Anda di halaman 1dari 9

Pendahuluan

PENDAHULUAN Dampak dari bencana gempa bumi dan


tsunami sangat dirasakan baik dari aspek
Bencana merupakan peristiwa atau fisik berupa cidera atau timbulnya korban
rangkaian peristiwa yang mengancam dan jiwa, dari aspek psikologis berupa kecemasan
mengganggu kehidupan dan penghidupan sampai terjadinya masalah kesehatan mental,
masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor dari aspek sosial-budaya berupa rusaknya
alam, faktor nonalam maupun faktor manusia bangunan dan infrastruktur serta rusaknya
sehingga mengakibatkan timbulnya korban solidaritas antar sesama serta dari aspek
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, spiritual berupa meningkatnya atau
kerugian harta benda, dan dampak psikologis menurunnya keyaninan bahwa bencana yang
(UU No. 24 tahun 2007). terjadi merupakan kehendak dan kuasa sang
Frekuensi kejadian bencana pencipta.
belakangan ini semakin meningkat, terutama Mengingat besarnya dampak yang
di area Asia-Pasifik. Pada tahun 2008, terjadi akibat bencana, maka perlu adanya
sebanyak 40% dari total bencana alam di kesiapsiagaan masyarakat untuk mengatasi
dunia terjadi di Asia dan >80% korban risiko atau dampak bencana tersebut.
bencana alam tinggal di daerah ini. Indonesia Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian
sebagai salah satu negara Asia-Pasifik dari proses manajemen bencana dan di dalam
menjadi negara dengan risiko bencana konsep pengelolaan bencana yang
terbesar kedua di dunia. Hal ini karena berkembang saat ini, peningkatan
seluruh kawasan kepulauan Indonesia rentan kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen
mengalami bencana (Usher & Mayner, 2011, penting dari kegiatan pengurangan risiko
p.75). Indonesia merupakan negara yang bencana yang bersifat pro-aktif, sebelum
wilayahnya rawan terhadap bencana alam, terjadinya suatu bencana. Berdasarkan
salah satunya adalah bencana gempa bumi framework kesiapsiagaan bencana yang
dan tsunami. Secara geografis, Indonesia dibuat oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan
terletak pada pertemuan empat lempeng Indonesia (LIPI) dan United Nations
tektonik di dunia, yaitu lempeng benua Asia Educational, Scientific and Cultural
dan benua Australia, serta lempeng samudera Organization (UNESCO) pada tahun 2006,
Hindia dan samudera Pasifik, hal inilah yang kesiapsiagaan komunitas dalam menghadapi
membuat Indonesia rawan akan bencana bencana gempa bumi dan tsunami
gempa bumi maupun tsunami (Depkes RI, dikelompokkan menjadi lima parameter,
2009, p.1). yaitu pengetahuan dan sikap rencana tanggap
Keaktifan gempa bumi di Indonesia darurat, sistem peringatan dini, mobilisasi
sangat tinggi, rata-rata setiap bulannya sumber daya, serta kebijakan dan panduan
tercatat 400 kali terjadi. Dalam periode 1991 (LIPI-UNESCO, 2006, p.1-16).
sampai dengan 2007, tercatat 24 kali gempa Penelitian LIPI-UNESCO/ISDR pada
bumi besar terjadi. Tercatat pada awal bulan tahun 2006 di tiga wilayah, yaitu Kabupaten
Desember sampai tgl 19 Desember 2016 Aceh Besar, Kota Bengkulu dan Kota
sebanyak 301 kali gempa yang terjadi dan Padang yang membahas tentang
dirasakan, khususnya Aceh sebanyak 16 kali kesiapsiagaan mulai dari pemahaman tentang
gempa yang dirasakan (BMKG, 2016, p.1). bencana, kerentanan lingkungan dan fisik,
Riwayat bencana tsunami dalam kurun rencana tanggap darurat, peringatan bencana
waktu dua puluh tahun terakhir sampai dengan kemampuan memobilisasi
menunjukkan sedikitnya 10 bencana sumber daya sesuai dengan lingkup kajian,
tsunami terjadi di wilayah Indonesia ditemukan bahwa ternyata tingkat
(BMKG, 2012, p.5). kesiapsiagaan sekolah lebih rendah
dibandingkan masyarakat. Berdasarkan

2
penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa 15, FKH13, FT 27, FP 46, FKIP 113, FK 10,
sekolah merupakan ruang publik dengan FMIPA 26, FISIP 20, FKP 15, FKep 5 dan
kerentanan tinggi. FKG 2.
