Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Peranan guru sangatlah penting dalam pendidikan, terutama dalam sistem pengajaran.
Karena guru berposisi sebagai perantara sebuah ilmu untuk disampaikan kepada peserta
didik.Di Negara-negara maju kualitas guru sangat diperhatikan demi kemajuan bangsanya.
Sebagai contoh Presiden Vietnam mengatakan: No teacher no education, no education no
economy, and social development. Dari pernyataan tersebut bahwa guru adalah sebagai akar
pokok dalam mengembangkan pendidikan,. Kemudian merambah ke bidang ekonomi, sosial,
dan politik. Kemajuan sebuah Negara dapat dilihat dari kemajuan sebuah lembaga
pendidikan dan sumber daya manusianya.

Pemerintah telah berusaha dalam segala hal, termasuk dalam memperhatikan hak-hak dan
kuwajiban bagi tenaga kependidikan. Dan guru memiliki tanggung jawab untuk
mencerdaskan peserta didik demi memajukan suatu Bangsa dan Negara. Usaha pemerintah
dalam mensejahterakan guru sangatlah banyak melalui program-program pengembangan
profesi.

Profesi guru adalah merupakan profesi yang mulia. Salah satu syarat bagi pengembangan
suatu profesi ialah adanya suatu disiplin ilmu yang mendasari profesi tersebut. Semakin
maju suatu masyarakat, semakin kompleks pula kehidupan masyarakat itu dan semakin
canggih pula masalah kependidikannya. Dengan sendirinya pendidikan professional bagi
profesi kependidikan merupakan suatu keharusan.Dengan demikian, tugas, hak dan kewajiban
tenaga kependidikan adalah merupakanwujud dari profesionalitas tenega kependidikan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka munculah beberapa permasalahan
yang akan dibahas, antara lain:

Apa yang dimaksud dengan guru ?

Apa itu kewajiban dan agaimana kewajiban guru yang professional dalam proses
pembelajaran?

Apa saja Permasalahan guru di Indonesia?

Apa kelemahan guru-guru di Indonesia dibandingkan di Finlandia?


Tujuan

Sehubungan dengan latar belakang itu, maka penulis ingin memberikan tambahan informasi
tugas, peran dan kewajiban dari guru atau pendidik. Serta dapat mengetahui permasalahan
guru khususnya diIndonesia. Selain itu mengetahui perbandingan kualitas pendidikan di
Negara maju, khususnya di Finlandia Oleh karenanya, melalui penyajian makalah ini penulis
akan menyampaikan beberapa pengetahuannya dan akan mencoba memberikan wawasan baru
bagi pembaca. Dan melalui tulisan ini penulis berharap agar para pembaca dapat memberikan
respon yang positif
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Guru
Guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator agar siswa dapat belajar dan
atau mengambangan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal, melalui lembaga
pendidikan sekolah, baik yang didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat oleh swasta.

Menurut Poerwadarminta (1996: 335), guru adalah orang yang kerjanya mengajar.
Sedangkan menurut Zakiyah Darodjat (1992: 39) menyatakan bahwa guru adalah pendidik
professional, karena guru itu telah menerima dan memikul beban dari orang tua untuk ikut
mendidik anak-anak. Dalam hal ini, orang tua harus tetap sebagai pendidik yang pertama dan
utama bagi anak-anaknya, sedangkan guru adalah tenaga professional yang membantu orang
tua untuk mendidik anak-anak pada jenjang pendidikan sekolah.

Jadi dapat disimpulkan guru (pendidik) adalah seseorang yang bertugas sebagai fasilitator,
pembimbing dan pentransfer ilmu kepada peserta didik.

Guru sebagai pekerjaan profesi, secara holistik adalah berada pada tingkatan tertinggi
dalam sistem pendidikan nasional. Karena guru dalam tugas profesionalnya memiliki otonomi
yang kuat. Adapun tugas guru sangat banyak baik yang terkait dengan kedinasan dan
profesinya di sekolah. Seperti, mengajar dan membimbing para muridnya, memberikan
penilaian hasil belajar peserta didiknya, mempersiapkan administrasi pembelajaran yang
diperlukan, dan kegiatan lain yang berkaitan dengan pembelajaran. Disamping itu tanggung
jawab guru haruslah senantiasa berupaya meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang
menjadi bidang studinya agar tidak ketinggalan jaman, ataupun di luar kedinasan yang terkait
dengan tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan secara umum di luar sekolah.

