Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Plankton ialah suatu mikroorganisme yang dapat ditemui hidup melayang di


perairan. Plankton mempunyai daya gerak sedikit sehingga mudah terbawa arus.
Plankton baik dari segi jumlah dan jenisnya sangat banyak dan sangat beraneka
ragam serta sangat padat. Selanjutnya diketahui bahwa plankton merupakan salah
satu komponen utama dalam sistem mata rantai makanan dan jaring makanan.
Plankton menjadi pakan bagi sejumlah konsumen dalam sistem mata rantai
makanan dan jaring makanan tersebut. Keberadaan plankton sangat
mempengaruhi kehidupan di perairan karena memegang peranan penting sebagai
makanan bagi berbagai organisme laut (Utomo et al. 2013). .
,LQLQAL,AOLOLOLO
Plankton merupakan organisme perairan pada tingkat trofik pertama yang
berfungsi sebagai penyedia energi. Secara luas plankton dianggap sebagai salah
satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk
kehidupan akuatik. Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan
utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut.
Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak
mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang
menghanyutkannya (Suharno dan Daniel, 2012). .
Faktor faktor yang mempengaruhi kelimpahan zooplankton pada suatu
perairan ada faktor abiotik dan ada faktor biotik. Faktor abiotiknya yaitu suhu,
kecerahan air, kecepatan arus, salinitas, derajat keasaman dan DO yang sering kita
kenal oksigen terlarut .Sedangkan faktor biotik yang daoat mempengaruhi
distribusi zooplankton adalah bahan nutrien dan ketersediaan makanan di perairan
tersebut.Cahaya memiliki pengaruh besar terhadap ketersediaan zooplankton
untuk proses fotosintesisF((Djumanto et al. 2009).HHHfAKTOSHSHShshsA

Secara fungsional, .plankton digolongkan.menjadi empat golongan utama,


yaitu fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton, dan virioplankton. Berdasarkan
siklus hidupnya, plankton dapat dikenal sebagai Holoplankton yang seluruh daur
hidupnya bersifat planktonik, mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Contohnya
adalah copepod, amfipod, salpa, kaetognat. Dan Meroplankton yang sebagian
hidupnya bersifat sebagai planktonik dimana.plankton golongan ini menjalani
kehidupannya sebagai plankton hanya pada tahap awal (Djumanto et al. 2009).
Salah satu biota laut yang penting dalam sistem jejaring makanan adalah
plankton. Plankton merupakan organisme tumbuhan dan hewan, yang hidupnya
melayang atau mengambang dalam air, dan selalu hanyut karena dipengaruhi oleh
arus. Plankton dikelompokkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan atas cara
makan, keberadaannya, asal usul, ukuran, bentuk dan koloni sel, serta alat
perangkap (Suharno dan Daniel, 2012).
Indeks kekayaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang
diadopsi dari Margalef .Indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk
menyatakan hubungan kelimpahan species dalam komunitas. Keanekaragaman
terdiri dari dua komponen yaitu jumlah total species dan kesamaan ( bagaimana
data kelimpahan tersebar diantara banyak sepcies itu .Indeks keanekaragaman
digunakan untuk mengetahui keanekaragaman hayati biota yang diteliti. Pada
prinsipnya nilai indeks makin tinggi, berarti komunitas diperairan itu makin
beragam dan tidak didominasi oleh satu atau lebih dari takson yang
ada.Keanekaragaman untuk plankton digunakan rumus Simpson (Agustini dan
Sri, 2014).
Plankton juga dapat dijadikan faktor penentu kualitas perairan. Bila nilai
kelimpahan suatu plankton besar maka kualitas perairannya akan semakin baik.
Begitu pula sebaliknya, jika nilai kelimpahan planktonnya kecil, maka kualitas
perairannya akan semakin buruk. Kelimpahan plankton yang tinggi berperan
dalam produktivitas suatu perairan dan sumber pakan alami yang dapat
dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan perkembangan di perairan (Utomo et al.
2013).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya praktikum ini adalah :
1). Mengetahui keragaman dan dominasi plankton yang ditemukan.
2). Dapat mengetahui hubungan antara plankton dengan keadaan parameter
perairan.
3). Dapat mengerti konsep perhitungan indeks Margalef dan indeks Heterogenitas.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah :
1). Mahasiswa dapat melakukan identifikasi plankton.
2). Mahasiswa dapat menentukan kualitas perairan melalui kelimpahan plankton.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Plankton merupakan organisme perairan pada tingkat trofik pertama yang