Peristiwa gempa bumi juga berisiko Alat pengumpulan data dalam
mengancam pengguna gedung bertingkat. penelitian ini menggunakan kuesioner
Asrama rusunawa putri bidikmisi merupakan kuesioner yang terdiri dari 2 bagian yaitu:
gedung berlantai lima yang digunakan bagian pertama merupakan data demografi
sebagai tempat tinggal mahasiswi bidikmisi yang meliputi usia, fakultas, lama tinggal,
Universitas Syiah Kuala. Pada bangunan ini pernah mengikuti pelatihan kebencanaan,
berpotensi mengalami keretakan, roboh dan sudah mengikuti mata kuliah Pengetahuan
kehancuran bangunan. Oleh karena itu, Kebencanaan dan Lingkungan serta
asrama seharusnya memiliki kesiapsiagaan kebijakan dan panduan apa saja yang ada di
dalam menghadapi bencana gempa bumi dan asrama.
tsunami untuk mengurangi risiko, Bagian kedua, merupakan daftar
mengantisipasi, mengurangi dampak yang pertanyaan kuesioner baku LIPI-
ditimbulkan dan jatuhnya korban UNESCO/ISDR (2006) dengan 94 jumlah
dilingkungan asrama, maka dengan ini pertanyaan dengan bentuk dichotomus
penulis tertarik untuk meneliti tentang dengan nilai positif : Ya = 2, Tidak = 1,
kesiapsiagaan mahasiswi bidikmisi dalam Tidak Tahu = 0 dan Ya = 1, Tidak = 0 serta
menghadapi bencana gempa bumi dan nilai negatif Tidak = 2, Ya = 1, Tidak tahu =
tsunami di asrama rusunawa putri bidikmisi 0. Pertanyaan negatif terdiri dari nomor 1 (b,
Universitas Syiah Kuala. c ,d), 3 (c, d, e), 4 (c, f), 5, 8, 10 (c, d), 19 e
Metode kemudian selain nomor pertanyaan diatas
METODE PENELITIAN
termasuk ke dalam pertanyaan positif.
Jenis penelitian adalah deskriptif Data yang telah dikumpulkan diolah
kuantitatif dengan desain cross sectional dengan cara Editing, Coding, Transfering
study. Tujuan penelitian ini adalah untuk dimana pada langkah proses ini peneliti
mengetahui tingkat kesiapsiagaan mahasiswi mengelompokkan data yang telah diberi kode
bidikmisi dalam menghadapi bencana gempa dan memasukkan data ke dalam komputer
bumi dan tsunami di asrama rusunawa putri untuk keperluan analisis dengan
Universitas Syiah Kuala. Adapun tujuan menggunakan program komputer. Tabulating
khusus dalam penelitian ini untuk pada tahap ini peneliti melakukan
mengetahui pengetahuan dan sikap, rencana pengelompokkan jawaban responden
tanggap darurat, sistim peringatan bencana berdasarkan kategori kesiapsiagaan. Analisa
dan mobilisasi sumber daya mahasiswi data pada penelitian ini menggunakan analisa
bidikmisi di asrama rusunawa putri bidikmisi data univariat yang tujuannya untuk
Universitas Syiah Kuala. Populasi dalam menjelaskan atau mendeskripsikan
penelitian ini adalah mahasiswi bidikmisi karakteristik setiap variabel penelitian yang
Universitas Syiah Kuala yang berjumlah 610 menghasilkan distribusi frekuensi dan
orang. Teknik pengambilan sampel presentase dari tiap variabel.