1. Kewajiban Guru Profesional dalam Proses Pembelajaran

Profesional:
Profesional secara kebahasaan berarti expert (ahli) atau specialist (seorang spesialis).
Pengertian umum sering dimaksud dengan seorang yang bekerja baik dengan keras, tanpa
menunjuk pada pekerjaan tersebut sebagai profesi atau tidak.

Ada yang mengartika profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi. Guru sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa
pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik,
kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang
pendidikan tertentu.

Apa itu Kewajiban?

Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen &Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru: Kewajiban adalah beban yang diberikan
oleh hukum kepada orang atau badan hukum. Kewajiban sebagai guru adalah kewajiban yang
diberikan kepada orang pribadi sebagai individual sekaligus subyek hukum. Bisa diartikan
dengan sebutan tugas bila melihat kewajiban dari yang bersifat absolute dan disebut peran bila
bersifat relative.

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:

1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta


menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
2. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama,
suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial
ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta
nilai-nilai agama dan etika; dan
5. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa;

Kewajiban pendidik menurut UU SISDIKNAS pasal 40 ayat 2:

1. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,menyenangkan dinamis,kreatif,dan


dialogis.
2. Mempunyai komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Memberi teladan dan menjaga nama lembaga,profesi,dan kedudukan sesuai dengan


kepercayaan yang diberikan kepadanya

Kewajiban Guru Menurut UU Kongres XXI PGRI

Adapun kewajiban seorang guru diatur dalam Kongres XXI PGRI Nomor
VI/KONGRES/XXI/PGRI/2013 tentang Kode Etik Guru Pasal 1 sampai Pasal 8 adalah
sebagai berikut :

1. Pasal 1 Tentang Kewajiban Umum


a. Menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah/ janji guru.
b. Melaksanakan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.

2. Pasal 2 Tentang Kewajiban Guru Terhadap Peserta Didik`


a. Bertindak profesional dalam melaksanakan tugas mendidik mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi proses dan
hasil belajar peserta didik.
b. Memberikan layanan pembelajaran berdasarkan karateristik individual serta
tahapan tumbuh kembang kejiwaan peserta didik.
c. Mengembangkan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
d. Menghormati martabat dan hak-hak serta memperluas peserta didik secara
adil dan objektif.
e. Melindungi peserta didik dari segala tindakan yang mengganggu
perkembangan, proses belajar, kesehatan, dan keamanan bagi peserta didik.
f. Menjaga keharahasiaan peserta didik, kecuali dengan alasan yang dibenarkan
berdasarkan hukum, kepentingan pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan.
g. Menjaga hubungan profesional dengan peserta didik dan tidak memnfaatkan
utnuk keuntungan pribadi dan/atau kelompok dan tidak melanggar norma
yang berlaku.

3. Pasal 3 Tentang Kewajiban Guru Terhadap Orang Tua/Wali Peserta Didik.


a. Menghormati hak orang tua/ wali peserta didik untuk brkonsultasi dan
memberikan informasi secara jujur dan objektif mengenai kondisi dan
perkembangan belajar peserta didik.
b. Membina hubungan kerjasama dengan orang tua/ wali peserta didik dalam
melaksankan proses pendidikan untuk meningkatkan proses pendidikan.
c. Menjaga hubungan profesional dengan orang tua/wali peserta didik dan tidak
memanfaatkan untuk memperoleh keuntungan pribadi.

4. Pasal 4 Tentang Kewajiban Guru Terhadap Masyarakat


a. Menjalin komunikasi yang efektif dan kerjasama yang harmonis dengan
masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
b. Mengakomodasi aspirasi dan keinginan masyarakat dalam pengembangan
dan peningkatan kualitas pendidikan.
c. Bersikap responsif terhadap perubahan yang terjadi dalam masyarakat
dengan mengindahkan norma dan sistem yang berlaku.
d. Bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif untuk menciptakan
lingkungan sekolah yang kondusif.
e. Menjujung tinggi kehormatan dan martabat, serta menjadi panutan bagi
masyarakat.