berfungsi sebagai penyedia energi. Secara luas plankton dianggap sebagai salah
satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk
kehidupan akuatik. Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan
utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut.
Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak
mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang
menghanyutkannya (Suharno dan Daniel, 2012).
Plankton merupakan faktor yang begitu penting bagi kelangsungan dari
kehidupan segala macam biota yang hidup di dalam air, baik itu hidupnya di air
tawar, payau maupun air laut, karena plankton khususnya phytoplankton
merupakan produsen primer atau organisme yang dapat menjadi penghasil energi
atau makanan yang pertama dalam siklus rantai makanan. Dari hal itu dapat juga
dikatakan bahwa plankton dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu jenis
fitoplankton terdiri dari tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam
laut yang tak memiliki kemampuan bergerak serta mampu melakukan proses
berfotosintesis dan zooplankton yang bersifat hewani dan sudah dapat melakukan
pergerakan melawan arus sedikit (Agustini dan Sri, 2014).
Plankton adalah organisme yang hidupnya melayang atau mengambang di
daerah pelagik. Namun demikian, ada juga plankton yang memiliki kemampuan
renang cukup kuat sehingga dapat melakukan migrasi harian. Plankton adalah
organisme atau makhluk hidup yang halus dan disebut pula sebagai jasad-jasad
renik yang melayang di dalam air. Istilah plankton dari bahasa Yunani, yang
artinya drifting, yaitu berarti plankton hanya dapat melayang di dalam kolam air,
tidak bisa bergerak, dan hanya bergantung pada kecepatan arus (Utomo et al.
2013).
Salah satu peranan dari plankton yaitu berhubungan dengan siklus transfer
energy atau rantai makanan dan dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui
tingkat kesuburan/kualitas perairan (bioindikator kualitas wilayah perairan).
Secara khusus juga, fitoplankton dapat menjadi produsen primer (penghasil
makanan), serta berpengaruh terhadap perubahan iklim dalam sistem perairan.
Dalam sistem peraran ini, fitoplankton akan dimakan oleh zooplankton,
sedangkan zooplankton itu sendiri akan dimakan oleh ikanikan yang berukuran
kecil dan ikan kecil ini akan dimakan oleh ikan besar (Suharno dan Daniel, 2012).
.
Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang
hidupnya mengapung atau melayang dilaut. Ukurannya sangat kecil.sehingga
tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2
200m (1 m = 0,001mm). fitoplankton umumnya berupa individu bersel
tunggal, tetapi juga ada yang berbentuk rantai. Meskipun ukurannya sangat kecil,
namun fitoplankton dapat tumbuh dengan sangat lebat dan padat sehingga dapat
menyebabkan perubahan warna pada air laut (Djumanto et al. 2009). .
Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat autotrofik,
yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organic makanannya. Selain itu,
fitoplankton juga mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan
bahan organic karena mengandung klorofil. Karena kemampuannya ini
fitoplankton disebut sebagai primer producer. Bahan organic yang diproduksi
fitoplankton menjadi sumber energi untuk menjalan segala fungsi faalnya. Tetapi,
disamping itu energi yang terkandund didalam fitoplankton dialirkan melalui
rantai makanan. Seluruh hewan laut seperti udang, ikan, cumi cumi sampai ikan
paus yang berukuran raksasa bergantung pada fitoplankton baik secara langsung
atau tidak langsung melalui rantai makanan (Suharno dan Daniel, 2012). .
Phytoplankton merupakan hewan nabati yang berukuran microscopic dan
bergerakannya sangat dipengaruhi oleh arus, mampu membuat makanannya
sendiri dengan cara proses fotosintesis karena mereka mengandung clorofil dalam
selnya. Dengan kemampuan tersebut phytoplankton menempati urutan pertama
dalam rantai makanan sebagai produser primer pada perairan. Di perairan
fitoplankton memiliki peran sebagai produsen pertama yang menyebarkan energi
kepada biota-biota lainnya yang berperan sebagai konsumen. (Djumanto et al.
2009). .
Zooplankton atau plankton hewani merupakan suatu organisme yang
