( Minggu ke : 10-11 )
10 11
FISIKA DASAR I
Semester 1 / 3 sks / MFF 1011
Oleh
Diskripsi :
Dipelajari jenis energy termal yang merupakan jenis energy yang cukup khusus
disbanding jenis energy lainya; mempelajari sifat-sifat perambatannya, kandungan
termal zat, efek termalnya seperti terjadi ekspansi termal; hokum-hukum
kesetimbangan termal dan gejala yang menyertainya.
Manfaat :
Memahami tentang sifat-sifat tenaga termal, menghitung kandungan tenaga termal
zat, mengenal alat ukur panas, menganalisa gejala termal.
LO :
o Menghitung kandungan kalor zat ; menghitung suhu kesetimbangan ketika
terjadi pencampuran pada system zat; mencirikan sifat penyerapan maupun
pelepasan kalor suatu zat ketika terjadi proses termodinamik.
o Menghitung nilai perubahan ukuran benda, ketika terjadi proses ekspansi
termal pada berbagai dimensi.
o Menghitung kecepatan aliran kalor pada proses konduksi maupun konveksi,
juga pada proses radiasi tenaga termal suatu zat.
Lantas apa yang kita sebut sebagai kalor ? jawabnya adalah sesuatu yang
berhubungan dengan energy(tenaga), bahkan kalor merupakan bagian dari energy itu sendiri
yang sering disebut sebagai tenaga termal. Hal ini beralasan karena sebenarnya kalor pada
zat/materi merupakan tenaga kinetic dan potensial dari atom-atom / molekul-molekul,
electron-elektron, proton-proton, dan zarah-zarah lain yang merupakan penyusun dari bahan /
materi tersebut.
Adapun untuk menyatakan berapa banyaknya kalor yang terkandung atau yang keluar
dari zat dinyatakan dengan unitnya yaitu : KALORI (kal) dalam SI ; dan Btu dalam
system Inggris. (1 Btu = 252 kal ; 1 lb = 0,45342 kg )
Definisi KALORI :
Definisi KALORI
Tenaga termal 1(satu) kalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk
menaikkan suhu dari 1(satu) gram massa air dengan kenaikkan 1(satu) oC, yang
rentangnya antara ( 14,5 oC 15,5 oC ).
Tenaga termal 1(satu) Btu adalah jumlah panas yang diperlukan untuk
menaikkan suhu dari 1(satu) pound massa air dengan kenaikkan 1(satu) oF, yang
rentangnya antara ( 63 oF 64 oF ).
Karena panas / kalor merupakan tenaga maka secara umum kuantitas panas/kalor
dapat dinyatakan dengan unit tenaga pada umumnya misalnya Joule (J). Oleh karenanya
perlu adanya konversi nilai antar jenis tenaga satu dengan lainnya seperti tenaga kinetic,
tenaga potensial, tenaga listrik, tenaga mesin, tenaga nuklir, dan lainya. Hal ini akan dibahas
pada bab kemudian.
Termometer merupakan alat ukur suhu suatu zat, model dan jenisnya sangat beragam
bergntung dari kegunaan dan system termometrik yang dimiliki dari alat tersebut. Sebutan
nama sebuah termometer disesuaikan dengan fungsi dan sifatnya, misalnya termometer
badan, ruang, termometer air raksa, termometer gas, termometer hambatan , dan bahkan ada
yang disebut sebagai termokoppel.
Sebagai bahan termometrik alat ini berupa cairan air raksa (Hg) yang
ditempatkan di dalam kantong pipa kapiler. Sesuai sifat fisis dari Hg yang memiliki
koefisien ekspansi termal cukup besar sehingga sangat sensitive dalam merespon
perubahan suhu lingkungan sekitarnya. Sebagai besaran termometrik jenis
thermometer ini adalah besaran volume.