5. Pasal 5 Tentang Kewajiban Terhadap Teman Sejawat


a. Membangun suasana kekeluargaan, solidaritas, dan saling menghormati antar
teman sejawat di dalam maupun di luar satuan pendidikan.
b. Saling berbagi ilmu pengetahuan, teknologi, seni, keterampilan, dan
pengalaman, serta saling memotivasi untuk meningkatkan profesional dan
martabat guru.
c. Menjaga kehormatan dan rahasia pribadi teman sejawat.
d. Menghindari tindakan yang berpotensi menciptakan konflik antar teman
sejawat.

6. Pasal 6 Tentang Kewajiban Guru Terhadap Profesi.


a. Menjunjung tinggi jabatan guru sebagai profesi.
b. Mengembangkan profesionalisme secara berkelanjutan sesuai kemajuaan
pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu pendidikan.
c. Melakukan tindakan dan/atau mengeluarkan pendapat yang tidak
merendahkan martabat profesi.
d. Dalam melaksanakan tugas tidak menerima janji dan pemberian yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tugas keprofesian.
e. Melaksanakan tugas secara bertanggung jawab terhadap kebijakan
pendidikan.

7. Pasal 7 Tentang Kewajiban Guru Terhadap Organisasi Profesi.


a. Menaati peraturan dalam berperan aktif dalam melaksanakan progam
organisasi profesi.
b. Mengembangkan dan memajukan organisasi profesi.
c. Mengembangkan organisasi profesi untuk menjadi pusat peningkatan
profesionalitas guru dan pusat informasi tentang pengembangan pendidikan.
d. Menjujung tinggi kehormatan dan martabat organisasi profesi.
e. Melakukan tindakan dan/atau mengeluarkan pendapat yang tidak
merendahkan martabat profesi.

8. Pasal 8 Tentang Kewajiban Guru Terhadap Pemerintah.


a. Berperan serta menjaga persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara dalam wadah NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b. Berperan serta dalam melaksanakan progam pembangunan pendidikan.
c. Melaksankan ketentuan yang ditetapkan pemerintah.

Kewajiban sebagai pendidik (guru) antara lain :

Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan


proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, serta melakukan bimbingan. Harus memiliki
kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, Seorang Pendidik
juga harus kreatif, dinamis, dan dialogis, Mempunyai komitmen secara profesional untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga,
profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Kewajiban guru sebagai PNS, antara lain :

. Kewajiban yang berhubungan dengan kedudukan PNS pada umumnya;

Kewajiban ini terkait dengan kedudukan PNS sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan
abdi masyarakat. Dapat dirinci sebagai berikut:

a. Kewajiban yang ditetapkan dalam UU No.8 tahun 1974;

b. Kewajiban menurut Peraturan Disiplin Pegawai;

c. Kewajiban menurut Peraturan Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi PNS;

d. Kewajiban mentaati jam kerja kantor dan pemberitahuan jika tidak masuk kerja;

e. Kewajiban menjaga keamanan negara dan menyimpan surat-surat rahasia;


f. Kewajiban mentaati ketentuan tentang pola hidup sederhana dan larangan penerimaan
pemberian hadiah;

g. Kewajiban sebagai anggota KORPRI;

h. Kewajiban mentaati larangan bekerja dalam lapangan swasta dan usaha-usaha/kegiatan-


kegiatan yang wajib mendapat ijin;

i. Kewajiban mentaati larangan menurut kitab UU hukum pidana;

j. Kewajiban mentaati peraturan tentang larangan korupsi;

k. Kewajiban mentaati peraturan tentang larangan mengerjakan judi;

l. Kewajiban mentaati peraturan tentang keanggotaan partai polotik;

3. Kewajiban PNS yang tidak berhubungan dengan tugas dalam jabatan dan tidak
berhubungan dengan kedudukan sebagai PNS pada umumnya.

Kewajiban ini terkait dengan pasal 5, 28 dan 29 UU No.8 tahun 1974.

Kode Etik Guru, antara lain :

1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia


pembangunan yang ber-Pancasila.

2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan


kebutuhan anak didik masing-masing.

3. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak


didik, tetapi menghindari diri dari segala bentuk penyalahgunaan.

4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang
tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.

5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun


masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.

6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan


meningkatkan mutu profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan
lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.

8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi


guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.

9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijakan pemerintah dalam


bidang pendidikan.

Sertifikasi Guru

Sertifikasi guru adalah Sebuah Upaya Pemerintah dalam rangka peningkatan mutu dan uji
kompetensi tenaga pendidik dalam mekanisme teknis yang telah diatur oleh pemerintah
melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat, yang bekerjasama dengan instansi
pendidikan tinggi yang kompeten, yang diakhiri dengan pemberian sertifikat pendidik kepada
guru yang telah dinyatakan memenuhi standar profesional.

