Anda di halaman 1dari 20

MODUL

( Minggu ke : 10-11 )

10 11

FISIKA DASAR I
Semester 1 / 3 sks / MFF 1011

Oleh

Drs. Sunarta, M.S.

Didanai dengan dana BOPTN P3-UGM

Tahun Anggaran 2013


BAB VIII
KALOR (ENERGI TERMAL)

Diskripsi :
Dipelajari jenis energy termal yang merupakan jenis energy yang cukup khusus
disbanding jenis energy lainya; mempelajari sifat-sifat perambatannya, kandungan
termal zat, efek termalnya seperti terjadi ekspansi termal; hokum-hukum
kesetimbangan termal dan gejala yang menyertainya.
Manfaat :
Memahami tentang sifat-sifat tenaga termal, menghitung kandungan tenaga termal
zat, mengenal alat ukur panas, menganalisa gejala termal.
LO :
o Menghitung kandungan kalor zat ; menghitung suhu kesetimbangan ketika
terjadi pencampuran pada system zat; mencirikan sifat penyerapan maupun
pelepasan kalor suatu zat ketika terjadi proses termodinamik.
o Menghitung nilai perubahan ukuran benda, ketika terjadi proses ekspansi
termal pada berbagai dimensi.
o Menghitung kecepatan aliran kalor pada proses konduksi maupun konveksi,
juga pada proses radiasi tenaga termal suatu zat.

VIII.1. Pengertian Kalor dan Unit-unit Kalor


Tidak kita sadari bahwa setiap hari, jam, bahkan menit maupun detik kita bergelut
dengan apa yang disebut kalor. Ketika siang hari terasa panas disbanding pagi hari, ketika
kita berada di depan pengapian terasa panas juga, bahkan ketika kita habis olah raga badan
kita juga terasa panas, dan sebagainya itu semua persoalan kalor yang ada pada materi atau
zat apapun. Sang Maha Pencipta membuat apapun yang ada ber tenaga(ber-kalori).

Lantas apa yang kita sebut sebagai kalor ? jawabnya adalah sesuatu yang
berhubungan dengan energy(tenaga), bahkan kalor merupakan bagian dari energy itu sendiri
yang sering disebut sebagai tenaga termal. Hal ini beralasan karena sebenarnya kalor pada
zat/materi merupakan tenaga kinetic dan potensial dari atom-atom / molekul-molekul,
electron-elektron, proton-proton, dan zarah-zarah lain yang merupakan penyusun dari bahan /
materi tersebut.

Adapun untuk menyatakan berapa banyaknya kalor yang terkandung atau yang keluar
dari zat dinyatakan dengan unitnya yaitu : KALORI (kal) dalam SI ; dan Btu dalam
system Inggris. (1 Btu = 252 kal ; 1 lb = 0,45342 kg )

Definisi KALORI :


Definisi KALORI

Tenaga termal 1(satu) kalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk
menaikkan suhu dari 1(satu) gram massa air dengan kenaikkan 1(satu) oC, yang
rentangnya antara ( 14,5 oC 15,5 oC ).

Definisi Brithish thermal unit (Btu) :

Tenaga termal 1(satu) Btu adalah jumlah panas yang diperlukan untuk
menaikkan suhu dari 1(satu) pound massa air dengan kenaikkan 1(satu) oF, yang
rentangnya antara ( 63 oF 64 oF ).

Karena panas / kalor merupakan tenaga maka secara umum kuantitas panas/kalor
dapat dinyatakan dengan unit tenaga pada umumnya misalnya Joule (J). Oleh karenanya
perlu adanya konversi nilai antar jenis tenaga satu dengan lainnya seperti tenaga kinetic,
tenaga potensial, tenaga listrik, tenaga mesin, tenaga nuklir, dan lainya. Hal ini akan dibahas
pada bab kemudian.

VIII.2. Termometer; Jenis dan Fungsinya


Sebagai indicator yang mudah bahwa suatu zat/materi berkalor bilamana benda
tersebut terasa adanya suhu (temperature). Dapat dikatakan bila zat suhunya tinggi berarti
mengandung panas yang cukup tinggi, dan sebaliknya bila suhu rendah juga dapat dikatakan
mengandung tenaga termal rendah.

Termometer merupakan alat ukur suhu suatu zat, model dan jenisnya sangat beragam
bergntung dari kegunaan dan system termometrik yang dimiliki dari alat tersebut. Sebutan
nama sebuah termometer disesuaikan dengan fungsi dan sifatnya, misalnya termometer
badan, ruang, termometer air raksa, termometer gas, termometer hambatan , dan bahkan ada
yang disebut sebagai termokoppel.