menggunakan proportionate stratified
random sampling dimana sampel dibuat HASIL PENELITIAN
dengan lapisan-lapisan (strata) kemudian dari Pengumpulan data pada penelitian ini
setiap lapisan diambil sejumlah subjek secara dilakukan pada tanggal 2-5 Mei 2017 di
acak dan jumlah subjek dari setiap lapisan asrama rusunawa putri bidikisi Universitas
(strata) adalah sampel penelitian, maka Syiah Kuala dengan jumlah responden 304
jumlah sampel penelitian yang diambil mahasisiwi. Hasil penelitian yang didapatkan
adalah 304 dari 610 orang yaitu FEB12, FH adalah sebagai berikut :

3
Tabel 5.1 Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Data Demografi Distribusi Frekuensi Rencana Tanggap
Responden di Asrama Rusunawa Putri Darurat Kesiapsiagaan Mahasiswi Dalam
Bidikmisi Universitas Syiah Kuala (n=304) Menghadapi Bencana Gempa Bumi dan
No Data Demografi Frekuensi Persentase Tsunami di Asrama Rusunawa Putri Bidikmisi
1 Usia responden Universitas Syiah Kuala (n=304)
17 tahun 20 6,6 No Rencana Frekuensi Persentase
18 tahun 144 47,4 Tanggap Darurat
19 tahun 130 42,8 1 Sangat Siap 7 2,3
20 tahun 10 3,3
2 Siap 40 13,2
2 Fakultas
3 Hampir Siap 132 43,4
FEB 12 3,9
FH 15 4,9 4 Kurang Siap 110 36,2
FKH 13 4,3 5 Belum Siap 15 4,9
FT 27 8,9 Total 304 100
FP 46 15,1
FK 10 3,3
Tabel 5.5
FMIPA 26 8,6
Distribusi Frekuensi Sistim Peringatan
FISIP 20 6,6
Bencana Kesiapsiagaan Mahasiswi Dalam
FKP 15 4,9
Menghadapi Bencana Gempa Bumi dan
FKep 5 1,6
Tsunami di Asrama Rusunawa Putri Bidikmisi
FKG 2 0,7
Universitas Syiah Kuala (n=304)
FKIP 113 37,2
3 Lama Tinggal
No Sistim Peringatan Frekuensi Persentase
9 Bulan 304 100
Bencana
4 Pernah Mengikuti 1 Sangat Siap 79 26
Pelatihan 2 Siap 124 40,8
Kebencanaan 3 Hampir Siap 52 17,1
Ya 156 51,3 4 Kurang Siap 44 14,5
Tidak 148 48,7 5 Belum Siap 5 1,6
5 Telah Mengikuti Total 304 100
Mata Kuliah
Kebencanaan
Ya 304 100 Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Mobilisasi Sumber Daya
Tabel 5.2 Kesiapsiagaan Mahasiswi Dalam Menghadapi
Distribusi Frekuensi Kesiapsiagaan Dalam Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di
Menghadapi BencanaGempa Bumi dan Asrama Rusunawa Putri Bidikmisi Universitas
Tsunami di Asrama Rusunawa Putri Syiah Kuala (n=304)
Bidikmisi Universitas Syiah
Kuala (n=304) No Mobilisasi Frekuensi Persentase
No Kesiapsiagaan Frekuensi Persentase Sumber Daya
1 Sangat Siap 156 51,3 1 Sangat Siap 108 35,5
2 Siap 141 46,4 2 Hampir Siap 62 20,4
3 Hampir Siap 7 2,3 3 Kurang Siap 66 21,7
Total 304 100 4 Belum Siap 68 22,4
Total 304 100
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Pengetahuan PEMBAHASAN
Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana
Gempa Bumi dan Tsunami di Asrama
Rusunawa Putri Bidikmisi Universitas Syiah Pembahasan penelitian ii dijelaskan
Kuala (n=304) secara berurutan dapat dilihat pada uraian
dibawah ini :
No Pengetahuan Frekuensi Persentase
1. Kesiapsiagaan Mahasiswi Dalam
1 Sangat Siap 238 78,3
Menghadapi Bencana Gempa Bumi
2 Siap 66 21,7
Total 304 100 dan Tsunami

4
Berdasarkan hasil pengolahan data, responden pernah mengikuti pelatihan
kesiapsiagaan mahasiswi dalam kebencanaan dan seluruh responden
menghadapi bencana gempa bumi dan telah mengikuti mata kuliah
tsunami di asrama rusunawa yang kebencanaan, sehingga pengetahuan
diperlihatkan pada tabel 5.2 berada pada tentang kesiapsiagaan bencana menjadi
kategori kategori sangat siap dengan lebih baik.
frekuensi 156 orang (51,3%).
