OUTLOOK KAKAO
2016
OUTLOOK KAKAO
ISSN : 1907-1507
Penyunting :
Naskah :
Ir. Vera Junita Siagian
Design sampul :
Diah Indarti, SE
Diterbitkan oleh :
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Kementerian Pertanian
2016
KATA PENGANTAR
Guna mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya.
Salah satu hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah
Outlook Komoditi Perkebunan.
Publikasi ini disajikan dalam bentuk hard copy dan dapat dengan
mudah diperoleh atau diakses melalui portal e-Publikasi Kementerian
Pertanian http://epublikasi.setjen,pertanian.go.id/.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
RINGKASAN EKSEKUTIF
BAB I. PENDAHULUAN
1.2. TUJUAN
Outlook Komoditi Kakao tahun 2016 disusun berdasarkan data dan informasi
yang diperoleh dari data sekunder yang bersumber dari instansi terkait di lingkup
Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian, seperti Badan
Pusat Statistik (BPS), International Cocoa Organization (ICCO) dan Food and
Agriculture Organization (FAO). Jenis variabel, periode dan sumber data
disajikan pada Tabel 2.1.
Y b0 b1 X 1 b2 X 2 ... bn X n
n
b0 b j X j
j 1
Produksi pada periode ke-t diduga merupakan fungsi dari luas tanaman
menghasilkan pada periode ke-t. Dengan memperhatikan ketersediaan data,
analisis penawaran dilakukan berdasarkan data produksi dalam periode
tahunan. Untuk peubah-peubah bebas yang tidak tersedia datanya dalam
periode waktu yang bersesuaian maka dilakukan proyeksi terlebih dahulu
dengan menggunakan model analisis trend (trend analysis) atau model
pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing).
SS Regresi
R2
SS Total
dimana : SS Regresi adalah jumlah kuadrat regresi
SS Total adalah jumlah kuadrat total
Sementara, untuk model data deret waktu baik analisis trend maupun
pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing), ukuran
kelayakan model berdasarkan nilai kesalahan dengan menggunakan statistik
MAPE (mean absolute percentage error) atau kesalahan persentase absolut
rata-rata yang diformulasikan sebagai berikut:
Semakin kecil nilai MAPE maka model deret waktu yang diperoleh
semakin baik. Pengolahan data untuk analisis penawaran dan permintaan
menggunakan software statistik Minitab Release 13.20. Software ini
digunakan untuk pemodelan regresi berganda dan time series, seperti
analisis trend atau pemulusan eksponensial berganda.
(Ha)
2.000.000
1.600.000
1.200.000
800.000
400.000
0
1992
1999
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1993
1994
1995
1996
1997
1998
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Sejak tahun 2004, luas areal kakao diatas satu juta hektar dan terus
meningkat hingga tahun 2012 dan tahun 2012 merupakan luas areal tertinggi
selama periode tahun 1980-2015. Menurut status pengusahaannya, perkebunan
kakao di Indonesia dibagi menjadi tiga yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan
Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Dari ketiga status
pengusahaan ini, peningkatan luas areal cukup tinggi terjadi pada PR dimana
pada periode 1980-2011 luas arealnya meningkat sebesar 18,28% per tahun, PBN
sebesar 3,86% per tahun dan PBS 7,20% per tahun. Penurunan luas areal kakao
nasional pada periode tahun 2012-2016 disebabkan karena luas areal PBN turun
16,52% dan PBS turun 8,38% sementara luas areal PR naik 0.52% per tahun
(Lampiran 1).
Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Luas Areal Kakao di Indonesia,
Tahun 19802016
Luas Areal
Tahun
PR PBN PBS Indonesia
Pertumbuhan (%)
Dari sisi kontribusi, luas areal kakao Indonesia pada periode tahun 1980-2016
didominasi oleh PR dengan rata-rata kontribusi sebesar 91,30% sementara PBN
sebesar 5,71% dan PBS 6,18% dari seluruh luas areal kakao Indonesia. Pada
periode tahun 2012-2016 (lima tahun terakhir), kontribusi luas areal kakao PR
sedikit meningkat menjadi 97,42% sementara PBN 1,41 dan PBS 1,92% dari
seluruh luas areal kakao di Indonesia (Tabel 3.1).
