Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

BERPIKIR VISIONER

Oleh
Karina Rizky Ismantia
NIM 23416020
(Program Studi Teknik dan Manajemen Industri)

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


2017
Benchmarking
Benchmarking adalah suatu proses yang biasa digunakan dalam manajemen atau umumnya manajemen
strategis, dimana suatu unit/bagian/organisasi mengukur dan membandingkan kinerjanya terhadap aktivitas
atau kegiatan serupa unit/bagian/organisasi lain yang sejenis baik secara internal maupun eksternal. Dari
hasil benchmarking, suatu organisasi dapat memperoleh gambaran dalam (insight) mengenai kondisi
kinerja organisasi sehingga dapat mengadopsi best practice untuk meraih sasaran yang diinginkan.

1. Apa yang dimaksud dengan Benchmarking?

Adalah suatu proses membandingkan dan mengukur suatu kegiatan perusahaan/organisasi terhadap proses
operasi yang terbaik di kelasnya sebagai inspirasi dalam meningkatkan kinerja (performance)
perusahaan/organisasi (Benchmarking The Primer; Benchmarking for Continuous Environmental
Improvement, GEMI, 1994).

Selain itu, benchmarking dapat mendorong perusahaan/ organisasi untuk menyiapkan suatu dasar untuk
membangun rencana operasional praktek terbaik perusahaan dan menganjurkan meningkatkan perbaikan
bagi seluruh komponen lingkungan perusahaan/organisasi.

2. Mengapa diperlukan Benchmarking?

Mungkin telah banyak penelitian yang difokuskan kepada kinerja suatu perusahaan/organisasi oleh
stakeholders, regulators dan legislators. Perlu kiranya perusahaan atau organisasi mengetahui kenyataan
kinerjanya tersebut di sajikan dalam suatu bentuk data yang terukur. Benchmarking adalah alat yang dapat
digunakan untuk melakukan pengukuran tingkat kinerja (performance) serta mengembangkan suatu
praktek yang terbaik bagi perusahaan/organisasi.

Benchmarking juga akan menolong perusahaan/ organisasi dalam mengidentifikasi kekuatan operasional
dan areal wilayah untuk dilakukan perbaikan. Dengan demikian, hal tersebut akan memungkinkan
perusahaan/organisasi dapat membandingkan dengan perusahaan atau organisasi kompetitor dan
selanjutnya akan menjadi alat stratregi bagi manajemen untuk meningkatkan kinerjanya.

3. Tujuan pelaksanaan Benchmarking?

Menentukan kunci atau rahasia sukses dari perusahaan pesaing yang paling unggul, kemudian
mengadaptasikan dan memperbaikinya secara lebih balk untuk diterapkan, yang akhirnya akan
mengungguli pesaing yang dibenchmarking.
Gap Analysis
Gap Analysis adalah perbandingan kinerja aktual dengan kinerja potensial atau yang diharapkan. Metode
ini merupakan alat evaluasi bisnis yang menitikberatkan pada kesenjangan kinerja perusahaan saat ini
dengan kinerja yang sudah ditargetkan sebelumnya, misalnya yang sudah tercantum pada rencana bisnis
atau rencana tahunan pada masing-masing fungsi perusahaan. Analisis kesenjangan juga mengidentifikasi
tindakan-tindakan apa saja yang diperlukan untuk mengurangi kesenjangan atau mencapai kinerja yang
diharapkan pada masa datang. Selain itu, analisis ini memperkirakan waktu, biaya, dan sumberdaya yang
dibutuhkan untuk mencapai keadaan perusahaan yang diharapkan.

Model Gap ini dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithamet, dan Barry dalam serangkaian penelitian
terhadap studi kasus yang diambil. Model gap ini juga dikenal dengan model ServQual (singkatan dari
Service Quality) karena gap analysis sering digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan. Model ini juga
didasarkan atau adanya asumsi konsumen membandingkan kinerja layanan pada atribut-atribut relevan
dengan standar ideal/sempurna untuk masing-masing atribut jasa.