Kesiapsiagaan adalah tindakan-tindakan 2. Kesiapsiagaan Mahasiswi Dalam
yang memungkinkan pemerintah, Menghadapi Bencana Gempa Bumi
organisasi, masyarakat dan individu dan Tsunami Berdasarkan
untuk mampu menanggapi suatu situasi Pengetahuan
bencana secara cepat dan tepat. Berdasarkan hasil pengolahan data,
Kesiapsiagaan merupakan salah satu kesiapsiagaan mahasiswi dalam
bagian dari proses manajemen bencana menghadapi bencana gempa bumi dan
yang bersifat pro-aktif sebelum terjadi tsunami berdasarkan pengetahuan di
bencana (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006, asrama rusunawa yang diperlihatkan
p.6 & 13). pada tabel 5.3 berada pada kategori
Hasil penelitian ini diperkuat oleh sangat siap dengan frekuensi 238 orang
penelitian LIPI-UNESCO/ISDR (2006) (78,3%). Menurut LIPI-UNESCO/ISDR
tentang kajian kesiapsiagaan bencana (2006), pengetahuan merupakan faktor
masyarakat dalam mengantisipasi utama kunci kesiapsiagaan. Pengetahuan
bencana gempa bumi dan tsunami di yang harus dimiliki mengenai bencana
Kabupaten Aceh Besar, didapatkan yaitu pemahaman tentang bencana dan
bahwa kesiapsiagaan siswa menghadapi tentang kesiapsiagaan menghadapi
bencana gempa bumi dan tsunami di bencana tersebut, meliputi penyelamatan
SMA berada pada kategori sedang, yang diri yang tepat saat terjadi bencana serta
ditunjukkan dengan nilai indeks siswa peralatan yang perlu disiapkan sebelum
sebesar 68%. Sangat wajar jika terjadi bencana. Pengetahuan yang
penelitian ini yang dilakukan pada dimiliki biasanya dapat mempengaruhi
mahasiswa mendapat kategori sangat sikap dan kepedulian masyarakat untuk
siap dikarena mahasiswa merupakan siap dan siaga dalam mengantisipasi
orang berpendidikan tinggi yang bencana, terutama bagi yang bertempat
setingkat lebih tinggi daripada siswa, tinggal di daerah rawan bencana.
maka dari itu jika dilihat kesiapsiagaan Hasil penelitian ini diperkuat oleh
siswa berada pada kategori sedang. penelitian LIPI-UNESCO/ISDR (2006)
Sedangkan mahasiswi dalam kategori tentang kajian kesiapsiagaan bencana
sangat siap merupakan suatu perubahan masyarakat dalam mengantisipasi
yang baik, dimana semakin tinggi bencana gempa bumi dan tsunami di
tingkat pendidikan seseorang maka Kabupaten Aceh Besar, didapatkan
semakin baik tingkat kesiapsiagaannya. bahwa kesiapsiagaan siswa menghadapi
Menurut pendapat peneliti, bencana gempa bumi dan tsunami di
kesiapsiagaan berada dalam kategori berdasarkan pengetahuan berada pada
sangat siap karena responden kategori tinggi sebanyak 88%, hal ini
merupakan remaja, pada usia ini dikarenakan para siswa di kabupaten
responden cerderung banyak rasa tersebut mendapatkan dukungan yang
keingintahuan yang tinggi maka ilmu cukup baik oleh pihak sekolah dalam
yang didapatkan sangat mudah diserap, memberikan pelajaran terkait,
kemudian setengah dari jumlah ditunjukkan oleh 93% siswa mengaku

5
pernah mendapatkan pelajaran tentang tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam
gempa bumi dan tsunami. mengantisipasi bencana. Pemahaman
Menurut pendapat peneliti, tentang bencana akan menjadi kurang
kesiapsiagaan mahasiswi dalam bermakna apabila tidak diikuti dengan
menghadapi bencana gempa bumi dan tindakan konkrit untuk mengantisipasi
tsunami berdasarkan pengetahuan di bencana, seperti melakukan perencanaa
asrama rusunawa putri bidikmisi berada penyelamatan baik dokumen penting,
pada kategori sangat siap, disebabkan tempat evakuasi, melakukan
karena seluruh responden dalam pertolongan pertama dan sebagainya
penelitian ini telah mengikuti mata sesuai porsi masing-masing sebagai
kuliah kebencanaan yaitu Pengetahuan lembaga, sebagai pendidik dan sebagai
Kebencanaan dan Lingkungan. Mata individu. Rencana tanggap darurat yang
kuliah ini diajarkan bertujuan menjadi bagian terpenting dalam
memberikan kepada mahasiswi tentang kesiapsiagaan adalah yang berkaitan
wawasan dan prinsip-prinsip dasar dengan pertolongan dan penyelamatan,
pengurangan risiko bencana dan agar korban bencana dapat
keterkaitan dengan kondisi lingkungan diminimalkan. Upaya ini sangat krusial,
yang berpotensi bencana maupun tidak terutama pada saat terjadi bencana dan
berpotensi bencana. Sehingga hari-hari pertama bencana sebelum
pengetahuan responden yang telah bantuan datang (LIPI-UNESCO/ISDR,
mengambil mata kuliah kebencanaan 2006).