Ukuran pemuaian volume Hg bila suhunya berubah merupakan ukuran suhu
dari panas yang diterima Hg tersebut, dengan dasar inilah cairan air raksa dapat
digunakan sebagai bahan termometrik sebuah termometer. Misalnya thermometer
badan ( sebagai alat ukur suhu badan, range skala: 10 oC- 50 oC ); thermometer
laboratorium ( range suhu : 0 oC-100 oC ), mayoritas jenis kedua thermometer
tersebut memakai bahan termometrik air raksa (Hg).
Termometer Gas :
Secara umum bahan gas sangat sensitive terhadap perubahan suhunya, sifat
bahan gas yang termampatkan sangat sesuai dengan kebutuhan sensor suhu. Bila
dipertahankan pada volume yang tetap, maka perubahan suhu akan berakibat adanya
perubahan tekanan gas tersebut. Keadaan ini menjadikan besaran termometrik jenis
bahan gas adalah besaran tekanan.
= (273 ) =
Jenis ini memiliki sensor suhu dengan bahan berhambatan listrik ( R ), dan
sebagai besaran termometrik adalah nilai hambatan listrik bahan tersebut. Hal ini
berdasarkan kondisi fisis hambatan suatu bahan yang nilainya bergantung dari
keadaan suhu bahan tersebut.
= 0 (1 + )
=
T = suhu bahan
Dengan sifat yang seperti itu, maka bahan tersebut dapat digunakan sebagai
bahan termometrik suatu thermometer dengan persamaan keadaannya sebagai :
= 273
= ; =
Termokoppel
Prinsip alat termokoppel adalah merupakan suatu system bahan logam ( dua
atau lebih) yang saling disambungkan pada ujung-ujungnya, kemudian ujung logam
satu dengan lainnya dikondisikan mempunyai suhu yang berbeda sehingga ada
perbedaan suhu ( T) oC.
Secara atomic, jenis logam tertentu yang mempunyai beda potensial suhu
yang cukup tinggi atom-atom penyusun materi logam tersebut akan meningkat tenaga
kinetiknya dan berakhibat akan menghasilkan beda potensial listrik pada ujung-
ujungnya. Diantara jenis logam yang memenuhi untuk bahan termokoppel adalah
tembaga, kuningan, aluminium, dan lainnya.
= 273
=
=
VIII.3. Kandungan Kalor Zat
Benda atau materi dikatakan dapat menyimpan sejumlah kalor bila benda tersebut
berubah suhunya ketika diberikan sejumlah kalor. Kemampuan benda dapat menyimpan
sejumlah kalor yang diberikan bergantung dari besaran kapasitas panas (c) yang dimiliki
benda tersebut.
= ( ) ; kapasitas kalor rata-rata ( unit : J/oC )
Nilai kuantitas suatu benda dinyatakan dengan jumlah massa bendatersebut,
sehingga banyaknya kalor yang dapat terserap oleh benda juga ditentukan besarnya
mass benda (m) tersebut. Maka muncul definisi kapasitas kalor jenis (c) yaitu nilai
kapasitas (C) per satuan massa benda (m), ditulis :
= =
= .