Unit untuk menyatakan kuantitas suhu zat adalah :


Derajat celcius ( oC ) : di daerah tropis
Derajat Farenheid ( oF ) dan derajat Reamur ( oR ) : di daerah dingin
Derajat Kelvin (K) : di dunia industry, dan sebagainya
Konversi antar ke unit suhu tersebut adalah :
Unit Simbol Nilai Rumus konversi Rumus konversi Contoh
ke- (oC) ke- (oF)
o o o
Celsius C t C t C 9
( 5 t + 32) oF 100 oC
o
Reamur R r oR 5
( r ) oC
9
( + 32) oF 80 oR
4 4
o
Farenheid F f oF 5
(f - 32) oC f oF 212 oF
9
Kelvin K kK ( k 273 ) oC 9
[5 273 + 32] oF 373 K
Termometer Air Raksa :

Sebagai bahan termometrik alat ini berupa cairan air raksa (Hg) yang
ditempatkan di dalam kantong pipa kapiler. Sesuai sifat fisis dari Hg yang memiliki
koefisien ekspansi termal cukup besar sehingga sangat sensitive dalam merespon
perubahan suhu lingkungan sekitarnya. Sebagai besaran termometrik jenis
thermometer ini adalah besaran volume.
Ukuran pemuaian volume Hg bila suhunya berubah merupakan ukuran suhu
dari panas yang diterima Hg tersebut, dengan dasar inilah cairan air raksa dapat
digunakan sebagai bahan termometrik sebuah termometer. Misalnya thermometer
badan ( sebagai alat ukur suhu badan, range skala: 10 oC- 50 oC ); thermometer
laboratorium ( range suhu : 0 oC-100 oC ), mayoritas jenis kedua thermometer
tersebut memakai bahan termometrik air raksa (Hg).

Termometer Gas :

Jenis ini menggunakan bahan gas sebagai sensor termometriknya, karena


secara fisis gas merupakan bahan yang mudah berubah dengan adanya perubahan
suhunya, tentunya tidak sembarang gas namun dipilih yang rentang perubahan
tekanannya cukup tinggi.

Secara umum bahan gas sangat sensitive terhadap perubahan suhunya, sifat
bahan gas yang termampatkan sangat sesuai dengan kebutuhan sensor suhu. Bila
dipertahankan pada volume yang tetap, maka perubahan suhu akan berakibat adanya
perubahan tekanan gas tersebut. Keadaan ini menjadikan besaran termometrik jenis
bahan gas adalah besaran tekanan.

Persamaan keadaan jenis thermometer gas adalah :


= (273 ) =

Misal : sebuah thermometer gas mempunyai tekanan tripel 500 mmHg,


sedangkan hasil penbacaan saat pengukuran adalah 767,8 mmHg. Maka nilai ukuran
temperature yang ditunjukkan oleh alat tersebut adalah :
767,8
= 273 = 419,2
500

Termometer Hambatan Listrik

Jenis ini memiliki sensor suhu dengan bahan berhambatan listrik ( R ), dan
sebagai besaran termometrik adalah nilai hambatan listrik bahan tersebut. Hal ini
berdasarkan kondisi fisis hambatan suatu bahan yang nilainya bergantung dari
keadaan suhu bahan tersebut.

= 0 (1 + )
=

T = suhu bahan

Dengan sifat yang seperti itu, maka bahan tersebut dapat digunakan sebagai
bahan termometrik suatu thermometer dengan persamaan keadaannya sebagai :


= 273

= ; =

Termokoppel

Prinsip alat termokoppel adalah merupakan suatu system bahan logam ( dua
atau lebih) yang saling disambungkan pada ujung-ujungnya, kemudian ujung logam
satu dengan lainnya dikondisikan mempunyai suhu yang berbeda sehingga ada
perbedaan suhu ( T) oC.

Secara atomic, jenis logam tertentu yang mempunyai beda potensial suhu
yang cukup tinggi atom-atom penyusun materi logam tersebut akan meningkat tenaga
kinetiknya dan berakhibat akan menghasilkan beda potensial listrik pada ujung-
ujungnya. Diantara jenis logam yang memenuhi untuk bahan termokoppel adalah
tembaga, kuningan, aluminium, dan lainnya.

Besarnya potensial yang timbul nilainya bergantung besarnya beda suhu


antara ujung-ujung logam, semakin besar beda suhunya juga akan menghasilkan
tegangan yang semakin meninggkat.