Jadi Guru yang sudah mendapat Sertifikat Pendidik berarti Guru tersebut sudah di anggap
profesional dalam menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Sehingga
Guru yang sudah mendapat Sertifikat Pendidik diharapkan mampu membawa perubahan
pendidikan menjadi pendidikan yang berkualitas baik dari segi proses maupun outputnya.

Tujuan Sertifikasi Guru adalah menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas
sebagai Pemegang peranan Penting dalam pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Dengan Guru yang bersetifikat Pendidik melalui program Sertifikasi guru
merupakan salah satu langkah pemerintah dalam membangun pendidikan yang berkulitas dan
berkompeten baik di saat sekarang atau di masa yang akan datang.

Manfaat Sertifikasi Guru adalah melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak
kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru serta melindungi masyarakat dari praktik-
praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional.

Dasar utama dari Sertifikasi Guru adalah UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen (UUGD) yang disyahkan tanggal 30 Desember 2005. Yakni dalam Pasal 8 berbunyi :
Guru wajib memiliki kualitas akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Pasal lainnya adalah Pasal 11 ayat (1) menyebutkan bahwa sertifikat pendidik sebagaimana
dalam pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Landasan Hukum
lainnya adalah UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan
Menteri Pendidikan nasional Nomor 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam
Jabatan yang ditetapkan pada tanggal 4 Mei 2007.

Jadi untuk bisa mendapatkan Setifikat Pendidik sehingga guru tersebut di berikan
Tunjangan Sertifikasi Guru harus bisa memenuhi persyaratan yang sudah di tetapkan
Pemerintah Silahkan Baca Persyaratan Sergur .

Beberapa bulan terakhir banyak di beritakan bahwa tunjangan Sertifikasi Guru di


hapus namun pemberitaan tersebut hanya sekedar berita yang sampai kini belum ada
kebenarannya. Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 14/2005, sertifikasi guru akan terus
dilaksanakan sampai Undang-Undang tidak mengamanatkan pelaksanaan sertifikasi guru.

Memahami Kewajiban Kewajiban Seorang Guru Antara Lain:

1. Memiliki Kualifikasi Akademik yang berlaku (S1 atau D IV)


2. Memiliki Kompetensi Pedagogik, yang meliputi :
a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
b. pemahaman terhadap peserta didik;
c. pengembangan kurikulum atau silabus;
d . perancangan pembelajaran;
e. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
f. pemanfaatan teknologi pembelajaran;
g. evaluasi hasil belajar; dan
h. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
3. Memiliki Kompetensi Kepriadian, yang meliputi :
a. beriman dan bertakwa
b. berakhlak mulia;
c. arif dan bijaksana;
d. demokratis;
e. mantap;
f. berwibawa;
g. stabil;
h. dewasa;
i. jujur;
j. sportif;
k. menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;
l. secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan
m. mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

4. Memiliki Kompetensi Sosial, yang meliputi :


a. berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun
b. menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;
c. bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik;
d. bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta
sistem nilai yang berlaku; dan
e. menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan
5. Memiliki Kompetensi Profesional, yang meliputi :
a. mampu menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar
isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang
akan diampu; dan
b. mampu menguasai konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang
relevan, yang secarakonseptual menaungi atau koheren dengan program satuan
pendidikan, mata pelajaran.
6. Memiliki Sertifikat Pendidik
7. Sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
8. Melaporkan pelanggaran terhadap peraturan satuan pendidikan yang dilakukan oleh
peserta didik kepada pemimpin satuan pendidikan.
9. Mentaati peraturan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan, penyelenggara pendidikan,
Pemerintah Daerah, dan Pemerintah.
10. Melaksanakan melaksanakan pembelajaran yang mencakup kegiatan pokok :
a. merencanakan pembelajaran
b. melaksanakan pembelajaran;
c. menilai hasil pembelajaran;
d. membimbing dan melatih peserta didik; dan
e. melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok.

2. Permasalahan Guru

ISSU seputar masalah guru

Saat ini setidak-tidaknya ada empat hal yang berkaitan dengan permasalahan yang
dihadapi guru di Indonesia, yaitu : pertama, masalah kualitas/mutu guru, kedua, jumlah guru
yang dirasakan masih kurang, ketiga, masalah distribusi guru dan masaah kesejahteraan guru.