Unit : ( J/kg oC )
Bila diperhatikan secara khusus lagi, bahwa massa benda tersusun atas partikel,atom-
atom, dan bahkan molekul-molekul, masa definisi tentang kapasitas panas menjadi :
kapasitas panas jenis molar ditulis sebagai :
= = ; =
Unit : ( J/mol oC )
()
= ()
Misal : BM atom karbon =12, BM atom oksigen =16; berarti 10 gram gas CO2
mempunyai jumlah mol sebagai : n CO2 = (10/44) mol = 0,227 mol, sehingga terdapat 0,227
NA molekul. (NA= bilangan Avogadro)
= 6,023 1023 /
Kebanyakan materi terutama gas, nilai kapasitas panas jenisnya bervariasi terhadap
perubahan suhu, sehingga secara umum persamaan dituliskan :
= ( ) = ( ) ; diperoleh : =
Persamaan terakhir menunjukkan bahwa nilai kandungan kalor suatu zat tidaak lain
adalah jumlah perubahan kalor yang ada ketika terjadi perubahan suhu zat tersebut. Misalkan
suatu zat pada awalnya berkalor ( ) ketika suhu ( ), setelah menerima kalor dari
lingkungan suhu zat menjadi ( ) dan kalor zat menjadi ( ), sedangkan nilai panas jenis zat
cT (merupakan fungsi suhu). Maka perubahan kalor pada zat dapat dihitung dengan
=
( ) =
=
; = ()
= = ; =
= ; >
= ; <
Untuk suatu bahan yang mempunyai komposisi hiterogen (tidak sejenis), misal
komposisi terdiri atas beberapa kapasitas panas jenis : c1 ;c2 ; c3; . ; cN maka analitik
menghitung nilai kandungan kalornya sebagai :
= =1
Air mempunyai sifat khusus , bahwa nilai kapasitas panas jenisnya kisaran suhu
antara (25 oC s/d 75 oC) kostan, sedangkan dibawah suhu kamar dan diatas 75 oC nilainya
fungsi temperature (tidak konstan).
c (kJ/kg oC)
4,22
konstan
4,17
T( oC)
0 25 50 75 100
Panas jenis air; P = 1 atm
Nilai Kapasitas panas jenis zadat ; STP
zat c (kal/g oC) c (J/kg oC)
Al 0,2150 900
C 0,1210 507
Cu 0,0923 386
Pb 0,0305 128
Ag 0,0564 236
Secara analitik, terkenal adanya hokum kekekalan energy di alam ini, begitu juga
kalor yang merupakan bagian dari energy juga memenuhi hokum itu. Secara khusus bahwa
kalor dapat dipindahkan dari benda satu ke benda lainnya, tanpa ada yang hilang, karena
akan terjadi kesetimbangan termal di dalam system.
Jumlah kalor yang dilepaskan oleh satu system akan sama dengan kalor yang
diserap oleh system yang lain
Contoh kasus :
1. Blok tembaga massa 75 g diambil dari sebuah tungku langsung dimasukkan ke dalam
gelas yang berisi air, dengan massa gelas 300 g dan massa airnya 200 g. Ternyata
suhu air setelah logam di dalamnya berubah dari 12 C menjadi 27 C. Berapa suhu
logam tembaga yang diambil dari tungku tersebut ? catatan : c(tembaga) = 0,0923
kal/g C; c(air) = 1 kal/g C ; dan c(gelas) = 0,2 kal/g C.
Jawab :
Dengan memanfaatkan azas black : kita hitung tenaga termal pada masing-masing zat
yaitu : Qair = m c ( TS Ta ) = (200)(1)(27-12) =
Qgelas = m c ( TS Ta ) = (300)(0,2)(27-12) =
Qtembaga= m c ( Tcu TS ) = (75)(0,0923)(Tcu 27)
Azas setimbang : Qair + Qgelas = Qtembaga
Diperoleh hasil akhir : Tcu = 530 oC ( silahkan di-cek !)
2. Panas jenis suatu zat adalah ( c = 10 T ), T = suhu zat tersebut. Kemudian zat tersebut
dimasukkan kedalam tunggu hingga suhu mencapai 70 oC, setelah itu langsung
diambil dan dimasukkan kedalam wadah berisi air. Bila suhu air mula-mula 25 oC dan
setelah dimasukkan zat tersebut suhu air menjadi 40 oC, maka berapa massa zat yang
dimasukkan kedalam air tersebut ? kapasitas panas wadah ( c = 900 J/kg oC); air (
4190 J/kg oC); massa air 330 kg dan massa wadah 10 kg.
Jawab :
Berdasarkan prinsip kekekalan tenaga, bahwa tidak ada tenaga yang hilang
dalam suatu proses melainkan hanya akan berubah menjadi Janis tenaga lainnya.