Pada tahun 2009-2011 Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal
Perkebunan mencanangkan Program Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan
Mutu Kakao (Gernas Kakao). Program ini mengacu pada hasil identifikasi di
lapangan tahun 2008 bahwa kurang lebih sebanyak 70.000 ha dengan kondisi
tanaman tua, rusak, tidak produktif, dan terkena serangan hama dan penyakit
dengan tingkat serangan berat sehingga perlu dilakukan peremajaan. Selain itu
sebanyak 235.000 ha kebun kakao dengan tanaman yang kurang produktif dan
terkena serangan hama dan penyakit dengan tingkat serangan sedang sehingga
perlu dilakukan rehabilitasi, dan sebanyak 145.000 ha kebun kakao dengan
tanaman tidak terawat dan kurang pemeliharaan sehingga perlu dilakukan
intensifikasi. Oleh karena itu program Gernas Kakao dilakukan melalui 3 metode
yaitu peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi (Kementerian Pertanian, 2012).
Hasil dari program tersebut tampak dari peningkatan luas areal kakao Indonesia
tahun 2009 sebesar 11,36%, dimana peningkatan luas areal terjadi pada PR
sebesar 12,44%.
Setelah tahun 2013 pemerintah tetap memperhatikan kakao sebagai
komoditas strategis baik untuk petani muapun bagi devisa negara. Untuk itu pada
tahun 2015 pemerintah melaksanakan pengembangan kakao melalui APBN Murni
juga melalaui APBN-P (Kementerian Pertanian, 2015).
Perkembangan luas areal kakao di Indonesia menurut jenis pengusahaannya
secara rinci disajikan dalam Lampiran 1.
kemudian tahun 2015 sebesar 661.243 ton atau mengalami peningkatan rata-rata
sebesar 13,99% per tahun. Dari hasil estimasi Ditjen Perkebunan, produksi kakao
tahun 2016 akan naik 15,00% dibandingkan tahun 2015. Produksi tertinggi selama
periode tahun 1980-2016 terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 837.918 ton.
Pada periode tahun 2012-2016 atau selama lima tahun terakhir, rata-rata
pertumbuhan produksi kakao naik sebesar 1,63% per tahun. Perkembangan
produksi kakao di Indonesia secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 2.
(Ton)
900.000
750.000
600.000
450.000
300.000
150.000
0
1987
2002
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
PR PBN PBS Indonesia
Dari ketiga status pengusahaan ini, peningkatan produksi cukup tinggi pada
periode tahun 1980-2016 terjadi pada PR yaitu sebesar 23,82% per tahun,
sementara PBN sebesar 2,83% per tahun dan PBS 12,09% per tahun. Pada periode
tahun 2012-2016, produksi PBN dan PBS justru mengalami penurunan masing-
masing sebesar 15,48% per tahun (PBN) dan 9,37% per tahun (PBS) (Lampiran 2).
Sama seperti luas areal, produksi kakao Indonesia juga didominasi PR dengan
kontribusi produksi PR sebesar 85,96% pada periode tahun 1980-2011 sementara
PBN sebesar 8,04% dan PBS 5,99%. Pada periode tahun 2012-2016 (lima tahun
terakhir), kontribusi produksi kakao PR meningkat menjadi sebesar 94,50%, PBN
sebesar 2,33% dan PBS 3,18% dari seluruh produksi kakao di Indonesia (Tabel 3.2).