Model gap ini juga pada dasarnya digunakan pada bidang bisnis dan manajemen karena dianggap mampu
memudahkan perusahaan untuk membandingkan kinerja aktual potensialnya. Sehingga, pihak perusahaan
dapat mengetahui sektor dan bidang mana yang sebaiknya harus diperbaiki dan ditingkatkan. Dari
penjelasan terkait gap analisis sebelumnya, dapat dilihat bahwa terdapat berbagai definisi gap analysis ialah
sebagai suatu metode atau alat yang digunakan untuk membantu suatu lembaga membandingkan
performansi actual dengan performansi potensi. Dengan kata lain, gap analisis merupakan suatu metode
yang digunakan untuk mengetahui kinerja dari suatu program yang sedang berjalan dengan sistem standar.

Analisis gap itu sendiri tidak hanya diterapkan dalam manajemen internal suatu lembaga/instansi, akan
tetapi dapat juga diterapkan dalam evaluasi kinerja dari pemerintah. Oleh karenanya analisis gap ini dapat
dikatakan sebagai alat analisis yang mempunyai pendekatan bottom-up yang dapat memberikan input
berharga bagi pemerintah, terutama dalam perbaikan dan peningkatan kinerja pelayanan kepada
masyarakat.

Tujuan dan Manfaat Analisis Gap

Selain itu, terdapat tujuan dari analisis gap untuk mengidentifikasi gap antara alokasi optimis dan integrasi
input, serta ketercapaian sekarang. Analisis gap membantu suatu instansi dalam mengungkapkan yang
mana harus diperbaiki. Proses analisis gap mencakup penetapan, dokumentasi, dan sisi positif keragaman
keinginan kapabilitas (sekarang). Berikut ialah beberapa manfaat dari gap analysis, yaitu antara lain:

1. Menilai seberapa besar kesenjangan antara kinerja aktual dengan suatu yang yang diharapkan.
2. Mengetahui peningkatan kerja yang diperlukan untuk menutup kesenjangan tersebut.
3. Menjadi salah satu dasar pengambilan keputusan terkait prioritas waktu dan biaya yang dibutuhkan
untuk memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan.
4. Mengetahui kondisi terkini dan tindakan apa yang akan dilakukan di masa yang akan datang.

Best Practice
Best Practice adalah suatu ide atau gagasan mengenai suatu teknik, metode, proses, aktivitas, insentip
atau penghargaan [reward] yang lebih efektif dalam mencapai keberhasilan yang luar biasa di bandingkan
dengan tehnik, metode, proses lain. Ide atau gagasan yang dengan pengawasan, dan pengujian yang sesuai,
dapat memberikan hasil yang diharapkan dengan lebih sedikit permasalahan dan komplikasi yang tidak
terduga.

Best practice dapat juga didefinisikan sebagai cara yang paling efisien [memerlukan usaha minimum] dan
paling efektif [menghasilkan hasil terbaik] untuk menyelesaikan suatu tugas/pekerjaan, berdasarkan
prosedur yang berulang-ulang [disampaikan di berbagai tempat] dengan memberikan bukti nyata yang
dapat mengubah perilaku sejumlah orang.

Meskipun kebutuhan akan peningkatan terus berproses sejalan dengan perubahan waktu dan perkembangan
berbagai hal, best practic dipertimbangkan oleh beberapa orang sebagai konsep istimewa yang biasa
digunakan untuk menggambarkan proses perkembangan dan mengikuti tata cara standar yang telah
ditetapkan dalam melakukan berbagai hal yang dapat digunakan oleh berbagai organisasi untuk
kepentingan menajemen, kebijakan dan terutama sistem pembinaan.

Crativity vs Analytic
Kreativitas menurut NACCCE (National Advisory Committee on Creative and Cultural Education) (dalam
Craft, 2005), kreativitas adalah aktivitas imaginatif yang menghasilkan hasil yang baru dan bernilai.
Selanjutnya Feldman (dalam Craft, 2005) mendefinisikan kreativitas adalah:

the achievement of something remarkable and new, something which transforms and changes a field of
endeavor in a significant way . . . the kinds of things that people do that change the world.