yang menjadi salah satu faktor utama Hasil penelitian ini diperkuat oleh
bagi mahasiswi dalam meningkatkan penelitian LIPI-UNESCO/ISDR (2006)
kesiapsiagaannya. Hal ini juga tentang kajian kesiapsiagaan bencana
disebabkan karena setengah dari jumlah masyarakat dalam mengantisipasi
responden pernah mengikuti pelatihan bencana gempa bumi dan tsunami di
ataupun workshop tentang kebencanaan. Kabupaten Aceh Besar, didapatkan
Ini merupakan suatu persiapan bahwa kesiapsiagaan siswa menghadapi
kesiapsiagaan individu yang sangat baik bencana gempa bumi dan tsunami di
karena individu telah dibekali dengan berdasarkan rencana tanggap darurat
ilmu terkait kebencanaan dan telah pada kategori rendah, yang ditunjukkan
memiliki pengalaman mengikuti dengan nilai indeks siswa sebesar 43%.
pelatihan bencana. Hasil tersebut disebabkan karena pihak
sekolah sebagai pemegang kebijakan
3. Kesiapsiagaan Mahasiswi Dalam dan keputusan kurang aware terhadap
Menghadapi Bencana Gempa Bumi masalah kesiapsiagaan bencana alam.
dan Tsunami Berdasarkan Rencana Menurut pendapat peneliti,
Tanggap Darurat kesiapsiagaan mahasiswi dalam
Berdasarkan hasil pengolahan menghadapi bencana gempa bumi dan
data, kesiapsiagaan mahasiswi dalam tsunami berdasarkan rencana tanggap
menghadapi bencana gempa bumi dan darurat di asrama rusunawa putri
tsunami berdasarkan rencana tanggap bidikmisi berada pada kategori hampir
darurat di asrama rusunawa yang siap disebabkan karena pihak asrama
diperlihatkan pada tabel 5.4 berada pada sebagai pemegang kebijakan dan
kategori hampir siap dengan frekuensi keputusan kurang aware terhadap
132 orang (43,4%). Rencana tanggap masalah kesiapsiagaan bencana alam.
darurat merupakan salah satu parameter Jika ditinjau dari segi sarana dan
yang telah disepakati untuk mengukur prasarana terlihat tingkat

6
kesiapsiagaannya belum baik namun Kabupaten Bengkulu, didapatkan bahwa
jika ditinjau dari segi pengetahuan dan kesiapsiagaan siswa menghadapi
persiapan individu terhadap rencana bencana gempa bumi dan tsunami di
tanggap darurat sangat baik. Jika dilihat berdasarkan sistem peringatan dini
dari hasil diatas, maka sangat wajar jika berada pada kategori sedang dengan
rencana tanggap darurat di asrama nilai indeks siswa sebesar 68%. Bahkan
berada dalam kategori hampir siap. pada penelitian yang dilakukan oleh
Karena jika tidak ada sarana dan LIPI-UNESCO/ISDR (2006) tentang
prasarana pendukung untuk evakuasi kajian kesiapsiagaan bencana
atau penyelamatan dalam kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi
bencana maka pengetahuan dan bencana gempa bumi dan tsunami di
persiapan individu saja tidak bisa Kabupaten Padang, didapatkan bahwa
menjadi acuan sebagai kesiapsiagaan kesiapsiagaan siswa menghadapi
seacara keseluruhan pada suatu bencana gempa bumi dan tsunami di
komunitas. berdasarkan sistem peringatan dini
4. Kesiapsiagaan Mahasiswi Dalam berada pada kategori tinggi, yang
Menghadapi Bencana gempa Bumi ditunjukkan dengan nilai indeks siswa
dan Tsunami Berdasarkan Sistim sebesar 83%.