(Kg/Ha)
1.200
1.000
800
600
400
200
0
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
PR PBN PBS Indonesia
Sulbar, 10,01
Sumut, 3,43
Sulteng, 21,69
Lainnya, 19,81
Kab. Banggai
9,58%
Kab. Parigi
mountong
33,57%
Kab. Donggala
10,81% Kab Poso
16,56%
Gambar 3.5. Kabupaten Sentra Kakao di Provinsi Sulawesi Tengah, Tahun 2014
Lainnya
Kab. Soppeng 29,76%
8,01%
Kab. Luwu
Timur Kab. Luwu
8,64% Utara
14,70%
kab. Bone
11,36%
Lainnya
Kab Konawe 18,29%
6,30%
Kab. Kolaka
Utara
46,87%
Kab. Kolaka
Timur
Kab. Muna 20,60%
7,93%
(Gr/Kapita)
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
(Rp/Kg)
25.000
20.000
15.000
10.000
5.000
0
1997
2005
2013
1996
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2014
2015
jenis kegiatan perkiraan sewa lahan bebas sewa yaitu sebesar 31,27%.
Rata-rata produksi dan pengeluaran per hektar dari usaha perkebunan
kakao disajikan pada Lampiran 10.
(Ton)
700.000
600.000
500.000
400.000
300.000
200.000
100.000
0
2001
2005
2009
2000
2002
2003
2004
2006
2007
2008
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Vol. Ekspor Vol. Impor
(Juta US$)
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
800
600
400
200
-
2010
2011
2012
2013
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2014
2015
1.400
1.200
1.000
800
600
400
200
-
2011 2012 2013 2014 2015
(Ton)
120.000
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
Australia
Jerman
Spayol
Malaysia
India
USA
Cina
Belanda
Philipina
Thailand
Neg. Lain
Gambar 3.13. Negara Tujuan Ekspor Kakao Indonesia, Tahun 2015
Pada tahun 2015, volume impor kakao Indonesia sebesar 84,44 ribu ton
yang berasal dari 52 negara. Negara terbesar asal impor kakao Indonesia adalah
Pantai Gading yaitu 25,17 ribu ton. Negara asal impor kakao Indonesia
berikutnya adalah Malaysia, Gana, Kamarun, Singapur, Equador, Papua Nugini,
Cina, Belgi dan Peru. Sementara negara lain asal impoir kakao Indonesia adalah
sebesar 84,44 ribu ton. (Gambar 3.17). Negara asal impor kakao Indonesia
disajikan secara rinci pada Lampiran 13.
90.000
80.000
70.000
60.000
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0
(Ha)
2.000.000
1.800.000
1.600.000
1.400.000
1.200.000
1.000.000
800.000
600.000
400.000
200.000
0
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
(Ton)
1.000.000
900.000
800.000
700.000
600.000
500.000
400.000
300.000
200.000
100.000
0
1994
2007
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Gambar 4.2. Perkembangan Produksi Kakao di ASEAN, Tahun 1980-2013
(Ton/Ha)
1,20
1,00
0,80
0,60
0,40
0,20
0,00
1980
1989
2008
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2009
2010
2011
2012
2013
Gambar 4.3. Perkembangan Produktivitas Kakao ASEAN, Tahun 1980-2013
(Ha)
12.000.000
10.000.000
8.000.000
6.000.000
4.000.000
2.000.000
0
1986
1993
2000
2007
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Gambar 4.4. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kakao di Dunia,
Tahun 1980-2013
(Ton)
5.000.000
4.500.000
4.000.000
3.500.000
3.000.000
2.500.000
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
0
1994
1999
2004
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1995
1996
1997
1998
2000
2001
2002
2003
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
(Kg/Ha)
0,60
0,50
0,40
0,30
0,20
0,10
0,00
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Indonesia
98,47%
Malaysia
0,90%
Philipina
Lainnya 0,54%
0,08%
Indonesia
98,12%
Malaysia
1,13%
Philippines
0,62%
Lainnya
0,12%
(Ton/Ha)
3,00 2,52
2,50
2,00
1,50
0,71
1,00 0,52 0,47
0,50
0,00
Thailand Malaysia Philipin Indonesia
Lainnya
Kamerun 15,89% Pantai Gading
6,68% 24,07%
Brazil
6,82%
Indonesia
Nigeria 17,51%
12,75%
Ghana
16,29%
Produksi biji kakao tahun 2009-2013 didominasi oleh negara Pantai Gading,
Indonesia, Ghana, Nigeria, Kamerun dan Brazil (Gambar 4.11). Keenam negara
tersebut memberikan kontribusi sebesar 84,11% terhadap total produksi kakao
dunia. Pantai Gading merupakan penghasil kakao terbesar di dunia dengan rata-
rata produksi sebesar 2.36 juta ton atau berkontribusi sebesar 24,07%. Indonesia
berada di peringkat kedua dengan rata-rata produksi sebesar 1,72 juta ton atau
berkontribusi sebesar 17,51%. Negara berikutnya adalah Ghana, Nigeria, Brazil
dan Kamerun dengan rata-rata produksi sebesar 1,60 juta ton (16,29%), 1,20 juta
ton (12,75%), 689,27 ribu ton (6,82%) dan 670,00 ribu ton (6,68%). Kontribusi
dari negara-negara produsen kakao lainnya sebesar 15,89% Beberapa negara
dengan produksi kakao terbesar di dunia dapat dilihat pada Lampiran 20.