Misalkan pada proses gesekan secara mekanik akan berubah sebagian menjadi panas
dan sebaliknya tenaga termal pada mesin uap akan menjadi tenaga mekanik dan
sebaliknya.
Hubungan jenis tenaga satu dengan lainnya ditentukan dengan angka (nilai)
kesetaraan, yaitu bilangan yang mnunjukkan besarnya nilai tenaga tertentu yang
setara dengan unit tenaga lainnya.
= = 4,186
1
= + 2 2
=
Nilai : a = 4,186 J/kal ; artinya bahwa 1 (satu) kalori setara dengan nilai 4,186 Joule; atau
kalau dibalik menjadi : 1(satu) J setara dengan nilai 0,239 kalori.
1. Efek ekspansi termal : yaitu terjadi perubahan ukuran/dimensi zat, baik secara
memanjang (linear), luasan, maupun volume zat tersebut.
2. Efek perubahan sifat/wujud : yaitu terjadi perubahan fase zat, misal yang asalnya
padat menjadi cair, cair menjadi gas, dan dapat berlaku sebaliknya apabila zat
melepaskan energy termalnya.
Pada bagian bab ini akan dibahas tentang proses ekspansi termal mulai dari dimensi
linear, luasan, dan volume zat.
X
temperature meningkat, maka getaran atom-atom
penyusun akan menguat juga sehingga regangan pegas
semakin panjang.
Hal ini berakibat ukuran materi akan berubah ( terjadi perubahan dimensi ), bila perubahan
terjadi secara serempak ke semua dimensi maka terjadi perubahan volume.
Artinya secara analitik dimensi ( X, Y, Z ) berubah menjadi ( X*, Y*, Z* ). (*) = dimensi
ketika materi terjadi perubahan suhu, sebagai akibat menyerap kalor.
0
Mula-mula benda yang berdimensi memanjang bersuhu (0 ), bila suhu berubah menjadi
() akibat dari adanya proses penyerapan kalor oleh benda tersebut, maka dimensi benda
berubah menjadi ( ). Perubahan dimensi panjang sebesar () dituliskan sebagai :
= 0 = 0 0 = 0
1
= ( )
= 0 { 1 + 0 }
Nilai () ini bervariasi sesuai dengan sifat bahan; misalkan berbagai jenis bahan dibawah ini
ditunjukkan beberapa jenis bahan padat :
( 0 )
X
0
= 0 1 + 0
= 0 1 + 0
= 0 1 + 0
; ; = (; ; )
Bila perubahan dimensi ke dua arah, maka ekspansi termal terjadi secara luasan atau
benda berbentuk dimensi bidang (XY), (YZ) atau (ZX). Persamaan ekspansi
diturunkan sebagai berikut :
0 = 0 0
Y = 0 1 + 0
= 0 1 + 0
X
Bila proses ekspansi secara An-isotropik yaitu : ( ) , maka luasan
terekspansi menjadi :
= 0 1 + 0 0 1 + 0
Bila proses Ekspansi secara Isotropik yaitu : ( = = ), maka luasan
terekspansi menjadi :
= 0 1 + 2 0 ; 0 = 0 0
Bidang (YZ) dan (ZX), dengan cara berfikir yang sama akan diperoleh persamaan
ekspansi termal masing-masing sebagai berikut :
Proses ekspansi An-Isotropik :
= 0 1 + 0 0 1 + 0
= 0 1 + 0 0 1 + 0
Proses ekspansi termal Isotropik :
= 0 1 + 2 0 ; 0 = 0 0
= 0 1 + 2 0 ; 0 = 0 0
EKSPANSI TERMAL VOLUME :
Pada proses ekspansi termal volume dapat terjadi pada sembarang wujud zat
baik padat; cair; maupun gas. Tetapi untuk model ekspansi linear maupun luasan
hanya berlaku pada zat yang bersifat padat, cair dan gas tidak terjadi karena memang
kedua zat tersebut tidak memiliki dimensi linear maupun luasan.