Masalah kualitas guru

Kualitas guru kita, saat ini disinyalir sangat memprihatinkan. Berdasarkan data tahun
2002/2003, dari 1,2 juta guru SD kita saat ini, hanya 8,3%nya yang berijasah sarjana. Realitas
semacam ini, pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas anak didik yang dihasilkan. Belum
lagi masalah, dimana seorang guru sering mengajar lebih dari satu mata pelajaran yang tidak
jarang, bukan merupakan corn/inti dari pengetahuan yang dimilikinya, telah menyebabkan
proses belajar mengajar menjadi tidak maksimal.

Persentase guru layak mengajar terhadap guru menurut status sekolah di NTB SMP/ junior
secondary school (JSS) tahun: 2006/2007.

Guru Jumlah/total
No %
Negeri Layak % Swasta Layak % Guru Layak

1 10,736 8,105 75.49 1,374 1,066 77.58 12,110 9,171 75.73

Jumlah guru yang masih kurang


Jumlah guru di Indonesia saat ini masih dirasakan kurang, apabila dikaitkan dengan jumlah
anak didik yang ada. Oleh sebab itu, jumlah murid per kelas dengan jumlah guru yag tersedia
saat ini, dirasakan masih kurang proporsional, sehingga tidak jarang satu raung kelas sering di
isi lebih dari 30 anak didik.

Di NTB perkembangan jumlah guru Negeri dan swasta dari tahun 2003/2004 s/d tahun
2005/2006 yaitu :

Status sekolah
No Tahun Jumlah
Negeri Swasta

1 2003/2004 7,295 673 7,968

2 2004/2005 8,612 884 9,496

3 2005/2006 9,067 1,174 10,241

Masalah distribusi guru

Masalah distribusi guru yang kurang merata, merupakan masalah tersendiri dalam dunia
pendidikan di Indonesia. Di daerah-daerah terpencil, masing sering kita dengar adanya
kekurangan guru dalam suatu wilayah, baik karena alasan keamanan maupun faktor-faktor
lain, seperti masalah fasilitas dan kesejahteraan guru yang dianggap masih jauh yang
diharapkan.

Masalah kesejahteraan guru

Sudah bukan menjadi rahasia umum, bahwa tingkat kesejahteraan guru-guru kita sangat
memprihatinkan. Penghasilan para guru, dipandang masih jauh dari mencukupi, apalagi bagi
mereka yang masih berstatus sebagai guru bantu atau guru honorer. Kondisi seperti ini, telah
merangsang sebagian para guru untuk mencari penghasilan tambahan, diluar dari tugas pokok
mereka sebagai pengajar, termasuk berbisnis dilingkungan sekolah dimana mereka mengajar
tenaga pendidik. Peningkatan kesejahteaan guru yang wajar, dapat meningkatkan
profesinalisme guru, termasuk dapat mencegah para guru melakukan praktek bisnis di
sekolah.

Menurut Supriadi dalam bukunya Mengangkat Citra Guru dan Martabat Guru, ia
mengatakan bahwa masalah guru antara lain:

1. Latar Belakang Guru

Latar belakang pendidikan guru sewaktu SLTA sebagian besar bersal dri SMA (71,7%)
Namun sayang tidak disebutkan latar belakang sekolahnya. Padahal ini penting untuk
mengetahui kecenderungan sikap siswa terhadap profesi guru.Fakta di sekolah yang
dianggap faforit pada tingkat Kabupaten atau Kota Besar sebagian kecil atau bahkan
jarang siswa menduduki rangking atas mempunyai keinginan menjadi guru. Mereka lebih
suka memilih profesi yang mempunyai prospek secara ekonomis lebih menjanjikan.Pada
lapisan sekolah di bawahnya, terutama untuk sekolah yang berada di pinggiran, jumlah
siswa mendaftar pada Fakultas Keguruan agak lumayan besar. Tetapi hal tersebut lebih
menyangkut pada keterpaksaan karena kondisi ekonomi orang tua. Dengan demikian
pilihan profesi guru bukan merupakan top priority.

2. Banyak Guru Tidak Layak Mengajar

Data Pusat Informatika Balitbang Dikbud 1996/1997 ada 3,72% guru SLTA
berpendidikan D2, dan menurut statistik persekolahan 1995/1996 guru yang tidak
memenuhi kualifikasi minimal pada tingkat SLTA 26%.