Besaran termometrik dari bahan termokoppel adalah tegangan listrik (V);


adapun persamaan keadaan alat termokoppel ditulis sebagai :


= 273

=
=
VIII.3. Kandungan Kalor Zat
Benda atau materi dikatakan dapat menyimpan sejumlah kalor bila benda tersebut
berubah suhunya ketika diberikan sejumlah kalor. Kemampuan benda dapat menyimpan
sejumlah kalor yang diberikan bergantung dari besaran kapasitas panas (c) yang dimiliki
benda tersebut.

Kapasitas panas jenis Zat (C) :


Besaran ini didefinisikan sebagai suatu nilai yang merupakan perbandingan kuantitas
kalor yang diperlukan ( Q ) untuk menaikkan temperatur sebesar ( T ), dituliskan :


= ( ) ; kapasitas kalor rata-rata ( unit : J/oC )
Nilai kuantitas suatu benda dinyatakan dengan jumlah massa bendatersebut,
sehingga banyaknya kalor yang dapat terserap oleh benda juga ditentukan besarnya
mass benda (m) tersebut. Maka muncul definisi kapasitas kalor jenis (c) yaitu nilai
kapasitas (C) per satuan massa benda (m), ditulis :

= =

= .

Unit : ( J/kg oC )

Bila diperhatikan secara khusus lagi, bahwa massa benda tersusun atas partikel,atom-
atom, dan bahkan molekul-molekul, masa definisi tentang kapasitas panas menjadi :
kapasitas panas jenis molar ditulis sebagai :

= = ; =

Unit : ( J/mol oC )
()
= ()

Misal : BM atom karbon =12, BM atom oksigen =16; berarti 10 gram gas CO2
mempunyai jumlah mol sebagai : n CO2 = (10/44) mol = 0,227 mol, sehingga terdapat 0,227
NA molekul. (NA= bilangan Avogadro)

= 6,023 1023 /

Kebanyakan materi terutama gas, nilai kapasitas panas jenisnya bervariasi terhadap
perubahan suhu, sehingga secara umum persamaan dituliskan :

= ( ) = ( ) ; diperoleh : =
Persamaan terakhir menunjukkan bahwa nilai kandungan kalor suatu zat tidaak lain
adalah jumlah perubahan kalor yang ada ketika terjadi perubahan suhu zat tersebut. Misalkan
suatu zat pada awalnya berkalor ( ) ketika suhu ( ), setelah menerima kalor dari
lingkungan suhu zat menjadi ( ) dan kalor zat menjadi ( ), sedangkan nilai panas jenis zat
cT (merupakan fungsi suhu). Maka perubahan kalor pada zat dapat dihitung dengan


=


( ) =


=

; = ()

= = ; =

Persamaan terakhir merupakan rumusan untuk menghitung kandungan tenaga termal


suatu zat, secara analitik menghasilkan positip atau negative bergantung suhu awal ( ) dan
akhir selama proses pemberian kalaor.

= ; >

= ; <

Untuk suatu bahan yang mempunyai komposisi hiterogen (tidak sejenis), misal
komposisi terdiri atas beberapa kapasitas panas jenis : c1 ;c2 ; c3; . ; cN maka analitik
menghitung nilai kandungan kalornya sebagai :

= =1

Air mempunyai sifat khusus , bahwa nilai kapasitas panas jenisnya kisaran suhu
antara (25 oC s/d 75 oC) kostan, sedangkan dibawah suhu kamar dan diatas 75 oC nilainya
fungsi temperature (tidak konstan).

c (kJ/kg oC)
4,22

konstan

4,17

T( oC)
0 25 50 75 100
Panas jenis air; P = 1 atm
Nilai Kapasitas panas jenis zadat ; STP
zat c (kal/g oC) c (J/kg oC)
Al 0,2150 900
C 0,1210 507
Cu 0,0923 386
Pb 0,0305 128
Ag 0,0564 236

VIII.4. Azas Kesetimbangan dan Nilai Kesetaraan Tenaga Termal

Azas kesetimbangan termal :


Telah dijelaskan didepan bahwa kalor (tenaga termal) merupakan salah satu bentuk
energy, sedangkan di ala mini banyak model energy yang kesemuanya mengikuti hokum
alam atau hokum fisika. Kaidah energy yaitu keberadaannya tetap nominalnya, artinya bila
energy satu berkurang maka energy lainnya bertambah dan jumlah total eneri selalu tetap.
Dengan kata lain tidak ada energy yang hilang dialam ini, yang ada hanya terjadi perubahan
energy satu menjadi lainnya.

