi menjadi dua, yaitu transfer secara horisontal dan transfer secara
vertikal. Secara horisontal adalah perpindahan teknologi dari satu bidang ke bidang lainnya.
Sedangkan transfer secara vertikal adalah perpindahan teknologi dari riset ke penerapan.

Secara umum, ada 4 hal yang harus ditransfer atau dialihkan apabila berbicara
tentang transfer teknologi. Atau, dapat juga disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
teknologi terdiri atas 4 hal, yaitu:

1. Technoware (Perangkat Alat atau Mesin)


Bagian inilah yang paling sering disalah artikan sebagai satu-satunya yang
disebut dengan Teknologi. Technoware adalah perangkat alat atau mesin yang
berbentuk fisik, baik berupa keseluruhan perangkat maupun bagian dari sebuah
perangkat utama, selain itu technoware juga dapat diartikan sebagai sistem utama
yang menjadi pokok dalam sebuah kegiatan.
Pada istilah Transfer Teknologi, tentu saja komponen ini yang paling terbuka
dan transparan. Bahkan, pada nota kesepahaman atau MoU yang ditandatangani oleh
para pihak, biasanya menyebutkan komponen ini secara jelas dan tegas, lengkap
dengan satuan dan jumlah totalnya.
2. Humanware (Perangkat Manusia)
Komponan humanware adalah salah satu komponen dari teknologi yang
terpenting. Technoware tidak akan dapat berfungsi tanpa komponen ini. Humanware
merupakan kemampuan manusia dalam mengoperasikan, merawat, memperbaiki
bahkan melakukan inovasi terhadap sebuah teknologi. Brainware merupakan bagian
dari humanware, karena manusia tanpa memiliki kemampuan otak yang cukup tidak
akan mampu melaksanakan sebuah pekerjaan secara baik dan benar.
Dalam proses transfer teknologi, komponen ini merupakan komponen krusial
yang paling sering diabaikan oleh pemberi transfer atau hanya sedikit sekali
dilaksanakan serta tetap menciptakan ketergantungan kepada mereka. Masih teringat
beberapa tahun yang lalu, sebuah proyek mobil nasional dimulai di Indonesia dengan
menggandeng Korea Selatan. Salah satu jargon yang digembar-gemborkan adalah
melakukan transfer teknologi dalam hal pembuatan mobil. Namun, yang terjadi
hanyalan kemampuan merakit dari komponen-komponen mobil yang tetap diimpor
dari Korea Selatan. Proses pembuatan secara detail tidak pernah diberikan dan
dijelaskan kepada Indonesia.
Seharusnya, yang dimaksud dengan transfer teknologi secara lengkap adalah
dengan memberikan pengetahuan seluas-luasnya terhadap produk yang ditransfer,
baik berupa pelatihan, magang, bimbingan kerja, hingga bergabung dalam tim
pengembang dari sebuah teknologi. Dengan ini, tidak ada ketergantungan dari pihak
penerima bantuan kepada pihak pemberi.
3. Inforware (Perangkat Informasi, Metode, Cetak biru, Prosedur, dan Analisis)
Komponen ini adalah komponen yang berupa segala jenis informasi terhadap
sebuah teknologi, termasuk cetak biru, rancang bangun, prosedur, analisis, dan
segala informasi lainnya sehingga pihak penerima mampu untuk melakukan
pengembangan terhadap disain yang ada serta mampu untuk membuat produk yang
sama dengan mengandalkan kepada informasi yang ada.
Ini dapat diibaratkan dengan membeli sebuah pesawat televisi yang dilengkapi
dengan diagram blok, buku manual perakitan, daftar komponen, SOP mulai pembelian
bahan hingga pengepakan, serta dokumen pendukung perakitan lainnya.
Coba kita lihat pesawat televisi kita saat ini. Sebagian besar hanya berisi
petunjuk penggunaan serta troubleshooting sederhana yang ujung-ujungnya berisi
kalimat silakan menghubungi service centre terdekat
Tapi kasus televisi ini tidak dapat disalahkan, karena kita memang membeli
barang alias technoware, tidak melakukan transfer teknologi.
Dari paparan di atas, apabila perusahaan kita atau kita sendiri hendak
melakukan perjanjian yang berisi kalimat transfer teknologi maka yakinkan Inforware
lengkap di dalamnya agar transfer teknologi tersebut menjadi lebih lengkap dan
bermakna.
4. Organoware (Perangkat Organisasi)
Komponen ini adalah kemampuan terakhir dari komponen Teknologi yang
merupakan kemampuan untuk mengorganisasikan 3 komponen sebelumnya, yaitu
Technoware, Humanware, dan Inforware.
Dalam proses transfer teknologi, pihak pemberi seharusnya juga memberikan