Jumlah guru yang tidak layak mengajar pada SMA ada 75.684 orang. Sedangkan guru
yang mengajar tidak sesuai dengan keahliannya ada 15% dari seluruh guru dari tingkat
SD sampai dengan SLTA yang berjumlah 2,6 juta guru (Kompas, 9-12-2005). Guru
masih jauh dari nilai-nilai profesionalisme. Banyak pergurruan tinggi pendidikan
menyelenggarakan program sarjana setengah matang, dengan cara perkuliahan yang
minim dan jaminan lulus. Banyak guru mismatch, mengajar tidak sesuai dengan keahlian.
Hal ini mengindikasikan bahwa sembarang orang bisa jadi guru, dan jelas tidak tidak
mempunyai kompetensi kompetensi untuk mengajar mata pelajaran yang bukan bidang
keahliannya, sehingga dapat menurunkan kualitas pembelajaran.

3. Guru Berprestasi Minim Penghargaan

DP3 berfungsi untuk persyaratan kenaikan pangkat pegawai.Sistem penilaian DP3 tidak
lagi bisa mencerminkan kinerja guru yang sesungguhnya. Guru tidak perlu bekerja keras
agar DP3-nya mendapat nilai baik, karena kinerja guru seperti apapun, Kepala Sekolah
tidak akan berani memberikan penilaian yang obyektif. Sehingga bisa saja terjadi guru
yang sering membolos kenaikkan pangkatnya lancar dibanding guru yang rajin. Kasus ini
terjadi karena guru yang malas, rajin mengurus kenaikan pangkatnya, sedangkan guru
yang rajin malah sebaliknya.

Hak-hak guru berprestasi belum bisa diberikan oleh pemerintah, semua guru mendapat
perlakuan yang sama. Hal ini menurunkan motivasi berprestasi dan semangat
profesionalisme.

4. Guru Semakin Terbelakang

Kondisi kesejahterann guru yang memprihatinkan ,mengisyaratkan perlunya perubahan


secepatnya sistem penggajian guru berbeda dengan pegawai. Dampak dari sistem
penggajian sekarang guru tidak mampu mengalokasikan gajinya untuk membeli buku
apalagi melakukan saving. Dapatlah dimaklumi kalau referensi bacaan guru kebayakan
berupa LKS atau buku-buku untuk siswa dari penerbit sebagai kopensasi atas dipakainya
buku tersebut atas siswanya. Maka tidaklah mengherankan bila guru bukannya semakin
maju tetapi malah berjalan di tempat.

3. Kelemahan-kelemahan Guru Di Indonesia Dibandingkan Negara Finlandia

Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011:
The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan,
Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang
diluncurkan di New York, Senin (1/3/2011), indeks pembangunan pendidikan atau education
development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan
Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia.

Kelemahan guru-guru di Indonesia jika dibandingkan negara Finlandia adalah :