Secara analitik, terkenal adanya hokum kekekalan energy di alam ini, begitu juga
kalor yang merupakan bagian dari energy juga memenuhi hokum itu. Secara khusus bahwa
kalor dapat dipindahkan dari benda satu ke benda lainnya, tanpa ada yang hilang, karena
akan terjadi kesetimbangan termal di dalam system.

Seorang ilmuwan (bernama Black) mencermati tentang proses perpindahan kalor


pada zat, dan menghasilkan suatu azas kesetimbangan yang dikenal sebagai azas black
yaitu :

Jumlah kalor yang dilepaskan oleh satu system akan sama dengan kalor yang
diserap oleh system yang lain

Secara analitik dituliskan sebagai :

Contoh kasus :

1. Blok tembaga massa 75 g diambil dari sebuah tungku langsung dimasukkan ke dalam
gelas yang berisi air, dengan massa gelas 300 g dan massa airnya 200 g. Ternyata
suhu air setelah logam di dalamnya berubah dari 12 C menjadi 27 C. Berapa suhu
logam tembaga yang diambil dari tungku tersebut ? catatan : c(tembaga) = 0,0923
kal/g C; c(air) = 1 kal/g C ; dan c(gelas) = 0,2 kal/g C.
Jawab :
Dengan memanfaatkan azas black : kita hitung tenaga termal pada masing-masing zat
yaitu : Qair = m c ( TS Ta ) = (200)(1)(27-12) =
Qgelas = m c ( TS Ta ) = (300)(0,2)(27-12) =
Qtembaga= m c ( Tcu TS ) = (75)(0,0923)(Tcu 27)
Azas setimbang : Qair + Qgelas = Qtembaga
Diperoleh hasil akhir : Tcu = 530 oC ( silahkan di-cek !)

2. Panas jenis suatu zat adalah ( c = 10 T ), T = suhu zat tersebut. Kemudian zat tersebut
dimasukkan kedalam tunggu hingga suhu mencapai 70 oC, setelah itu langsung
diambil dan dimasukkan kedalam wadah berisi air. Bila suhu air mula-mula 25 oC dan
setelah dimasukkan zat tersebut suhu air menjadi 40 oC, maka berapa massa zat yang
dimasukkan kedalam air tersebut ? kapasitas panas wadah ( c = 900 J/kg oC); air (
4190 J/kg oC); massa air 330 kg dan massa wadah 10 kg.
Jawab :

Kesetaraan tenaga termal :


Tenaga termal merupakan jenis tenaga yang mempunyai sifat khusus, tidak
layaknya jenis tenaga pada umumnya. Untuk itu diperlukan nilai kesetaraan tenaga
termal dengan tenaga lainnya.

Berdasarkan prinsip kekekalan tenaga, bahwa tidak ada tenaga yang hilang
dalam suatu proses melainkan hanya akan berubah menjadi Janis tenaga lainnya.
Misalkan pada proses gesekan secara mekanik akan berubah sebagian menjadi panas
dan sebaliknya tenaga termal pada mesin uap akan menjadi tenaga mekanik dan
sebaliknya.

Hubungan jenis tenaga satu dengan lainnya ditentukan dengan angka (nilai)
kesetaraan, yaitu bilangan yang mnunjukkan besarnya nilai tenaga tertentu yang
setara dengan unit tenaga lainnya.

Sebagai misal : angka kesetaraan panas-listrik menunjukkan nilai kesetaraan


antara unit panas (kalori) dengan unit tenaga mekanik (Joule). Pada sekitar tahun
1850 seorang ilmuwan bernama Joule melakukan penelitian dengan eksperimennya
yang sederhana, yaitu membuat tenaga mekanik ( putaran sudu-sudu ) dari beban
(massa) yang ber potensial gravitasi. Sudu-sudu tersebut berputar mengaduk air yang
berada didalam system calorimeter, sehingga air menyerap tenaga tersebut dalam
bentuk panas ( set-up eksperimen dapat dilihat di teksbook fisika ).

Disimpulkan bahwa : Perbandingan hasil pengamatan tenaga mekanik dan


tenaga termal yang diserap air adalah ;


= = 4,186

1
= + 2 2
=

Nilai : a = 4,186 J/kal ; artinya bahwa 1 (satu) kalori setara dengan nilai 4,186 Joule; atau
kalau dibalik menjadi : 1(satu) J setara dengan nilai 0,239 kalori.

