Anda di halaman 1dari 10

A.

Individu Dan Karakteristiknya

Pengertian Individu
Individu artinya tidak bias dibagi, tidak dapat dipisahkan,
keberadaannya sebagai makhluk yang pilah, tunggal dan khas.
Individu yang berarti orang, perseorangan yang diinginkan.
(Echlos, 1975 : Sunarto, dkk : 1994)

Karakteristik Individu
Karakteristik bawaan merupakan karakter keturunan yang
dibawa sejak lahir, baik berkaitan dengan factor biologis maupun
social psikologis. Kepribadian, prilaku apa yang diperkuat,
dipikirkan, dan dirasakan oleh seseorang (individu) merupakan
hasil diri perpduan antara factor biologis sebagaimana unsure
bawaan dan pengaruh lingkungan.
B. Perbedaan Individu
Garry pada 1963 (Hartomo, dkk.1994) mengkategorikan
perbedaan individu, sbb:

a. Perbedaan fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin,


pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.
b. Perbedaan social termasuk status ekonomi, agama, hubungan
keluarga, dan suku.
c. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan
sikap.
d. Perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar.
e. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah
Selain perbedaan diatas ada juga:
a. Perbedaan Kognitif
b. Perbedaan individual dalam kecakapan bahasa
c. Perbedaan dalam Kecakapan Motorik
d. Perbedaan dalam Latar Belakang
e. Perbedaan dalam bakat
f. Perbedaan dalam kesiapan belajar
C. Aspek Pertumbuhan & Perkembangan Individu

Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan manusia merupakan perubahan fisik menjadi lebih
besar dan lebih panjang dan prosesnya terjadi sejak anak
sebelum lahir hingga ia dewasa.

a. Pertumbuhan sebelum lahir


b. Pertumbuhan setelah lahir
D. Karakteristik Siswa Sekolah Menengah
faktor-faktor yang mempengaruhi sikap remaja terhadap
pendidikan (Hurlock, 1980:221) yakni:

1. Sikap teman sebaya; berorientasi sekolah atau


berorientasi kerja,
2. Sikap orang tua; menganggap pendidikan sebagai batu
loncatan ke arah mobilitasi sosial atau hanya sebagai suatu
kewajiban karena diharuskan oleh hukum,
3. Nilai-nilai, yang menunjukkan keberhasilan atau kegagalan
akademis,
4. Relevansi atau nilai praktis dari berbagai mata pelajaran,
5. Sikap terhadap guru-guru, pegawai tata usaha, dan
kebijaksanaan akademis serta disiplin,
6. Keberhasilan dalam pelbagai kegiatan ekstra kurikuler,
7. Derajat dukungan sosial di antara teman-teman sekelas.
Lebih lanjut Hurlock (1980, 221) menyebutkan ada tiga macam
remaja yang tidak berminat pada pendidikan dan biasanya
membenci sekolah yakni:

1. Remaja yang orang tuanya memiliki cita-cita tinggi yang


tidak realistik terhadap prestasi akademik, atletik atau
prestasi sosial yang terus menerus mendesak untuk
mencapai sasaran yang dikehendaki.

2. Remaja yang kurang diterima oleh teman-teman sekelas,


yang merasa tidak mengalami kegembiraan sebagaimana
dialami teman-teman sekelas dalam pelbagai kegiatan
ekstrakurikuler,
3. Remaja yang matang lebih awal yang merasa fisiknya jauh
lebih besar dibandingkan teman-teman sekelasnya dan
karena penampilannya lebih tua dari usia yang
sesungguhnya, seringkali diharapkan berprestasi lebih baik
di atas kemampuannya.
Pada akhir masa remaja, minat pada karir seringkali menjadi
sumber pikiran. Seperti diterangkan oleh Thomas (dalam
Hurlock, 1980:221), bahwa pada saat tersebut remaja belajar
membedakan antara pilihan pekerjaan yang lebih disukai dan
pekerjaan yang dicita-citakan. Hal ini menandakan bahwa para
siswa SMA akan mulai membedakan antara pilihan pekerjaan
yang lebih disukai dan pekerjaan yang dicita-citakan

Anda mungkin juga menyukai