Donat digoreng dengan minyak yang cukup panas yaitu sekitar 350-360oF.
Dalam sebuah penggorengan, banyaknya donat yang digoreng harus disesuaikan
karena apabila terlalu banyak donat dalam satu wadah maka akan menurunkan
suhu minyak yang dapat menyebabkan proses penggorengan menjadi lebih lama
dan donat menyerap banyak minyak. Hasilnya donat akan berkualitas tidak baik,
yaitu memiliki tekstur bahkan kenampakan berminyak. (Mudjajanto, 2004).
Telur 50 g dan
gula 50 g
Pengocokan sampai
berbusa
Fermentasi adonan
selama 30 menit
Rounding dan
penimbangan adonan
Pembentukan adonan
Donat
Nama Tekstur
164 135 275
Kinanti Cahyaningati 4 2 3
Nama Tekstur
164 135 275
Kristina Lois 4 4 3
Yashinta Puspita 3 2 3
Balkish Indri 2 1 3
Baity Nur Jannah 5 4 5
Tegar Bagus 4 4 5
Faridatul Meikhusna 2 3 4
Neza Anis Pradilla 4 2 3
Nur Intan Aulia 3 3 4
Sumini Ayu 5 2 3
Intan Septy 4 4 3
Muhammad Faqih 4 4 3
Bella Nur Fitrie 4 2 3
Falahyanti 4 3 4
Diamanda Almira 3 3 2
Rizqiadevi 2 2 3
Diah Nurmala 4 3 5
Andrio Ongki 3 2 4
Siti Romlah 3 2 5
Nany Masrurotin 3 4 3
Adinda Tiara 3 3 2
Titin Nur Fitria 3 4 5
Total 76 63 78
Nama Aroma
164 135 275
Kinanti Cahyaningati 4 2 3
Kristina Lois 4 5 4
Yashinta Puspita 3 2 3
Balkish Indri 3 4 4
Baity Nur Jannah 4 3 3
Tegar Bagus 4 4 5
Faridatul Meikhusna 3 2 5
Neza Anis Pradilla 3 2 4
Nur Intan Aulia 2 2 3
Sumini Ayu 3 2 2
Intan Septy 2 3 2
Muhammad Faqih 4 4 4
Bella Nur Fitrie 3 2 4
Nama Aroma
164 135 275
Falahyanti 4 2 4
Diamanda Almira 1 4 4
Rizqiadevi 3 4 2
Diah Nurmala 3 3 5
Andrio Ongki 1 3 4
Siti Romlah 3 2 4
Nany Masrurotin 3 4 4
Adinda Tiara 2 3 4
Titin Nur Fitria 2 2 3
Total 64 64 80
Nama Rasa
164 135 275
Kinanti Cahyaningati 3 3 4
Kristina Lois 5 4 4
Yashinta Puspita 4 3 4
Balkish Indri 3 2 4
Baity Nur Jannah 5 5 5
Tegar Bagus 4 5 4
Faridatul Meikhusna 4 3 4
Neza Anis Pradilla 3 2 4
Nur Intan Aulia 2 3 4
Sumini Ayu 4 2 3
Intan Septy 3 4 4
Muhammad Faqih 3 2 3
Bella Nur Fitrie 3 2 4
Falahyanti 4 3 3
Diamanda Almira 3 4 4
Rizqiadevi 3 2 3
Diah Nurmala 4 3 5
Andrio Ongki 3 2 4
Siti Romlah 4 2 3
Nany Masrurotin 4 4 3
Adinda Tiara 3 2 3
Titin Nur Fitria 2 3 4
Total 76 65 83
Nama Keseluruhan
164 135 275
Kinanti Cahyaningati 4 3 4
Kristina Lois 4 4 4
Yashinta Puspita 3 3 4
Balkish Indri 2 1 3
Baity Nur Jannah 4 4 4
Tegar Bagus 4 4 5
Faridatul Meikhusna 4 3 5
Neza Anis Pradilla 3 2 4
Nur Intan Aulia 3 3 3
Sumini Ayu 4 2 3
Intan Septy 3 4 4
Muhammad Faqih 4 4 4
Bella Nur Fitrie 3 2 4
Falahyanti 4 4 3
Diamanda Almira 3 4 4
Rizqiadevi 3 2 4
Diah Nurmala 4 3 5
Andrio Ongki 3 2 4
Siti Romlah 3 2 4
Nany Masrurotin 4 3 3
Adinda Tiara 3 3 3
Titin Nur Fitria 3 4 5
Total 75 66 86
BAB 5 PEMBAHASAN
Nilai L
150
111.38 114.3
100
50.1
50
0
135 165 275
Keterangan : Sampel 135 (terigu 300 g); sampel 165 (terigu 250 g; kentang
50 g); sampel 275 (terigu 275 g; kentang 25 g)
Warna donat paling cerah yaitu dengan penambahan kentang 25 gram
dengan nilai 114, kentang 50 gram dengan nilai 111,38 dan terakhir terigu saja
dengan nilai 50,1. Selilih hasil pengukuran kecerahan warna antara penggunaan
terigu dan kentang cukup jauh. Komposisi bahan baku yang tetap akan
menghasilkan produk dengan warna yang bagus.