VIII.5. Ekspansi Termal dan Perubahan Dimensi Zat


Kalor mempunyai sifat dapat berpindah dari satu bagian zat kebagian yang lain, juga
dapat tersimpan di dalam zat. Kalor yang tersimpan oleh zat akan berakibat zat mempunyai
temperature meningkat, dan hal ini membuat jarak antar atom-atom penyusun zat tersebut
berubah. Keadaan seperti itu, bila berlangsung terus akan memungkinkan terjadinya efek
fisis, diantaranya :

1. Efek ekspansi termal : yaitu terjadi perubahan ukuran/dimensi zat, baik secara
memanjang (linear), luasan, maupun volume zat tersebut.
2. Efek perubahan sifat/wujud : yaitu terjadi perubahan fase zat, misal yang asalnya
padat menjadi cair, cair menjadi gas, dan dapat berlaku sebaliknya apabila zat
melepaskan energy termalnya.

Pada bagian bab ini akan dibahas tentang proses ekspansi termal mulai dari dimensi
linear, luasan, dan volume zat.

Secara mikroskopik keadaan susunan atom-atom zat dapat diilustrasikan sebagai


massa-massa kecil satu sama lainnya terikat oleh suatu system pegas membentuk gugusan
kubus. Gambaran zat yang berkalori ditunjukkan bahwa massa-massa penyusun selalu
bergetar dengan frekuensi diri masing-masing, bila temperature zat naik, getaran massa akan
meningkat berarti frekuensi juga naik.

Atom-atom didalam materi senantiasa bergetar


dengan frekuensi tertentu dan amplitudonya juga
tertentu pula. Misal suatu atom material padatan
Z memiliki frekuensi pada suhu kamar sekitar ( f = 1013
Hz ) dan amplitude sekitar ( 10-9 cm ). Apabila terjadi
perubahan temperature pada materi tersebut misalnya
Y

X
temperature meningkat, maka getaran atom-atom
penyusun akan menguat juga sehingga regangan pegas
semakin panjang.

Hal ini berakibat ukuran materi akan berubah ( terjadi perubahan dimensi ), bila perubahan
terjadi secara serempak ke semua dimensi maka terjadi perubahan volume.

Artinya secara analitik dimensi ( X, Y, Z ) berubah menjadi ( X*, Y*, Z* ). (*) = dimensi
ketika materi terjadi perubahan suhu, sebagai akibat menyerap kalor.

EKSPANSI TERMAL LINEAR :

Bila dimensi dominan benda memanjang, maka ketika terjadi perubahan


temperature pada benda tersebut akan terjadi efek ekspansi termal kearah
linear ( memanjang ).
( 0 )

0
Mula-mula benda yang berdimensi memanjang bersuhu (0 ), bila suhu berubah menjadi
() akibat dari adanya proses penyerapan kalor oleh benda tersebut, maka dimensi benda
berubah menjadi ( ). Perubahan dimensi panjang sebesar () dituliskan sebagai :

= 0 = 0 0 = 0
1
= ( )

= 0 { 1 + 0 }

Nilai () ini bervariasi sesuai dengan sifat bahan; misalkan berbagai jenis bahan dibawah ini
ditunjukkan beberapa jenis bahan padat :

Daftar nilai koefisien ekspansi linear material padatan


Zat (1/) Zat (1/)
-6
Aluminium 23 x 10 Karet 80 x 10-6
Kuningan 19 x 10-6 Es 51 x 10-6
Tembaga 17 x10-6 Timbal 29 x 10-6
Gelas Pirex 32 x 10-7 Baja 11 x 10-6
-6
Gelas Biasa 9,0 x 10 - -
Secara umum persamaan ekspansi linear dituliskan sebagai :

( 0 )
X
0

= 0 1 + 0

= 0 1 + 0

= 0 1 + 0

; ; = (; ; )

EKSPANSI TERMAL LUASAN :

Bila perubahan dimensi ke dua arah, maka ekspansi termal terjadi secara luasan atau
benda berbentuk dimensi bidang (XY), (YZ) atau (ZX). Persamaan ekspansi
diturunkan sebagai berikut :

Bidang (XY) : berlaku persamaan ekspansi sbb;


Z

0 = 0 0

Y = 0 1 + 0

= 0 1 + 0

X
Bila proses ekspansi secara An-isotropik yaitu : ( ) , maka luasan
terekspansi menjadi :

= 0 1 + 0 0 1 + 0
Bila proses Ekspansi secara Isotropik yaitu : ( = = ), maka luasan
terekspansi menjadi :

= 0 1 + 2 0 ; 0 = 0 0
Bidang (YZ) dan (ZX), dengan cara berfikir yang sama akan diperoleh persamaan
ekspansi termal masing-masing sebagai berikut :
Proses ekspansi An-Isotropik :

