Anda di halaman 1dari 5
ANALISA INFORMASI BENCANA SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE TALAUD Oleh: Suryana Prawiradisastra ABSTRAK Wilayah Kabiupaten Kepulauan Sangihe Talaud terbentang antara O*-5° LU dan 121°-127° BI, terdiri dari 108 pulau yang dibagi menjadi dua gugusan kepulauan. Kondisi geologis menunjukan bahwa gugusan pulau tersebut berada pada rangkaian alur gunungapi aktif serta merupakan daerah tumbukan antara dua lempeng Sangihe dan Halmahera. Akibat kondisi geologis tersebut wilayah ini merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang rawan terhadap ancaman bencana, terutama bencana gempa bumi, letusan gunungapi dan tanah longsor. Dalam konteks wilayah perbatasan, kabupaten ini menempati posisi strategis karena merupakan titik sentral pergerakan ekonomi Pasifik. Oleh karena itu sepatutnya pemerintah lokal, provinsi maupun pusat harus mampu ‘mengembangkan konsep pengembangan wilayah yang dapat memperkuat pembangunan ekonomi serta sosial budaya bagi masyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhi rencana pengembangan di wilayah ini, salah satunya adalah faktor bencana alam. 1 PENDAHULUAN Wilayah kepulauan Sangihe Talaud adalah salah satu kabupaten yang termasuk ke dalam wilayah Provinsi Sulawesi Utara, dengan Ibukota Tahuna terletak di pulau Sangihe Besar. ‘Terbentang antara 0°-5° Lintang Utara, 121°-127° Bujur Timur, merupakan wilayah kepulauan yang berbatasan di sebelah utara dengan negara Filipina, di sebelah timur dengan laut Maluku, di sebelah selatan dengan daratan Sulawesi, di sebelah barat merupakan Jaut Sulawesi. Wilayah ini terdiri dari 108 buah pulau yang dibagi menjadi dua gugusan kepulauan: Siau Tagulandang dengan 29 pulau dan Sangihe Besar dengan 79 pulau. Dari seluruh pulau tersebut, hanya 38 pulau yang berpenghuni, Guna menunjang aktivitas penduduk, tersedia enam pelabuhan yang dilengkapi dengan cdermaga. Pelabuhan utama terdapat di Tahuna dengan panjang 165 meter. Wilayah ini beriarak sckitar 125 mil laut dari daratan Sulawesi dan dapat dicapai dari Ibukota Provinsi Sulawesi Utara, Manado, dengan kapal motor cepat selama lebih kurang 6 jam ‘maupun dengan menggunakan pesawat terbang perintis. Pulau-pulau yang terdapat di wilayah ini merupakan dataran dengan opografi beragam, yaitu dataran— rendah, —_perbukitan bergelombang sampai dengan bentuk topografi pegunungan. Wilayah ini memiliki perairan lautan yang cukup indah berupa karang-karang laut dan ikan hias berbagai ragam spesies serta panorama gunungapi aktif. Iklimnya sama dengan wilayah Provinsi Sulawesi ‘Utara lainnya,termasuk ke dalam tropik basah. Lahan di wilayah ini sebagian besar telah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian terutama untuk tanaman perkebunan, selain itu juga memiliki sumberdaya kelautan yang potensial untuk dikembangkan. Masyarakat Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud rmemiliki kebudayaan dan adat istiadst senditi, yang berbeda dengan masyarakat di kabupaten Iainnya di Provinsi Sulawesi Utara Kondisi geografis gugusan pulau- pulau di wilayah ini berada pada rangkaian alur gunung berapi. Delapan gunungapi berpotensi menimbulkan zgempa vulkanik. Dilihat dari tata letak geologisnya sangat rawan tethadap bencana alam lainnya seperti ‘gempabumi dan tsunami, Wilayah Kabupaten ini secara geopolitis menempati posisi yang sangat strategis, berada pada titik sentral pergerakan ekonomi