Lainnya
Kamerun 15,89% Pantai Gading
6,68% 24,07%
Brazil
6,82%
Indonesia
Nigeria 17,51%
12,75%
Ghana
16,29%
2,79 2,57
3,00
2,50
1,71
2,00
1,50 0,86
1,00
0,50
0,00
Guatemala
Thailand
Saint Lucia
Madagascar
(US$/kg)
4,00
3,50
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
1989
2012
1985
1986
1987
1988
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2013
2014
2015
(Ton)
700.000
600.000
500.000
400.000
300.000
200.000
100.000
0
1990
2001
2012
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2013
Volume Impor (Ha) Volume Ekspor (Ton)
Indonesia
91,99%
Malaysia
6,88%
Philippines
0,06%
Lainnya
1,07%
Singapore
18,83%
Malaysia
71,08%
Indonesia
5,64%
Lainnya
4,45%
(000 Ton)
4.000
3.500
3.000
2.500
2.000
1.500
1.000
500
0
1989
2002
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Gambar 4.17. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Biji Kakao di
Dunia, 1980-2013
36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KAKAO 2016
Indonesia
9,74%
Nigeria
Ghana 7,31%
16,90%
Netherlan
6,39%
Pantai Gading
31,31%
Lainnya Kamerun
17,11% 6,33%
Ekuador
4,92%
peringkat kedua dengan rata-rata volume impor biji kakao sebesar 432,66 ribu
ton (13,96%). Jerman dan Malaysia berada di peringkat berikutnya dengan rata-
rata volume impor biji kakao masing-masing sebesar 359,69 ribu ton (11,61%)
dan 317,43 ribu ton (10,24%). Negara-negara lainnya memberikan kontribusi
24,68%. Indonesia menempati urutan ke-19 dengan rata-rata volume impor
sebesar 25,17 ribu ton. Beberapa negara importir biji kakao terbesar di dunia
secara rinci disajikan pada Lampiran 28.
Malaysia
10,24%
USA Germany
13,96% 11,61% Belgium
6,15%
Netherlands France
22,69% 4,48%
Spanyol
2,98%
dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 1,00 juta ton. Perkembangan
ketersediaan kakao di negara ASEAN disajikan pada Lampiran 29.
(000 ton)
1.200
1.000
800
600
400
200
0
1986
1995
2004
2013
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Gambar 4.20. Perkembangan Ketersediaan Kakao di ASEAN,
1980-2013
(000 ton)
6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0 1989
2004
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Gambar 4.21. Perkembangan Ketersediaan Kakao di Dunia,
1980-2011
Pemodelan produksi kakao Indonesia dalam analisis ini dalam wujud biji
kering, dimana produksi kakao merupakan fungsi dari luas tanaman
menghasilakan. Dengan menggunakan Regresi Linier Berganda diperoleh model
sebagai berikut :
Prodt = 47890 + 0,792 LTMt
dimana : Prodt = Produksi kakao tahun (t)
LTMt = Luas tanaman menghasilkan (t)
t = tahun
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh koefisien determinasi (R2)
sebesar 95,9%. Hal ini berarti 95,9% keragaman pada produksi kakao dapat
dijelaskan oleh variabel-variabel yang digunakan dalam model, dan sisanya
sebesar 4,1% dipengaruhi oleh variabel lainnya. Hasil analisis fungsi respon
produksi kakao secara lengkap disajikan pada Tabel 5.1.