Peringatan Bencana Menurut pendapat peneliti,
Berdasarkan hasil pengolahan data, kesiapsiagaan mahasiswi dalam
kesiapsiagaan mahasiswi dalam menghadapi bencana gempa bumi dan
menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami berdasarkan sistem peringatan
tsunami berdasarkan sistim peringatan bencana di asrama rusunawa putri
bencana di asrama rusunawa yang bidikmisi berada pada kategori siap,
diperlihatkan pada tabel 5.5 berada pada disebabkan karena responden dalam
kategori siap dengan frekuensi 124 penelitian ini mengetahui adanya sistem
orang (40,8%). Sistim peringatan dini peringatan tsunami yang tradisional
meliputi tanda peringatan dan distribusi berupa (kentongan, lonceng, bedug dll)
informasi akan terjadi bencana. adanya sistem peringatan tsunami
Tersedianya peringatan bencana, berupa sirine, akan menjauhi pantai atau
masyarakat dapat melakukan tindakan lari ketempat yang tinggi apabila
yang tepat untuk mengurangi korban mendengar tanda bahaya tsunami, akan
jiwa, harta benda dan kerusakan menuju tempat evakuasi apabila
lingkungan. Untuk itu diperlukannya mendengar tanda bahaya tsunami, akan
latihan dan simulasi tentang tindakan menenangkan diri atau tidak panik
yang harus dilakukan apa bila apabila mendengar tanda bahaya
mendengar peringatan dan pengetahuan tsunami, namun sedikit responden
akan tanda-tanda bunyi peringatan, mengetahui informasi apabila keadaan
pembatalan atau keadaan sudah aman sudah aman dan sedikit respinden yang
serta cara menyelamatkan diri dalam pernah mengikuti pelatihan ataupun
waktu tertentu sesuai dengan lokasi workshop tentang kebencanaan.
tempat individu berada saat terjadinya 5. Kesiapsiagaan Mahasiswi Dalam
peringatan(LIPI-UNESCO/ISDR, 2006). Menghadapi Bencan gempa Bumi dan
Hasil penelitian ini diperkuat oleh Tsunami Berdasarkan Mobilisasi
penelitian LIPI-UNESCO/ISDR (2006) Sumber Daya
tentang kajian kesiapsiagaan bencana Berdasarkan hasil pengolahan data,
masyarakat dalam mengantisipasi kesiapsiagaan mahasiswi dalam
bencana gempa bumi dan tsunami di menghadapi bencana gempa bumi dan

7
tsunami berdasarkan mobilisasi sumber suatu perubahan yang baik, dimana
daya di asrama rusunawa yang semakin tinggi pendidikan seseorang
diperlihatkan pada tabel 5.6 berada pada maka semakin baik tingkat
kategori sangat siap dengan frekuensi kesiapsiagaannya dilihat dari mobilisasi
108 orang (35,5%). Dalam sumber daya.
mengantisipasi bencana, komunitas Menurut pendapat peneliti,
yang dalam hal ini asrama sebagai kesiapsiagaan mahasiswi dalam
komunitas perlu mengetahui sumber menghadapi bencana gempa bumi dan
dayanya yang dimiliki baik dari lembaga tsunami berdasarkan mobilisasi sumber
maupun individu sebagai sumber daya di asrama rusunawa putri bidikmisi
dayanya. Diharapkan dengan berada pada kategori sangat siap
memobilisasi semua kekuatan, dapat disebabkan karena responden dalam
meningkatkan suatu komunitas penelitian ini telah mengikuti mata
kesiapsiagaan. Bentuk sumber daya lain kuliah kebencanaan yaitu Pengetahuan
yang harus dipersiapkan adalah sarana Kebencanaan dan Lingkungan, setengah
dan prasana serta pendanaan yang dari jumlah responden pernah
merupakan potensi yang dapat mengikuti pelatihan ataupun workshop
mendukung kesiapsiagaan bencana atau tentang kebencanaan, pernah mengikuti
sebaliknya menjadi kendala dalam pertemuan atau ceramah tentang
kesiapsiagaan bencana alam. Karena itu bencana, pernah memberitahukan
mobilisasi sumber daya menjadi faktor pengetahuan dan keterampilan tersebut
yang sangat krusial (LIPI- pada teman dan keluarga mereka.
