==============================================================
Dasar : Hasil Pertemuan Workshop Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) 27
s/d 30 juni 2016 di Medan sesuai dengan Surat Perintah Tugas Nomor :
445/200/VI/2016 tertanggal 25 Juni 2016
Adapun garis-garis besar yang kami dapatkan dari kegitan ini adalah :
1. Kebijakan Kemenkes tentang PPI RS tercantum dalam RPJMN
2015 2019
2. Arah Pembangunan Kesehatan telah bergeser dari pelayanan
kuratif/rehabilitative ke pelayanan promotif/preventif
3. Landasan Hukum PPI diantaranya tercantum dalam UU No
44/2009 tentang RS, Kemenkes No 27/2007 tentang Pedoman
Manajerial PPI di RS dan Fasyankes Lain, Kepmenkes No
328/2007 tentang Pedoman PPI di RS dan Fasyankes Lain
4. Infeksi Nosokomial / HAIs (Healtcare Acquaired Infection) adalah
Infeksi selama proses pelayanan di RS s/d 30 hari setelah pulang
dari RS
5. Kecenderungan peningkatan penyakit Infeksi di RS (HAIs)
6. WHO : Angka HAIs didapat 5-10 % dari pasien yg dirawat
mengakibatkan LOS memanjang dan biaya meningkat, dimana 50
% Angka HAIs ini dapat dicegah melalui perubahan perilaku
petugas
7. Tujuan PPI adalah meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit serta
perlindungan kesehatan tenaga kesehatan
8. RS wajib memiliki Komite PPI dan Tim PPIRS ; IPCN purna
waktu 1 orang tiap 100 tempat tidur RS
9. PPI RS ada di SPM RS 2012 dan merupakan salah satu penilaian
Akreditasi
10. Kesadaran Kebersihan Tangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri
masih rendah
11. Rantai Infeksi terdiri dari : agen, reservoir, pintu keluar, cara
transmisi, pintu masuk, pejamu rentan dimana keenamnya terjadi
secara simultan untuk dapat menyebabkan HAIs, pencegahan HAIs
dapat dilakukan dengan cara memutus salah satu mata rantai
infeksi
12. Faktor2 resiko HAIs diantaranya : faktor umum, faktor lokal,
prosedur invasif dan obat-obatan
13. Alat2 medis di RS dikelompokkan menjadi 3 yaitu : kritikal/resiko
tinggi penanganannya harus melalui sterilisasi, semi kritikal/resiko
sedang penanganannya melalui desinfeksi tingkat tinggi dan non
kritikal/resiko rendah penanganannya dengan desinfeksi tingkat
rendah
14. Salah satu upaya mencegah HAIs adalah melakukan dekontaminasi
meliputi pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi, diperlukan juga
kegiatan monitoring, evaluasi dan tindakan lanjut
15. Program PPI meliputi : surveilans, kewaspadaan isolasi,
pencegahan infeksi, kebijakan penggunaan antimikroba,
pendidikan dan pelatihan, struktur organisasi (terdiri dari Komite
PPI, IPCO, IPCN, IPCLN)
16. Hand Higyene adalah Pilar PPI dan IPCN adalah ujung tombak
PPI
III. Kesimpulan : Adapun Kesimpulan dan Saran yang dapat kami sampaikan adalah sbb:
Dan saran Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk diterapkan di RSUD Tarutung demi
peningkatan Pelayanan RSUD Tarutung dan mendukung Program
Akreditasi desember 2016 nanti, untuk itu kami memohon kepada Bapak
Direktur untuk dapat membentuk Tim PPI RSUD Tarutung meliputi :
Komite PPI, IPCO, IPCN purna waktu dan IPCLN (Uraian Tugas Tim
PPI dan Konsep Surat Keputusan terlampir), Tim yang akan dibentuk ini
diharapkan untuk dapat mengikuti ToT dan Pelatihan tersertifikat, untuk
selanjutnya Tim ditugaskan mengadakan In House Training Petugas di
RSUD Tarutung, sehingga setiap petugas di RSUD Tarutung dapat
melaksanakan tupoksinya dengan menerapkan prinsip-prinsip dan
program PPI. Kami juga mengharapkan dukungan penuh Bapak Direktur
dalam penerapan PPI menyangkut regulasi, kebijakan, dan dana,
meminimalkan turn over petugas terlatih PPI RSUD Tarutung,
mendukung peningkatan upaya kesadaran Hand Hygiene sebagai pilar
PPI dan mendukukung IPCN sebagai ujung tombak PPI serta penerapan
Reward and Punishment dalam rangka program PPI di RSUD Tarutung
IV. Penutup : Demikian kami laporkan, untuk selanjutnya dimohonkan petunjuk Bapak
Direktur. Atas perhatian Bapak, kami mengucapkan terimakasih