= 0 1 + 0 0 1 + 0

= 0 1 + 0 0 1 + 0
Proses ekspansi termal Isotropik :

Untuk masing-masing bidang memenuhi : ( = = ) ( = = )

= 0 1 + 2 0 ; 0 = 0 0

= 0 1 + 2 0 ; 0 = 0 0
EKSPANSI TERMAL VOLUME :

Pada proses ekspansi termal volume dapat terjadi pada sembarang wujud zat
baik padat; cair; maupun gas. Tetapi untuk model ekspansi linear maupun luasan
hanya berlaku pada zat yang bersifat padat, cair dan gas tidak terjadi karena memang
kedua zat tersebut tidak memiliki dimensi linear maupun luasan.
Z

H
Y

X
Volume pada (0 ) untuk masing-masing dimensi adalah :

0 = 0 0 0

0 = 2 0
Proses ekspansi termal Isotropik :

= 0 1 + 3 0

(3) = =

= 0 1 + 0
Misal :

Nilai (bahan bakar mesin diesel) = 9,50 x 10-4 /0C ; cairan alkohol adalah =
11 x 10-4; air raksa (Hg) adalah = 18 x 10-4 /0C ;sedangkan untuk gliserin =
5,1 x 10-4 /0C.

Untuk proses An-Isotropik pada dimensi volume tentunya dapat diturunkan juga
(seperti cara diatas). Coba diskusikan !

VIII.6. Proses Penghantaran Kalor pada Zat


Tenaga termal (kalor) mempunyai sifat fisis dapat merambat lewat suatu penghantar
kalor dengan baik. Telah dibahas di bagian depan bahwa kalor masuk kedalam materi akan
diserap oleh atom-atom penyusun materi, sedangkan jarak antar atom pada materi bergantung
sifat materinya.

Berdasar keadaan atom-atom pada materi berbeda-beda sesuai dengan sifat


materinya, maka proses penghataran kalor yang terjadi pada materi penghantar juga
bergantung dari sifat materinya. Apakah materi penghantar berupa zat padat (zadat), zat cair
(zatir) atau bahkan gas (zatgas). Ketiganya memiliki susunan atom-atom yang berbeda,
seperti yang secara mikroskopik digambarkan pada gambar dibawah ini.

zadat zatir zatgas

Ada tiga jenis proses penghantaran kalor lewat materi :

1. Proses Konduksi Termal :


Penghantaran jenis ini dominan terjadi pada penghantar berupa zat padat,
karena jarak antar atom penyusun zat sangat rapat dan ikatan antar atomnya kuat. Bila
ada kalor yang masuk pada materi ini, atom-atom yang paling dekat sumber panas
akan menyerap kalor lebih awal, kemudian akan merambat ke atom-atom tetangganya
dan seterusnya akhirnya kalor diserap oleh seluruh atom-atom penyusun.
Sebagai ilustrasi, misalnya ketika anda memegang lengan panci logam yang
dipanaskan diatas api kompor, anda akan merasakan panas kemudian ( ada tempo
waktu) , hal ini karena ada proses perambatan panas dari bawah panic ke ujung
lengan panic yang paling jauh jaraknya dari sumber api. Seperti inilah salah satu
gambaran proses konduksi termal terjadi.
Persamaan analitik dari proses ini adalah sebagai berikut :

Dimensi penghantar : Batang panjang (L)

L
Sumber Sumber
panas dingin
Q
(Tp) k A (Td)

Sebatang logam dengan panjang (L), konduktivitas bahan logam (k),


penampang batang (A), disalah satu ujung batang dipanasi dengan sumber panas yang
suhunya (Tp) dan pada ujung lainnya ditempelkan pada sumber dingin (Td), selama
terjadi proses transver panas berlangsung dapat ditentukan jumlah tenaga termal yang
merambat dari sumber panas ke sumber dingin adalah : kecepatan aliran panas (P)

= =

Bila diterapkan pada ilustrasi kita diatas, diperoleh rumus aplikasi sebagai :

=

Dimensi penghantar: Bola ( tebal kulit : R2 R1 )

Bila dimensi penghantar bergeometri bola dengan jari-jari dalam (R1) dan jari-
jari luar (R2), sumber panas ada di dalam (pusat) penghantar tersebut, suhu ruang
dalam bola (T1), suhu bagian kulit bola luar (T2), maka persamaan konduktivitas
menjadi :

= = 4 2

R1 R2 = 4 2
2 2
T1 T2 1 4 2
= 1

Q 4 (2 1 )
= 1 1 ;

2 1
Dimensi penghantar : Silinder panjang (L)

Silinder dengan panjang (L), jari-jari dinding dalam (R1) , dan dinding luarnya
(R2), Sumber panas berada di sumbu pusat silinder (memanjang), sehingga suhu
ruang silinder (T1) dan suhu dinding luar silinder (T2).