Pasifik, Bahkan dalam konteks perbatasan, memikul tanggung jawab sebagai penjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. I KONDISI GEOLOGI, POLA TEKTONIK, AKTIVITAS VULKANIK DANSEISMISITAS 24, Kondisi Geologi Secara umum kondisi batuan yang terdapat di wilayah ini terdiri dari cempat unit batuan utama, yaitu: batu gamping terumbu karang, endapan batuan sedimen laut, endapan vulkanik dan batuan metamorf. © Batu gamping terumbu karang, banyak tersingkap di sepanjang ‘Alani, Vol.8 Nomor 3 Tahun 2008 57 Gambar 1. Letak geogratis Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud pantai dan wilayah lembah lembah. Umumnya terdiri dari jenis litologi terumbu karang. © Endapan batuan sedimen laut, terdiri dari batu pasir tufaan, batu pasir lempungan, shales dengan sisipan batu gamping, napal, Konglomerat dan breksi, Di beberapa tempat batuan sedimen ini mengandung fosil foraminifera laut dalam, sehingga dapat disimpulkan diendapkan pada kedalaman air yang cukup dalam (2000 meter). Dari struktur sedimennya menunjukan bahwa batuan ini diendapkan pada kondisi arus turbidit. ¢ Endapan vulkanik, banyak dijumpai berselang-seling dengan ‘atu pasir. Endapan ini terdiri dari lava pyroxene-plagioclase vitropyrite, breksi crystal-lithie: vitric dan endapan tufa. ¢ Batuan metamorf, terdiri dari ‘atuan sedimen dan batuan beku yang telah mengalami proses metamorfosa, seperti batuan melange, peridotite dan batuan ophiolites. 22. Tektonik Sulawesi Sangite Talaud Kejadian paling besar dalam sejarah geologi di Indonesia tejadi pada waktu zaman Pliosen, pada saat ujung, Utara- utara benua Australia bergandengan dengan New Guenia ‘yang berotas searah dengan jarumn jam, yang diikuti dengan pemekaran ke arah_ barat sepanjang sesar ¢ransform Sorong, menginterupsi perkembangan jlur yang teratur dari Indonesia bagian timur, sementara busur Sulawesi dan busur Halmahera yang membujurdar utara ke selatan di dorong ke arah benua Asia, Zona tembukan yang terjadi di wilayah ini memperlihatkan altiftas gempabumi intensif dengan pola tektonik yang sangat kompleks. Gerak saling mendekati lempeng Sangihe ke arah timur dan lempeng Halmahera ke arah barat teshadap lempeng Molluca di bagian tengah, menghasilkan sistem peujaman ganda berkemiringan lebih kurang 15 km, Zona Benioff dari Jempeng Molluca memanjang dengan kedalaman lebih dari 600 km di bawah_ busur Sangihe. Sedangkan di bawah busur Halmahera jalur kegempaan Benioff berkedalaman lebih dangkal, yaitu sekitar 300 km (Rizal Dasoeki & A, Soehaimi, 1993), Jalur penujaman lempeng Molluca terletak di sebelah selatan sepanjang lengan timur Sulawesi, Kondisi ini teradi hingga Miosen, Gambar 2, Kerangka tektonik di wilayah Sulawesi bagian Utara (Silver & Moore, 1981; dari Rizal D & A Soehaimi, 1993) 2.3. Aktivitas Vulkanik Pembentukan busur gunungapi di bagian utara tangan Sulawesi Utara terjadi akibat dari pertemuan dan penujaman beberapa _lempeng lithosfera dengan pergerakan yang, berbeda. Kepulauan Sangihe merupakan busur vulkanik aktif yang memanjang sampai ujung pulau Sulawesi, Hamilton (1979) dan Katili (1975) menginterpretasikan parit Sulawesi dan lengan utara Sulawesi sebagai daerah subduksi (penujaman). Kegiatan gunungapi pada busur ini, seperti diantaranya terjadi di Gunung Soputan, Gunung Lokon (di Sulawesi Utara) dan Gunung Karangetang (Siau). Kegiatan vulkanik di Gunung Karangetang, yang terjadi pada tanggal | April 