UNESCO/ISDR, 2006). Berdasarkan presentasi jawaban tersebut
Hasil penelitian ini bertolak dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
belakang dengan penelitian LIPI- responden telah memiliki pengetahuan,
UNESCO/ISDR (2006) tentang kajian pengalaman dan kemampuan yang
kesiapsiagaan bencana masyarakat cukup dalam mempersiapkan sumber
dalam mengantisipasi bencana gempa daya yang mereka miliki sebagai
bumi dan tsunami di Kabupaten Aceh mahasiswi dalam kesiapsiagaan
Besar, Kota Bengkulu dan Kota Padang, bencana.
data menunjukkan bahwa mobilisasi KESIMPULAN
sumber daya siswa masih rendah yang
terlihat dari kecilnya proporsi siswa Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
yang pernah mengikuti berbagai bahwa :
kegiatan kesiapsiagaan menghadapi 1. Kesiapsiagaan Mahasiswi Bidikmisi
bencana. Sangat wajar jika penelitian ini Dalam Menghadapi Bencana Gempa
yang dilakukan pada mahasiswi Bumi dan Tsunami di Asrama Rusunawa
mendapat kategori sangat siap Putri Universitas Syiah Kuala berada
dikarenakan mahasiswi merupakan pada kategori sangat siap, yaitu sebanyak
orang berpendidikan tinggi yang 156 orang (51,3%).
setingkat lebih tinggi daripada siswa, 2. Kesiapsiagaan Mahasiswi Bidikmisi
maka dari itu jika dilihat siswa Dalam Menghadapi Bencana Gempa
mendapat kategori rendah yang dahulu Bumi dan Tsunami Berdasarkan
pada tahun 2006, pramuka belum wajib Pengetahuan di Asrama Rusunawa Putri
namun sekarang kegiatan kepramukaan Universitas Syiah Kuala berada pada
sudah wajib sedangkan mahasiswi kategori sangat siap, yaitu sebanyak 238
dalam kategori sangat siap telah orang (78,3%).
mengikuti pramuka, itu merupakan

8
3. Kesiapsiagaan Mahasiswi Bidikmisi
REFERENSI
Dalam Menghadapi Bencana Gempa
Bumi dan Tsunami Berdasarkan Rencana Budiarto, E. (2002). Biostatistikal untuk
Tanggap Darurat di Asrama Rusunawa kedokteran dan kesehatan
Putri Universitas Syiah Kuala berada masyarakat. Jakarta: EGC.
pada kategori hampir siap, yaitu sebanyak Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
132 orang (43,4%). (2016). Dampak Gempa 6,5 SR di
4. Kesiapsiagaan Mahasiswi Bidikmisi Pidie Jaya Terus Bertambah, 25
Dalam Menghadapi Bencana Gempa Tewas dan 26 Luka Berat. Diakses
Bumi dan Tsunami Berdasarkan Sistem pada 10 Desember 2016. Available
Peringatan Bencana di Asrama Rusunawa from :
Putri Universitas Syiah Kuala berada http://www.bnpb.go.id/home/detail/3
pada kategori siap, yaitu sebanyak 124 198/Dampak-Gempa-6,5-SR-di-
orang (40,8%). Pidie-Jaya-Terus-Bertambah,-25-
5. Kesiapsiagaan Mahasiswi Bidikmisi Tewas-dan-26-Luka-Berat
Dalam Menghadapi Bencana Gempa Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Bumi dan Tsunami Berdasarkan Geofisika. (2016). Earth Quake
Mobilisasi Sumber Daya di Asrama Search Result. Diakses pada 10
Rusunawa Putri Universitas Syiah Kuala Desember. Available from
berada pada kategori sangat siap, yaitu http://repogempa.bmkg.go.id/query.p
sebanyak 108 orang (35,5%). hp
SARAN Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika. (2012). Pedoman
1. Bagi asrama, Diharapkan pihak asrama Pelayanan Peringatan Dini Tsunami.
terutama pengeloa dan penanggung jawab Jakarta.