Warna donat terbentuk ketika proses penggorengan. Reaksi Maillard
merupakan hasil rekasi karbohidrat khususnya gula pereduksi akan bereaksi
dengan gugus amina primer dari protein (terutama grup epsilon-amino lisin dan
grup alfa-asam amino N-terminal) yang pada akhirnya akan membentuk polimer
pigmen yang bersifat tidak larut, berwarna coklat dan dikenal dengan nama
pigmen melanoidin. Reaksi Maillard mempengaruhi banyak kerusakan dalam
bahan pangan yang dikeringkan. Beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya
reaksi Maillard antara lain jenis gula dan amina dalam bahan pangan, suhu, pH,
dan aw (Widowati, 2010). Reaksi karamelisasi dapat terjadi pada suhu lebih dari
170oC pada jenis gula sukrosa. Namun pada praktikum ini penggunaan sukrosa
sama sehingga tidak mempengaruhi hasil warna donat.
Faktor utama yang mempengaruhi warna donat yaitu kandungan
karbohidrat. Terigu memiliki karbohidrat sebanyak 77,3 g/100 g bahan sedangkan
kentang memiliki karbohidrat sebanyak 19 g/ 100 g bahan. Komponen
karbohidrat sederhana yaitu glukosa baik dalam bentuk monosakarida maupun
disakrida yang nantinya dapat diuraikan menjadi glukosa. Jenis gula pada bahan
mempengaruh laju reaksi millard. Glukosa, lebih mudah mengalami reaksi
maillard dan semakin lama dipanaskan semakin pekat warna coklatnya. sukrosa,
untuk jenis gula ini tidak terjadi perubahan warna.
Selain itu protein juga berpengaruh terhadap laju reaksi millard. Tepung
terigu memiliki kadar protein 8-12% (Astawan, 2004). Semakin rendah protein
yang terkandung akan cepat merubah warna menjadi coklat ketika pengeringan
atau pemanasan sehingga semakin banyak penambahan tepung terigu produk yang
dihasilkan semakin gelap. Oleh karena itu donat yang mengandung terigu lebih
gelap dibandingkan dengan donat yang penambahan kentang. Semakin banyak
kentang warna donat semakin cerah, namun jika komposisinya tidak sesuai maka
penambahan kentang juga akan menyebabkan penurunan kecerahan warna donat.
Nilai a Nilai b
20 300 254.8
15.54
15 6
200
10 7.9 8.8
100 54.1
5 27.86
0 0
275 164 135 135 164 275
Keterangan : Sampel 135 (terigu 300 g); sampel 165 (terigu 250 g; kentang 50 g); sampel
275 (terigu 275 g; kentang 25 g)
Hasil pengukuran warna juga didapatkan nilai a dan b. Nilai a menunjukkan
warna kemarahan dan b wana kuning. Dapat diketahui bahwa nilai a donat dengan
menggunakan terigu saja memiliki warna yang lebih merah yaitu dengan nilai
15,54 dibandingkan dengan donat kentang. Sedangkan nilai b donat dengan
menggunakan kentang memiliki warna yang lebih kuning, maka semakin banyak
kentang yang ditambahkan warnanya akan semakin kuning. Sampel 275 (terigu
275 g dan kentang 25 g) menunjukkan nilai yang jauh berbeda yaitu 254,86.