1992, berupa guguran lava bersamaan dengan aliran lava dari bagian selatan-tenggara kawah utama, Kegiatan ini berlangsung terus hingga bulan Juni 192 (Dasuki, RE, 1992). Kegiatan serupa sering terjadi dalam skala lebih kecil, dan gejala ini ‘merupakan fenomena yang lumrah pada kegiatan Gunung Karangetang. Beberapa gunungapi di kepulauan Sangihe Talaud seperti Gunung Ruang meletus terakhir pada tanggal 27 Juni 1996 dan 25 September 2002; Gunung, ‘Awu pernah mengalami peningkatan aktivitas vulkanik, yaitu yang terakhir pada tanggal 12 Agustus 1966 dan pada bulan Februari sampai Mei 1992, Gambar 3. Kenampakan Gunungapi Siau/Karangetang (M Pantauw, 1961, dari Data Dasar Gunungapi, Dit Vulkanologi, 1980) 58 ‘Alam, Vol. 8 Nomor 8 Tahun 2003 Il. POTENSI SUMBERDAYA ALAM DAN EKONOMI 3.1. Potensi Sumberdaya Alam Kawasan hutan yang ada di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud seluas 63.99.08 Ha terdiri dari hutan Tindung 24.211 Ha, Hutan suaka alam 224,669 Ha. Hutan produksi terbatas 13.089,08 Ha, dan hutan bakau 2000 Ha. Dalam kawasan hutan di wilayah ini ditemukan berbagai jenis kayu hutan tropis dan hotan bakau yang digunakan sebagai bahan bangunan, perlengkapan rumah tanga dan bahan baku untuk pengadaan sarana pethubungan seperti perahur motor dan kapal kayu bertonase kecil. Selain itu, seperti berbagai jenis anggrck alam, hutan bakau dan beberapa jenis pohon lainnya ditemukan berbagai jenis flora ddan fauna yang dapat dikelompokkan kedalam jenis langka dan. perlu dilindungi seperti akar bahar, karang, penyu belimbing, burung maleo, burung nur, dan burung elang Di Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud terdapat sejumlah sungai yang dapat dimanfaatkan bagi keperluan irigasi, perikanan, sumber air bersih dan sumber pembangkit listrik, sumberdaya air yang terbesar adalah air laut yang merupakan bagian terbesar dari wilayah Kabupaten ini. Sumberdaya alam yang tersimpan dalam air laut dan potensi di bidang perikanan misainya: tuna, ccakalang, hiu,ikan erbang, ikan kerapu, udang, penyu, kerang, teripang dan berbagai jenis ikan serta rumput laut. Sumberdaya alam berupa mineral seperti: batu gamping, pasir besi, nikel, cemas dan kaolin belum dieksploitasi, kecuali emas di Kecamatan Manganitu, Tabukan Selatan dan Tamako yamtg sudah dalam tahap eksploitasi. Kondisi air sungai/danau di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud pada umumnya belum rmemperlihatkan adanya pencemaran, Di Kabupaten ini terdapat 3 buah danau yaitu Danau Mahena di Kecamatan Tahuna, Danau Makalehi dan Danau Kapeta di Kecamatan Siau Barat, Dana Mahena merupakan sumber air minum dan kebutuhan rumah tangga lainnya bagi penduduk yang bermukim di wilayah Kecamatan Tahuna Ibukota Kabupaten, Kondisi perairan laut di sekitar wilayah kabupaten belum ada tanda-tanda pencemaran, dengan kata lain masih bebas dari pencemaran, 3.2. Potensi Ekonomi Dalam struktur perekonomian Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud, pertanian memegang peranan penting. Dari seluruh kegiatan usaha yang menghasilkan sekitar Rp. 834 milyar ‘tahun 2000, Kontribusi yang paling besar adalah pertanian (51%), selanjutnya sektor jasa (16%), perdagangan dan hotel (11%), angkutan dan komunikasi (8%), bangunan (7%), industri pengolahan (3%), keuangan (2%), pertambangan (2%) sedangkan yang paling kecil kontribusinya adalah listrik, ‘gas dan air bersih kurang dari 0,5 persen (iangeap 