berukuran kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus di lautan bebas yang
hidupnya sebagai hewan. Zooplankton sebenarnya termasuk golongan hewan
perenang aktif, yang dapat mengadakan migrasi secara vertikal pada beberapa
lapisan perairan, tetapi kekuatan berenang mereka adalah sangat kecil jika
dibandingkan dengan.kuatnya gerakan arus itu sendiri. Zooplankton bersifat
heterotrofik, yaitu tidak dapat memproduksi bahan makanannya, tapi sebagai
konsumen bahan organik dan dikenal sebagai produser sekunder maupun
konsumer primer (Utomo et al. 2013). .
Zooplankton, disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya
mengapung, atau melayang dalam laut. Kemampuan renangnya sangat terbatas
hingga keberadaannya sangat ditentukan ke mana arus membawanya.
Zooplankton bersifat heterotrofik, yang maksudnya tak dapat memproduksi
sendiri bahan organik dari bahan inorganic. .Oleh karena itu, untuk kelangsungan
hidupnya is sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi
makanannya. Jadi zooplankton lebih berfungsi sebagai konsumen (consumer)
bahan organik. Ukurannya yang paling umum berkisar 0,2 2 mm, tetapi ada juga
yang berukuran besar misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih dari
satu meter (Simanjuntak, 2009). .
Zooplankton.dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan estuaria
di depan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari perairan tropis hingga
ke perairan kutub. Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang
hidup di perairan dalam. Ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian
dari lapisan dalam ke permukaan. Hampir semua hewan yang mampu berenang
bebas (nekton) atau yang hidup di dasar Taut (bentos) menjalani awal
kehidupannya sebagai zooplankton yakni ketika masih berupa terlur dan larva.
Baru dikemudian hari, menjelang dewasa, sifat hidupnya yang semula sebagai
plankton berubah menjadi nekton atau bentos (Simanjuntak, 2009). .
Plankton dapat menjadi peneduh/pelindung yang melindungi biota air
karena dapat merasa aman dari sifat kanibalisme. Semua biota air memakan
fitoplankton sebagai produsen primer. Jika fitoplankton berjumlah sedikit atau
sama sekali tidak ada, maka konsumen di perairan akan menjadi kanibalisme.
Kehidupan plankton yang mengambang bisa meneduhkan perairan karena sinar
matahari sebagian terserap oleh fitoplankton yang akan digunakannya untuk
berfotosintesis (Agustini dan Sri, 2014). .
Plankton dapat menjaga.kestabilan suhu air. Plankton hidup mengambang
dan juga plankton tersebut menutupi permukaan di perairan sehingga biota laut
yang ada di dalamnya terlindungi karena fitoplankton membutuhkan sinar
matahari untuk berfotosintesis, sehingga sinar matahari tidak langsung masuk ke
dalam air, jadi suhunya dapat distabilkan. Plankton sebagai katalisator penyerap
karbon. Phytoplankton berada dalam berbagai bentuk dan simbion, sehingga
perannya sangat vital dalam kehidupan dan proses penyebaran energi pada rantai
makanan yang terjadi di laut (Simanjuntak, 2009).
Nilai pendekatan terhadap besarnya penurunan kualitas perairan dan
dinyatakan dalam suatu saprobitas kualitas perairan. Saprobitas kualitas perairan
disusun berdasarkan perubahan parameter fisika dan kimia. Parameter fisika kimia
menggambarkan perubahan lingkungan pada saat tertentu sehingga untuk perairan
dinamis kurang memberikan gambaran sesungguhnya. Koefisien saprobik
digunakan untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau hubungan suatu
organisme dengan senyawa yang menjadi sumber nutrisinya sehingga dapat
diketahui hubungan kelimpahan, keanekaragaman dan keseragaman plankton
(Utomo et al. 2013). .
Penggerak.utama sistem kehidupan di bumi adalah energi matahari. Energi
matahari kemudian dimanfaatkan oleh organisme autotroph untuk membentuk
bahan organik yang akan dimanfaatkan oleh organisme herbivora. Fitoplankton
merupakan organisme.autotroph utama dalam kehidupan di laut. Melalui proses
fotosisntesis yang dilakukannya, fitoplankton mampu menjadi sumber energy bagi
seluruh biota laut lewat mekanisme rantai makanan. Walaupun memiliki ukuran
yang kecil namun memiliki jumlah yang tinggi sehingga mampu menjadi pondasi
dalam piramida makanan di laut (Agustini dan Sri, 2014). .