Dimungkinkan terjadi penyimpangan karena data yang dihasilkan terlalu jauh.
Faktor lain yang mempengaruhi warna bagian dalam donat yaitu pignen kentang.
Kentang yang ditambahkan berwarna kuning sehingga warna donat juga lebih
kuning seiring penambahan kentang. Warna donat terigu bagian dalam lebih putih
karena pigmen warna terigu yang berwarna putih.
5.1.2 Uji Fisik Warna dengan Rheotex
Berdasarka data praktikum tekstur diperoleh data yang menunjukkan
perbedaan tekstur pada masing-masing perlakukan. Berikut merupakan gambar
tekstur donat.
Nilai Tekstur
50
40
30
20
10
0
135 275 164
Keterangan : Sampel 135 (terigu 300 g); sampel 165 (terigu 250 g; kentang 50 g); sampel
275 (terigu 275 g; kentang 25 g)
Berdasarkan hasil praktikum nilai tekstur donat berturut-turut dari yang
lunak yaitu perlakuan tiga (terigu 250 g; kentang 50 g), perlakukan dua (terigu
275 g; kentang 25g) dan perlakuan tiga (terigu 300 g). donat dengan penambahan
kentang 50 g memiliki tekstur yang paling lunak namun kurang elastic
dibandingkan dengan donat yang menggunakan terigu 300 g. Hal tersebut
dipengaruhi oleh komponen kimia penyusun dari pangan yang digunakan.
Meskipun bahan utama terigu yang digunakan merupakan sumber karbohidrat
namun komposisinya berbeda-beda. Hasil praktikum telah sesuai dengan literature
yang akan dijelaskan dibawah ini.
Faktor utama yang mempengaruhi tekstur donat yaitu kandungan
karbohidrat. Terigu memiliki karbohidrat sebanyak 77,3 g/100 g bahan sedangkan
kentang memiliki karbohidrat sebanyak 19 g/ 100 g bahan. Penyusun karbohidrat
diantaranya yaitu pati yang mengandung amilosa dan amilopektin Berikut ini
merupakan data amilosa pada beberapa jenis umbi-ubian maupun serealia
Sumber Amilosa Jumlah
Tapioka 17 %
Kentang 21 %
Beras 28,60 %
Oat 29 %
Gandum 28%
Mizena 28,70%
Tabel 1. Kandungan amilosa (Eliasson 1996).
Kadar amilosa sangat berpengaruh terhadap tekstur donat. Amilosa
merupakan bagian dari rantai lurus yang dapat memutar dan membentuk daerah
sulur ganda. Pada permukaan luar amilosa yang bersulur tunggal terdapat
hidrogen yang berikatan dengan atom O-2 dan O-6. Rantai lurus amilosa yang
membentuk sulur ganda kristal tersebut tahan terhadap amilase. Ikatan hydrogen
inter- dan intra-sulur mengakibatkan terbentuknya struktur hidrofobik dengan
kelarutan yang rendah. Sulur tunggal amilosa mirip dengan siklo-dekstrin yang
bersifat hidrofobik pada permukaan dalamnya (Chaplin 2002). Tingginya amilosa
pada substitusi donat akan menghasilkan tekstur yang tinggi atau keras karena
dilihat dari bentuk rantai amilosa yang lurus atau terbuka maka amilosa memiliki
luas permukaan yang lebih besar sehingga memungkinkan untuk lebih banyak
menyerap atau mengikat air (Harijono dkk., 2000).
Sumber lain menyebutkan bawah kandungan Tepung terigu memiliki kadar
amilosa 25%, kadar amilopektin 75% sedangkan kentang memiliki kadar amilosa
21% dan amilopektin 79%. Amilopektin terdiri dari rantai utama amilosa dengan
rantai cabang D-glukopiranosa yang terikat dengan ikatan -1,6-glikosidik.
Amilopektin merupakan molekul yang lebih besar dari amilosa dan memiliki
banyak cabang. Amilopektin berperan terhadap kekentalan larutan pada keadaan
panas (Cahyadi, 2006). Donat pada saat pemanasan mengakibatkan amilopektin
akan mengembang yang menyebabkan lapisan molekul pati lebih tipis sehingga
rongga udara disekitarnya semakin besar dan strukturnya makin renggang,
akibatnya bangunan amilopektin kurang kompak dan mudah dipatahkan (Harijono
dkk., 2000).