Menurut Munandar (1985), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan
data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Hasil yang diciptakan tidak selalu hal-hal yang baru, tetapi juga
dapat berupa gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Selain itu, Csikszentmihalyi
(dalam Clegg, 2008) menyatakan kreativitas sebagai suatu tindakan, ide, atau produk yang mengganti
sesuatu yang lama menjadi sesuatu yang baru.

Pada dasarnya manusia mempunyai potensi-potensi untuk kreatif, tergantung bagaimana engembangkan
dan menumbuhkan potensi kreatif tersebut. Ciri individu yang kreatif menurut pendapat para ahli psikologi
antara lain adalah imajinatif, mempunyai inisiatif, mempunyai minat luas, bebas dalam berpikir, rasa ingin
tahu yang kuat, ingin mendapat pengalaman baru, penuh semangat dan energik, percaya diri,
bersedia mengambil resiko serta berani dalam pendapat dan memiliki keyakinan diri. (Munandar, 2009).

Perbedaan ciri sifat antara individu satu dengan yang lain akan meyebabkan perbedaan cara penyesuaian
terhadap lingkungan, misalnya cara pemecahan masalah. Pada individu yang kreatif akan tampak beberapa
ciri sifat yang berbeda dibanding individu yang kurang kreatif, yang pada prinsipnya akan menunjukkan
individualitas yang kuat. Ciri sifat tersebut diantaranya adalah sifat mandiri, keberanian mengambil resiko,
minat yang luas serta dorongan ingin tahu yang kuat. Dalam kreativitas banyak aspek yang berpengaruh
dalam mengembangkan kreativitas yang juga dapat membedakan antara individu satu dengan yang lainnya

Analisa atau analisis atau Analysis adalah suatu usaha untuk mengamati secara detail sesuatu hal atau
benda dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau penyusunnya untuk di kaji lebih
lanjut. Analisa berasal dari kata Yunani kuno analusis yang artinya melepaskan. Analusis terbentuk dari
dua suku kata, yaitu ana yang berarti kembali, dan luein yang berarti melepas sehingga jika di gabungkan
maka artinya adalah melepas kembali atau menguraikan. Kata anlusis ini di serap kedalam bahasa inggris
menjadi analysis yang kemudian di serap juga ke dalam bahasa Indonesia menjadi analisis.

Analisis atau analysis (analisa) merupakan pengkajian tentang bahasa untuk memeriksa secara lengkap
dari struktur bahasa. Sedangkan kegiatan di laboratorium, kata analisa atau analisis dapat juga berarti
aktivitas yang dilakukan di laboratorium untuk memeriksa atau meneliti zat dalam sampel. Namun, dalam
perkembangannya, penggunaan analisis kata atau analisis akademisis sorotan, terutama di kalangan ahli
bahasa.

Definisi Analisis merupakan suatu kegiatan yang memuat sejumlah aktivitas seperti mengurai,
membedakan, memilah sesuatu untuk dikategorikan dan dikelompokkan kembali menurut tujuan tertentu
kemudian dicari kaitannya dan diterjemahkan artinya. Dalam definisi lain, analisis ialah pandangan atau
perhatian terhadap sesuatu (benda, fakta, fenomena) sampai bisa menterjemahkan menjadi bagian-bagian,
serta mengenal hubungannya antar bagian tersebut di dalam keseluruhan.
Specialist vs Generalist
Generalis atau orang sering menyebutnya sebagai, manusia segala bisa adalah tipikal manusia yang
menginginkan untuk menjadi ahli dalam segala hal dan mampu melakukan banyak hal sekaligus. Kaum
generalis berpikir bahwa manusia haruslah dapat menjadi penguasa atas segala sesuatu hal di dunia ini.
Minimal menurut pemahaman ini adalah bahwa manusia harus bisa melakukan apapun meskipun tidak ahli,
agar hidup mereka tidak terlalu bergantung pada orang lain.

