kemiskinan meningkat
LIPI: Waspadai risiko ledakan penduduk miskin dalam 2 tahun
AGUST SUPRIADI
Bisnis Indonesie
JAKARTA: Risiko perlambatan
ekonomi dan
ancaman inflasi tinggi
akibat kenaikan harga
bahan bakar minyak
(BBM) berpotensi mendorong
angka kemiskinan
dari 10,5%-11,5%
menjadi 11,93%-12,08%.
Armida Sjalsiah Alisjahbana,
Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas), menuturkan
kenaikan harga BBM akan berdampak
pada kenaikan harga
pangan dan meningkatnya pengeluaran
penduduk miskin.
Implikasi lanjutannya dapal
menurunkan daya beli dan tingkat
konsumsi pangan masyarakat.
"Pertumbuhan ekonomi 6,5%
dan kenaikan inflasi menjadi
7% akan menyebabkan peningkatan
angka kemiskinan menjadi
sekitar ll,93%-12,08% per
Maret 2012," ungkap Armida
dalam dokumen paparan rapat
kerja dengan Komisi XI DPR, pekan
lalu.
Pemerintah, lanjut Armida,
akan memberikan kompensasi
bagi penduduk miskin yang akan
terkena dampak kenaikan harga
BBM guna meredam kenaikan
angka kemiskinan sesuai dengan
rencana kerja pemerintah (RKP)
10,596-11,5.%..
Kompensasi diberikan dalam
bentuk bantuan langsung sementara
masyarakat (BSI.Ml bagi
18,5 juta rumah tangga miskin
(RTM), yang masing-masing
Rp 150.000 per bulan selama 9
bulan.
Menurutnya, BLSM Rpl50.000
diberikan dengan menyesuaikan
pada inflasi keranjang kemiskinan
{poverty basket inflation/PB\)
dan kenaikan pengeluaran RTM.
PBI bisa dimaknai sebagai jarak
antara inflasi pangan dan inflasi
yang dirasakan rakyat miskin.
Pemerintah memperkirakan
PBI pada tahun ini sekitar 7,7%-
8,0%, dengan asumsi garis kemiskinan
Rp257.114 dan rata-rata
pengeluaran RTM Rp211.026.
Perhitungan tersebut lebih rendah
dibandingkan 2008, ketika
bantuan langsung tunai (BLT)
dibagikan Rp 100.000 per RTM
per bulan. Saat itu, PBI berada
pada level 9,56%, sedangkan
garis kemiskinan dan rata-rata
pengeluaran RTM masing-masing
Rpl82.636dan Rpl50.953.
"Kalau inflasinya 7,5% dengan
PBI 8,l%-8,5%, maka kemiskinan
menjadi 12,14%-12,35%,"
prediksi Armida.
Sementara itu, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI)
mengingatkan pemerintah akan
risiko ledakan jumlah penduduk
miskin dalam 2 tahun ke depan
akibat kenaikan
harga BBM bersubsidi.
Latif Adam, ekonom
Pusat Penelitian
Ekonomi (P2E)
LIPI, mengatakan
angka kemiskinan
di Tanah Air pernah melonjak
menjadi 16% saat harga BBM dinaikkan
pada 2005. Padahal pada
saat itu pemerintah telah
menggelontorkan bantuan langsung
tunai (BLT) guna meredam
efeknya.
"Kemungkinan siklus ini akan
terulang pada 2012 ini. Pemerintah
harus mewaspadai dampak
ledakan angka kemiskinan
pada tahun berikutnya juga karena
bisa jadi dampak kenaikan
harga BBM ini tidak hanya terlihat
di tahun ini, karena cuma
tinggal 9 bulan, tapi baru terasa
ledakannya 2013 nanti," tuturnya
kepada Bisnis.
Untuk itu. lanjutnya, ada sejumlah
hal yang harus diwaspadai.
Pertama, soal penggunaan
dasar rumah tangga sasaran
(RTS) dalam penetapan bantuan
langsung sementara masyarakat
(BLSM), yang akan ada selisih
keliru antara patokan RTS dan
per kapita penduduk atau perorangan.
Kedua, kata Latif,
soal definisi penduduk
miskin dan
hampir miskin agar
pemberian kompensasi
tidak salah
sasaran seperti program
BLT yang diterapkan pada
2006.
Oleh karena itu, menurut Latif,
pemerintah harus benar-benar
mengkaji kembali mekanisme
penghitungan RTS karena nanti
bisa sangat berbeda dampaknya
pada angka kemiskinan.
Ekonom EC-Think Telisa Aulia
Falianty menuturkan jika menghitung
akumulasi inflasi dalam 4
tahun terakhir, pemberian bantuan
langsung sebesar Rpl50.000
per bulan belum setimpal. "Sudah
empat tahun terlewati, harga me-.
ningkat jauh dengan inflasi yang
terakumulasi. Selisih Rp50.000 itu
belum bisa menutupi," ujar Telisa.
Tingkat pengangguran
Untuk menumbuhkan perekonomian
6,5%, pemerintah men- '
janjikan pertumbuhan belanjanya
hingga 6,8%, sedangkan
konsumsi masyarakat diharapkan
tumbuh 4,9%. Untuk pembentukan
modal tetap bruto atau
investasi diperkirakan tumbuh
10,9%, ekspor 9,9%, dan impor
11,4%.
Berdasarkan semua asumsi tersebut,
Armida memperkirakan
tingkat pengangguran terbuka
(TPT) pada tahun ini sekitar
6,4%-6,6%. Perkiraan TPT terse--
but karena memperhitungkan
dampak dari penggunaan saldo
anggaran lebih 2011 untuk pembangunan
infrastruktur dan pemberian
beasiswa bagi siswa,
miskin.
"Itu akan berdampak pada pertambahan
angkatan kerja sebanyak
2,6 juta dan pertambahan
kesempatan kerja baru 2,92 juta.
Kesempatan kerja per 1 % pertumbuhan
ekonomi sekitar 450.000,"
jelasnya. (Ol) (agusi.supriadiQbisnls.