Persamaan konduktivitas termal untuk kasus ini adalah :



= = 2

: = 2


2 2
1
= 1 1


2

Dengan menyelesaikan fungsi integral yang ada dan dimasukkan syarat batas
silindernya, maka diperoleh penyelesaian akhir menjadi :

T2
R2 L

T1
R1

2 (2 1 )
= ;
ln ( 1 )
2

Dimensi penghantar : Plat Berlapis berbagai bahan


Dinding Plat terdiri atas beberapa lapis bahan penghantar dari berbagai jenis
bahan dengan nilai konduktivitas berbeda-beda. Misal dalam ilustrasi gambar terdapat
3 bahan lapisan dengan konduktivitas masing-masing ( k1, k2, dan k3 ), penampang
masing-masing lapisan sama (A).

Dengan cara yang sederhana, dapat diturunkan penyelesaian persamaan


konduktivitas termalnya sebagai :

2 1
= ;
=1
dinding berlapis

T2
= ; =

d1 k1 Didapat persamaan aplikasinya :
Q
d2 k2 2 1
= 1 2 3
+ +
1 2 3
d3 k3
T1

Daftar nilai konduktivitas termal (k) beberapa zat :

Nilai konduktivitas termal zat


Zat / sifat k (W/m oC) Zat / sifat k (W/m oC)
Udara /gas 0,0237 Asbes / padat 0,15
CO2 / gas 0,0145 Kayu / padat 0,190
H2 / gas 0,167 Glass / padat 0,760
O2 / gas 0,0246 Es / padat 2,21
He / gas 0,142 Besi / padat 72,7
Metana / gas 0,0305 Aluminium / padat 228
Air / cair 0,566 Copper / padat 386
Stell / padat 16,3 Perak / padat 417

2. Proses Konveksi termal :


Prosen ini terjadi diawali oleh penyerapan atom-atom penyusun materi yang
dekat dengan sumber panas, kemudian atom-atom tersebut setelah mempunyai kinetic
cukup bergerak kearah suhu yang lebih rendah, dan tempatnya diisi oleh atom lainnya
yang belum menyersap panas, dan setelah memepunyai kinetic cukup dia juga
bergeser seperti atom lainnya, hal ini berlangsung terus sampai semua atom memiliki
panas yang merata, terjadilah arus konveksi di dalam materi tersebut secara
kontinyu, selama sumber panas masih ada. Seperti inilah proses konveksi termal
secara mikroskopik.

Adapun pengertian arus konveksi adalah : arus suatu atom dalam fluida
yang telah menyerap kalor pada suatu tempat, kemudian bergerak ke tempat lain dan
bercampur dengan bagian atom lain yang lebih rendah tenaganya dan memberikan
kalornya.
Mencermati proses kejadiannya, maka jelas dapat berlangsung bila jenis
bahan memiliki susunan atom-atom yang jaraknya berjauhan seperti zat cair maupun
gas. Sehingga dapat dikatakan bahwa proses konveksi dominan terjadi pada zt cair
apalagi gas akan sangat dominan konveksi.
Persamaan konveksi diturunkan dari persamaan :


= =

h = koefisien konveksi bahan penghatar
A = penampang konveksi
T = perbedaan suhu zat terhadap lingkungan
Contoh Kasus :
Suatu benda mempunyai suhu mula-mula (Tm), berada di dalam fluida dengan suhu
(Tf), Suhu benda lebih tinggi dengan lingkungan fluida ( > ), sehingga aliran
panas dari benda ke fluida secara konveksi.

( ) = =

Benda massa(m), kapasitas panas jenis (c),akan mengalirkan panas sebesar :

Sehingga gabungan dari dua persamaan diatas akn diperoleh :



=



= 0
=


= ; ( ) =

Persamaan keadaan untuk kasus diatas adalah merupakan fungsi eksponesial :


= =

= +

Persamaan terakhir ini, menjadi dasar persamaan pada proses pendinginan suatu benda,
dengan mengeluarkan tenaga termalnya ke lingkungan.
Grafik tampilan proses pendinginan sbb:

()

60,6%

36,8%
13,5%

()
1
0 2
2

Catatan :

Tetapan () menjadi bagian yang penti pada proses konveksi, nilai ini akan menetukan
kecepatan proses, bila besar berarti proses konveksi berlangsung cepat sebaliknya bila kecil
maka proses konveksi lambat. Nilai ini secara analitik berbanding terbalik dengan massa
zat(m) dan sebanding dengan luas penampang konveksi, namun perlu dicermati bahwa luas
penampang sangat berperan.