Kaum generalis mengkritik kaum spesialis atas dasar asumsi bahwa kaum spesialis terlalu mengkotak-
kotakkan pekerjaan dan mengkhususkan segala sesuatu yang dianggap mudah dan bisa dilakukan sekaligus
menjadi dipecah-pecah menjadi beberapa macam pekerjaan. Hal ini menurut kaum generalis adalah
perbuatan yang sangat merugikan bagi manusia itu sendiri, sebab manusia menjadi lebih ketergantungan
terhadap orang lain dengan adanya spesialisasi ini. Spesialisasi ini merupakan bentuk penjajahan atas
manusia. Sebagai contoh adalah dalam hal pertanian. Dahulu, petani adalah orang yang memiliki tanah,
benih, pekerja, alat-alat pertanian, gabah, sekaligus menjadi penjual bagi padi itu sendiri. Namun, pada
masa kemudian pekerjaan petani tadi dipecah-pecah menjadi beberapa bagian yang dikhususkan
(dispesialisasikan) seperti petani yang menjadi buruhnya saja, petani yang berubah fungsi menjadi penjual,
petani pembuat benih, dan sebagainya.

Sedangkan kaum spesialis dikatakan sebagai kaum elit yang spesifik. Mereka menguasai dengan baik
mengenai satu hal dan tidak mengetahui sedikitpun tentang hal lain di luar yang mereka ketahui tersebut.
Mereka mengandalkan keahlian dari orang lain untuk melakukan kegiatan yang tidak mereka dapat
lakukan. Mereka menonjolkan konsep keunggulan komparatif dimana mereka percaya bahwa setiap orang
mampu melakukan hal yang terbaik yang dapat mereka lakukan yang tidak dapat dilakukan dengan lebih
baik oleh orang lain. Dengan kata lain, kaum spesialis beranggapan bahwa satu orang haruslah menjadi ahli
bagi satu bidang pekerjaan saja dan untuk melakukan pekerjaan yang lainnya maka manusia membutuhkan
orang lain, oleh karena itu muncullah kerjasama dan perdagangan yang berwujud tukar menukar barang
dan jasa (barter) hingga kemudian dikenal uang sebagai alat tukar.

Kaum spesialis berpikir bahwa spesialisasi merupakan jalan yang lebih baik dalam penguasaan salah satu
aspek dalam kehidupan manusia secara komprehensif. Meskipun tidak holistik yaitu tidak menguasai
seluruh bidang ilmu, namun spesialis menekankan pada keunggulan optimal pada salah satu bidang saja
sehingga sangat rentan terhadap ketidaktahuan yang juga merupakan ciri dari kelemahannya. Selain itu,
spesialis juga sangat bergantung pada orang lain sehingga tanpa bantuan dari orang lain, spesialis tidak
akan dapat hidup sendiri. spesialis menganggap hal ini sebagai bagian dari perkembangan teknologi yang
tidak dapat dihindarkan. Kritik kaum spesialis terhadap generalis adalah bahwa generalis hanya mengetahui
suatu hal secara dangkal dan tidak mendalam. Mereka memang mengetahui banyak hal, namun mereka
tidak menguasai banyak hal. Bahkan mereka tidak menguasai satu hal pun secara mendalam. Akan lebih
baik jika penguasaan tersebut diserahkan kepada orang yang ahli di bidangnya, yaitu para spesialis.