asrama dapat lebih meningkatkan Brockopp, Dorothy Young. (1999). Dasar-
keempat elemen dasar dari kesiapsiagaan Dasar Riset Keperawatan. Jakarta :
bencana gempa bumi dan tsunami di EGC
asrama yaitu dengan memaksimalkan Departemen Kesehatan R.I. (2009). Pedoman
sarana dan prasana yang telah tersedia dan Penanggulangan Bencana Bidang
melengkapi sarana prasarana yang belum Kesehatan, www.ppk-depkes.org.
tersedia di asrama, serta sebaiknya asrama LIPI-UNESCO/ISDR. (2006). Kajian
memberikan suatu seminar kesiapsiagaan Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam
bencana kepada penghuni asrama sebelum Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi
masuk dan tinggal di asrama pada calon dan Tsunami. Jakarta : Deputi
penghuni baru asrama. Pengetahuan Kebumian LIPI.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan Nugroho, C. (2007). Kajian Kesiapsiagaan
peneliti selanjutnya dapat Masyarakat dalam Mengantisispasi
mengembangkan desain penelitian yang Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di
berbeda, serta dapat meneliti pengurus Nias Selatan. MPBI-UNESCO.
serta kepala asrama agar mengetahui Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
kesiapsiagaan asrama. Peneliti Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
menyarankan agar dilakukan penelitian Cipta.
tentang kesiapsiagan asrama rusunawa , S. (2012). Metodologi
putri bidikmisi Universitas Syiah Kuala Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
yang mencakup didalamnya mahasiswi, Cipta.
pengurus dan kepala asrama.

9
Pan America Health Organization. Bencana http://www.aenj.com.au/article/S1574-
Alam Perlindungan Kesehatan 6267(11)00036-X/pdf
Masyarakat. Jakarta : EGC. US Army Corps Of Engineers. Natural
Peraturan Kepala Badan Nasional Hazards and Disaster. STEM ED
Penanggulangan Bencana No. 4 tahun Program.
2008 tentang Pedoman Penyusunan Veenema, Tener Goodwin. (2007). Disaster
rencana Penanggulangan Bencana. Nursing and Emergency Preparedness
Jakarta. For Chemical, Biological and
Rachmalia.,Urai H & Aranya C (2010). Radiological Terrorism and Other
Tsunami preparedness of people living Hazards 2nd ed. New York : Springer
in affected and non-affected areas: A Publishing Company, LLC.
comparative study in coastal area in
Aceh, Indonesia. Australasian
Emergency Nursing Journal 14, p. 17-
25. Diakses pada 8 Februari 2017.
Available from :
http://www.sciencedirect.com/science/
article/pii/S1574626710004416
Ristiyani. (2014). Kesiapsiagaan Siswa
Dalam Menghadapi Bencana Gempa
Bumi di SMPN 1 Gatiwarno
Kecamatan Gatiwarno Kabupaten
Klaten. Skripsi, Surakarta: UMS.
Sri, Heru Naryanto., Prawiradisastra,
Suryana., Kurniawan Lilik. (2007).
Iptek Sebagai Asas dalam
Penanggulangan Bencana di
Indonesia. Jakarta : Kementrian
Negara Riset dan Teknologi.
The Indonesian Development of Education
and Permaculture (IDEP). (2007).
Panduan Umum Penanggulangan
Bencana Berbasis Masyarakat, Ed.2.
Bali : Yayasan IDEP.
Tsunami and Disaster Mitigation Research
Center Unsyiah (TDMRC-
UNSYIAH). (2011). Banda Aceh.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana. Jakarta.
Usher, Kim & Mayner, Lidia. (2010).
Disaster Nursing : A Descriptive
Survey of Australian Undergraduate
Nursing Curricula. Australasian
Emergency Nursing Journal 14, p. 75-
80. Diakses pada 10 Desember 2016.
Available from :

10

Anda mungkin juga menyukai