Produksit = 47890+0,792
1 Respon Produksi 95,90 0,00
LTMt
Duble Ex.
2 Mape :14
Smooting
Luas.TM
terjadi hingga tahun 2020, namun laju pertumbuhan produksi akan semakin
melambat. Rata-rata peningkatan produksi dalam lima tahun tersebut
diperkirakan sebesar 2,78% per tahun.
Produksi Pertumb.
Tahun
(Ton) (%)
2016 760.430
2017 828.247 8,918
2018 835.621 0,890
Produksi kakao Indonesia dalam bentuk biji kering sementara kakao yang
dikonsumsi dalam bentuk bubuk sehingga perlu ada konversi dari biji kering ke ke
bentuk bubuk. Menurut hasil penelitian Elisabeth et al. (2007) menunjukkan
bahwa dari 100 kg biji kakao kering yang difermentasi dapat dihasilkan 47,7 kg
bubuk coklat. Untuk biji kakao yang tidak difermentasi maka hasilnya lebih
rendah lagi. Mengingat sebagian besar produksi biji kakao Indonesia tanpa
melalui proses fermentasi, maka digunakan asumsi dari 100 kg biji kakao kering
tahun ke tahun. Hal ini perlu diantisipasi oleh negara-negara penghasil kakao
ASEAN agar ketersediaan kakao tetap terjaga.
Ketersediaan Pertumbuhan
Tahun
(Ton) (%)
2014 1.035.364
2015 1.069.138 3,26
2016 1.102.913 3,16
2017 1.136.687 3,06
2018 1.170.462 2,97
2019 1.204.236 2,89
2020 1.238.010 2,80
Rata-rata
pertumbuhan 3,02
(%/thn)
Ketersediaan Pertumbuhan
Tahun
(Ton) (%)
2014 4.915.200
2015 5.018.855 2,11
2016 5.122.510 2,07
2017 5.226.164 2,02
2018 5.329.819 1,98
2019 5.433.474 1,94
2020 5.537.128 1,91
Rata-rata pertumbuhan
2,01
(%/thn)
Dari hasil proyeksi yang dilakukan tahun 2017-2020, produksi kakao akan
terus mengalami peningkatan hingga mencapai 856,47 ribu ton pada tahun 2020
dengan rata-rata pertumbuhan 3,02% per tahun. Begiyu juga dengan konsumsi
nasional kakao juga diproyeksikan akan meningkat dengan bertambahnya jumlah
penduduk dengan rata-rata pertumbuhan 1,17 % per tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Elisabeth, D.A.A., Suharyanto, dan Rubiyo. 2007. Pengaruh Fermentasi Biji Kakao
Terhadap Mutu Produk Olahan Setengah Jadi Cokelat. Denpasar: Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.
Goesnadi, Didiek H., et al. (2005). Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis
Kakao di Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Kementerian Pertanian.
Ragimun. 2012. Analisis Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia. Jakarta: Pusat
Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan.
Sahardi, M.Z.K., Sahari, D., Bilang, M.A., Muhammad, H., Djuddawi, H. dan
Kasman. 2005. Laporan Participatory Rural Appraisal (PRA) Prima Tani di
Desa Kamanre, Kecamatan Kamanre, Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi
Selatan. Makassar: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.
LAMPIRAN
Produktivitas (Kg/Ha)
Tahun Pertumb. Pertumb. Pertumb. Pertumb.