Namun, meskipun begitu pemenang dalam perdebatan ini pun masih menjadi suatu perdebatan. Di satu sisi
kaum generalis berpikir bahwa mereka adalah para konseptor yang memimpin para spesialis untuk
melakukan suatu hal tertentu. Hal ini dikarenakan bahwa menurut generalis, mereka adalah pemimpin
karena mengetahui tentang keseluruhan sistem pemikiran secara holistik, sehingga mereka mengetahui
proses-proses dan kebijakan yang akan dilakukan secara menyeluruh dalam suatu pengambilam keputusan
yang didasarkan pada pertimbangan seluruh hal. Tidak seperti spesialis yang hanya mengambil keputusan
beradasarkan yang mereka ketahui semata dan tidak mempertimbangkan hal lain. Oleh karena itulah, pada
kenyataannya di dunia nyata, yang menjadi pemimpin-pemimpin besar dunia adalah mereka yang menjadi
generalis, bukan mereka yang menjadi spesialis. Kebanyakan spesialis hanyalah menjadi pesuruh maupun
staff ahli bagi seorang generalis. Spesialis mudah dicari dan dipekerjakan karena mereka sangat bergantung
pada pekerjaan yang mereka geluti dengan alasan bahwa mereka tidak dapat melakukan hal lain di luar
keahlian mereka. Akibatnya, banyak spesialis dieksploitasi sedemikian rupa oleh para generalis dan mereka
tidak dapat melakukan perlawanan melainkan hanya menuruti perintah yang datang kepada mereka.

Jalan tengah bagi perdebatan ini dapat diamati melalui sejarahnya yang panjang. Pada dasarnya setiap
generalis adalah spesialis, dan setiap spesialis adalah generalis. Hal ini dapat dibuktikan sejak masa
pembagian ilmu di zaman Yunani Kuno. Pada awalnya manusia hanya mengetahui ilmu Agama.Kemudian
manusia mulai mencari ilmu di luar agama yang tidak hanya bersifat dogmatis melainkan juga rasional
yang dapat dimengerti secara jelas oleh akal. Oleh karena itu kemudian manusia mulai meraba-raba dunia
dengan melakukan kajian filsafat. Dalam kemajuannya kemudian filsafat ini membagi pengetahuan
menjadi tiga yaitu estetik, religik dan saintifik. Ilmu saintifik inilah yang kemudian menjadi dua cabang
ilmu yaitu ilmu alam dan ilmu sosial. Dari sinilah kemudian dapat kita pahami bahwa seorang ahli filsafat
sebenarnya adalah seorang generalis karena ia mampu menguasai berbagai macam hal keilmuan di dunia
ini, namun kemudian ia juga menjadi seorang spesialis karena ia sangat ahli tentang hal ihwal keilmuan
filsafati. Hal inilah yang membuktikan proposisi saya bahwa seorang generalis sesungguhnya adalah
seorang spesialis dan begitu pula sebaliknya.

Sehingga menurut saya tentang teori ini maka dapat disimpulkan bahwa sebaik-baiknya seorang generalis
adalah seorang generalis yang memiliki keahlian sebagai spesialis dan sebaik-baiknya seorang spesialis
adalah seorang yang menguasai keseluruhan aspek sebagai seorang generalis. Permisalan yang terakhir
untuk pendapat ini adalah jadilah seorang Jenderal bagi seseorang yang merasa dirinya generalis, dan
jadilah seorang Kopasus (Komando Pasukan Khusus) bagi seorang spesialis karena mereka merupakan hal
terbaik yang dapat dicapai oleh kedua aliran pemahaman ini.

Structure Thinking

Pembelajaran yang hanya menekankan pada aspek pengetahuan membuat seseorang menjadi pasif, tidak
ada motivasi untuk mengembangkan wawasan dan kompetensi sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya. Ketika menghadapi permasalahan yang membutuhkan pemecahan melalui analisis dan daya
kritis, seseorang pada umumnya kesulitan untuk berpikir melakukan diagnosa atas masalah-masalah yang
dihadapi.

Oleh karena itu, seseorang harus diarahkan untuk mampu berpikir algoritmis, cara berpikir yang
dilaksanakan dengan langkah-langkah yang terstruktur untuk memecahkan masalah atau menemukan solusi
atas permasalahan yang dihadapi. Langkah-langkah itu harus dipahami oleh seseorang, seseorang yang
tidak mampu berpikir secara terstruktur hanya akan menjadi robot, tetapi tidak memiliki daya kritis.

Pembiasaan seseorang untuk berpikir secara terstruktur akan membawa seseorang pada penumuan sesuatu,
penemuan bisa berupa sesuatu yang baru (invention) atau yang sudah pernah ditemukan tetapi ditemukan
kembali (discovery), oleh karena itu pembelajaran saintifik lebih menekankan kepada sesuatu yang bukan
dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara penyelesaiannya, dalam hal ini, guru hanya berperan
sebagai pembimbing bukan sumber informasi utama selama pembelajaran berlangsung.

Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau
berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan
kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas (Muhibbin, 2008). Untuk
itu seseorang sangat diperlukan dalam penguasaan terhadap konsep-konsep, prinsip-prinsip dan
generalisasi.

Adapun langkah-langkah yang wajib dipahami oleh seseorang untuk memecahkan suatu pertanyaan yang
dikategorikan sebagai masalah dapat merujuk pada pendapat Polya, yaitu: 1. Memahami masalahnya.
Dalam hal ini, pemecah masalah harus mengetahui apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, antaranya
adalah 1) apakah kita mengetahui arti semua kata yang digunakan? Jika tidak carilah di indeks, kamus,
definisi; 2) apakah kita mengetahui yang dicari atau ditanya?; 3) apakah kita mampu menyajikan masalah
dengan menggunakan kata-kata sendiri?; d) apakah masalah dapat disajikan dengan cara lain?; 4) apakah
kita dapat menggambar sesuatu yang dapat digunakan sebagai bantuan?; 5) apakah informasi cukup untuk
menyelesaikan masalah?; 6) apakah informasi berlebihan?; dan 7) apakah ada yang perlu dicari sebelum
mencari jawaban dari masalah? 2. Merencanakan cara penyelesaian, yang dapat di uraikan menjadi
dua,yaitu: 1) jangan ragu-ragu untuk mencoba salah satu dari strategi untuk digunakan dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi; 2) pada umumnya, strategi yang berhasil ditemukan setelah
beberapa kali mencoba strategi yang gagal. Kegagalan adalah satu langkah kecil untuk mencapai tujuan
dalam pemecahan masalah. 3. Menyelesaikan masalah sesuai dengan recana. Dalam melaksanakan
rencana yang tertuang pada langkah kedua, kita harus memeriksa tiap langkah dalam rencana dan
menuliskannya secara detail untuk memastikan bahwa tiap langkah sudah benar. Kadang sebuah persamaan
tidaklah cukup.

Intuitive & Pattern Recognition

Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan
intelektualitas. Para pemimpin visioner adalah orang-orang besar yang berbakat dengan intuisi mereka. Hal
ini terjadi karena mereka telah terbiasa dengan pola pikir dan pola rasa terhadap inti pekerjaan mereka,
sehingga penalaran atau analisis secara rasional sudah terjadi setiap hari di dalam imajinasi mereka. Oleh
karena itu, pada saat dibutuhkan keputusan yang sangat cepat, mereka bisa segera memberikan keputusan
dari suara hati dan pikiran cepat mereka. Keajaiban mereka tidaklah berasal dari proses instan, tetapi dari
proses akumulasi yang sangat lama dan panjang dari pengalaman mengamati juga berpikir, dan semua
pengamatan oleh batin itu mampu menyimpan pengetahuan, yang pada saat dibutuhkan dapat diekspresikan
melalui intuisi.

Keputusan dari intuisi tidaklah selalu sempurna atau berkualitas. Intuisi juga dapat menghasilkan
keputusan-keputusan yang salah, sehingga bukan solusi yang didapat, tetapi masalah baru yang mungkin
muncul. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk memperhatikan konteks persoalan dan jenis keputusan
yang harus dibuat. Bila jenis keputusan membutuhkan perhitungan risiko yang sangat mendalam, karena
memiliki dampak yang sangat luas, serta mempengaruhi banyak aspek kehidupan lainnya, maka keputusan
secara intuisi tetaplah harus diuji dengan perhitungan secara rasional yang terhitung risikonya secara ilmiah.