0%). kekyatannya, gempabumi di Sulawesi Utara dapat dibagi menjadi 10 jalur sumber gempabumi (Rizal Dasuki dan A. Sochaimi, 1993). Jalur sumber gempabumi yang ada hubungannya dengan wilayah kepulauan Sangihe hanya ada 4 jalur, dengan rincian sebagai berikut (Gambar 5) © Jalur sumber gempabumi 1, terletak pada kompleks tumbukan lempeng Molluca dengan kedalaman sangat dangkal. © Jalur sumber gempabumi 2, berhubungan dengan tektonik sesar tepian lempeng Sangihe, sedangkan yang di bawah zona Benioff berhubungan dengan aktivitas penujaman lempeng Mottuca, © Jalur sumber gempabumi 6 sama dengan yang kedua DISTRIBUSI PERSENTASE KEGIATAN EKONOMI 2000 [aPenarbangan dan Ponggalan indueri Pengolahan JBLsiik Gas dan Ar Barsh JeBargunan BPerdagangan, Hotel dan Restoran J2Pengangkutan dan Komurikas! Bkovangan asa asa JaPeranian Gambar 4. Distribusi persentase kegiatan ekonomi tahun 2000 Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud ‘Tanaman perkebunan seperti kelapa, cengkeh, pala, kakao, vanili, Kopi dan coklat merupakan jenis tanaman yang banyak sekali dijumpai i wilayah ini. Kelapa, pala dan cengkeh merupakan tanaman _komoditas ‘unggulan. Walaupun demikian daerah inj masih mengimpor minyak goreng dari daratan Sulawesi, karena belum memiliki industri pengolahannya, IV. ANALISA BENCANA. INFORMASI 4.1, Bencana Gempabumi Berdasarkan pada hubungan tektonik, kedalaman —_serta Kegempaan di sebelah barat laut zona tumbukan Moliuca dengan sudut 28°, kedalaman tersebar sangat dangkal hanya 25 km, Pada zona Benioff lempeng Molluca yang menyusup ke arah barat, gempabumi mempunyai kedalaman rata-rata 75 km © Jalur sumber gempabumi 10 sama dengan yang pertama, namun dengan kedalaman 50 km. Dalam usaha untuk mengetahui hubungan antara kegiatan tektonik terhadap kejadian gempabumi, maka pada beberapa jalur suber gempabumi dilakukan analisis mekanisme vokal gempa. Hasil analisis ini diharapkan ‘lami, Vol. 8 Nomor 8 Tahun 2008 59 Gambar 5. Zonasi sumber gempabumi dan kegempaan dangkal di wila Utara, (dari Rizal Dasoeki dan A. Soehaimi, 1993) dapat diketahui arah dan kemiringan sesar, arah kompresi maksimum dan ‘minimum serta gerak sesar. Dengan mengamati, mempelajari dan meneliti data gempabumi yang banyak disampaikan oleh banyak abli gempa, yang salah satu contohnya seperti yang terdapat pada gambar 5, kita semua sepakat bahwa wilayah kepulauan Sangihe Talaud adalah salah salu wilayah di Indonesia yang sangat rentan terhadap ancaman gempaburni Data tersebut, seperti data pedominant period dan besaran gempa, dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan para ahli perencana maupun pengambil keputusan untuk ‘membangun wilayah ini 4.2, Bencana Letusan Gunungapi Sebagaimana diketahui bahwa di wilayah Kabupaten Kepulavan Sangihe Talaud terdapat beberapa gunungapi aktif, yaitu: gunungapi Ruang, gunungapi —_Siau/Karangetang, gunungapi Banua Wuhu, gunungapi, Awu dan gunungapi Submarine. Menurut klasifikasi Direktorat Vutkanologi dan Mitigasi Bencana, ke semua gunungapi tersebut digolongkan kedalam gunungapi tipe A, artinya rmasih sangat aktif dan sewaktu-waktu dapat meletus. Berdasarkan pemantauan yang dilakukan oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, sejarah 3 gunungapi yang paling aktif di wilayah ini adalah sebagai berikut: © Gunungapi Ruang telah lebib kurang 18 kali mengalami erupsi/ letusan sejak tahun 1808. Gunungapi Ruang dengan ketinggian 725 