1. Guru-guru di Indonesia cara pembelajarannya di penuhi dengan test evaluasi seperti
ulangan harian, ulangan blok, ulangan mid-semester, ulangan umum / kenaikan kelas,
dan ujian nasional. Finlandia menganut kebijakan mengurangi tes jadi sesedikit mungkin.
Tak ada ujian nasional sampai siswa yang menyelesaikan pendidikan SMA
mengikuti matriculation examinationuntuk masuk PT.
2. Guru di Indonesia sangat terpaku dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
menyebabkan siswa yang gagal tes harus mengikuti tes remidial dan masih ada tinggal
kelas. Sebaliknya, Finlandia menganut kebijakan automatic promotion, naik kelas
otomatis. Guru siap membantu siswa yang tertinggal sehingga semua naik kelas
3. Pemberian tugas Pekerjaan Rumah (PR) oleh guru di Indonesia dianggap penting untuk
mendisiplikan siswa rajin belajar. Sebaliknya, di Finlandia PR masih bisa ditolerir tapi
maksimum hanya menyita waktu setengah jam waktu anak belajar di rumah.
4. Kualifikasi guru SD Indonesia masih mengejar setara dengan S1, di Finlandia semua
guru tamatan S2.
5. Indonesia masih menerima calon guru yang lulus dengan nilai pas-pasan, sedangkan di
Finlandia the best ten lulusan universitas yang diterima menjadi guru.
6. Guru di Indoesia sibuk membuat silabus dan RPP mengikuti model dari Pusat dan
memaksa guru memakai buku pelajaran BSE (Buku Sekolah Elektronik), di Finlandia
para guru bebas memilih bentuk atau model persiapan mengajar dan memilih metode
serta buku pelajaran sesuai dengan pertimbangannya.
7. Jarang sekali guru di Indonesia yang menciptakan suasana proses belajar-mengajar itu
menyenangkan (learning is fun) melalui penerapan belajar aktif. Bahkan lebih didominasi
metode belajar mengajar satu arah seperti ceramah yang membosankan.Di Finlandia
terbanyak guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan melalui implementasi
belajar aktif dan para siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Motivasi intrinsik
siswa adalah kata kunci keberhasilan dalam belajar
8. Di Indonesia dikembangkan pengkatasan kelas yaitu klasifikasi kualitas kelas dalam
kelas reguler dan kelas anak pintar, kelas anak lamban berbahasa Indonesia dan kelas
bilingual (bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar) dan membuat pengkastaan sekolah
(sekolah berstandar nasional, sekolah nasional plus, sekolah berstandar internasional,
sekolah negeri yang dianakemaskan dan sekolah swasta yang dianaktirikan). Sebaliknya
di Finlandia, tidak ada pengkotakan siswa dan pengkastaan sekolah. Sekolah swasta
mendapatkan besaran dana yang sama dengan sekolah negeri.
9. Finlandia pelajaran bahasa Inggris mulai diajarkan dari kelas III SD. Alasan kebijakan ini
adalah memenangkan persaingan ekonomi di Eropa, membuka kesempatan kerja lebih
luas bagi lulusan, mengembangkan wawasan menghargai keanekaragaman kultural.
10. Terkadang para guru di Indoesia masih memberikan tugas sekolah selama masa liburan
sehingga sekolah merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpuan
Peranan guru sangatlah penting dalam pendidikan, terutama dalam sistem pengajaran
karena guru berposisi sebagai perantara sebuah ilmu untuk disampaikan kepada peserta didik.
Jadi hal Terpenting dari seorang guru adalah menjalankan kewajiban-kewajibannya sesuai
dengan aturan yang telah termuat dalam undang-undang.
Faktor kemajuan pendidikan di Finlandia adalah terletak pada SDM guru. SDM guru di
Finlandia dengan seleksi ketat, lulusan terbaik univesitas, mendapat pengakuan sosial baik di
masyarakat, minimal master, mempunyai kemampuan pedagogik yang baik, bebas
menentukan metode dan strategi mengajar buat siswa, memperlakukan siswa sesuai
kemampuan, membantu siswa yang lambat, mengembangkan profesional, menilai siswa
sesuai kemampuan, tidak banyak memberikan pekerjaan rumah atau tugas, tidak membuat
rangking, memberikan bimbingan intensif kepada siswa.

B. Saran

Dengan ditulisnya makalah yang menjelaskan tentang Kewajiban dan permasalahan serta
perbandingan kualitas guru di Finlandia, semoga kita semua bisa benar-benar memahami
tentang apa yang seharusnya dilakukan Guru sebagai tenaga pendidik. Sehingga, jika ada
kewajiban-kewajiban yang belum dilaksanakannya, maka sepatutnya untuk memenuhi tugas
menjalankan kewajibannya sebagai tenaga pendidik. Karena itu, negeri ini akan maju dan
penuh dengan keadilan, kemakmuran, aman dan sejahtera. pelajaran bagi dunia pendidikan.
Degan berkaca dari permasalahan serta kualitas guru-guru di Finlandia, semoga hal itu dapat
memberikan inspirsai dan

.DAFTAR PUSTAKA

Sagala, Syaiful.2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung:


Alfabeta

Undang-undang RI NO 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen: 2015. Undang-undang Guru
Dan Dosen. Yogyakarta: Pustaka Mahardika

Direktorat Dikmenum Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.


Jakarta

Supriadi, Dei. 1999. Mengangkat Citra Guru dan Martabat Guru. Yoyakarta: Adicita Karya
Nusa
Rohman, Arif. 2009. Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang
Mediatama

Syaefudin Saud, Udin. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta

Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Pertti, Kansanen. 2000. Teacher education in finland, current models and new developmnent.
Finland: University of helsinki.

Anda mungkin juga menyukai