Komponen lain yang mempengaruhi tekstur donat yatu kandungan protein
terigu. Widyaningsih dan Murtini (2006) menyatakan bahwa tepung terigu yang
digunakan sebaiknya yang mengandung glutein 812%. Gluten hanya ada pada
terigu dan mengasilkan tekstur elastic pada poduk olahan. Glutein inilah yang
dapat membuat roti mengembang selama proses pembuatan. Jaringan sel-sel ini
juga cukup kuat untuk menahan gas yang dibuat oleh ragi sehingga adonan tidak
mengempis kembali (Sufi, 1999). Oleh karena itu semakin banyak jumlah kentang
yang ditambahkan maka tekstur donat menjadi tidak elastik karena berkurangnya
gluten didalam adonan. Namun terjadi peningkatan amilopektin dan penurunan
amilosa sehingga semakin banyak kentang yang ditambahkan maka donat yang
dihasilkan lebih lunak.
5.1.3 Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan uji kesukaan dan
kemudian hasil pengamatan dilakukan penghitungan jumlah total untuk kemudian
dapat dibandingkan antara ketiga sampel yang digunakan. Berikut ini merupakan
data uji organoleptik donat.
100
90
80
70
60
50 135
40
30 164
20
10 275
0
Keterangan : Sampel 135 (terigu 300 g); sampel 165 (terigu 250 g; kentang 50 g); sampel
275 (terigu 275 g; kentang 25 g)
Hasil pengamatann warna donat yang paling disukai yaitu sampel 164
(terigu 250 g; kentang 25 g) dengan nilai 81 menghasilkan warna yang menurut
panelis bagus. Hal tersebut berkorelasi dengan uji fisik menggunakan color reader
yang juga dihasilkan warna paling cerah dan kekuningan pada penambahan
kentang 25 g. Panelis juga meilai warna dengan penambahan kentang 50 g sama
dengan penambahan kentang 25 g denga nilai 81 karena secara kasat mata donat
kentang dengan dua perlakuan yang berbeda memiliki warna yang sama, terakhir
penggunaan terigu 300 g dengan nilai 66. Penggunaan terigu 300 g menghasilkan
warna yang lebih coklat sehingga kurang menarik. Penentuan mutu pangan pada
umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor diantaranya cita rasa, warna,
tekstur dan nilai gizinya. Selain faktor yang menentukan mutu, warna juga dapat
digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan (Winarno, 2004)
Hasil pengamatan tekstur donat yang paling disukai yaitu sampel 274
(terigu 250 g; kentang 50 g) dengan nilai 78 menghasilkan tekstur yang menurut
panelis lembut. Selanjutnya yaitu penambahan kentang 25 g dengan nilai 76 dan
yang terakhir terigu saja dengan nilai 63. Ketiga hasil data tersebut telah
berkorelasi dengan uji fisik yang menunjukkan bahwa semakin banyak
penambahan kentang maka tekstur yang dihasilka akan semakin lembut. Tekstur
merupakan salah satu kriteria mutu yang sangat penting pada suatu produk karena
sangat mempengaruhi citra makanan (Deman,1997). Tekstur donat berhubungan
dengan volume pengembangan. Interaksi antara pati dan protein penting untuk
memberikan sturuktur pada adonan. Kekerasan pada tekstur biasanya disebabkan
oleh tepung yang , pemanggangan atau penggorengan yang berlebihan, jumlah air
yang kurang memadai atau pencampuran yang berlebihan
Hasil pengamatan aroma donat yang paling disukai yaitu sampel 274
(terigu 250 g; kentang 50 g) dengan nilai 80 menghasilkan aroma yang menurut
panelis khas dan gurih antara terigu dan kentang. Selanjutnya yaitu penambahan
kentang 25 g dan terigu 300 g dengan nilai yang sama yaitu 64. Komponen yang
berperan pada aroma yaitu senyawa volatile yang terdapat pada bahan. Bahan
yang digunakan memiliki senyawa volatile yang tidak begitu tajam sehingga
penilaian aroma lebih kepada kepekaan panelis dan subjektifitas panelis menilai
aroma yang mereka sukai. Peranan aroma suatu produk sangat penting karena
akan menentukan daya terima konsumen terhadap produk tersebut. Aroma juga
menentukan kelezatan suatu produk pangan, serta cita rasa yang terdiri dari tiga
komponen, yaitu bau, rasa dan rangsangan mulut (Winarno, 2004). Aroma
merupakan sesuatu yang halus dan rumit yang ditangkap oleh indera yang
mempunyai kombinasi rasa, bau dan rangsangan oleh lidah.
