Anda di halaman 1dari 17

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Perilaku

Dilihat dari aspek biologisnya, perilaku merupakan sesuatu kegiatan atau aktivitas

organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya kegiatan atau

aktivitas organisme (makhluk hidup) mempunyai bentangan yang sangat luas,

seperti : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, membaca,

menulis, dan sebagainya. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua

makhluk hidup berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masing- masing.

Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku adalah semua

kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun

yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) karena

terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian

organisme tersebut merespon. Skinner membedakan adanya dua respon dalam

proses terjadinya perilaku, yaitu :

1. Respondent respon atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut

elicting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap,

misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya

yang terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons

ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah


menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraanya dengan

mengadakan pesta, dan sebagainya.

2. Operant respon atau instrumental respon , yakni respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforces, karena

memperkuat respon, misalnya apabila seorang petugas kesehatan

melaksanakan tugasnya dengan baik kemudian memperoleh penghargaan dari

atasannya, maka petugas kesehatan akan lebih baik lagi dalam melaksanakan

tugasnya (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan teori Skiner yang menyatakan perilaku sebagai respon maka perilaku

manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Perilaku tertutup (Covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum

dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas

dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap

stimulus yang bersangkutan.

2. Perilaku terbuka ( Overt Behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan,

atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar.

Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di dalam diri

seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu :

a. Faktor eksternal
Yaitu stimulus yang berasal dari luar diri seseorang, antara lain : lingkungan

baik fisik dan non fisik yang berupa sosial, budaya, ekonomi maupun politik.

b. Faktor internal

Yaitu stimulus yang berasal dari dalam diri seseorang, antara lain : perhatian,

pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya. Faktor eksternal

merupakan faktor yang memiliki peran yang sangat besar dalam bentuk perilaku

manusia karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya dimana seseorang itu

berada.

2.2. Domain Perilaku

Bloom (1908) membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga domain, ranah

atau kawasan yaitu kognitif ( cognitive), afektif ( affective), dan psikomotorik

( psychomotorik). Teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil

pendidikan kesehatan yakni pengetahuan ( knowledge), sikap ( attitude), dan

praktik/tindakan ( practice) (Notoatmodjo, 2007). Dalam perkembangannya, teori

Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni :

2.2.1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang ( overt

behavior) (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :

1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali ( recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain

5. Sintesis (Synthesis )

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian- bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi yang ada.


6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu

kriteria-kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan

yang berkaitan dengan persepsi masyarakat tentang penggunaan puskesmas dan

konsep sehat sakit masyarakat atau pengertian masyarakat tentang penyakit.

Indikator yang dapat digunaakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau

kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi :

1. Pengetahuan tentang sehat dan penyakit meliputi :

1. Penyebab penyakit

2. Gejala dan tanda-tanda penyakit

3. Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan

4. Bagaimana cara penularannya

5. Bagaimana cara pencegahannya

2. Pengetahuan tentang cara hidup sehat

1. Jenis-jenis makanan yang bergizi

2. Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatan

3. Pentingnya olahraga bagi kesehatan

4. Penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman keras, narkoba,

dan sebagainya
5. Pentingnya istirahat cukup, rekreasi, dan lain sebagainya bagi kesehatan

3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

1. Manfaat air bersih

2. Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk kotoran dan sampah

3. Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah sehat

4. Akibat polusi bagi kesehatan

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan menjadi salah satu faktor

predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang atau masyarakat terhadap

kesehatan. Jika masyarakat tahu apa saja pelayanan puskesmas, maka

kemungkinan masyarakat akan menggunakan fasilitas kesehatan juga akan

berubah seiring dengan pengetahuan seperti apa yang diketahuinya.

2.2.2. Sikap (Attitude)

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu

stimulus atau objek. Jadi manifestasi dari sikap tidak dapat langsung dilihat, namun

hanya dapat ditafsirkan.

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003) sikap mempunyai 3

komponen pokok yang bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude),

yaitu :

1. Kepercayaan, ide, dan konsep terhadap suatu objek

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3. Kecenderungan untuk bertindak


Sikap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Sikap dibentuk dan diperoleh sepanjang perkembangan seseorang dalam

hubungannya dengan objek tertentu

2. Sikap dapat berubah sesuai dengan keadaan dan syarat-syarat tertentu terhadap

suatu kelompok.