Pengertian Luas Penampang Konveksi (A)


Yang dimaksud dengan luas penampang konveksi adalah permukaan dari zat yang
mengalirkan arus konveksi, sehingga ketika permukaan tersebut ditutup(isolai)
dengan suatu bahan yang bersifat adiabat (tidak tembus kalor) maka muka yang
terisolasi tersebut tidak merupakan bagian dari yang disebut luas konveksi.

kubus silinder
a
Misalkan :
Benda bergeometri kubus dengan sisi (a), akan mempunyai penampang
konveksi yang jumlahnya 6 muka ( A = 6 x a2 ), namun bila salah satu muka
diisolasi adiabat, jumlah penampang konveksi akan berkurang. Begitu pula
bila yang diisolasi hanya sebagian dari muka tersebut, maka luas penampang
konveksi dikurangi dengan bagian yang terisolasi adiabat tersebut, begitu
seterusnya.
Benda bergeometri silinder dengan diameter (D) dan tinggi (h), maka luas
penampang konveksi terdiri 3 muka ( 2 tutup silinder + kulit silinder ), secara
analitik menjadi : A = 2 (D/2)2 + 2 (D/2) h.
Bila ada sebagian muka yang diisolasi adiabat, maka luasan penampang
konveksi berkurang dengan bagian yang terisolasi tersebut, dan seterusnya.

3. Radiasi Termal :
( halliday R ; hal. 533 )

SOAL-SOAL LATIHAN :

1. Bejana berisi air dengan suhu 24 oC, sebatang logam dengan suhu ( TL ) dimasukan
kedalam bejana tersebut hingga mencapai suhu setimbang 40 oC , massa logam 0,5
kg, massa bejana 0,4 kg, massa air 4 kg, C L = ( 40 T + 3 T2 ) j/kg oC ; CBjn = 330 j/kg
o
C ; Ca = 4186 j/kg oC. Berapa suhu logam tersebut ?

2. Tabung gelas berukuran (0.5;1;12) cm3 dengan koef. Ekspansi termal : x = 3 x 10-6 ,
y = 6 x 10-6 dan z = 9 x 10-6/ oC ; tabung tersebut diisi Hg dengan = 18 x 10-4/ oC ,
bila terjadi perubahan suhu sebesar 25 oC , tentukan :
a. Hg yang tumpah ketika isi tabung penuh ?
b. Kenaikan level Hg di dalam tabung, ketika isi tabung bagiannya ?

3. Kalor bakar GASOLINE adalah 23 Btu/g, rapat massa nya 0,7 g/cc ;bila tersedia
20000 gal GASOLINE maka tenaga yang dihasilkan berapa KWH?
Data-data konversi : 1 Btu = 1050 J ; 1 gal = 3,8 L

4. Peluru timah dengan massa 0,8 kg, dipanaskan mencapai suhu ( T oC ). Kemudian
dimasukan ke dalam kaleng alumunium berisi air sehingga suhu air mencapai 35 oC,
bila suhu mula-mula air 25 oC, berapa suhu timah tersebut ? Data lain : massa kaleng
500 g; massa air 2000 g; CAL = 900 J/kg oC ; Ctimah = 128 J/kg oC ; Cair = 4186 J/kg
o
C.

5. Bejana berisi air dengan suhu 25 oC, sebatang logam dengan suhu ( TL ) dimasukan
kedalam bejana tersebut hingga mencapai suhu setimbang 35 oC , massa logam 0,5
kg, massa bejana 300 g, massa air 4 kg, C L = ( 20 T + 3 T2 ) j/kg oC ; CBjn = 330 j/kg
o
C ; Ca = 4186 j/kg oC. Berapa suhu logam tersebut ?

6. Tabung gelas berukuran (0,5 ;0,5 ; 20) cm3 ; dengan koefisien ekspansi termal : x
= 3 x 10-6 , y = 6 x 10-6 dan z = 9 x 10-6/ oC ; tabung tersebut diisi aceton dengan
ACETON = 15 x 10-4/ oC , bila terjadi perubahan suhu sebesar 20 oC , tentukan :
Aceton yang tumpah ketika isi tabung penuh ? dan berapa kenaikan level aceton di
dalam tabung tersebut , ketika isi tabung adalah 1/2 bagiannya ?

Anda mungkin juga menyukai