Keputusan dengan intuisi tetaplah memiliki keterbatasan oleh ketidaklengkapan informasi dan data saat
intusi membuat kesimpulan. Dan juga pengaruh dari emosi dan rasa percaya diri yang berlebihan berpotensi
mengabaikan untuk mempertimbangkan berbagai potensi alternatif. Sering sekali keputusan dengan intuisi
hanya didorong oleh rasa yakin dan percaya tanpa mempertimbangkan fakta, bukti, ataupun pendapat orang
lain.
Intuisi adalah hasil dari integritas pribadi pada sebuah fokus yang didalami secara total. Jadi, intuisi akan
selalu menghasilkan kebenaran yang diyakini oleh hati nurani terhadap hal-hal yang sangat ditekuni atau
dipelajari secara maksimal.

Intuisi merupakan kekuatan berpikir yang paling jujur, tetapi dia hadir seolah-olah tanpa berpikir, dan
seolah-olah hanya menggunakan firasat untuk memberitahu sesuatu yang sangat dibutuhkan.

Kesadaran untuk melatih intuisi dengan cara menjadi pembelajar yang terus-menerus; selalu rendah hati
untuk belajar dari manapun dan tanpa menghakimi sumbernya, akan menjadikan diri Anda unik dan
istimewa dengan kecerdasan naluri, yang dapat diandalkan dalam pembuatan keputusan penting dan cepat.
Intuisi adalah sahabat jiwa yang setiap hari harus dilatih bersama dialog batin untuk menjadikannya cerdas
dan cepat. Jadi, saat Anda membutuhkan kontribusi atau pelayanan yang cepat dan tepat dari intuisi, maka
dia akan menjadi sahabat yang paling jujur, dan cerdas memandu Anda untuk pembuatan keputusan yang
benar.

Pattern Recognition

Pengenalan pola (pattern recognition) dapat diartikan sebagai proses klasifikasi dari objek atau pola menjadi
beberapa kategori atau kelas dan bertujuan untuk pengambilan keputusan (Theo doridis and Koutroumbas
2006, 1). Pengenalan pola adalah komposisi kompleks dari stimulus sensori yang di ketahui seseorang
sebagai bagian dari objek. Pengenalan pola dan kemampuan mengenali objek dapat terjadi dengan
langsung, tanpa usaha dan biasanya terjadi secara cepat. Pattern Recognition atau pengenalan pola dapat
dilatih oleh diri sendiri dengan beberapa cara, antara lain:

1. Sering membaca. Karena dengan sering membaca, kita akan mendapatkan banyak pengetahuan
soal hal yang akan diteliti. Apabila pengetahuan mengenai hal yang akan diteliti sudah bertambah,
otomatis polanya akan lebih mudah dikenali.

2. Telaten. Melihat sesuatu dengan teliti juga dapat melatih kita dalam memahami pola pola hal yang
akan dipelajari.

3. Peduli terhadap lingkungan sekitar. Dengan sering memperhatikan lingkangan sekitar, maka kita
bisa menjadi lebih peka terhadap pola-pola yang terjadi di lingkungan.

4. Melatih ingatan. Mempertajam dan memperkuat ingatan juga diperlukan agar dapat mengingat hal
- hal yang terpola dengan mudah.
Referensi
http://www.menlh.go.id/benchmarking/
http://erwinallomboky.blogspot.co.id/2013/06/review-model-evaluasi-gap-analysis.html
http://pena.gunadarma.ac.id/teknik-analisis-masalah-gap-analysis-dan-swot-analysis/
http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-kreativitas-definisi-aspek.html
http://untungsutikno.blogspot.co.id/2010/05/pengertian-ruang-lingkup-dan-ciri-ciri.html
http://majalahpendidikan.com/analisis-definisi-jenis-jenis-dan-contohnya/
http://samparona.blogspot.co.id/2014/11/membiasakan-siswa-berfikir-algoritmis.html
https://arirozasunjay.wordpress.com/2014/06/21/spesialis-vs-generalis/
http://djajendra-motivator.com/?p=7561
http://nurul-h--fpsi10.web.unair.ac.id/artikel_detail-64979-umum-Pengenalan%20Pola.html
https://www.dictio.id/t/bagaimana-cara-melatih-kemampuan-pengenalan-pola-pattern-
recognition/12089/3

Anda mungkin juga menyukai