meter di atas permukaan laut termasuk gunungapi aktif, yang tercatat pernah meletus pada tahun 1808, 1914, 1915, 1949 dan’ 1996 Gunung ini treat meets Tag paula tanggal 25 September 2002 dengan mengeluarkan lava dan semburen abu hingga mencapai jarak 3000 meter. Gunungapi Roang yang terdapat di Pulau Ruang merupakan genungepl stratovoleeno yung produk Jetusannya,berupa lava. dan piroklasitsecarabeselan-slin Gungungapi Ava (rletak ci pala Sangie Besa, sejak tahun 1640 telah mengalamn lesan sebanyak Tebih Kurang 16 kali. Letusan yang cukup dahsyattereatat pada tahun 1711, 1812, 1856, 1892 dan 1966 ‘mengeluarkan endapan piroklastik dan aliran lahar yang telah menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang tidak sedikit Pada tanggai 12 Agustus 1966 Ketika terjadi letusan yang ‘menimbulkan aliran piroklastik ke arah hilit, menyebabkan 39 jiwa tewas. Berdasarkan pengukuran pada bulan Mei 1992, fumarole yang terdapat di sepanjang dinding utara telah mengalami peningkatan temperatur schingga menjadi 70-90°C, © Gunungapi Siau/Karangetang adalah gunungapi paling utara di wilayah ini terletak di pulau Siau bagian utara. Ketinggiannya meneapai sekitar 1827 meter dpl, di puncaknya yang rumit mengandung banyak lava, awahnya bergerak dari utara ke selatan sepanjang 500 meter meninggalkan lima buah lubang kawah. Gunungapi ini mulai tercatat menunjukan aktivitasnya pad tahun 1675, aktivitas terakhir pada bulan April sampai Juni 1992, dengan adanya guguran dan aliran lava. Gunungapi Karangetang terkenal merupakan Katup penyelamat gunungapi di Kepulauan Sangir, tetapi meskipun begitu sekali waktu dapat pula terjadi letrusan besar. Yang ‘membahayakan adalah jika terjadi gempabumi tektonik bersamaan dengan letusannya, Gambar 6, Gunun; AVHRR Tanggal 2° wis spi Ruang. dilihat dari citra satelit NOAA- September 1002, jam 12.36 60 ‘Alam, Vol. & Nomor 3 Tahun 2003, Daratan pulau-pulau yang tersebar i wilayah kabupaten Sangihe Talaud pada dasarnya merupakan tubuh gunungapi, yang di beberapa bagian tepinya telah terdegradasi sehingga membentuk suatu dataran yang relatif landai. Dataran ini antara lain dimanfaatkan sebagai permukiman, kegiatan ekonomi, kegiatan perkebunan dan sebagainya. Sehingga dapat dibayangkan jika terjadi letysan yang sangat dahsyat, mengingat terbatasnya luas pulau yang terdapat di wilayah ini, maka hasil semburan bahan piroklastik ‘yang dihasilkan bisa jadi melanda ke seluruh aspek kegiatan, Untuk mengurangi dampak negatif akibat letusan gunungapi di wilayah ini perlu disusun peta kawasan rawan bencana, selain itu usaha lain seperti pengembangan _sistim peringatan dini perlu dilakukan. Peta kawasan rawan bencana gunungapi sangat diperlukan di wilayah ini untuk perencanaan pembangunan, karena minimal dapat mengurangi jumlah kerugian, baik jiwa maupun harta benda, jika terjadi bencana letusan. 4.3. Bencana Tanah Longsor Bencana tanah longsor merupakan salah satu bencana yang perlu diwaspadai di wilayah kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud. Hal ini disebabkan karena wilayah ini merupakan zona tumbukan antara lempeng Sangihe dengan lempeng Halmahera, yang implikasinya adalah banyaknya patahan-patahan (sesar). Zona sesar ini biasanya adalah zona bbatuan yang sangat rapuh, jika ada trigger (pemacu), seperti gempabumi atau hujan yang terus menerus, maka akan terjadi suatu gerakan tanah/ longsor. Bencana tanah longsor yang cukup besar