Pengambilan sampel plankton, yaitu pertama menyiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan, kedua menentukan letak pengambilan.sampel, ke tiga air
sampel disaring sebanyak 100 liter menggunakan jaring plankton (planktonet),
kemudian hasil penyaringan diwadahi dengan menggunakan botol plankton,
kemudian diawetkan dengan menggunakan formalin 5%, selanjutnya sampel
tersebut diidentifikasi di Laboratorium. Pemberian formalin ditujukan agar sampel
yang diambil dilapangan tidak hancur dan hilang sehingga akan sulit diamati jika
sampelnya hancur. Pengamatan di laboratorium dapat dilakukan dengan
mikroskop dan menggunakan SRCC dalam pengamatannya (Sujarta et al. 2011). .
Kelimpahan plankton di perairan dipengaruhi beberapa parameter
lingkungan dan karakteristik fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan
fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap
perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi.
Faktor penunjang kehidupan fitoplankton sangatlah kompleks dan saling
berinteraksi antara faktor fisika-kimia perairan seperti intensitas cahaya, oksigen
terlarut, stratifikasi suhu, dan ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor,
sedangkan aspek biologi adalah adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan
(Djumanto, 2009).
Untuk melakukan pengambilan sampel plankton sebaiknya dilakukan pada
beberapa titik pengambilan sampel (stasiun) yang berbeda-beda. Hal itu bertujuan
untuk mendapatkan keragaman dan keseragaman jenis plankton yang lebih tinggi
karena adanya pengaruh faktor aktivitas kegiatan masyarakat, dan kegiatan
lainnya yang memiliki hubungan dengan aktivitas industry yang ada di sekitar
wilayah perairan. Titik sampel lain ditempatkan pada lokasi yang dianggap masih
baik kondisi perairannya, untuk mencocokan kondisi perairannya dengan jumlah
kelimpahan planktonnya (Suharno dan Daniel, 2012).
Plankton hidupnya dipengaruhi oleh beberapa faktor kimia dan fisika
perairannya, seperti suhu, pH, kecerahan, salinitas dan lain-lain. Suhu dapat
berpengaruh pada kehidupan plankton dikarenakan. suhu dapat menurunkan
kelarutan oksigen dan meningkatkan toksisitas polutan. Pengaruh suhu secara
langsung terhadap plankton adalah meningkatkan reaksi kimia sehingga laju
fotosintesis meningkat seiring dengan kenaikan suhu (dari 10 C 20 C).
Pengaruh suhu tidak langsung adalah berkurangnya kelimpahan plankton akibat
suhu semakin menurun dan kerapatan air semakin meningkat seiring
bertambahnya kedalaman (Simanjuntak, 2009).
Perhitungan kelimpahan plankton dilakukan dengan menggunakan metode
sapuan di atas gelas objek Sedgwick rafter :
N = N x Vr x 1
Vo Vs
dengan N = kelimpahan palnkton (ind/l), n = jumlah plankton yang tercacah
(ind/l), Vr = volume air tersaring (ml), Vo = volume air yang diamati pada
Sedgwick rafter (ml), Vs = volume air yang disaring (l). Penghitungan
kelimpahan ini dilakukan pada suatu wilayah perairan demi mengetahui kualitas
airnya (Aqil et al. 2013).
BAB III
METEDOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 26 September 2017.
Pada pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai. Praktikum ini di Laboratorium
Bioekologi Kelautan Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat dan Bahan di Lapangan
Tabel 1. Alat yang digunakan saat di lapangan
No Alat Fungsi
1 Plankton net Alat untuk menyaring air sehingga
didapatkan sampel plankton
2 Ember 10 L Alat untuk mengambil air danau
3 Botol sampel plankton Menyimpan sampel plankton
4 Kertas label / spidol permanent Memberi tanda pada botol sampel
plankton
5 Alat tulis dan data sheet Mencatat data yang diperlukan
lapangan
6 Secchi disk Mengukur tingkat kecerahan perairan
7 Floating dradge Mengukur kecepatan arus pada perairan
8 Stopwatch Menghitung waktu pergerakan
stopwatch
9 Plastik Membungkus botol sampe plankton
10 Kompas Menentukan arah arus
11 Kertas lakmus Mengukur pH perairan
12 Hand refractometer Mengukur salinitas perairan
13 Tisu Membersihkan hand refractometer
14 Pipet Tetes Meneteskan air ke handrefractometer
15 Tongkat Batas stasiun pengamatan utama
Tabel 2. Bahan yang digunakan saat di lapangan
No Bahan Fungsi
1 Formalin 40% Mengawetkan sampel plankton