pelatihan tentang bagaimana proses organisasi terhadap teknologi yang akan
diberikannya, sehingga pengelolaan dan pemanfaatan teknologi tersebut menjadi
lebih efektif dan efisien yang bermuara kepada peningkatan produktifitas.
II. Macam Transfer teknologi
1. Grand
2. Lisensi
3. Trunkey
4. Purchasing
5. Aset Teknis
6. Asist Informasi
7. Investment
III. Pembahasan Turnkey
Istilah turnkey atau turnkey project adalah pelaksanaan sebuah proyek dengan
pembagian entitas tanggung jawab untuk membangun sebuah proyek dan
menjadikannya sebuah operasi bersama (sumber: www.wikipedia.com). Turnkey
project
merupakan pelaksanaan kontrak yang setidaknya melewati sebuah sistem, subsistem
atau fase pembuatan proyek yang sudah tertera didalam sebuah kontrak kerja.
Menurut IEC (International Engineeing Consortium) deregulasi dalam industri
telekomunikasi telah terbuka bagi jalur bisnis baru dalam hal instalasi dan konstruksi
jaringan telekomunikasi. Sebagian besar dari bisnis yang dijalankan terbentuk dari
beberapa perusahaan kecil yang mampu menawarkan solusi secara terpisah pada
proyek
yang besar, dengan hanya beberapa yang mampu menawarkan solusi turnkey secara
keseluruhan.
Pemain besar seperti regional Bell operating companies (RBOCs), mulai
memperkenalkan banyaknya kekurangan dari kualitas kontrol dari beberapa penyedia
barang dan layanan yang kecil. Saat ini dunia mengalami kekurangan sumber daya
ahli
dan membengkaknya biaya, belum lagi penolakan terhadap mengambil tenaga kerja
baru dan memberikan pelatihan. Hasilnya, terjadi pergeseran dari beberapa pemain
besar penyedia layanan dan jasa. Konsekuensinya terbentuk tren baru dalam industri
telekomunikasi secara keseluruhan dari menggunakan banyak kontraktor kecil dengan
pekerjaan proyek yang terpisah dan banyak menjadi menggunakan outsourcing untuk
pembangunan keseluruhan jaringan kepada penyedia jasa dan barang tunggal yang
mampu.
One-stop shopping may not always get you the latest technology,but having a single
source for service and repair means the end-user doesn't have to call several people to
get one thing doneif you're going to take this kind of approach, you need to know
your purpose. You need to have a design and a plan. Who is going to use the system?
What will the operators be required to do? In what kind of environment will the system
operate? What kind of display is needed? And these are only some of the questions that
need to be answered before you start (sumber: Katzel J., 2005, 3).
Ditinjau dari difinisinya, Turnkey Project adalah suatu proyek dimana pelaksanaan
pekerjaan dimulai dari pra desain sampai dengan selesai bangunan fisik beserta
seluruh kelengkapannya (design & build), dan diserahkan kepada pengguna jasa
atau penyedia jasa sedangkan pembayaran seluruh biaya baik pra desain hingga
konstruksi fisik dilakukan setelah proyek selesai dikerjakan dan dapat diterima oleh
pengguna jasa. Selanjutnya, proyek putar kunci (turnkey project) dirumuskan dalam
dua kontrak yang berbeda, yakni : Pertama, kontrak Turnkey Project yang
disepakati oleh kedua belah pihak baik pengguna jasa maupun penyedia jasa
berikut syarat-syarat yang disepakati bersama baik mengenai sistem
pembayarannya ataupun pekerjaan yang sesuai dengan sistem Turnkey Project,
Kedua, kontrak kerja konstruksi yang memuat keseluruhan dokumen dan mengatur
hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
Definisi lain, turnkey project adalah Proyek yang dilakukan dengan pola
pekerjaan dimana masing-masing pihak yang terlibat mengikatkan diri dengan
kontrak kerja, tetapi Pihak Pemberi Tugas akan melakukan pembayaran pekerjaan
setelah prestasi pekerjaan selesai 100% dan telah disetujui oleh Pemberi Tugas.
Dengan katalain, Pelaksana Pekerjaan (Konsultan Perencana, Konsultan
Pengawas/Manajemen Konstruksidan Kontraktor, baik sendiri-sendiri, sekaligus
maupun kombinasi dari pihak-pihak tersebut) membiayai dirinya sendiri sampai
pekerjaannya selesai 100% dan disetujui oleh Pemberi Tugas. Pada cara ini sangat
penting pada saat awal untuk menyepakati hal-hal mengenai kualitas bangunan,
perkiraan nilai pekerjaan, tatacara pembiayaan dan pembayaran total pada akhir
pekerjaan.