3. Sikap dapat berupa suatu hal tertentu tetapi dapat juga kumpulan dari hal-hal

tersebut

4. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dari segi-segi perasaan

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan

yakni (Notoatmodjo, 2007) :

1. Menerima (Receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

2. Merespons (Responding)

Merespon, diartikan sebagai memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Menghargai (Valuing)

Menghargai, diartikan sebagai mengajak orang lain untuk mengerjakan dan

mendiskusikan suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

risiko.
2.2.3. Praktik atau Tindakan ( practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan ( overt

behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah

fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan ( support)

dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007), tindakan memiliki 4 tingkatan yaitu :

1. Persepsi (Perception)

Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil.

2. Respon Terpimpin (Guided Response )

Respon terpimpin adalah dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar

dan sesuai dengan contoh.

3. Mekanisme (Mechanism)

Mekanisme adalah suatu kondisi dimana seseorang mampu melakukan sesuatu

dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

4. Adopsi (Adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik,

artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran dari

tindakan tersebut.

Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung dan langsung. Secara

langsung dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang sudah

dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu ( recall). Pengukuran secara
langsung dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden

(Notoatmotmodjo, 2007).

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), perilaku dipengaruhi oleh 3

faktor utama yaitu :

1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

Faktor predisposisi mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan.

2. Faktor Pendukung (Enabling Factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat.

3. Faktor Pendorong (Renforcing Factor)

Faktor pendorong mencakup sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau

petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku

masyarakat.

2.4. Perilaku kesehatan

Perilaku kesehatan menurut skinner (1938), sebagaimana dikutip oleh

Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang

(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan.

Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007), membuat klasifikasi tentang perilaku

kesehatan yang terdiri dari :


1. Perilaku Hidup Sehat

Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau

kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya

yang mencakup antara lain :

a. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet)

b. Olahraga teratur

c. Tidak merokok

d. Tidak minum minuman keras dan narkoba

e. Istirahat yang cukup

f. Mengendalikan stress

g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak

berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks.

2. Perilaku Sakit ( Illness Behaviour)

Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit,

persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : gejala dan penyebab

penyakit, dan sebagainya.

3. Perilaku Peran Sakit (The Sick Role Behaviour)

Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang sakit, yang

harus diketahui oleh orang lain (terutama keluarganya). Perilaku ini disebut

perilaku peran sakit (the sick role) yang meliputi :

a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan

b. Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan

penyakit yang layak


c. Mengetahui hak (misalnya ; hak memperoleh perawatan, memperoleh

pelayanan kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit

(memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada

dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang

lain, dan sebagainya).

Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu

pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan

perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para

petugas terutama petugas kesehatan dan diperlukan juga undang-undang

kesehatan untuk memperkuat perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2003)

2.5. Perilaku Sakit

Suchman dalam Notoatmodjo (2007) membagi 5 tahap kejadian yang menganalisa

bagaimana proses seseorang di dalam membuat keputusan sehubungan dengan

pencarian atau pemecahan masalah perawatan kesehatannya yaitu :

1. Tahap pengalaman/pengenalan gejala (The symptom experience )

Pada tahap ini individu membuat keputusan bahwa di dalam dirinya ada suatu

gejala penyakit, yang didasarkan pada adanya rasa ketidakenakan pada

badannya, yang dirasakan sebagai ancaman bagi hidupnya.

2. Tahap asumsi peran sakit (The assumption of sick role)

Pada tahap ini individu membuat keputusan bahwa ia sakit dan memerlukan

pengobatan, ia mencari informasi dan pengakuan dari anggota keluarga lain,

tetangga atau rekan kerja.


3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan (The medical care contact)

Pada tahap ini individu mulai berhubungan dengan fasilitas/pelayanan

kesehatan, sesuai dengan pengetahuan, pengalaman, informasi yang ada pada

dirinya tentang jenis-jenis pelayanan kesehatan.

4. Tahap ketergantungan pasien (The dependent patient stage)

Pada tahap ini individu memutuskan bahwa dirinya, karena perbuatannya

sebagai pasien, maka untuk kembali sehat harus tergantung dan pasrah kepada

fasilitas pengobatan.

5. Tahap penyembuhan atau rehabilitasi (The recovery of rehabilitation)

Pada tahap ini pasien atau individu memutuskan untuk melepaskan diri dari

peran pasien. Ini ada 2 kemungkinan yaitu : pertama karena ia pulih kembali

sebelum sakit, dan kedua karena ia menjadi cacat.