3.2.2 Alat dan Bahan di Laboratorium


Tabel 3. Alat yang digunakan saat di laboratorium
No Alat Fungsi
1 Mikroskop Alat identifikasi sampel plankton
2 Buku identifikasi Mengidentifikasi jenis dari sampel
plankton
3 Sedgwick Rafter Counting Cell Menghitung jumlah plankton
4 Tisu Membersihkan SRCC
5 Pipet tetes Memindahkan cairan dengan volume
tertentu

Tabel 4. Bahan yang digunakan saat di laboratorium


No Bahan Fungsi
1 Sampel plankton Objek identifikasi
2 Akuades Mengkalibrasi SRCC
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Cara Kerja di Lapangan

3.3.1.1 Pengambilan Sampel Plankton


Sampel plankton diambil pada stasiun yang telah ditentukan menggunakan
Plankton net


Masukkan air 100L kedalam Plankton net menggunakan ember


Lakukan 3 kali pengulangan


Selanjutnya sampel yang sudah dimasukkan kedalam botol sampel ditetesi
formalin 4 % untuk diawetkan


Simpan sampel dalam lemari pendingin

3.3.1.2 Pengukuran pH Perairan


Ambil sampel air secukupnya


Masukkan kertas indikator pH kedalam sampel


Amati perubahan warna yang terjadi

3.3.1.3 Pengukuran Salinitas Perairan


Kalibrasi hand refractometer menggunakan aquades, keringkan menggunakan
tisu


Teteskan air sampel ke prisma pengukuran, lalu tutup penutupnya

Arahkan hand refractometer kearah cahaya


Baca hasil skala yang dihasilkan alat hand refractometer

3.3.1.4 Pengukuran Kecepatan Arus dan Arah Arus


Masukkan floating dradge yang telah disambung dengan tali yang telah
ditentukan panjangnya


Tandai tali dengan jarak 1 m dari ujung floating dradge. Pegang tali yang telah
ditandai kemudian lepaskan perlahan bersamaan dengan waktu mulai stopwatch
yang searah dengan kompas


Setelah floating dradge bergerak sejauh jarak yang ditentukan matikan
stopwatch


Catat waktu pergerakan serta arah dari arus

3.3.1.5 Pengukuran Kecerahan Perairan


Masukkan Secchi disk perlahan kedalam perairan pada titik yang telah
ditentukan


Tentukan D1 dimana Secchi disk masih terlihat jelas, D2 dimana posisi Secchi
disk terlihat samar-samar, dan Z dimana posisi secchi


Catat kedalaman D1, D2, dan Z
3.3.2 Cara Kerja di Laboratorium
Siapkan laptop dan mikroskop untuk mengolah data


Bersihkan SRCC menggunakan aquades, lalu keringkan menggunakan tisu


Ambilkan sampel menggunakan pipet tetes kemudian teteskan diatas SRCC
sebanyak 1 ml