IV. Model manajemen proyek turnkey terbagi atas dua jenis, yaitu:
1. Turnkey L/S (Lump-sum)
Turnkey jenis ini merupakan model manajemen proyek yang mengikat vendor secara
totalitas harga yang sudah ditetapkan sebelumnya, didalam sebuah kontrak proyek.
Pembayaran jenis lump sum mencakup keseluruhan biaya termasuk didalamnya seluruh
biaya pekerja, bahan baku, peralatan, overhead, keuntungan dan biaya tak terduga
lainnya yang termasuk dalam bagian pekerjaan.
2. Turnkey RQ (Re-measured Quantity)
Untuk jenis manajemen proyek ini pembayaran yang dilakukan akan bergantung dari
jumlah nilai atau kuantitas hasil proyek yang sudah dikerjakan oleh pihak vendor.
Apabila pembayaran untuk sebuah bagian pekerjaan dispesifikkan menjadi perencanaan
kuantitas/ Plan Quantity, maka pembayaran akan diukur berdasarkan kuantitas yang
tertera pada penjadwalan perintah kerja/ bid schedule. Tidak akan ada pengukuran
terkecuali untuk perubahan kuantitas yang telah diotorisasikan sesuai pada kontrak kerja
yang telah dibuat. Apabila perencanaan kuantitas tidak disetujui, maka pemerintah
setempat yang akan melakukan pengukuran ulang (pada negara yang sudah memiliki
aturan mengenai model ini, contoh Amerika Serikat). Permintaan perubahan kuantitas
harus dibuat secara tertulis baik dari vendor ataupun dari pemilik proyek. Apabila re-
measured quantity tidak melebihi nilai dari perencanaan kuantitas (sebagai contoh,
menggunakan batas $500.00), maka vendor atau kontraktor hanya dapat meminta
reimburement/ penggantian biaya pengeluaran pada pihak pemilik proyek terkait. Semua
biaya yang timbul pada pengerjaan proyek dari permintaan pengukuran harus selalu
didokumentasikan dan di bukukan. (sumber: Idaho Transportation Departement, 2004,
2-5).

V. Keuntungan dan kerugian Transfer Teknologi Trunkey


Kontrak menggunakan skema turn-key secara ekonomi akan sangat
meringankan pemilik, karena tidak perlu disediakan dana selama proses perecanaan
dan pelaksanaan proyek. Dana disediakan tunai saat pekerjaan sudah benar benar
selesai dan siap untuk dioperasikan, selama preoses ini seluruh dana berasal dari pihak
penyedia jasa. Pemilik proyek dalam hal ini bukan tanpa resiko, mutu pekerjaan yang
rendah akan menjadikan umur pakai bangunan pendek hingga mungkin BEP tidak
tercapai. Modal yang demikian besar tertanam beresiko untuk tidak bisa kembali atau
merugi atau paling tidak selama operasional biaya perbaikan dan pemeliharaan menjadi
sangat tinggi akibat mutu yang rendah. Adapun keuntungan dan kerugian transfer
teknologi Turn-key.

a. Keuntungan Turnkey project :


1) Peningkatan kerjasama dalam transfer teknologi,keseimbangan perdagangan
dan pembukaan lapangan kerja baru
2) Menghemat devisa negara
3) Membuka kesempatan kerja yang lebih luas
4) Upaya membuka pasar baru sekaligus mengembangkan hubungan kerja
sama dalam memproduksi produk-produk perusahaan
b. Kekurangan Turnkey project :
1) Penyelesaian kontrak dan perjanjian memakan waktu dan biaya besar
2) Banyaknya paperwork dan melibatkan bernagai pihak terutama dalam skema
government to government
3) Sulit menilai harga komiditi yang ditawarkan
4) Memanfaatkan kondisi suatu negara yang terancam krisis
VI. Contoh Transfer Teknologi Turnkey

Contoh Turnkey Project, PT. Farmel Cahaya

PT. Farmel Cahaya mandiri menangani proyek turnkey secara menyeluruh mulai dari
sumber air (Intake) hingga kepada pendistribusian (distribution), Pengolahan air
umpan atau desalinasi air laut untuk sektor industri maupun sektor perkotaan.

Berdasarkan spesifikasi kebutuhan yang anda berikan kepada kami, maka kami akan
memberikan jawaban kepada anda seluruh hal tentang proyek tersebut termasuk :
1. Diagram Flow
2. Estimasi Anggaran biaya
3. Gambaran umum tentang proyek, Data Teknis dan lain sebagainya.
(Sumber: http://noviatiindriani25.blogspot.co.id/2015/10/alih-teknologi.html)

Anda mungkin juga menyukai