2.6. Model penggunaan pelayanan kesehatan

Salah satu model penggunaan pelayanan kesehatan adalah model sistem

kesehatan ( health system model ). Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2007)

menggambarkan model sistem kesehatan berupa model kepercayaan kesehatan

yang menggambarkan 3 kategori utama dalam pelayanan kesehatan, yakni :

karakteristik predisposisi, karakteristik pendukung, karakteristik kebutuhan.

2.6.1. Karakteristik predisposisi (Predisposing characteristic)

Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu

mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang

berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu, yang

digolongkan kedalam 3 kelompok sebagai berikut :


a. Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur

b. Struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras, dan

sebagainya

c. Manfaat-manfaat kesehatan (kepercayaan), seperti keyakinan bahwa pelayanan

kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.

Karakteristik predisposisi ini tidak serta merta berpengaruh langsung terhadap

pemanfaatan pelayanan kesehatan akan tetapi sebagai faktor pendorong untuk

menimbulkan hasrat guna memanfaatkan pelayanan kesehatan.

2.6.2. Karakteristik pendukung ( Enabling charateristic )

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun individu mempunyai

predisposisi untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan namun beberapa faktor

harus tersedia untuk menunjang pelaksanaanya seperti faktor kemampuan

(penghasilan dan simpanan, askes, dll) dan dari komunitas (fasilitas pelayanan

kesehatan).

2.6.3. Karakteristik kebutuhan (Need characteristics)

Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Dengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan.

2.7. Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan

Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit dan tidak

merasakan sakit ( disease but no illness ) tentu tidak bertindak apa-apa terhadap
penyakit tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit,

maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha, antara lain :

1. Tidak bertindak/kegiatan apa-apa (no action)

2. Bertindak mengobati diri sendiri (self treatment)

3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan alternatif ( traditional

remedy )

4. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung obat ( chemist shop)

dan sejenisnya termasuk tukang-tukang jamu

5. Mencari pengobatan dengan pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan

modren yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan

swasta, yang dikategorikan ke dalam pengobatan Puskesmas dan Rumah Sakit.

6. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modren yang diselenggarakan oleh

dokter (private medicine) (Notoatmodjo, 2003)

2.8. Puskesmas

2.8.1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu unit pelaksana fungsional

yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan partisipasi

masyarakat dalam bidang kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat

pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu

wilayah tertentu (Mubarak dan Chayatin, 2009 : 36).

2.8.2. Visi dan Misi Puskesmas


Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

tercapainya Kecamatan Sehat menuju menuju terwujudnya Indonesia Sehat.

Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin

dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam

lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005).

Menurut Mubarak dan Chayatin, (2009 : 38) mengatakan bahwa misi puskesmas

sebagai pusat pengembangan kesehatan yang dapat dilakukan melalui berbagai

upaya, antara lain sebagai berikut :

1. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan sampai ke desa-desa

2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

3. Mengadakan peralatan dan obat-obatan disesuaikan dengan kebutuhan

masyarakat

4. Mengembangkan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa

2.8.3. Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni

meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar terwujud derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005).

2.8.4. Fungsi Puskesmas

Mubarak dan Chayatin (2009 : 37), fungsi pokok puskesmas antara lain :
1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya

2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat;

3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya

2.8.5. Kegiatan puskesmas

Menurut Mubarak dan Chayatin, (2009 : 39) mengatakan bahwa terdapat 20 usaha

pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas. Namun, pelaksananaanya

sangat bergantung pada faktor tenaga, sarana dan prasarana, biaya yang tersedia,

serta kemampuan manajemen dari tiap-tiap puskesmas. Berdasarkan buku

kebijakan dasar PUSKESMAS yang disusun oleh Depkes RI tahun 2003, terdapat

tujuh kegiatan sebagai upaya kesehatan wajib, yakni :

a. Upaya Promosi Kesehatan

b. Upaya Kesehatan Lingkungan

c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

f. Upaya Pengobatan

g. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)

Selain itu juga terdapat upaya kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan

kemampuan Puskesmas, yakni :

a. Upaya Kesehatan Sekolah


b. Upaya Kesehatan Olahraga

c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

d. Upaya Kesehatan Kerja

e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

f. Upaya Kesehatan Jiwa

g. Upaya Kesehatan Mata

h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut

i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

j. Upaya Kesehatan Remaja

k. Dana Sehat

Anda mungkin juga menyukai