Letakkan SRCC pada mikroskop, atur pembesaran pada mikroskop


Lakukan pencarian sampel di 20 lapang pandang dan kemudian identifikasi
sampel plankton menggunakan buku identifikasi
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Genus P1 P2 P3 Rata-rata N
Chaetoceros 1 0 0 0.33 0.37
Coscinodiscus 2 2 0 1.33 1.47
Guinardia 57 48 41 48.67 53.53
Skeletonema 1 0 0 0.33 0.37
Talassiosira 149 97 77 107.67 118.43
Trichpdesmium 1 1 0 0.67 0.73
Zooplankton 8 0 0 2.67 2.93
Indeks
Dmg ni N Pi (N/ni)
simpson
-
1 0.002062
5.980252555
15.66611326 4 0.008247
1.507422354 146 0.301031
0.99999574
- 485
1 0.002062 9
5.980252555
1.256715517 323 0.665979
-19.3451706 2 0.004124
5.575485682 8 0.016495
4.2 Pembahasan
Pada praktikum mengenai plankton ini pengambilan sampelnya dilakukan
di kawasan perairan danau universitas sriwijaya. Pengambilan sampel dilakukan
pada waktu siang hari hal ini dilakukan karena pada siang hari matahari
cahayanya mencapai titik maksimum sehingga pada fitoplankton banyak aktif
untuk melakukan fotosintesis. Pengambilan sampel dilakukan di enam titik
satsiun di wilayah danau tersebut, dan untuk kelompok ini titik yang diambil
adalah titik jalur keluarnya air. Karena itulah jumlah plankton yang didapat oleh
kelompok tiga jumlahnya tidak banyak karena plankton pada titik ini banyak
keluar dari wilayah melalui pintu keluaran air tersebut.
Pengambilan sampel plankton ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan
dan dalam pengambilan sampel plankton ada banyak parameter yang digunakan
diantaranya adalah pH, cahaya matahari, temperature, salinitas, dan kecepatan
arus. Parameter ini sangat mempengaruhi kelimpahan plankton, namun karena
titik stasiun pengambilan yang dilakukan tidak mendukung karena stasiun tempat
tempat pengambilan sampel berada didekat gerbang keluaran sirkulasi air danau.
Sehingga plankton tidak banyak tersaring pada saat pengambilan sampel dengan
planktonet.
Plankton yang ditemukan ada 8 genus, yaitu Chaetoceros, Coscinodiscus,
Guinardia, Skeletonema, Talassiosira, Trichpdesmium, Zooplankton.
Keseragaman dan keanekaragaman jenis plankton dipengaruhi oleh kecocokan
jenis planktonnya dengan keadaan perairannya. Pada pengambilan sampel kali ini
pada stasiun 1 ditemukan genus Talassiosira yang mendominasi keanekaragaman
jenis planktonnya, yaitu 118.43 sel/liter.
Indeks margalef digunakan untuk menghitung kelimpahan plankton.
Kelimpahan plankton dipengaruhi oleh jumlah jenis yang tertangkap dan diamati
dan jumlah total individu yang berhasil tertangkap. Indeks keseragaman
digunakan untuk menghitung keseragaman dari plankton yang diamati. Indeks
keseragaman ini dipengaruhi oleh jumlah jenis individu yang diamati dan jumlah
total dari plankton yang diamati.
BAB V

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah :

1). Plankton yang diambil dari lapangan diberi formalin agar tidak hancur.
2). Plankton dapat dijadikan sebagai bioindikator kualitas perairan.
3). Pengambilan sampel plankton dilakukan sebanyak 3x untuk meningkatkan
keakuratkan datanya.
4). Kelimpahan merupakan tinggi rendahnya jumlah individu populasi suatu
spesies.
5). Jumlah kelimpahan plankton dipengaruhi oleh faktor kimia dan fisika perairan.
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Maria, Sri Oetami Madyowati. 2014. Identifikasi dan kelimpahan


plankton pada budidaya ikan air tawar ramah lingkungan. Jurnal Agroknow
Vol 2(1):39-40.

Djumanto. Tumpak Sidabutar, Hanny Pontororing, Reinhard Leipary. 2009. Pola


sebaran horizontal dan kerapatan plankton di perairan Bawean. Jurnal
perikanan Vol 11(1):118-119.

Simanjuntak, Marojahan. 2009. Hubungan faktor lingkungan kimia, fisika


terhadap distribusi plankton di perairan Belitung Timur, Bangka Belitung.
Jurnal perikanan Vol 9(1):31-33.

Suharno, Daniel Lantang. 2012. Status kesuburan perairan laut ditinjau dari
keragaman plankton di kawasan Kepala Burung, Papua Barat. Jurnal
Biologi Papua Vol 4(2):75:76.

Sujarta, P. Hendritte L.O. Erlani R. 2011. Kajian keragaman plankton dan ikan di
perairan teluk tanah merah distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Papua.
Jurnal Biologi Papua Vol 3(2):68.

Utomo, Yugo, Bambang Priyono, Sri Ngabekti. 2013. Saprobitas perairan sungai
juwana berdasarkan bioindikator plankton. Unnes Journal of Life Science
Vol 2(1):29-30.

Anda mungkin juga menyukai