Z
H
Y
X
Volume pada (0 ) untuk masing-masing dimensi adalah :
0 = 0 0 0
0 = 2 0
Proses ekspansi termal Isotropik :
= 0 1 + 3 0
(3) = =
= 0 1 + 0
Misal :
Nilai (bahan bakar mesin diesel) = 9,50 x 10-4 /0C ; cairan alkohol adalah =
11 x 10-4; air raksa (Hg) adalah = 18 x 10-4 /0C ;sedangkan untuk gliserin =
5,1 x 10-4 /0C.
Untuk proses An-Isotropik pada dimensi volume tentunya dapat diturunkan juga
(seperti cara diatas). Coba diskusikan !
L
Sumber Sumber
panas dingin
Q
(Tp) k A (Td)
Bila diterapkan pada ilustrasi kita diatas, diperoleh rumus aplikasi sebagai :
=
Bila dimensi penghantar bergeometri bola dengan jari-jari dalam (R1) dan jari-
jari luar (R2), sumber panas ada di dalam (pusat) penghantar tersebut, suhu ruang
dalam bola (T1), suhu bagian kulit bola luar (T2), maka persamaan konduktivitas
menjadi :
= = 4 2
R1 R2 = 4 2
2 2
T1 T2 1 4 2
= 1
Q 4 (2 1 )
= 1 1 ;
2 1
Dimensi penghantar : Silinder panjang (L)
Silinder dengan panjang (L), jari-jari dinding dalam (R1) , dan dinding luarnya
(R2), Sumber panas berada di sumbu pusat silinder (memanjang), sehingga suhu
ruang silinder (T1) dan suhu dinding luar silinder (T2).
2 2
1
= 1 1
2
Dengan menyelesaikan fungsi integral yang ada dan dimasukkan syarat batas
silindernya, maka diperoleh penyelesaian akhir menjadi :
T2
R2 L
T1
R1
2 (2 1 )
= ;
ln ( 1 )
2
2 1
= ;
=1
dinding berlapis
T2
= ; =
d1 k1 Didapat persamaan aplikasinya :
Q
d2 k2 2 1
= 1 2 3
+ +
1 2 3
d3 k3
T1
Adapun pengertian arus konveksi adalah : arus suatu atom dalam fluida
yang telah menyerap kalor pada suatu tempat, kemudian bergerak ke tempat lain dan
bercampur dengan bagian atom lain yang lebih rendah tenaganya dan memberikan
kalornya.
Mencermati proses kejadiannya, maka jelas dapat berlangsung bila jenis
bahan memiliki susunan atom-atom yang jaraknya berjauhan seperti zat cair maupun
gas. Sehingga dapat dikatakan bahwa proses konveksi dominan terjadi pada zt cair
apalagi gas akan sangat dominan konveksi.
Persamaan konveksi diturunkan dari persamaan :
= =
h = koefisien konveksi bahan penghatar
A = penampang konveksi
T = perbedaan suhu zat terhadap lingkungan
Contoh Kasus :
Suatu benda mempunyai suhu mula-mula (Tm), berada di dalam fluida dengan suhu
(Tf), Suhu benda lebih tinggi dengan lingkungan fluida ( > ), sehingga aliran
panas dari benda ke fluida secara konveksi.
( ) = =
= 0
=
= ; ( ) =
= =
= +
Persamaan terakhir ini, menjadi dasar persamaan pada proses pendinginan suatu benda,
dengan mengeluarkan tenaga termalnya ke lingkungan.