Hasil pengamatan rasa donat yang paling disukai yaitu sampel 274 (terigu
250 g; kentang 50 g) dengan nilai 83 menghasilkan rasa yang menurut panelis
khas dan gurih antara terigu dan kentang. Selanjutnya yaitu penambahan kentang
25 g dengan nilai 76 dan terakhir terigu 300 g dengan nilai 65. Rasa donat
dipengaruhi oleh kompone kimia bahan utama yang dunakan sebagai rasa yang
khas sehingga setiap panelis memiliki selera yang berbeda namun rasa donat
kentang dianggap lebih nikmat dibandingkan donat biasa. Rasa merupakan faktor
yang sangat penting dalam menentukan penerimaan atau penolakan terhadap
bahan pangan oleh panelis. Walaupun aroma dan tekstur bahan pangan baik, akan
tetapi rasanya tidak enak maka panelis akan menolak produk tersebut. Rasa dapat
dinilai sebagai tanggapan terhadap ransangan yang berasal dari senyawa kimia
dalam bahan pangan yang memberi kesan manis, pahit, asam dan asin (Soekarto,
1981).
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa keseluruhan donat yang
paling disukai yaitu sampel 274 (terigu 250 g; kentang 50 g) dengan nilai 86
menghasilkan rasa, warna, aroma dan tekstur yang bagus menurut panelis.
Selanjutnya yaitu penambahan kentang 25 g dengan nilai 75 dan terakhir terigu
300 g dengan nilai 66. Penambahan kentang 50 gram memberika rasa gurih,
aroma manis, tekstur lembut dan juga warna kekuningan.
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini yaitu komposisi
bahan utama yang mengandung karbohidrat berpengaruh terhadap karakteristik
donat. Ketiga perlakuan yang digunakan yaitu terigu 300 g, terigu 275 g dan
kentang 25 g, serta terigu 250 g dan kentang 50 g menghasilkan tekstur yang
paling lembut yaitu dengan penambhan kentang 50 g, sedangkan warna yang
paling cerah yaitu penabahan kentang 25 g dan hasil uji organoleptik panelis
secara keseluruhan lebih menyukai donat kentang dengan penambahan kentang 50
g, diikuti penambahan kentang 25 g dan terakhir tanpa penambahan kentang.
6.2 Saran
Sebaiknya dilakukan variasi penggunaan bahan utama donat misalkan
umbi jalar dan sumber karbohidrat lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. 2003. Keamanan Pangan. Jakarta:
BPOM.
Greenwood, C.T. 1979. Principle of Food Science. Part I. Food Chemistry. New
York : Marcell Dekker Inc.
Iriyanti, Y. 2012. Subtitusi Tepung Ubi Ungu dalam Pembuatan Roti Manis,
Donat dan Cake Bread. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Negri Yogyakarta.
Jay, M.G. 2004. Resistant starch: Safe intakes and legal status. J. AOAC Int.
87(3): 73373
MatzSA & T. D. Matz. 1978. Cookies and Crackers Technolog. Texas: The
AVI Publishing Co., Inc.
Muchtandi, T.R. dan Sugiyono. 2013. Prinsip Proses dan Teknologi Pangan.
Bandung : Alfabeta
Pomeranz dan Meloan. 1971. Food Analysis: Teory and Practice. The AVI
Publishing. Co, Inc, Wesport. Connecticut
Rustandi, D. 2011. Produksi Mie. Solo : Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.124 hlm
Widyaningsih, TD dan Murti E.S. 2006 Widyaningsih, T.W, dan E.S. Murtini,
2006. Pengolahan Masa Kini, http://www.e_dukasi.net / trubus Agrisarana
Yokotsuka T. 1986. Soy sauce biochemistry. Adv. Food. Res. 30: 195-329