terjadi pada tanggal 21 Januari 2001 di lima desa di pulau Sangir Besar telah menewaskan lebih dari 32 orang. Longsor yang terjadi menyusul hujan lebat selama empat hari berturut-turut juga mengakibatkan puluhan warga lainnya luka-luka serta puluhan rumah penduduk ambruk dan rusak berat. Kondisi ini diperparah dengan datangnya gempa tektonik yang berkekuatan 5,8 Skala Richter. Bencana alam ini jauh lebih parah dari bencana longsor tahun 1986 yang menewaskan 14 orang penduduk pulau Siau. Untuk memperkecil dampak negatif tanah longsor, Direktorat Vulknologi dan Mitigasi Bencana telah banyak mempublikasikan Peta Kerentanan Batuan/Peta Gerakan Tanah dengan skala yang bervariasi dari mulai 1:100,000 sampai dengan 1:250,000. Masalahnya adalah belum seluruh wilayah di Indonesia dipetakan serta skala mash terlalu kecil, schingga masih ada keterbatasan data jika dipakai untuk —_ perencanaan pengembangan suatu wilayah, 'V, KESIMPULAN ‘1, Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud dalam konteks nasional merupakan wilayah perbatasan strategis yang merupakan pergerakan ekonomi Pasifik serta berbatasan dengan daerah konflik di Filipina Selatan. Oleh karena itu pemerintah lokal, provinsi maupun pusat harus mampu mengembangkan —_konsep pembangunan ekonomi dan sosial bagi wilayah ini, 2. Wilayah ini ditinjau secara geologis. merupakan daerah tumbukan antara_lempeng Sangie dan lempeng Halmahera, sehingga sering terjadi bencana seperti bencana —_Ietusan gunungepi, gempabumi dan tanah ongsor. Oleh karena itu analisa informasi mengenai bencana sangat diperlukan. Hasil analisis/ kajian mengenai hal tersebut sudah banyak dipublikasikan, Walaupun demikian, untuk keperluan _perencanaan pengembangan —_wilayah, dibutuhkan kajian yang lebih detail dengan menggunakan skala yang cukup besar, sehingga peran serta pemerintah lokal, provinsi, pusat serta para investor sangat dibutuhkan. 3. Teknologi mitigasi secara terpadu yang dilakukan oleh berbagai ~bidang dan _—_penguatan kelembagaan yang menangani bencana perlu diprioritaskan, hal ini bertujuan untuk mengurangi kerugian jiwa maupun harta benda, jika bencana besar terjadi DAFTAR PUSTAKA. Direktorat Vulkanologi, Dara Dasar Gunungapi Indonesia, Departemen Pertambangan dan Energi Republik Indonesia, hal 629-727, 1919. G.F. Moore, D. Kadarisman & R Sukamto, New Data On the Geologi of the Talaud Islands, Bulletin of the Geological Research and Development Centre, 1980. Lilik Kurniawan & Suryana Prawiradisastra, —Mitigasi Bencana di Pulau Ternate, Prosiding Seminar dan Lokakarya Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil di Indonesia, BPPT, 1998, Litbang Kompas, Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud, Kolom Otonomi Harian Kompas, 2002. Rizal Dasoeki E& A. Sochaimi, Tektonik dan Kegiatan Gunungapi Pada Busur Gunungapi Sulawesi Utara- Sangihe dan Halmahera Barat, Proceeding of the 22" Annual Convention of The Association of Geologists, 1993, DATA PENULIS Suryana Prawiradisastra, lulus Sarjana Teknik, jurusan Teknik Geologi tahun 1979. Tahun 1980 mulai bekerja di BPPT, memperdalam bidang hidrogeologi di Rhur Universitaet Bochum Republik Federasi Jerman tahun 1982-1984. Tahun 1995-1997 Ketua Kelompok Mitigasi Dit. TPSLMB BPPT, tahun 1997-1998 Kepala Unit Mitigasi di Bakornas PB. Peneliti Muda bidang Geologi dan Mitigasi Bencana P3TPSLK BPPT. ‘lami, Vol.8Nomor3 Tahun 2003 6

Anda mungkin juga menyukai