Grafik tampilan proses pendinginan sbb:
()
60,6%
36,8%
13,5%
()
1
0 2
2
Catatan :
Tetapan () menjadi bagian yang penti pada proses konveksi, nilai ini akan menetukan
kecepatan proses, bila besar berarti proses konveksi berlangsung cepat sebaliknya bila kecil
maka proses konveksi lambat. Nilai ini secara analitik berbanding terbalik dengan massa
zat(m) dan sebanding dengan luas penampang konveksi, namun perlu dicermati bahwa luas
penampang sangat berperan.
kubus silinder
a
Misalkan :
Benda bergeometri kubus dengan sisi (a), akan mempunyai penampang
konveksi yang jumlahnya 6 muka ( A = 6 x a2 ), namun bila salah satu muka
diisolasi adiabat, jumlah penampang konveksi akan berkurang. Begitu pula
bila yang diisolasi hanya sebagian dari muka tersebut, maka luas penampang
konveksi dikurangi dengan bagian yang terisolasi adiabat tersebut, begitu
seterusnya.
Benda bergeometri silinder dengan diameter (D) dan tinggi (h), maka luas
penampang konveksi terdiri 3 muka ( 2 tutup silinder + kulit silinder ), secara
analitik menjadi : A = 2 (D/2)2 + 2 (D/2) h.
Bila ada sebagian muka yang diisolasi adiabat, maka luasan penampang
konveksi berkurang dengan bagian yang terisolasi tersebut, dan seterusnya.
3. Radiasi Termal :
( halliday R ; hal. 533 )
SOAL-SOAL LATIHAN :
1. Bejana berisi air dengan suhu 24 oC, sebatang logam dengan suhu ( TL ) dimasukan
kedalam bejana tersebut hingga mencapai suhu setimbang 40 oC , massa logam 0,5
kg, massa bejana 0,4 kg, massa air 4 kg, C L = ( 40 T + 3 T2 ) j/kg oC ; CBjn = 330 j/kg
o
C ; Ca = 4186 j/kg oC. Berapa suhu logam tersebut ?
2. Tabung gelas berukuran (0.5;1;12) cm3 dengan koef. Ekspansi termal : x = 3 x 10-6 ,
y = 6 x 10-6 dan z = 9 x 10-6/ oC ; tabung tersebut diisi Hg dengan = 18 x 10-4/ oC ,
bila terjadi perubahan suhu sebesar 25 oC , tentukan :
a. Hg yang tumpah ketika isi tabung penuh ?
b. Kenaikan level Hg di dalam tabung, ketika isi tabung bagiannya ?
3. Kalor bakar GASOLINE adalah 23 Btu/g, rapat massa nya 0,7 g/cc ;bila tersedia
20000 gal GASOLINE maka tenaga yang dihasilkan berapa KWH?
Data-data konversi : 1 Btu = 1050 J ; 1 gal = 3,8 L
4. Peluru timah dengan massa 0,8 kg, dipanaskan mencapai suhu ( T oC ). Kemudian
dimasukan ke dalam kaleng alumunium berisi air sehingga suhu air mencapai 35 oC,
bila suhu mula-mula air 25 oC, berapa suhu timah tersebut ? Data lain : massa kaleng
500 g; massa air 2000 g; CAL = 900 J/kg oC ; Ctimah = 128 J/kg oC ; Cair = 4186 J/kg
o
C.
5. Bejana berisi air dengan suhu 25 oC, sebatang logam dengan suhu ( TL ) dimasukan
kedalam bejana tersebut hingga mencapai suhu setimbang 35 oC , massa logam 0,5
kg, massa bejana 300 g, massa air 4 kg, C L = ( 20 T + 3 T2 ) j/kg oC ; CBjn = 330 j/kg
o
C ; Ca = 4186 j/kg oC. Berapa suhu logam tersebut ?
6. Tabung gelas berukuran (0,5 ;0,5 ; 20) cm3 ; dengan koefisien ekspansi termal : x
= 3 x 10-6 , y = 6 x 10-6 dan z = 9 x 10-6/ oC ; tabung tersebut diisi aceton dengan
ACETON = 15 x 10-4/ oC , bila terjadi perubahan suhu sebesar 20 oC , tentukan :
Aceton yang tumpah ketika isi tabung penuh ? dan berapa kenaikan level aceton di
dalam tabung tersebut , ketika isi tabung adalah 1/2 bagiannya ?