PR PBN PBS Indonesia
(%) (%) (%) (%)
2006 843 880 961 849
2007 796 -5,61 787 -10,54 928 -3,45 801 -5,72
2008 891 11,89 834 6,02 904 -2,60 889 10,99
2009 811 -8,90 941 12,77 994 10,01 822 -7,48
2010 793 -2,28 958 1,85 962 -3,29 804 -2,27
2011 808 1,97 944 -1,48 977 1,58 821 2,12
2012 845 4,56 907 -3,97 930 -4,76 850 3,59
2013 809 -4,31 1.017 12,15 980 5,32 821 -3,44
2014 802 -0,84 817 -19,67 819 -16,43 803 -2,19
2015 796 -0,73 813 -0,49 814 -0,61 797 -0,75
2016 798 0,23 821 0,98 827 1,60 799 0,25
1996 1.844
1997 2.239 21,43
1998 5.650 152,37
1999 4.821 -14,67
2000 4.487 -6,93
2001 6.710 49,55
2002 8.174 21,83
2003 9.446 15,56
2004 9.053 -4,16
2005 9.034 -0,21
2006 9.048 0,16
2007 10.940 20,91
2008 14.127 29,12
2009 16.503 16,82
2010 18.557 12,44
2011 19.259 3,79
2012 18.297 -4,99
2013 19.067 4,21
2014 23.336 22,39
2015 23.335 0,00
Rata-rata pertumbuhan (%)
1996-2012 18,87
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Pusdatin
Lampiran 11. Perkembangan Ekspor dan Impor Kakao Indonesia, Tahun 2000-2015
Ekspor Impor
Neraca
Tahun Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Volume Pertumb. Nilai Pertumb. (000 US$)
(Ton) (%) (000 US$) (%) (Ton) (%) (000 US$) (%)
Volume Nilai
No. Negara Tujuan
(Ton) (000 US$)
Lampiran 16. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kakao ASEAN, Rata-rata Tahun
2009-2013
Luas Tanaman Menghasilkan (Ha) Kontribusi
Kontribusi
No. Negara Kumulatif
(%)
2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata (%)
Produktivitas (Ton/Ha)
No. Negara
2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata
Lampiran 19. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kakao Dunia, Rata-rata Tahun
2009-2013
Tanaman Menghasilkan (Ha) Kontribusi
Kontribusi
No. Negara Kumulatif
2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata (%)
(%)
1 Pantai Gading 2.176.162 2.150.000 2.495.110 2.500.000 2.500.000 2.364.254 24,07 24,07
1 Pantai Gading 1.223.153 1.301.347 1.511.255 1.485.882 1.448.992 1.394.126 31,10 31,10
2 Indonesia 809.583 844.626 712.200 740.500 777.500 776.882 17,33 48,43
Harga/Price
Tahun Pertumb. (%)
($/kg)
1985 3,78
1986 3,01 -20,37
1987 2,65 -11,96
1988 1,98 -25,28
1989 1,56 -21,21
1990 1,53 -1,92
1991 1,46 -4,58
1992 1,32 -9,59
1993 1,29 -2,27
1994 1,67 29,46
1995 1,56 -6,59
1996 1,61 3,21
1997 1,88 16,77
1998 2,04 8,51
1999 1,41 -30,88
2000 1,14 -19,15
2001 1,40 22,81
2002 2,35 67,86
2003 2,20 -6,38
2004 1,82 -17,27
2005 1,75 -3,85
2006 1,77 1,14
2007 2,05 15,82
2008 2,51 22,44
2009 2,99 19,12
2010 3,13 4,68
2011 2,74 -12,46
2012 2,22 -18,98
2013 2,30 3,60
2014 2,89 25,65
2015 3,14 8,48
Rata-rata Pertumbuhan (%) 1,23
Sumber : World Bank diolah Pusdatin
Lampiran 23. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Kakao di ASEAN,
Tahun 1980-2013
Lampiran 26. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Kakao Dunia,
Tahun 1980-2013
7 United Kingdom 150.913 89.364 91.358 92.528 73.104 99.453 3,21 72,34
8 Spanyol 87631 91954 86522 92950 102668 92.345 2,98 75,32